際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Fisiologi Siklus Menstruasi
Parakrin & autokrin (hormon) pengatur fungsi ovarium (1):
1. Siklus fungsi ovarium dengan pematangan folikel-folikel, ovulasi,
formasi corpus luteum diatur oleh sistem kelenjar hypothalamo-
hipofise seperti halnya dengan mekanisme intraovarial.
2. Hypothalamus memproduksi gonadotropin-releasing hormones
(GnRH)
3. GnRH dibawa melalui sistem vena portal menuju kelenjar hipofise
anterior
4. GnRH menyatu pada reseptor spesifik yang menginduksi sekresi
luteotropic hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH)
Fisiologi Siklus Menstruasi
Parakrin & autokrin (hormon) pengatur fungsi ovarium (2):
5. Pelepasan FSH dan LH bergantung pada GnRH dan terjadi setiap 90
menit (berkala) Lanzone et al 1996.
6. Estradiol dan progestin mengatur transmisi neuro-kimia ke
hypothalamus untuk memproduksi GnRH (umpan balik negatif)
7. Endogen, opioid, katecholamin dan lain-lain memodulasi fungsi
dari neuron-neuron GnRH.
Fisiologi Siklus Menstruasi
Pengaruh inhibisi dan stimulasi
yang merupakan aktifitas neuro-
transmitter GnRH:
VIP = vasoactive polypeptide
5-HT = 5 OH-Tryptamin
NA = Noradrenaline
OP = opioids, Ach =Acetylcholine
DA = Dopamine
A = Adrenaline
(Keck et al 2002)
Fisiologi Siklus Menstruasi
Fisiologi Siklus Menstruasi
Interaksi hipotalamus, hipofise
dan ovarium. Mekanisme umpan
balik negatif dan positif:
Siklus Ovarium:
- Embrio perempuan mempunyai 4 - 7 juta folikel primordial.
- Pada saat pubertas hanya 400,000 folikel primordial tersisa.
- 30  35 tahun proses reproduksi mengkonsumsi semua folikel
(siklus bulanan menggunakan ratusan hingga ribuan folikel).
- Setiap bulan hanya satu folikel, dari ovarium kanan atau kiri
yang akan menjadi dominan dan menjadi folikel matang (folikel
deGraaf, berdiameter 25 mm).
- Seleksi dari folikel dominan terjadi pada hari ke-6 to 8 setelah
siklus.
Fisiologi Siklus Menstruasi
 Jumlah sel germinativum pada ovarium manusia:
Fisiologi Siklus Menstruasi
 Ilustrasi Seleksi Folikel:
Hanya satu folikel matang yang
menjadi dominan. Ratusan folikel lain
menjadi atretik. 99% dari seluruh
folikel mengalami kematian sel yang
terprogram (apoptosis).
Folikel dominan yang masih bertahan
dibantu oleh FSH, epidermal growth
factor (EGF), transforming growth
factor beta (TGF-), basic fibroblast
growth factor (bFGF), insulin-like
growth factor (IGF-1) dan estrogens.
Fisiologi Siklus Menstruasi
Fisiologi Siklus Menstruasi
Perkembangan Folikel (1):
Folikel primordial umumnya
ditemukan pada korteks
ovarium.
Fisiologi Siklus Menstruasi
Perkembangan Folikel (2):
Fisiologi Siklus Menstruasi
Apoptosis pada Ovarium:
- Kurang dari 1% dari keseluruhan Folikel mencapai tahap Folikel
deGraaf, dengan 99% dari folikel-folikel (ratusan/siklus)
berdegenerasi dengan mekanisme apoptosis.
- Programmed Cell Death = apoptosis adalah proses yang sepenuhnya
bergantung pada ketersediaan energi dan diikuti oleh degradasi
DNA.
- Kemampuan hidup folikel utama tergantung dari adanya growth
factor: EGF-1 (epidermal growth factor), TGF-beta (transforming
growth factor), IGF-1 (insulin-like growth factor), dan estrogens.
Ovulasi:
1. Reseptor LH pra ovulasi bermunculan pada sel granulosa folikel
dominan (FSH dependent)
2. Testosteron dari sel Theka beraromatisasi menjadi estradiol di dalam
sel granulosa
3. Bertambahnya estradiol menyebabkan kenaikan synthesis dan
penyimpanan LH (umpan balik mekanisme positif Diagram Interaksi)
4. Jarak waktu antara produksi estradiol maksimal dari folikel deGraaf
dan pelepasan maksimal dari LH adalah 24 jam
5. 8 sampai 10 jam setelah puncak LH, akan diikuti dengan ovulasi
6. Konsentrasi fisiologis serum estradiol pada pertengahan siklus,
berjumlah hingga 250 pg/ml
Fisiologi Siklus Menstruasi
Perubahan morfologis
dan endokrin pada
siklus menstruasi:
Fisiologi Siklus Menstruasi
Corpus luteum (yellow body):
 Bekas folikel yang pecah setelah
ovulasi, berkembang menjadi corpus
luteum.
 Tanda sitomorfologisnya berupa
vaskularisasi baru dari sel granulosa
yang semula avaskuler
 Corpus luteum terhubung ke sirkulasi
dan reseptor-reseptor low density
lipoprotein (LDL) terbentuk.
 Sebagai hasilnya sel-sel granulosa
dapat menggunakan kolesterol yang
ada untuk biosintesis progesteron
 Level maksimum serum progesteron 15
ng/ml 6 sampai 8 hari setelah ovulasi
vaskularisasi baru dari
Sel-sel granulosa
Fisiologi Siklus Menstruasi
Perubahan-perubahan Endometrium:
Endometrium mengandung: epithel mukosa,
epithel kelenjar, endometrial stroma, jaringan ikat
dengan fibroblas dan makrofag.
Estradiol menyebabkan proliferasi luas
endometrium akibat meningkatnya mitosis seluler.
Estradiol melekat ke reseptor estrogen yang akan
merangsang reseptor progesteron. Endometrium
akan menjadi sensitif terhadap progesteron pada
fase sekresi dalam siklus (OMalley et al. 1991).
Ketebalan Endometrium bertambah dari 1 mm
pada hari ke-1 hingga 7-8 mm pada hari ke 14.
Fisiologi Siklus Menstruasi
Corpus-luteum gravidum (Kehamilan):
 Bila terjadi fertilisasi dan implantasi, human choriogonadotrophin
(hCG), yang mirip dengan molekul LH, akan menstimulasi corpus
luteum, untuk menghasilkan progesteron secara berkesinambungan
untuk memelihara kehamilan.
 Bila tidak terjadi kehamilan, corpus luteum akan mengalami
luteolysis.
 Prostaglandins, sitokinin, dan growth factors seperti TNF-beta (tumor
necrosis factor), dan makrofag akan menginfiltrasi jaringan kapiler
sehingga menyebabkan regresi dari corpus luteum dan terbentuk
jaringan parut (corpus albicans).
Fisiologi Siklus Menstruasi
Fertilisasi dan implantasi (1):
Transportasi sperma:
 Transportasi melalui vas deferens ke vesikula seminalis merupakan
transport pasif
 Setelah transport aktif (ejakulasi), transportasi sperma di vagina dan
uterus akan berlangsung secara pasif.
 pH vagina yang asam akan diimbangi oleh cairan seminalis yang alkalis.
 Sperma berpenetrasi dalam lendir serviks dengan kecepatan 2-3
mm/menit.
 Kontraksi akan menghisap sperma ke dalam rongga uterus (transportasi
pasif)
 Sperma yang mati akan terfagosit di dalam serviks.
 Konsistensi lendir serviks menyebabkan sperma tak dapat lewat sebelum
hari ke 9 siklus dan 2-3 hari setelah ovulasi.
Fisiologi Siklus Menstruasi
Fertilisasi dan Implantasi (2):
Kapasitasi  Destabilisasi membran sel plasma kepala spermatozoa
yang terjadi selama melewati saluran reproduksi perempuan.
Fisiologi Siklus Menstruasi
Gambaran skematis proses
kapasitasi. Membran sel di
destabilisasi dengan terjadinya
pelepasan kolesterol. Progesteron
meningkatkan gerak sperma dan
memudahkan penetrasi ke zona
pellucida
Reaksi akrosomal dipicu secara
fisiologis oleh kontak spermatozoa
dengan zona pellucida (3):
Lapisan akrosomal paling luar dan
membran plasma menyatu, diikuti
dengan pelepasan hyaluronidase dan
acrosin. Kedua-duanya mempunyai
efek lysis dan membantu penetrasi ke
zona pellucida.
Fertilisasi dan Implantasi
Fertilisasi (4):
 Setelah sperma berpenetrasi, sel telur
melepaskan granulae yang
menonaktifkan spermatozoa lain dan
membuat zona pellucida impermiabel
(pencegahan multi fertilisasi).
 Secara Anatomi, fertilisasi terjadi saat
transisi isthmo-ampullar tuba Falopii.
 Difusi pertama terjadi di sini.
 Embrio pada tahap awal dinutrisi oleh
piruvat dan laktat dari uterus.
 Embrio mencapai rongga uterus 4-5 hari
setelah konsepsi pada tingkat morula.
Fertilisasi dan Implantasi
Saat Nidasi (Timing of nidation):
 5.9 - 7.5 hari setelah konsepsi
 Sinsisiotrofoblas tumbuh secara invasif ke dalam decidua dan stroma
endometrium diikuti dengan erosi pembuluh darah dan invasi sistem
vaskuler (pertukaran gas and nutrisi).
Fertilisasi dan Implantasi
Kebutuhan Kontrasepsi
Anak dari keinginan, bukan dari peluang!
Perlambatan pertumbuhan penduduk dengan terpenuhinya
unmet needs:
Kebutuhan Kontrasepsi
 Lebih dari 100 x 106 senggama per hari.
 1 juta kelahiran baru per hari 50% diantaranya tidak di
rencanakan dan 25% tidak diharapkan.
 150.000 abortus provokatus per hari di seluruh dunia,
50.000 diantaranya abortus illegal.
 Lebih dari 500 perempuan meninggal akibat komplikasi
abortus tiap harinya.
(WHO 1999)
Kebutuhan Kontrasepsi
Angka dari abortus provokatus per 1,000 perempuan/tahun
di berbagai negara(Nieschlag et al. 1998):
Kebutuhan Kontrasepsi
Persentase perempuan yang tidak ingin mempunyai anak:
0 20 40 60 80 100
Cameroon
Nigeria
Pakistan
Jordan
Guatemala
Kenia
Egypt
Indonesia
Mexico
Philippines
China
Thailand
Columbia
Japan
USA
%
DSW Newsletter (6), August 1995, DHS /Measure (1998)
Kebutuhan Kontrasepsi
0
20
40
60
80 1960-1965 1983 1998
Persentasipengguna
(Sumber: United Nations, 1984 and 1999)
Negara Berkembang Negara Maju
Kebutuhan Kontrasepsi
 Prevalensi Kontrasepsi:
Prevalensi Kontrasepsi di Asia
(dari data PBB 2005)
 Dunia/1999 semua metode 60.5 %
 Asia Timur/2000 semua metode 82 %
(Jepang 56%, Mongolia 67%)
 South-central Asia/2000 semua metode 48.3 %
 South-eastern Asia/2002 semua metode 59.8 %
Kamboja/2000 24%
Indonesia/2002/2003 60%
Laos/2000 32%
Malaysia/1994 55%
Myanmar/2001 37%
Filipina/2003 49%
Singapur/1997 62%
Thailand/1997 72%
Timor-Leste/2003 10%
Viet Nam/2002 78%
Angka pengguna metode kontrasepsi moderen
Per wilayah tahun 2000
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
Asia Amerika Latin Timur
Tengah/Afrika
Utara
Afrika
Sub-Sahara
Asia Tengah
Vaginal Kondom IUD Injeksi Pil Sterilisasi Laki-laki Sterilisasi Perempuan
JumlahPengguna(Ribu)
Sumber: JSI, 2001
Kebutuhan Kontrasepsi
 Penggunaan Kontrasepsi berdasarkan Kelompok Usia:
0%
20%
40%
60%
80%
100%
20 - 25
26 - 30
31 - 35
36 - 40
41 - 45
46 - 50
tgt pasangan
tak menggunakan
kondom
pill
lain-lain
MOW/P
IUD
43,4
65,5
32,1
19,5
15,8
26,3
13,8
5,7
6,1
28,4
3,9
7,2
24,7
6,3
16,3
15,5
10,5
9,8
19,7
7,3
9,6
12,0
34,3
8,9
23,9
8,4
14,3
12,7
24,3
12,1
Source: Emnid, N = 2503 women,
aged 20 to 50
Schering GB Deutschland Market Research
T. Hein 31. 01. 1997
18,5
4,84,8
5,41,81,0
9,5
10,7
2,3
2,9
Kebutuhan Kontrasepsi

More Related Content

siklus-menstruasi-dan-kebutuhan-kb

  • 2. Parakrin & autokrin (hormon) pengatur fungsi ovarium (1): 1. Siklus fungsi ovarium dengan pematangan folikel-folikel, ovulasi, formasi corpus luteum diatur oleh sistem kelenjar hypothalamo- hipofise seperti halnya dengan mekanisme intraovarial. 2. Hypothalamus memproduksi gonadotropin-releasing hormones (GnRH) 3. GnRH dibawa melalui sistem vena portal menuju kelenjar hipofise anterior 4. GnRH menyatu pada reseptor spesifik yang menginduksi sekresi luteotropic hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH) Fisiologi Siklus Menstruasi
  • 3. Parakrin & autokrin (hormon) pengatur fungsi ovarium (2): 5. Pelepasan FSH dan LH bergantung pada GnRH dan terjadi setiap 90 menit (berkala) Lanzone et al 1996. 6. Estradiol dan progestin mengatur transmisi neuro-kimia ke hypothalamus untuk memproduksi GnRH (umpan balik negatif) 7. Endogen, opioid, katecholamin dan lain-lain memodulasi fungsi dari neuron-neuron GnRH. Fisiologi Siklus Menstruasi
  • 4. Pengaruh inhibisi dan stimulasi yang merupakan aktifitas neuro- transmitter GnRH: VIP = vasoactive polypeptide 5-HT = 5 OH-Tryptamin NA = Noradrenaline OP = opioids, Ach =Acetylcholine DA = Dopamine A = Adrenaline (Keck et al 2002) Fisiologi Siklus Menstruasi
  • 5. Fisiologi Siklus Menstruasi Interaksi hipotalamus, hipofise dan ovarium. Mekanisme umpan balik negatif dan positif:
  • 6. Siklus Ovarium: - Embrio perempuan mempunyai 4 - 7 juta folikel primordial. - Pada saat pubertas hanya 400,000 folikel primordial tersisa. - 30 35 tahun proses reproduksi mengkonsumsi semua folikel (siklus bulanan menggunakan ratusan hingga ribuan folikel). - Setiap bulan hanya satu folikel, dari ovarium kanan atau kiri yang akan menjadi dominan dan menjadi folikel matang (folikel deGraaf, berdiameter 25 mm). - Seleksi dari folikel dominan terjadi pada hari ke-6 to 8 setelah siklus. Fisiologi Siklus Menstruasi
  • 7. Jumlah sel germinativum pada ovarium manusia: Fisiologi Siklus Menstruasi
  • 8. Ilustrasi Seleksi Folikel: Hanya satu folikel matang yang menjadi dominan. Ratusan folikel lain menjadi atretik. 99% dari seluruh folikel mengalami kematian sel yang terprogram (apoptosis). Folikel dominan yang masih bertahan dibantu oleh FSH, epidermal growth factor (EGF), transforming growth factor beta (TGF-), basic fibroblast growth factor (bFGF), insulin-like growth factor (IGF-1) dan estrogens. Fisiologi Siklus Menstruasi
  • 9. Fisiologi Siklus Menstruasi Perkembangan Folikel (1): Folikel primordial umumnya ditemukan pada korteks ovarium.
  • 11. Fisiologi Siklus Menstruasi Apoptosis pada Ovarium: - Kurang dari 1% dari keseluruhan Folikel mencapai tahap Folikel deGraaf, dengan 99% dari folikel-folikel (ratusan/siklus) berdegenerasi dengan mekanisme apoptosis. - Programmed Cell Death = apoptosis adalah proses yang sepenuhnya bergantung pada ketersediaan energi dan diikuti oleh degradasi DNA. - Kemampuan hidup folikel utama tergantung dari adanya growth factor: EGF-1 (epidermal growth factor), TGF-beta (transforming growth factor), IGF-1 (insulin-like growth factor), dan estrogens.
  • 12. Ovulasi: 1. Reseptor LH pra ovulasi bermunculan pada sel granulosa folikel dominan (FSH dependent) 2. Testosteron dari sel Theka beraromatisasi menjadi estradiol di dalam sel granulosa 3. Bertambahnya estradiol menyebabkan kenaikan synthesis dan penyimpanan LH (umpan balik mekanisme positif Diagram Interaksi) 4. Jarak waktu antara produksi estradiol maksimal dari folikel deGraaf dan pelepasan maksimal dari LH adalah 24 jam 5. 8 sampai 10 jam setelah puncak LH, akan diikuti dengan ovulasi 6. Konsentrasi fisiologis serum estradiol pada pertengahan siklus, berjumlah hingga 250 pg/ml Fisiologi Siklus Menstruasi
  • 13. Perubahan morfologis dan endokrin pada siklus menstruasi: Fisiologi Siklus Menstruasi
  • 14. Corpus luteum (yellow body): Bekas folikel yang pecah setelah ovulasi, berkembang menjadi corpus luteum. Tanda sitomorfologisnya berupa vaskularisasi baru dari sel granulosa yang semula avaskuler Corpus luteum terhubung ke sirkulasi dan reseptor-reseptor low density lipoprotein (LDL) terbentuk. Sebagai hasilnya sel-sel granulosa dapat menggunakan kolesterol yang ada untuk biosintesis progesteron Level maksimum serum progesteron 15 ng/ml 6 sampai 8 hari setelah ovulasi vaskularisasi baru dari Sel-sel granulosa Fisiologi Siklus Menstruasi
  • 15. Perubahan-perubahan Endometrium: Endometrium mengandung: epithel mukosa, epithel kelenjar, endometrial stroma, jaringan ikat dengan fibroblas dan makrofag. Estradiol menyebabkan proliferasi luas endometrium akibat meningkatnya mitosis seluler. Estradiol melekat ke reseptor estrogen yang akan merangsang reseptor progesteron. Endometrium akan menjadi sensitif terhadap progesteron pada fase sekresi dalam siklus (OMalley et al. 1991). Ketebalan Endometrium bertambah dari 1 mm pada hari ke-1 hingga 7-8 mm pada hari ke 14. Fisiologi Siklus Menstruasi
  • 16. Corpus-luteum gravidum (Kehamilan): Bila terjadi fertilisasi dan implantasi, human choriogonadotrophin (hCG), yang mirip dengan molekul LH, akan menstimulasi corpus luteum, untuk menghasilkan progesteron secara berkesinambungan untuk memelihara kehamilan. Bila tidak terjadi kehamilan, corpus luteum akan mengalami luteolysis. Prostaglandins, sitokinin, dan growth factors seperti TNF-beta (tumor necrosis factor), dan makrofag akan menginfiltrasi jaringan kapiler sehingga menyebabkan regresi dari corpus luteum dan terbentuk jaringan parut (corpus albicans). Fisiologi Siklus Menstruasi
  • 17. Fertilisasi dan implantasi (1): Transportasi sperma: Transportasi melalui vas deferens ke vesikula seminalis merupakan transport pasif Setelah transport aktif (ejakulasi), transportasi sperma di vagina dan uterus akan berlangsung secara pasif. pH vagina yang asam akan diimbangi oleh cairan seminalis yang alkalis. Sperma berpenetrasi dalam lendir serviks dengan kecepatan 2-3 mm/menit. Kontraksi akan menghisap sperma ke dalam rongga uterus (transportasi pasif) Sperma yang mati akan terfagosit di dalam serviks. Konsistensi lendir serviks menyebabkan sperma tak dapat lewat sebelum hari ke 9 siklus dan 2-3 hari setelah ovulasi. Fisiologi Siklus Menstruasi
  • 18. Fertilisasi dan Implantasi (2): Kapasitasi Destabilisasi membran sel plasma kepala spermatozoa yang terjadi selama melewati saluran reproduksi perempuan. Fisiologi Siklus Menstruasi Gambaran skematis proses kapasitasi. Membran sel di destabilisasi dengan terjadinya pelepasan kolesterol. Progesteron meningkatkan gerak sperma dan memudahkan penetrasi ke zona pellucida
  • 19. Reaksi akrosomal dipicu secara fisiologis oleh kontak spermatozoa dengan zona pellucida (3): Lapisan akrosomal paling luar dan membran plasma menyatu, diikuti dengan pelepasan hyaluronidase dan acrosin. Kedua-duanya mempunyai efek lysis dan membantu penetrasi ke zona pellucida. Fertilisasi dan Implantasi
  • 20. Fertilisasi (4): Setelah sperma berpenetrasi, sel telur melepaskan granulae yang menonaktifkan spermatozoa lain dan membuat zona pellucida impermiabel (pencegahan multi fertilisasi). Secara Anatomi, fertilisasi terjadi saat transisi isthmo-ampullar tuba Falopii. Difusi pertama terjadi di sini. Embrio pada tahap awal dinutrisi oleh piruvat dan laktat dari uterus. Embrio mencapai rongga uterus 4-5 hari setelah konsepsi pada tingkat morula. Fertilisasi dan Implantasi
  • 21. Saat Nidasi (Timing of nidation): 5.9 - 7.5 hari setelah konsepsi Sinsisiotrofoblas tumbuh secara invasif ke dalam decidua dan stroma endometrium diikuti dengan erosi pembuluh darah dan invasi sistem vaskuler (pertukaran gas and nutrisi). Fertilisasi dan Implantasi
  • 22. Kebutuhan Kontrasepsi Anak dari keinginan, bukan dari peluang!
  • 23. Perlambatan pertumbuhan penduduk dengan terpenuhinya unmet needs: Kebutuhan Kontrasepsi
  • 24. Lebih dari 100 x 106 senggama per hari. 1 juta kelahiran baru per hari 50% diantaranya tidak di rencanakan dan 25% tidak diharapkan. 150.000 abortus provokatus per hari di seluruh dunia, 50.000 diantaranya abortus illegal. Lebih dari 500 perempuan meninggal akibat komplikasi abortus tiap harinya. (WHO 1999) Kebutuhan Kontrasepsi
  • 25. Angka dari abortus provokatus per 1,000 perempuan/tahun di berbagai negara(Nieschlag et al. 1998): Kebutuhan Kontrasepsi
  • 26. Persentase perempuan yang tidak ingin mempunyai anak: 0 20 40 60 80 100 Cameroon Nigeria Pakistan Jordan Guatemala Kenia Egypt Indonesia Mexico Philippines China Thailand Columbia Japan USA % DSW Newsletter (6), August 1995, DHS /Measure (1998) Kebutuhan Kontrasepsi
  • 27. 0 20 40 60 80 1960-1965 1983 1998 Persentasipengguna (Sumber: United Nations, 1984 and 1999) Negara Berkembang Negara Maju Kebutuhan Kontrasepsi Prevalensi Kontrasepsi:
  • 28. Prevalensi Kontrasepsi di Asia (dari data PBB 2005) Dunia/1999 semua metode 60.5 % Asia Timur/2000 semua metode 82 % (Jepang 56%, Mongolia 67%) South-central Asia/2000 semua metode 48.3 % South-eastern Asia/2002 semua metode 59.8 % Kamboja/2000 24% Indonesia/2002/2003 60% Laos/2000 32% Malaysia/1994 55% Myanmar/2001 37% Filipina/2003 49% Singapur/1997 62% Thailand/1997 72% Timor-Leste/2003 10% Viet Nam/2002 78%
  • 29. Angka pengguna metode kontrasepsi moderen Per wilayah tahun 2000 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 Asia Amerika Latin Timur Tengah/Afrika Utara Afrika Sub-Sahara Asia Tengah Vaginal Kondom IUD Injeksi Pil Sterilisasi Laki-laki Sterilisasi Perempuan JumlahPengguna(Ribu) Sumber: JSI, 2001 Kebutuhan Kontrasepsi
  • 30. Penggunaan Kontrasepsi berdasarkan Kelompok Usia: 0% 20% 40% 60% 80% 100% 20 - 25 26 - 30 31 - 35 36 - 40 41 - 45 46 - 50 tgt pasangan tak menggunakan kondom pill lain-lain MOW/P IUD 43,4 65,5 32,1 19,5 15,8 26,3 13,8 5,7 6,1 28,4 3,9 7,2 24,7 6,3 16,3 15,5 10,5 9,8 19,7 7,3 9,6 12,0 34,3 8,9 23,9 8,4 14,3 12,7 24,3 12,1 Source: Emnid, N = 2503 women, aged 20 to 50 Schering GB Deutschland Market Research T. Hein 31. 01. 1997 18,5 4,84,8 5,41,81,0 9,5 10,7 2,3 2,9 Kebutuhan Kontrasepsi