Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-8-10 Masehi di bawah pemerintahan Raja Balaputradewa, tetapi kemudian mengalami kemunduran akibat berbagai serangan dari kerajaan tetangga seperti Kerajaan Medang dan Majapahit serta bergesernya letak ibu kota dari dekat pantai. Kerajaan ini akhirnya runtuh pada abad ke-14 Masehi.
2. 1. Letak Kerajaan
Dilihat dari letak geografis, daerah Kerajaan
Sriwijaya mempunyai letak yang sangat strategis,
yaitu di tengah-tengah jalur pelayaran perdagangan
antara India dan Cina. Di samping itu, letak Kerajaan
Sriwijaya dekat dengan Selat Malak yang
merupakan urat nadi perhubungan bagi daerah-
daerah di Asia Tenggara. Hasil bumi Kerajaan
Sriwijaya merupakan modal utama bagi
masyarakatnya untuk terjun dalam aktifitas
pelayaran dan perdagangan.
4. 2. Sumber Sejarah
Peninggalan :
a.
Ditemukan di dekat Kota Palembang dan berangka tahun 683 Masehi.
Berisi cerita tentang Raja Sriwijaya (Dapunta Hyang) yang mengadakan
perjalanan suci dari Minanga Tamwan untuk mendapatkan Siddhayatra
dan keberhasilnya memakmurkan Kerajaan Srwijaya.
5. B. Prasasti Talang Tuo
Ditemukan di sebelah barat Kota Palembang dan berangka tahun
684 Masehi. Prasasti ini menceritakan pembuatan Taman
Srikseta oleh Raja Dapunta Hyang untuk kemamkmuran rakyat.
6. c. Prasasti Telaga Batu
Ditemukan di dekat Kota Palembang dan tidak berangka tahun.
Prasasti ini menceritakan tentang kutukan-kutukan terhadap
siapa pun yang melakukan kejahatan dan yang tidak taat
terhadap raja.
7. D. Prasasti Karang Berahi
Ditemukan di Karang Berahi (Provinsi Jambi) dan berangka tahun
868 Masehi. Prasasti ini menceritakan tentang permintaan
kepada dewa untuk menghukum setiap orang yang orang
melakukan kejahatan terhadap Kerajaan Sriwijaya.
8. e. Prasasti Kota Kapur
Ditemukan di Kota Kapur (Pulau Bangka) dan berangka tahun 686
Masehi. Prasasti ini menceritakan tentang usaha Kerajaan
Sriwijaya dalam menundukkan Pulau Jawa, yaitu Kerajaan
Tarumanegara yang dianggap tidak setia kepada Kerajaan
Sriwijaya.
9. F. Prasasti Palas Pasemah
Ditemukan di Palas Pasemah (Provinsi Lampung) dan tidak
berangka tahun. Prasasti ini mencertitakan bahwa daerah
Lampung Selatan telah diduduki oleh Kerajaan Sriwijaya pada
akhir abad ke-7 Masehi
10. g. Bukit Siguntang
Bukit Siguntang berada di Kota Palembang merupakan komplek
pemakaman raja-raja Kerajaan Sriwijaya. Ditemukan peninggalan
Kerajaan Sriwijaya dalam bentuk arca Budha Sakyamurni yang
mengunakan jubah dan Prasasti Bukit Siguntang berisikan
tentang peperangan yang banyak merenggut nyawa.
11. i. Prasasti Amoghpasha
• Ditemukan di provinsi Jambi dan berangka tahun 1286 M. Isi dari prasasti
ini menyebutkan bahwa raja
• Kertanegara telah menghadiahkan arca amogapasha pada raja
Suwarnabhumi yang bernama Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa. Raja dan
rakyatnya sangat gembira.
12. 3. Raja-Raja
• 1. Dapunta Hyan Srijayanasa (terdapat dalam Prasasti Kedukan Bukit tahun 683 Masehi dan
Prasasti Talang Tuwo tahun 684 Masehi)
2. Sri Indrawarman (terdapat dalam Berita Cina tahun 724 Masehi
3. Rudrawikrama (terdapat dalam Berita Cina tahun 728 Masehi)
4. Wishnu (terdapat dalam Prasasti Ligor tahun 775 Masehi
5. Maharaja (terdapat dalam Berita Arab tahun 851 Masehi)
6. Balaputera Dewa (terdapat dalam Prasasti Nalanda tahun 860 Masehi)
7. Sri Udayadityawarman (terdapat dalam Berita Cina tahun 960 Masehi)
8. Sri Udayaditya (terdapat dalam Berita Cina tahun 962 Masehi)
9. Sri Sudamaniwarmadewa (terdapat dalam Prasasti Leiden tahun 1044 Masehi)
10. Marawijayatunggawarman (terdapat dalam Prasasti Leiden tahun 1044 Masehi)
11. Sri Sanggaramawijayatunggawarman (terdapat dalam Prasasti Chola tahun 1044 Masehi)
13. 4. Puncak Kejayaan
• Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan
pada masa pemerintahan Balaputradewa. Ia
mengadakan hubungan dengan
raja Dewapaladewa dari India. Dalam prasasti
Nalanda yang berasal dari sekitar tahun 860 M
disebutkan bahwa Balaputradewa mengajukan
permintaan kepada raja Dewapaladewa dari
Benggala untuk mendirikan biara bagi para
mahasiswa dan pendeta Sriwijaya yang belajar
di Nalanda. Balaputradewa adalah
putra Samaratungga dari
Dinasti Syailendra yang memerintah di Jawa
Tengah tahun 812 – 824 M.
14. • Sriwijaya pernah pula menjadi pusat pendidikan dan
pengembangan agama Budha. Seorang biksu Budha
dari Cina bernama I-tsing pada tahun 671 berangkat
dari Kanton ke India untuk belajar agama Budha. Ia
singgah di Sriwijaya selama enam bulan untuk
belajar bahasa sansekerta. Di Sriwijaya mengajar
seorang guru agama Budha terkenal
bernama Sakyakirti yang menulis buku berjudul
Hastadandasastra. Para biksu Cina yang hendak
belajar agama ke India dianjurkan untuk belajar di
Sriwijaya selama 1 – 2 tahun. Pada masa berikutnya,
yaitu pada tahun 717 dua pendeta Tantris
bernama Wajrabodhi dan Amoghawajra datang ke
Sriwijaya. Kemudian, antara tahun 1011-1023 M
datang pula pendeta dari Tibet
bernama Attisa untuk belajar agama Budha kepada
mahaguru di Sriwijaya bernama Dharmakirti.
15. • Catatan lain menuliskan bahwa Sriwijaya maju dalam bidang
agraris. Ini disimpulkan dari seorang ahli dari Bangsa
Persia yang bernama Abu Zaid Hasan yang mendapat
keterangan dari Sujaimana, seorang pedagang Arab. Abu
Zaid menulis bahwasanya Kerajaan Zabaj (Sriwijaya -sebutan
Sriwijaya oleh bangsa Arab pada masa itu-) memiliki tanah
yang subur dan kekuasaaan yang luas hingga ke
seberang lautan.
• Sriwijaya menguasai jalur perdagangan maritim di Asia
Tenggara sepanjang abad ke-10, akan tetapi pada akhir abad
iniKerajaan Medang di Jawa Timur tumbuh menjadi kekuatan
bahari baru dan mulai menantang dominasi Sriwijaya. Berita
Tiongkok dari Dinasti Song menyebut Kerajaan Sriwijaya di
Sumatra dengan nama San-fo-tsi, sedangkan Kerajaan
Medangdi Jawa dengan nama Cho-po. Dikisahkan
bahwa, San-fo-tsi dan Cho-po terlibat persaingan untuk
menguasai Asia Tenggara. Kedua negeri itu saling mengirim
duta besar ke Tiongkok. Utusan San-fo-tsi yang berangkat
tahun 988 tertahan di pelabuhan Kanton ketika hendak
pulang, karena negerinya diserang oleh balatentara Jawa.
Serangan dari Jawa ini diduga berlangsung sekitar tahun 990-
an, yaitu antara tahun 988 dan 992 pada masa
pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa.
16. 5. Runtuhnya Sriwijaya
• Setelah Raja Balaputradewa wafat, tidak ada raja yang cakap
untuk memerintah Kerajaan Sriwijaya. Hal tersebut
menyebabkan Kerajaan Sriwijaya semakin mengalami
kemunduran.
• Akibat pengendapan lumpur yang dibawa oleh Sungai Musi
dan sungai lainya, akhirnya Kota Palembang semakin jauh dari
laut
• Akibat semakin jauhnya Kota Palembang dari laut
menyebabkab daerah tersebut tidak strategis lagi. Kapal-kapal
dagang lebih memilih singgah di tempat lain. Hal tersebut
menyebabkan kegiatan perdagangan berkunrang dan
pendapatan kerajaan dari pajak menurun.
17. • Akibat semakin melemahnya perekonomian Kerajaan
Sriwijaya maka penguasa kerajaan tidak mampu lagi
mengontrol daerah kekuasaanya. Daerah kekuasaan Kerajaan
Sriwijaya yang telah melepaskan diri adalah Jawa Tengah dan
Melayu.
• Serangan yang dilakukan oleh Raja Teguh Darmawangsa dari
Kerajaan Medang atas wilayah Sriwijaya bagian selatan pada
tahun 992.Serangan yang dilakukan oleh Kerajaan
Colamandala dari India Selatan atas Semenanjung Malaka
pada tahun 1017.Pendudukan yang dilakukan oleh Raja
Kertanegara dari Singosari atas wiayah Melayu pada tahun
1270. Pendudukan ini dikenal sebagai Ekspedisi
Pamalayu.Pendudukan yang dilakukan Kerajaan Majapahit
atas seluruh wilayah Sriwijaya pada tahun 1377. Pendudukan
tersebut dalam upaya mewujudkan kesatuan Nusantara.