際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
KELOMPOK 3
Persoalan dalam ilmu kalam mengenai sifat-sifat Allah
swt.
Ayu Hidayati Hafizhatul Kiromi MZ
Lalu Pandu Rifki Hidayat SMuhda Hadi Saputra
Oskar Setia WiranataRia Duana
Yayuk Setiawati
鏤鏈鏤鏈鏤鏈鏤≠鏈鏤鏈鏈
鏤o恨鏈鏤鏤鏈鏤
鏤鏤鏈わ皿鏈鏈鏈
鏤鏤器鏤o鯖
鏈鏤鏤鏈器鯖
鏤鏈o昏鏈鏤э惨鏈鏤鏈鏈鏈鏈鏈鏈鏈鏈鏤鏤鏤≒
鏈o惨鏈鏈
鏈鰹擦鏤鏈鏈種混鏤≠ 鏤鏤錫
鏤鏤鏤э鯖
鏤鏈鏈鏈鏈
鏤鏤鏤э鯖
鏤o混鏤鰹昏鏈
鏤鏤鏤э鯖
鏤鏈鏤鏤わ
鏤鏤鏤э鯖
鏈o惨鏈
鏤鏤鏤э鯖
鏈鰹擦鏤器鏈
鏤鏤鏤э鯖
鏈鏈種惨鏈鏈
鏤鏤鏤э鯖
鏤o鏤鏤鏤わ
SIFAT MUSTAHIL BAGI ALLAH SWT.
鏤鏤鏤э鯖
鏈鏈鏤鏤≒
鏤鏤鏤э鯖
鏈鏤鏤わ三
鏤鏤鏤э鯖
鏈鏈誌拶
鏤鏤鏤э鯖
鏤o惨鏈鏈
鏤鏤鏤э鯖
鏈鏈鏤鏤錫
鏤鏤鏤э鯖
惘悋
鏤鏤鏤э鯖
鏤鏈鏈鏈逸
鏈鏤鏈鏤鏤≒ 鏈鏤鏤鏤わ参
鏈鏤鏤わ皿鏈 鏈鏤鏤 鏤鏈鏈鏤鏤 鏤鏈鏈謂
鏈鏤鏈鏈
鏤鏤器鏤o鯖
鏈鏤鏤器混鏤
鏤o擦鏈鏈鏤鏈鏤
鏤鏤鏈わ皿鏈鏈鏈
鏤鏤鏈鏈 鏈o昏鏤鏈 鏤鏈鏤≠
鏈鏤鏈獅
Sifat Jaiz Allah hanya ada satu yaitu Filu
kulli
mumkinin au tarkuhu, artinya memperbuat
sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak
memperbuatnya.
 Aliran Musyabbihah (Karramiyah)
Kaum Musyabbihah artinya kaum yang menyerupakan.
Kaum Musyabbihah digelari kaum Musybih (menyerupakan)
karena mereka menyerupakan Tuhan dengan makhluk-Nya.
Mereka mengatakan bahwa tuhan adalah bertangan, bermuka,
berkaki, bertubuh seperti manusia.
 Dalam Al-Quran banyak ayat-ayat yang menurut lahirnya
berisi persamaan Tuhan dengan makhluk yang menjadi dasar
kepercayaan golongan tersebut, seperti ayat-ayat yang
mengatakan bahwa Tuhan berada dalam suatu arah tertentu,
yaitu di atas, di langit, di Arsy, bahkan berpindah-pindah. Ayat-
ayat tersebut adalah :
Q.S Al-Mulk: 16
 Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang
(berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan
bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu
bergoncang
 Aliran Mutazillah
Kaum Mutazillah adalah suatu kaum yang membikin heboh dunia
Islam selama 300 tahun pada abad-abad permulaan Islam.
Perkataan Mutazillah berasal dari kata Itizal, artinya menyisihkan
diri. Kaum Mutazillah berarti kaum yang menyisihkandiri.[3]
Pendirian golongan Musyabbihah yang berlebih-lebihan
menimbulkan reaksi hebat pada golongan Mutazillah yang
menyipati Tuhan dengan ESA, QADIM dan BERBEDA DARI
MAKHLUK. Sifat-sifat ini adalah sifat salaby (negatif) karena tidak
menambahkan sesuatu pada zat Tuhan. Dikatakan salaby, karena
ESA, artinya tidak ada sekutu, QADIM artinya tidak ada
permulaannya dan BERBEDA DARI MAKHLUK artinya tida ada
yang menyamaiNYA [3] Itiqad Ahlusunnah Wal jamaah, K.H.
Siradjuddin Abbas, hal173 & 174
Jadi menurut Mutazillah Tuhan itu Esa, tidak mempunyai sifat-
sifat sebagaimana pendapat golongan lain. Apa yang dipandang
sifat dalam pendapat golongan, bagi Mutazillah tidak lain adalah
Zat Allah sendiri.
Selanjutnya, Mutazillah berpendapat karena bersifat immateri,
Tuhan tidak dapat dilihat denganmata kepala. Dua argument pokok
yang diajukan oleh Mutazillah untuk menjelaskan bahwa Tuhan
tidak dapat dilihat denga mata jasmani, adalah berikut ini. Pertama,
Tuhan tidak mengambil tempat, sehinnga tidak dapat dilihat. Kedua,
bila Tuhan dapat dilihat dengan mata kepala, itu berarti tuhan dapat
dilihat sekarang di dunia ini. Ayat- ayat Al-Quran yang dijadikan
pedoman adalah:
Ayat 103 surat Al-Anam,
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat
melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi
Maha mengetahui.
Aliran Asyariah
Aliran Asyariyah, seperi golongan Mutazillah, juga mengadakan pemisahan
antara sifat-sifat salaby(negatif) dan sifat-sifat ijaby(positif). Pendiriannya tentang
sifat-sifat negative sama dengan golongan Mutazillah, akan tetapi dalam sifat-sifat
positif berbeda pendiriannya. Menurut pendapatnya, sifat ijaby berbeda dengan
dengan Zat Tuhan dan antar sifat-sifat itu sendiri berlainan satu sama lain. Sifat-
sifat itu bukan hakekat zat Tuhan sendiri. Tuhan mengetahui, menghendaki,
berkuasa, berbicara, mendengar, maelihat, hidup artinya Ia mempunyai sifat-sifat
ilmu, iradat(berkehendak), qodrat(kekuasaan), dan seterusnya. Ia mempunyai
sifat-sifat yang disebutkan Quran.
Bertentangan dengan pendapat Mutazillah, aliran Asyariyah mengatakan
bahwa tuhan dapat dilihat di akhirat kelak dengan mata kepala. Asyary
menjelaskan bahwa sesuatu dilihat. Lebih jauh dikatakan bahwa Tuhan dapat
melihat apa yang ada sehingga melihat diri-Nya juga. Bila Tuhan melihat diri-Nya,
tentulah Ia sendiri dapat membuat manussia mempunyai kemampuan untuk
melihat diri-Nya sendiri. Ayat-ayat Al-Quran yang dijadikan Asyary dalam
menopang pendapat diatas adalah surat Al-Qiyamah ayat 22-23:
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada
Tuhannyalah mereka Melihat.
Aliran Maturidiyah
Ia mengatakan bahwa pembicaraan tentang sifat harus didasarkan atas
pengakuan bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat-Nya sejak zaman azaly,
muzallamah (ada bersama), tanpa pemisahan antara Zat seperti Qodrat, dan sifat-
sifat active ( afal), seperti menciptakan, menghidupkan, memberi rezqi dan lain-
lain. Sifat-sifat tersebut tidak boleh diperbincangkan apakah hakekat zat atau
bukan.
Akan tetapi kemudian ia membelok kepada Asyary dengan mengadakan
bahwaapa yang dimaksud dengan perkataan tidak berbeda dari zat ialah bahwa
sifat-sifat itu tetap ada pada zat dan tidak bisa lepas daripadanya. Timbul
persoalanyang sama seperti di atas. Kalau sifat-sifat itu bukan hakekat zat, tidak
pula berbeda dari zat, apa jadinya sifat-sifat itu? Jawaban Maturidy: sifat-sifat itu
sifat Tuhan, tidak lebih dari itu.
Dengan kata lain, ia tidak bisa menyelesaikan contradictie. Sebenarnya ia
bisa membelok kepada golongan Mutazillah atau orang-orang filosof, dengan
mengatakan, tidak dapat dipersamakan antara Tuhan dengan manusia dan sifat
Tuhan adalah hakekat zat-Nya. Ia juga bisa mekangkah ke arah aliran Salaf
dengan pengakuan bahwa mazhab itu lebih selamat dan bahwa pembahasan sifat
akan menyeret kita kepada bidah, seperti yang dilakukan oleh Mutazillah dan
FILOSOF-FILOSOF ISLAM
Pendapat filosof-filosof Islam, seperti Al-Kindy dan Faraby, mendekati
pendapat Mutazillah. Mereka mengingkari berbilangnya sifat Tuhan dan
mensucikan-Nya semurni-murninya. Akan tetapi mereka tidak disebut
golongan Muattilah, sebab mereka mengakui sifat-sifat yang dikatakan
lawan-lawannya dan tidak berkeberatan disebutkan untuk Tuhan, tetapi
mereka menandaskan bahwa pengertiannya (hakekatnya) adalah satu juga,
yaitu Zat Tuhan sendiri.
Filosof-filosof tersebut mengadakan pemisahan benar-benar antara Allah
dan manusia. Pada manusia kita mengetahui dirinya sendiri lain daripada
sifat-sifatnya, dan tiap-tiap sifat lainnya. Tidak demikian halnya bagi Tuhan,
karena Tuhan adalah wujud pertama yang ada dengan sendirinya dan illat
(sebab) pertama. Sifat-sifat yang disebutkan Al-Quran tidak bisa diingkari,
akan tetapi harus diartikan, bahwa sifat-sifat itu adalah gambaran fikiran
(Itibaral annizzihiyah) yang diperlukan manusia untuk mempunyai gambaran
tentang Tuhan. Ringkasnya para filosof-filosof tidak meniadakan sifat-sifat,
tetapi lebih suka mensucikan Tuhan sejauh mungkin.
IBNU RUSYD
Nama sebenarnya ialah Abdul Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd. Dilahikan dikota
Cordoba, kota pusat kemajuan pikiran di Spanyol. [11] Ibn Rusyd adalah seseorang yang
pertama-tama merasakan bahwa pembahasan tentang sifat-sifat Tuhan tidak ada gunanya
dan merupakan suatu bidah, karena tidak pernah dibicarakan kaum Muslimin pada masa-
masa permulaan Islam. Ia lebih tegas pendiriannya daripada Maturidy, meskipun Maturidy
telah membuka jalan penyelesaian yang berhasil. Sebagaiman dikatakan diatas, sebenarnya
Maturidy tinggalsatu langkah kea rah pendirian Ulama Salaf, yaitu menjauhkan diri dari
persoalan sifat. Baru pada Ibn Rusyd langkah ini diadakan. Ia tidak sependapat dengan
Asyary, juga tidak menyetujui aliran Mutazillah.
Menurut Ibn Rusyd, sifat-sifat Tuhan yang disebutkan dalam Al-Quran tidak perlu
menimbulkan bilangan yang tidak menghilangkan Keesaan Tuhan, karena sifat-sifat Tuhan
dibagi dua :
a. Sifat zat dan wujud, yaitu sifat-sifat yang meniadakan dari Tuhan segi-segi
kelemahan, yang biasa terdapat pada manusia.
b. Sifat-sifat perbuatan, yaitu yang menentukan hubungan Tuhan dengan makhluk.
Sebenarnya Ulama-ulama kalam dalam kedua sifat tersebut selalu memegangi prinsip
pemisahan yang tegas antara alam manusia dengan alam ketuhanan. Akan tetapi aliran
Asyariyah menyimpang dari prinsip tersebut dan menyatakan jelas-jelas bahwa sifat-sifat itu
adalah sifat manawiyah, artinya yang menyatakan pengertian yang ada pada zat Tuhan,
dengan tidak menyadari bahwa pendirian tersebut bisa menimbulkan kejang-kejang yang sukar
diselesaikan orang biasa, yang akhirnya membawa mereka kea rah pen-jisim-an Tuhan.
 [11] Pengantar Theology Islam, A. Hanafi MA, hal186
IBNU RUSYD
Sebab dengan adanya penyipatan semacam itu, kedudukan
Tuhan sama dengan jauhar dan ardl. Kita mengetahui bahwa jauhar
ialah yang berdiri sendiri, sedang ardl ialah yang tidak mempunyai
wujud sendiri, tetapi selalu berada pada lainnya. Apa yang terdiri
dari jauhar dan ardl adalah jisim. Kalau kita mengatakan bahwa
hubungan sifat-sifat dengan Tuhan sama dengan hubungan tuhan
itu dengan jisim. Hal-hal semacam ini sudah barang tentu jauh dari
maksud-maksud Syara sendiri. Demikian Ibn Rusyd.
Ibn Rusyd juga tidak menyetujui pendapat Mutazillah
sepenuhnya, karena mempersamakan zat Tuhan dengan sifat-
sifatNya, tidak dapat diterima orang-orang biasa, sebab bukan dalil
axioma, bukan pula dalil Syara. Telah disebutkan, bagaimana
orang-orang Mutazillah terpaksa menetapkan dua sifat, yaitu ilmu
dan qodrat. Mempersatukan zat dengan sifat mengakibatkan
persamaan ilmu dengan qodrat, selama masing-masingnya adalah
hakekat zat. Pendapat tersebut jauh dari pemahaman orang biasa.

More Related Content

Sifat-sifat Allah

  • 1. KELOMPOK 3 Persoalan dalam ilmu kalam mengenai sifat-sifat Allah swt. Ayu Hidayati Hafizhatul Kiromi MZ Lalu Pandu Rifki Hidayat SMuhda Hadi Saputra Oskar Setia WiranataRia Duana Yayuk Setiawati
  • 3. SIFAT MUSTAHIL BAGI ALLAH SWT. 鏤鏤鏤э鯖 鏈鏈鏤鏤≒ 鏤鏤鏤э鯖 鏈鏤鏤わ三 鏤鏤鏤э鯖 鏈鏈誌拶 鏤鏤鏤э鯖 鏤o惨鏈鏈 鏤鏤鏤э鯖 鏈鏈鏤鏤錫 鏤鏤鏤э鯖 惘悋 鏤鏤鏤э鯖 鏤鏈鏈鏈逸 鏈鏤鏈鏤鏤≒ 鏈鏤鏤鏤わ参 鏈鏤鏤わ皿鏈 鏈鏤鏤 鏤鏈鏈鏤鏤 鏤鏈鏈謂 鏈鏤鏈鏈 鏤鏤器鏤o鯖 鏈鏤鏤器混鏤 鏤o擦鏈鏈鏤鏈鏤 鏤鏤鏈わ皿鏈鏈鏈 鏤鏤鏈鏈 鏈o昏鏤鏈 鏤鏈鏤≠ 鏈鏤鏈獅
  • 4. Sifat Jaiz Allah hanya ada satu yaitu Filu kulli mumkinin au tarkuhu, artinya memperbuat sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuatnya.
  • 5. Aliran Musyabbihah (Karramiyah) Kaum Musyabbihah artinya kaum yang menyerupakan. Kaum Musyabbihah digelari kaum Musybih (menyerupakan) karena mereka menyerupakan Tuhan dengan makhluk-Nya. Mereka mengatakan bahwa tuhan adalah bertangan, bermuka, berkaki, bertubuh seperti manusia. Dalam Al-Quran banyak ayat-ayat yang menurut lahirnya berisi persamaan Tuhan dengan makhluk yang menjadi dasar kepercayaan golongan tersebut, seperti ayat-ayat yang mengatakan bahwa Tuhan berada dalam suatu arah tertentu, yaitu di atas, di langit, di Arsy, bahkan berpindah-pindah. Ayat- ayat tersebut adalah : Q.S Al-Mulk: 16 Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang
  • 6. Aliran Mutazillah Kaum Mutazillah adalah suatu kaum yang membikin heboh dunia Islam selama 300 tahun pada abad-abad permulaan Islam. Perkataan Mutazillah berasal dari kata Itizal, artinya menyisihkan diri. Kaum Mutazillah berarti kaum yang menyisihkandiri.[3] Pendirian golongan Musyabbihah yang berlebih-lebihan menimbulkan reaksi hebat pada golongan Mutazillah yang menyipati Tuhan dengan ESA, QADIM dan BERBEDA DARI MAKHLUK. Sifat-sifat ini adalah sifat salaby (negatif) karena tidak menambahkan sesuatu pada zat Tuhan. Dikatakan salaby, karena ESA, artinya tidak ada sekutu, QADIM artinya tidak ada permulaannya dan BERBEDA DARI MAKHLUK artinya tida ada yang menyamaiNYA [3] Itiqad Ahlusunnah Wal jamaah, K.H. Siradjuddin Abbas, hal173 & 174 Jadi menurut Mutazillah Tuhan itu Esa, tidak mempunyai sifat- sifat sebagaimana pendapat golongan lain. Apa yang dipandang sifat dalam pendapat golongan, bagi Mutazillah tidak lain adalah Zat Allah sendiri.
  • 7. Selanjutnya, Mutazillah berpendapat karena bersifat immateri, Tuhan tidak dapat dilihat denganmata kepala. Dua argument pokok yang diajukan oleh Mutazillah untuk menjelaskan bahwa Tuhan tidak dapat dilihat denga mata jasmani, adalah berikut ini. Pertama, Tuhan tidak mengambil tempat, sehinnga tidak dapat dilihat. Kedua, bila Tuhan dapat dilihat dengan mata kepala, itu berarti tuhan dapat dilihat sekarang di dunia ini. Ayat- ayat Al-Quran yang dijadikan pedoman adalah: Ayat 103 surat Al-Anam, Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui.
  • 8. Aliran Asyariah Aliran Asyariyah, seperi golongan Mutazillah, juga mengadakan pemisahan antara sifat-sifat salaby(negatif) dan sifat-sifat ijaby(positif). Pendiriannya tentang sifat-sifat negative sama dengan golongan Mutazillah, akan tetapi dalam sifat-sifat positif berbeda pendiriannya. Menurut pendapatnya, sifat ijaby berbeda dengan dengan Zat Tuhan dan antar sifat-sifat itu sendiri berlainan satu sama lain. Sifat- sifat itu bukan hakekat zat Tuhan sendiri. Tuhan mengetahui, menghendaki, berkuasa, berbicara, mendengar, maelihat, hidup artinya Ia mempunyai sifat-sifat ilmu, iradat(berkehendak), qodrat(kekuasaan), dan seterusnya. Ia mempunyai sifat-sifat yang disebutkan Quran. Bertentangan dengan pendapat Mutazillah, aliran Asyariyah mengatakan bahwa tuhan dapat dilihat di akhirat kelak dengan mata kepala. Asyary menjelaskan bahwa sesuatu dilihat. Lebih jauh dikatakan bahwa Tuhan dapat melihat apa yang ada sehingga melihat diri-Nya juga. Bila Tuhan melihat diri-Nya, tentulah Ia sendiri dapat membuat manussia mempunyai kemampuan untuk melihat diri-Nya sendiri. Ayat-ayat Al-Quran yang dijadikan Asyary dalam menopang pendapat diatas adalah surat Al-Qiyamah ayat 22-23: Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka Melihat.
  • 9. Aliran Maturidiyah Ia mengatakan bahwa pembicaraan tentang sifat harus didasarkan atas pengakuan bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat-Nya sejak zaman azaly, muzallamah (ada bersama), tanpa pemisahan antara Zat seperti Qodrat, dan sifat- sifat active ( afal), seperti menciptakan, menghidupkan, memberi rezqi dan lain- lain. Sifat-sifat tersebut tidak boleh diperbincangkan apakah hakekat zat atau bukan. Akan tetapi kemudian ia membelok kepada Asyary dengan mengadakan bahwaapa yang dimaksud dengan perkataan tidak berbeda dari zat ialah bahwa sifat-sifat itu tetap ada pada zat dan tidak bisa lepas daripadanya. Timbul persoalanyang sama seperti di atas. Kalau sifat-sifat itu bukan hakekat zat, tidak pula berbeda dari zat, apa jadinya sifat-sifat itu? Jawaban Maturidy: sifat-sifat itu sifat Tuhan, tidak lebih dari itu. Dengan kata lain, ia tidak bisa menyelesaikan contradictie. Sebenarnya ia bisa membelok kepada golongan Mutazillah atau orang-orang filosof, dengan mengatakan, tidak dapat dipersamakan antara Tuhan dengan manusia dan sifat Tuhan adalah hakekat zat-Nya. Ia juga bisa mekangkah ke arah aliran Salaf dengan pengakuan bahwa mazhab itu lebih selamat dan bahwa pembahasan sifat akan menyeret kita kepada bidah, seperti yang dilakukan oleh Mutazillah dan
  • 10. FILOSOF-FILOSOF ISLAM Pendapat filosof-filosof Islam, seperti Al-Kindy dan Faraby, mendekati pendapat Mutazillah. Mereka mengingkari berbilangnya sifat Tuhan dan mensucikan-Nya semurni-murninya. Akan tetapi mereka tidak disebut golongan Muattilah, sebab mereka mengakui sifat-sifat yang dikatakan lawan-lawannya dan tidak berkeberatan disebutkan untuk Tuhan, tetapi mereka menandaskan bahwa pengertiannya (hakekatnya) adalah satu juga, yaitu Zat Tuhan sendiri. Filosof-filosof tersebut mengadakan pemisahan benar-benar antara Allah dan manusia. Pada manusia kita mengetahui dirinya sendiri lain daripada sifat-sifatnya, dan tiap-tiap sifat lainnya. Tidak demikian halnya bagi Tuhan, karena Tuhan adalah wujud pertama yang ada dengan sendirinya dan illat (sebab) pertama. Sifat-sifat yang disebutkan Al-Quran tidak bisa diingkari, akan tetapi harus diartikan, bahwa sifat-sifat itu adalah gambaran fikiran (Itibaral annizzihiyah) yang diperlukan manusia untuk mempunyai gambaran tentang Tuhan. Ringkasnya para filosof-filosof tidak meniadakan sifat-sifat, tetapi lebih suka mensucikan Tuhan sejauh mungkin.
  • 11. IBNU RUSYD Nama sebenarnya ialah Abdul Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd. Dilahikan dikota Cordoba, kota pusat kemajuan pikiran di Spanyol. [11] Ibn Rusyd adalah seseorang yang pertama-tama merasakan bahwa pembahasan tentang sifat-sifat Tuhan tidak ada gunanya dan merupakan suatu bidah, karena tidak pernah dibicarakan kaum Muslimin pada masa- masa permulaan Islam. Ia lebih tegas pendiriannya daripada Maturidy, meskipun Maturidy telah membuka jalan penyelesaian yang berhasil. Sebagaiman dikatakan diatas, sebenarnya Maturidy tinggalsatu langkah kea rah pendirian Ulama Salaf, yaitu menjauhkan diri dari persoalan sifat. Baru pada Ibn Rusyd langkah ini diadakan. Ia tidak sependapat dengan Asyary, juga tidak menyetujui aliran Mutazillah. Menurut Ibn Rusyd, sifat-sifat Tuhan yang disebutkan dalam Al-Quran tidak perlu menimbulkan bilangan yang tidak menghilangkan Keesaan Tuhan, karena sifat-sifat Tuhan dibagi dua : a. Sifat zat dan wujud, yaitu sifat-sifat yang meniadakan dari Tuhan segi-segi kelemahan, yang biasa terdapat pada manusia. b. Sifat-sifat perbuatan, yaitu yang menentukan hubungan Tuhan dengan makhluk. Sebenarnya Ulama-ulama kalam dalam kedua sifat tersebut selalu memegangi prinsip pemisahan yang tegas antara alam manusia dengan alam ketuhanan. Akan tetapi aliran Asyariyah menyimpang dari prinsip tersebut dan menyatakan jelas-jelas bahwa sifat-sifat itu adalah sifat manawiyah, artinya yang menyatakan pengertian yang ada pada zat Tuhan, dengan tidak menyadari bahwa pendirian tersebut bisa menimbulkan kejang-kejang yang sukar diselesaikan orang biasa, yang akhirnya membawa mereka kea rah pen-jisim-an Tuhan. [11] Pengantar Theology Islam, A. Hanafi MA, hal186
  • 12. IBNU RUSYD Sebab dengan adanya penyipatan semacam itu, kedudukan Tuhan sama dengan jauhar dan ardl. Kita mengetahui bahwa jauhar ialah yang berdiri sendiri, sedang ardl ialah yang tidak mempunyai wujud sendiri, tetapi selalu berada pada lainnya. Apa yang terdiri dari jauhar dan ardl adalah jisim. Kalau kita mengatakan bahwa hubungan sifat-sifat dengan Tuhan sama dengan hubungan tuhan itu dengan jisim. Hal-hal semacam ini sudah barang tentu jauh dari maksud-maksud Syara sendiri. Demikian Ibn Rusyd. Ibn Rusyd juga tidak menyetujui pendapat Mutazillah sepenuhnya, karena mempersamakan zat Tuhan dengan sifat- sifatNya, tidak dapat diterima orang-orang biasa, sebab bukan dalil axioma, bukan pula dalil Syara. Telah disebutkan, bagaimana orang-orang Mutazillah terpaksa menetapkan dua sifat, yaitu ilmu dan qodrat. Mempersatukan zat dengan sifat mengakibatkan persamaan ilmu dengan qodrat, selama masing-masingnya adalah hakekat zat. Pendapat tersebut jauh dari pemahaman orang biasa.