際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Undangan Seminar Buka Toko On
Line Langsung Laris
Oleh Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (HIPMI) Cabang Kota
Banjarmasin
Hari Jumat, 29 Mei 2015
Pukul 13.30-18.30 di Auditorium IAIN
Antasari Banjarmasin
Seminar Jurusan PM & HK
 Pelaksanaannya pada hari Kamis, 21 Mei 2015
 Pukul 09.00  selesai
 Tempat di Aula KH. Aswadi Syukur (PSB Lt. II)
PEMIKIRAN ILMIAH DAN ETIKA ILMIAH : PENGEMBANGAN SIKAP
AKADEMIK DALAM KAMPUS ISLAMI
 Michael Martin mengemukakan sikap ilmiah yang perlu bagi
seseorang yang berkecimpung dalam dunia ilmu pengetahuan yang
ditandai dengan lima kecondongan, yaitu:
1. Keinginan mengetahui dan memahami. Sikap demikian yang
disebut sebagai spirit of science (semangat ilmu)
menginginkan pengetahuan dan pemahaman.
2. Kecondongan mencari data dan makna. Data yang dicari harus
mempunyai arti atau dapat dimengerti dalam rangka suatu
patokan duga yang masuk akal dan dapat diuji.
3. Kecondongan menuntut suatu pengujian empiris.
4. Penghargaan terhadap logika.
5. Kecondongan memeriksa pangkal pikir dengan menyelidiki
kebenaran atau kesalahan dari kesimpulan logis yang
diturunkan dari premis.
Sumber : Michael Martin, Concepts of Science Education (Glenview,
Scott: Foresman, 1972), h. 143.
 Menurut Conant:
Cara berpikir ilmiah menuntut kebiasaan
menghadapi kenyataan dengan tidak
berprasangka oleh konsepsi-konsepsi
sebelumnya manapun. Pengamatan yang cerdas
dan ketergantungan pada eksperimen-
eksperimen adalah asas-asas penuntun).
Perbedaan Cara Berfikir Ilmiah
dan Mitis
 Dalam kegiatan ilmiah selalu berjalan di atas
kejelasan dan pemeriaan secara faktual dalam
tampilannya, sehingga pembuktiannya pun
menjadi jelas dan tegas. Hasil temuan ilmiah
terbuka terhadap tes dan uji keabsahan atau
verifikasi. Sedangkan aktivitas magis, takhyul
dan pseudo ilmiah tidak tahan terhadap
verifikasi dan uji terbuka
 "sikap akademik" (academic attitude), yakni
seluruh kecondongan batin seseorang dalam
kaitannya dengan pencarian ilmu,
pelaksanaan sistem perguruan tinggi, program
pelajaran serta pengembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya, dilakukan
secara serius, sistematis tanpa diwarnai oleh
kepentingan pribadi atau golongan.
beberapa dasar etika keilmuan dalam
pandangan Islam, antara lain:
 Landasan Tauhid
 Keterbukaan
 Toleran
Kesimpulan
 bahwa pemikiran ilmiah adalah pemikiran
yang sistematis, obyektif, faktual, rasional dan
teruji secara empiris. Pemikiran ilmiah
menghindarkan sikap reka-rekaan, subyektif,
bertumpu pada dunia rasa dan sukar
dibuktikan secara ilmiah.
 Etika ilmiah dalam perspektif Islam berakar pada
aqidah tauhid. Akidah tauhid dijadikan
weltanschauung baik dalam beramal maupun
dalam berilmu. Ilmu diakarkan pada tauhid dan
diorientasikan pada tauhid yang tidak lain adalah
mendapatkan keridhaan Allah SWT. Etika ilmiah
mengharuskan seorang Muslim memiliki sikap
terbuka dan lapang dada dalam pencarian
kebenaran tanpadihambat oleh gengsi pribadi.
Subyektivitas apalagi bila disertai dengan sikap
arogan dalam ilmu pengetahuan akan
berpengaruh negatif terhadap hubungan sesama
manusia dan pengembangan ilmu pengetahuan
itu sendiri.
 Keterbukaan menuntut rasa toleran yakni mengakui
ada pendapat lain yang benar selain pendapat sendiri.
Toleran menghilangkan sikap egoisme dan chauvinistik
dalam pencarian kebenaran dan dalam hubungan
sosial. Dalam soal teoritis perbedaan pendapat
dibiarkan berkembang agar terjadi dialog kreatif bagi
pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam dunia
praktis, kebersamaan dan kerjasama sangat dituntut
untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah krusial
yang sedang dihadapi. Dengan demikian, jelas bahwa
integrasi ilmu, etika dan ukhuwah sangat dituntut
untuk dibudayakan dalam masyarakat ilmiah
(masyarakat kampus) demi kemajuan ilmu
pengetahuan dan peradaban umat.

More Related Content

SIKAP AKADEMIK DAN ETIKA ILMIAH.pptx

  • 1. Undangan Seminar Buka Toko On Line Langsung Laris Oleh Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Cabang Kota Banjarmasin Hari Jumat, 29 Mei 2015 Pukul 13.30-18.30 di Auditorium IAIN Antasari Banjarmasin
  • 2. Seminar Jurusan PM & HK Pelaksanaannya pada hari Kamis, 21 Mei 2015 Pukul 09.00 selesai Tempat di Aula KH. Aswadi Syukur (PSB Lt. II)
  • 3. PEMIKIRAN ILMIAH DAN ETIKA ILMIAH : PENGEMBANGAN SIKAP AKADEMIK DALAM KAMPUS ISLAMI Michael Martin mengemukakan sikap ilmiah yang perlu bagi seseorang yang berkecimpung dalam dunia ilmu pengetahuan yang ditandai dengan lima kecondongan, yaitu: 1. Keinginan mengetahui dan memahami. Sikap demikian yang disebut sebagai spirit of science (semangat ilmu) menginginkan pengetahuan dan pemahaman. 2. Kecondongan mencari data dan makna. Data yang dicari harus mempunyai arti atau dapat dimengerti dalam rangka suatu patokan duga yang masuk akal dan dapat diuji. 3. Kecondongan menuntut suatu pengujian empiris. 4. Penghargaan terhadap logika. 5. Kecondongan memeriksa pangkal pikir dengan menyelidiki kebenaran atau kesalahan dari kesimpulan logis yang diturunkan dari premis. Sumber : Michael Martin, Concepts of Science Education (Glenview, Scott: Foresman, 1972), h. 143.
  • 4. Menurut Conant: Cara berpikir ilmiah menuntut kebiasaan menghadapi kenyataan dengan tidak berprasangka oleh konsepsi-konsepsi sebelumnya manapun. Pengamatan yang cerdas dan ketergantungan pada eksperimen- eksperimen adalah asas-asas penuntun).
  • 5. Perbedaan Cara Berfikir Ilmiah dan Mitis Dalam kegiatan ilmiah selalu berjalan di atas kejelasan dan pemeriaan secara faktual dalam tampilannya, sehingga pembuktiannya pun menjadi jelas dan tegas. Hasil temuan ilmiah terbuka terhadap tes dan uji keabsahan atau verifikasi. Sedangkan aktivitas magis, takhyul dan pseudo ilmiah tidak tahan terhadap verifikasi dan uji terbuka
  • 6. "sikap akademik" (academic attitude), yakni seluruh kecondongan batin seseorang dalam kaitannya dengan pencarian ilmu, pelaksanaan sistem perguruan tinggi, program pelajaran serta pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, dilakukan secara serius, sistematis tanpa diwarnai oleh kepentingan pribadi atau golongan.
  • 7. beberapa dasar etika keilmuan dalam pandangan Islam, antara lain: Landasan Tauhid Keterbukaan Toleran
  • 8. Kesimpulan bahwa pemikiran ilmiah adalah pemikiran yang sistematis, obyektif, faktual, rasional dan teruji secara empiris. Pemikiran ilmiah menghindarkan sikap reka-rekaan, subyektif, bertumpu pada dunia rasa dan sukar dibuktikan secara ilmiah.
  • 9. Etika ilmiah dalam perspektif Islam berakar pada aqidah tauhid. Akidah tauhid dijadikan weltanschauung baik dalam beramal maupun dalam berilmu. Ilmu diakarkan pada tauhid dan diorientasikan pada tauhid yang tidak lain adalah mendapatkan keridhaan Allah SWT. Etika ilmiah mengharuskan seorang Muslim memiliki sikap terbuka dan lapang dada dalam pencarian kebenaran tanpadihambat oleh gengsi pribadi. Subyektivitas apalagi bila disertai dengan sikap arogan dalam ilmu pengetahuan akan berpengaruh negatif terhadap hubungan sesama manusia dan pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
  • 10. Keterbukaan menuntut rasa toleran yakni mengakui ada pendapat lain yang benar selain pendapat sendiri. Toleran menghilangkan sikap egoisme dan chauvinistik dalam pencarian kebenaran dan dalam hubungan sosial. Dalam soal teoritis perbedaan pendapat dibiarkan berkembang agar terjadi dialog kreatif bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam dunia praktis, kebersamaan dan kerjasama sangat dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah krusial yang sedang dihadapi. Dengan demikian, jelas bahwa integrasi ilmu, etika dan ukhuwah sangat dituntut untuk dibudayakan dalam masyarakat ilmiah (masyarakat kampus) demi kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban umat.