Perkembangan genitalia eksterna dan internal pada janin dipengaruhi oleh aktivitas androgen. Kelainan dapat terjadi akibat gangguan produksi, transport, atau respon terhadap androgen. Beberapa kelainan umum meliputi kriptorkismus, hipospadia, CBAVD, sindrom insensitivitas androgen, dan hiperplasia adrenal kongenital. Diagnosis dan penanganannya memerlukan pendekatan multidisplin.
1 of 27
Downloaded 165 times
More Related Content
Sistem reproduksi part 3
3. Terjadi pada saat minggu ke-4 masa embrio (minggu ke-6
siklus menstruasi).
Memiliki kedekatan fisik dengan perkembangan sistem
urinarius.
Prekursor genitalia interna: mesonefros (ginjal primordial)
terdiri atas tubulus dan duktus mesonefrik (wolfii), serta
tubulus dan duktus paramesonefrik (mulleri).
Mesonefros berhubungan dengan korda seks primitif (gonad).
Duktus paramesonefrik terbentuk dari epitel selom ditepi
lateral rigi mesonefrik.
Saat usia janin 3 bulan, salah satu dari kedua duktus akan
menghilang, semuanya tergantung jenis kelamin.
4. Embrio normal akan menghasilkan MIS (Mullerian-Inhibiting
Substance) Peptida yang disekresi oleh cikal bakal sel sertoli
dibawah pengaruh SRY.
Duktus Mulleri berdegenerasi oleh karena MIS.
Duktus Wolfii berdiferensiasi, dengan bantuan testosteron
yang disekresi oleh cikal bakal sel leydig, akan menjadi
epididimis, vas deferen, dan vesikula seminalis.
Testosteron embrio dikontrol oleh hormon plasenta (hCG).
Kelenjar prostat berkembang dari daerah primordial sinus
urogenital dan sisa duktus mulleri, yang dipengaruhi oleh DHT
(dari pengubahan testosteron oleh enzim 5留-reduktase).
Zona sentral dan transisional dari prostat berasal dari jaringan
berlebih di daerah sentral yang mungkin merupakan turunan
wolfii.
5. Tidak adanya MIS , Sistem Mulleri menetap.
Duktus Mulleri berkembang dan mencapai sinus
urogenitalia (kandung kemih).
Duktus Mulleri akan membentuk saluran oviduk,
uterus dan sepertiga bagian atas vagina.
Oleh karena testosteron tidak ada, sistem wolfii
mengalami regresi, menyisakan duktus gartner
(antara ovarium dan hymen).
7. Terjadi pada minggu ke-8 masa embrio (minggu
ke-10 siklus menstruasi).
Prekursor genital eksterna: alantois, lekuk (celah)
ureter, tuberkulum genital, lipatan genital,
pembengkakan labioskrotal, dan tonjolan anus.
8. Perkembangan genitalia eksterna primordial memerlukan DHT
embrio (berasal dari testosteron testis).
DHT, membantu perkembangan:
1. Lobus kelenjar prostat ke arah luar dari kolikulus seminalis
dimana uretra keluar dari kandung kemih.
2. Lipatan genitalia menyatu untuk membentuk penis.
3. Pembengkakan labioskrotal yang membesar dan membentuk
skrotum.
PERISTIWA PENURUNAN TESTIS:
Testis yang awalnya berada di atas cincin inguinal ditarik ke bawah
oleh tali fibrosa melalui kanalis inguinalis ke dalam skrotum yang
sedang berkembang (gubernakulum), pada usia 3 bulan terakhir
masa kehamilan. Proses ini melibatkan androgen yang dipengaruhi
gonadotropin janin. Setelah turun sempurna, kanalis inguinal
menyempit untuk mencegah herniasi isi abdomen.
9. Lipatan celah urogenital tetap tetap terbuka.
Aspek posterior sinus urogenital membentuk 2/3 bagian
bawah vagina.
Aspek anterior sinus urogenital membentuk uretra.
Lipatan genitalia lateral membentuk labia minor.
Tonjolan labioskrotal membentuk labia mayor.
Klitoris terbentuk di atas uretra.
Gubernakulum pada wanita akan membentuk ovarium dan
ligamen rotundum.
NOTES: Diferensiasi fenotipe wanita terjadi karena tidak ada
androgen dan tidak tergantung pada ovarium.
11. Sisa duktus Wolfii pada wanita disebut dengan duktus
Gartner terletak antara ovarium dan himen secara
klinis dapat membentuk kista.
Kriptorkismus Kegagalan testis untuk turun dengan
semestinya pada janin oleh karena gangguan aksis
hipotalamus-hipofisis-gonad.
Based on research: janin yang terpajan dengan
androgen (sejak minggu kelima masa embrio) baik
endogen maupun eksogen akan mengalami
deferensiasi pria, tanpa memperhatikan seks genetik
atau gonad. Tidak adanya aktivitas androgen akan
menghasilkan fenotipik wanita.
13. Kriptorkismus: kelainan genitalia berupa testis tidak turun ke dalam skrotum .
Penyebab langsung : kegagalan perkembangan gubernakulum sehingga gagal menarik
testis ke dalam skrotum.
Penyebab tidak langsung:
Kegagalan hipotalamus janin untuk merangsang sekresi gonadotropin pada trimester
ketiga (sindrom Kalmann dan Prader-Willi, anensefali);
Kegagalan testis mensekresi androgen (disgenesis gonad);
Kegagalan konversi testosteron menjadi DHT pada jaringan target (defisiensi 5留-
reduktase);
Tidak adanya reseptor androgen yang berfungsi (sindrom insensitivitas androgen).
Jenis-jenis kriptorkismus:
Menetap dalam kanalis inguinalis (70%)
Menetap dalam abdomen dan retroperitoneum (25%) memiliki resiko menjadi
neoplastik.
Menetap dalam lokasi ektopik lainnya (5%)
Terapi :
Pemberian hCG dan Hormon Androgen
Pembedahan (orkidopeksi)
Hernia inguinalis: Terjadi penurunan testis namun cincin inguinal tidak menutup
sempurna.
14. Hipospadia: kelainan letak muara meatus uretra, oleh
karena kegagalan penutupan yang sempurna pada bagian
ventral lekuk uretra.
Penyebab:
Defisiensi produksi testosteron (T).
Konversi T menjadi DHT tidak adekuat.
Defisiensi lokal pada pengenalan androgen (kurangnya
jumlah atau fungsi reseptor androgen).
Faktor predisposisi genetik (+):
Saudara kandung (+), resiko saudara laki-laki lainnya
mendapatkan hipospadia sebesar 12%.
Bapak dan anak laki-laki (+), resiko anak laki-laki
berikutnya mendapatkan hipospadia sebesar 25%.
16. Dikenal dengan CBAVD (congenital bilateral absence
of the vas deferens).
Kelainan yang cukup jarang ditemukan, biasanya
disertai dengan fibrosis kistik (CF).
Jika terjadi tanpa klinis CF, kemungkinan berhubungan
dengan mutasi kode gen untuk reseptor
transmembran CF (CF transmembran reseptor, CFTR)
Mekanisme molekularnya belum diketahui.
Adanya kelainan ini mengharuskan dilakukannya
pemeriksaan genetik terhadap gen CF.
18. SINDROM INSENSITIFITAS ANDROGEN (IA) SINDROM INSENSITIFITAS ANDROGEN (IA)
KOMPLIT INKOMPLIT (REIFENSTEIN)
Penyebab: Reseptor Androgen Intraseluler Penyebab: Mutasi pada gen reseptor
tidak ada atau tidak berfungsi - Duktus androgen (berada pada daerah q11-12
Wolfii tidak berkembang. pada kromosom X), berupa defek:
Lahir sebagai wanita karena tidak ada Domain yang mengikat androgen pada
aktivitas androgen dan memiliki genitalia reseptor.
eksterna perempuan. Domain yang mengikat androgen pada
Didiagnosis setelah masa pubertas. reseptor.
Ciri-ciri Klinis: Produksi protein reseptor.
Amnorea primer. Ciri-ciri klinis:
Vagina pendek tidak berujung (tidak ada Genitalia eksterna = laki-
serviks, uterus, dan ovarium). laki/hipospadia (klitiromegali ringan
Perkembangan payudara normal. dengan penyatuan labia yang tidak
Pertumbuhan rambut pubis dan aksilla sempurna).
jarang atau tidak ada. Terjadi Infertilitas rendahnya atau
Resiko tumor gonad kurang dari 5%. tidak adanya spermatogenesis.
Terdapat perkembangan payudara
(ginekomastia).
19. Dahulu disebut dengan hipospadia perineoskrotal pseudovagina
(pseudovaginal perineoscrotal hypospadia, PPH).
Penyebab: Mutasi gen 5留-reduktase (mutasi isoenzim yang dikodekan pada
kromosom 2 [gen SRD5A2]).
Ciri-ciri klinis:
Hipospadia.
Kegagalan fusi lipatan labioskrotal dalam derajat yang bervariasi.
Muara urogenitalia terpisah.
Celah pada skrotum menyerupai vagina.
Diagnosis: Perhitungan kadar testosteron (T) dan dihidrotestosteron (DHT),
Peningkatan rasio T:DHT menunjang diagnosis.
Anak dengan kelainan ini dapat dibesarkan dengan baik sebagai laki-laki
ataupun perempuan, namun biasanya dibesarkan sebagai anak perempuan.
Jika ingin menetapkan status sebagai wanita gonadektomi (mencegah
pecahnya suara dan pola perkembangan otot pria saat pubertas).
Jika ingin menetapkan status sebagai pria membutuhkan perbaikan untuk
hipospadia dan kriptorkismus.
20. Jarang terjadi (disgenesis gonad pada kariotipe XY).
Perkembangan genitalia interna dan eksterna
normal, namun kecil dan kurang mengalami
perkembangan seksual sekunder saat pubertas.
Pita fibrosa menempati testis.
Terapi:
Gonadektomi mencegah resiko pembentukan
tumor (20-30%).
Estrogen dan progesteron membantu
perkembangan seksual sekunder pada wanita saat
pubertas.
22. Struktur yang sering mengalami kelainan adalah: uterus,
serviks dan vagina kelainan perkembangan embriologis
sistem Mulleri.
Agenesis sistem Mulleri: Sindrom Mayer-Rokitansky-
Kuster-Hauser.
Perkembangan hanya satu sisi uterus: Uterus Unicornis
(hemiuterus dan 1 buah tuba fallopi).
Kegagalan penyatuan sistem Mulleri di garis tengah:
Uterus Didelpis (uterus ganda).
Kegagalan penyatuan bagian atas uterus namun menyatu
pada bagian badan: Uterus Bicornis.
Kegagalan merespon garis tengah duktus Mulleri setelah
penyatuan: Uterus septus.
24. Terjadi pada individu yang lahir pada tahun 1940-1972 yang
ibunya diberi estrogen sintetis untuk mencegah keguguran.
Paparan DES menyebabkan kelainan berikut:
Membentuk serviks seperti: mangkuk, peci atau hipoplasia.
Membentuk susunan otot uterus seperti: rongga uterus
berbentuk T pada histerosalphingografi.
Menetapnya epitel kelenjar serviks pada vagina (adenosis
vagina).
Dampak pajanan DES in utero:
Meningkatkan resiko kegagalan reproduksi (infertilitas,
keguguran berulang dan persalinan pre-term).
Meningkatkan resiko keganasan di lokasi adenosis vagina
pada anak perempuan yang terpajan DES.
25. Defek utama hiperplasia adrenal kongenital adalah tidak adanya satu dari enzim-enzim yang diperlukan untuk
steroidogenesis tidak ada produk akhir hormon steroid dari kelenjar adrenal umpan balik positif aksis
HHG produk ACTH meningkat Terjadi hiperplasia adrenal dengan produksi androgen berlebih.
Pada janin laki-laki menimbulkan efek yang ringan.
Pada janin perempuan Maskulinisasi pada genital eksterna yang sensitif androgen (tetap memiliki uterus
dan vagina).
Bayi yang menagalami maskulinisasi dengan ovarium dan kariotipe 46XX pseudohermafrodit perempuan.
Terapi: pemberian glukokortikoid untuk menekan sekresi androgen adrenal dan pembedahan rekonstruksi
kelamin.
Hiperplasia adrenal kongenital paling sering menyebabkan genitalia ambigus (40-50%).
Efeknya pada alat genital bervariasi.
Bayi perempuan:
Sinus urogenital : terdiri atas vagina & uretra, yang terbuka pada dasar falus yang membesar dan
menyerupai penis.
Labia mayor mengalami hipertrofi atau bersatu (seperti skrotum yang kosong).
Tampak seperti anak laki-laki dengan hipospadia dan kriptorkismus.
Terjadi klitoromegali ringan hingga sedang.
Beberapa bayi mengalami hipertensi (5%) dengan pengeluaran garam (30%).
Bayi yang lahir dari ibu dengan hiperplasia adrenal kongenital tidak akan memiliki resiko mengalami virilisasi
kecuali adanya defek dari kedua orang tuanya dan juga memiliki defisiensi enzim.
Penggunaan progestin sintetis pada ibu hamil, dapat menyebabkan virilisasi nenonatus perempuan
kontraindikasi.
Terapi Virilisasi oleh karena pajanan steroid in utero: pembedahan rekontruksi kelamin, namun tidak ada
pajanan pascakelahiran.
26. Sindrom turner: Penyakit kongenital oleh karena tidak adanya kromosom seks yang
kedua, yaitu kariotipe 45X sehingga ovarium dan testis normal tidak berkembang
(disgenesis gonad).
Ciri-ciri klinis:
Perawakan pendek
Leher bersayap (webbed neck)
Dada bidang
Amenorea primer
Tidak terjadi perkembangan genital interna dan eksterna serta pubertas.
Memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami kelainan ginjal, penyakit
autoimun, kelainan jantung (koarkatasio aorta dan aneurisma aorta).
Mosaikisme kromosom seks (terdapat garis seks multiple pada komposisi
kromosom seks yang berbeda) juga dapat terjadi pada sindrom turner.
Dignosis kelainan ini membutuhkan pemeriksaan analisis kariotipe:
Individu yang memiliki garis sel yang mengandung kromosom Y menjalani
gonadektomi untuk mengurangi resiko kanker.
Individu dengan garis sel kromosom X Jaringan ovarium mungkin masih
terdapat dalam gonad sehingga dapat mengalami kehamilan dengan fertilisasi in
vitro dengan donor oosit.