ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tolak ukur hasil pendidikan dapat diketahui dengan adanya evaluasi.
Evaluasi pendidikan sering diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hassil
belajar – mengajar, padahal Antara keduanya punya arti berbeda meskipun saling
berhubungan. Pengertian evaluassi meliputi penguuran dan penilaian. Salah satu
prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi yaitu adanya triangulasi atau
hubungan erat Antara tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran atau KBM, dan
evaluasi.
Kegiatan belajar – mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar
disusun oleh pengajar dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Evaluasi
adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah
tercapai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa KBM dirancang dan disusun dengan
mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan, dan bahwa alat evaluasi juga
disusun dengan mengacu pada tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga
harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Sebagai contoh,
jika KBM dilakukan dengan menitikberatkan pada keterampilan, maka
evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan siswa, bukannya aspek
pengetahuan.
Oral examination atau viva-voce pada umumnya digunakan untuk
mengetahui domain kognitif dan dilakukan dengan tujuan mengevauasi kualitas
seperti kedalaman pengetahuan, kemampuan berdiskusi, dan mempertahankan
satu jawaban, sikap, keterhubungan, kemampuan untuk bertahan dalam situasi
tertekan dan kompetensi professional. Metode penilaian oral atau The
Conventional Viva – voce Examination (CVE) penuh dengan subjektivitas dan
telah diketahui memiliki validitas buruk, reliabilitas dan objektivitas. Oleh karena
itu sebuah pelatihan dalam evaluasi penilaian oral formatif pad Komunitas
Kedokteran diakuan dengan tujuan memperkenalkan objektifitas CVE,
2
memberikan keseragaman dalam system evaluasi dari penilaian oral, mengurangi
komponen bias subjektuf, jika ada.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memahami mengenai
metode penilaian oral terstruktur atau Structured Viva – voce Examination (SVE).
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Pengertian Structured Viva-voce Examination (SVE)
Oral examination merupakan metode assessment tradisional yang masih
digunakan oleh beberapa fakultas kedokteran di dunia meskipun metode
assessment ini sudah banyak ditinggalkan karena validitas dan reliabilitasnya yang
rendah dibanding metode assessment yang lain. Misalnya dalam penentuan
kelulusan mahasiswa seperti di negara Inggris (Royal Colledge of General
Practitioners Membership Examination’s), negara Eropa lainnya, Afrika dan Asia.
Oral examination atau ujian lisan adalah metode penilaian terhadap pengetahuan
mahasiswa dengan cara mahasiswa berhadapan langsung dengan seorang atau
beberapa penguji. Mahasiswa akan diberikan beberapa pertanyaan dengan lisan
kemudian dijawab oleh mahasiswa. Ujian ini berlangsung selama waktu tertentu
biasanya 20 menit sampai 1 jam. Dalam ujian ini penguji menggunakan suatu
blueprint penilaian kemudian membuat pertanyaan terstruktur. Penguji
memberikan suatu kasus (long case atau short case) kepada mahasiswa, kemudian
mahasiswa di berikan pertanyaan terkait kasus tersebut.
Oral examination ini mampu menilai pengetahuan mahasiswa pada tingkat
tahu (know) dan tahu bagaimana (know how) dari level kompetensi yang
dianjurkan oleh Miller (1990), yang kita kenal dengan Piramida Miller, sedangkan
dari taksonomi Bloom oral examination ini mampu menilai pengetahuan
mahasiswa pada tingkat berfikir analisis dan sintesis. Metode ini sering dipakai
menilai kemampuan mahasiswa dalam ujian di rotasi klinik. Oral examination
yang disebut juga viva voce adalah metode ujian yang mengharuskan mahasiswa
berhadapan dengan pasien, mengumpulkan informasi kemudian menentukan
diagnosis dan penatalaksanaan pasien kepada penguji.
Objective structured clinical examination (OSCE) merupakan salah satu
alat untuk menguji kompetensi keterampilan mahasiswa secara komprehensif
meliputi aspek kognitif, psikomotor, dan afektif yang dibentuk melalui penjabaran
kurikulum institusi. OSCE memiliki kelebihan dalam menilai kompetensi
mahasiswa lebih objektif, valid, dan reliable dibanding ujian lisan. Menurut
4
Cooper dikutip dari Shorab, alat uji yang baik dapat menilai apa yang seharusnya
diuji, kualitas alat uji dapat dilihat dari keringkasan dan kejelasan dalam
memberikan instruksi kepada yang diuji, objektif, valid dan reliable dalam menilai
peserta uji.
2.2. Mekanisme SVE
Berikut adalah langkah-langkah dalam pelaksaan Oral examination antara
lain sebagai berikut:
1. Melakukan analisis KD sesuai dengan muatan pelajaran. Analisis KD
dilakukan pada Tema, Subtema, dan pembelajaran. Hal ini dilakukan
agar semua kompetensi yang ingin dicapai dalam KD dapat terwakili
dalam instrumen yang akan disusun.
2. Menyusun kisi-kisi yang akan menjadi pedoman dalam pembuatan
pertanyaan, perintah yang harus dijawab siswa secara Oral
3. Menyiapkan pertanyaan, perintah yang akan disampaikan secara Oral.
4. Melakukan tes dan analisis untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
peserta didik. Melalui analisis ini guru akan mendapatkan informasi
yang digunakan untuk menentukan perlu tidaknya remedial atau
pengayaan.
Penilaian lisan dapat dilakukan dengan dengan teknik sebagai berikut:
1. Sebelum dilaksanakan tes lisan, pendidik sudah melakukan
inventarisasi berbagai jenis soal yang akan diajukan kepada peserta
didik, sehingga dapat diharapkan memiliki validitas yang tinggi dan
baik dari segi isi maupun konstruksinya;
2. Siapkan pedoman dan ancar-ancar jawaban bentuknya, agar mempunyai
kriteria pasti dalam penskoran dan tidak terkecok dengan jawaban yang
panjang lebar dan berbelit-belit;
3. Skor ditentukan saat masing-masing peserta didik selesai dites, agar
pemberian skor atau nilai yang diberikan tidak dipengaruhi oleh
jawaban yang diberikan oleh peserta didik yang lain;
5
4. Tes yang diberikan hendaknya tidak menyimpang atau berubah arah
dari evaluasi menjadi diskusi;
5. Untuk menegakan obyektivitas dan prinsip keadilan, pendidik tidak
diperkenankan memberikan angin segar atau memancing dengan kata-
kata atau kode tertentu yang bersifat menolong peserta didik dengan
aalasan kasihan atau rasa simpati;
6. Tes lisan harus berlangsung secara wajar. Artinya jangan sampai
menimbulkan rasa takut, gugup atau panik di kalangan peserta didik;
7. Pendidik mempunyai pedoman waktu bagi peserta didik dalam
menjawab soal-soal atau pertanyaan pada tes lisan;
8. Pertanyaan yang diajukan hendaknya bervariasi, dalam arti bahwa
sekalipun inti persoalan yang ditanyakan sama, namun cara pengajuan
pertanyaannya dibuat berlainana atau beragam;
9. Pelaksanaan tes dilakukan secara individual (satu demi satu), agar tidak
mempengaruhi mental peserta didik yang lainnya.
2.3. Validitas dan Reliabilitas
Metode assessment yang dipilih untuk menilai kemampuan mahasiswa
dalam pendidikan kedokteran seharusnya mempertimbangkan validitas,
reliabilitas, feasibilitas, educational impact, dan acceptability. Paling tidak di
antara semua kriteria tersebut kita mempertimbangkan tiga kriteria yaitu validitas,
reliabilitas dan feasibilitasnya. Validitas adalah suatu metode assessmen mampu
mengukur atau menilai apa yang seharusnya dinilai. Terdapat empat macam
validitas yaitu validitas konten adalah mengukur materi atau konten yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Validitas konkuren adalah instrumen penilaian
tersebut dapat membedakan kemampuan kelompok mahasiswa yang dinilai.
Validitas prediktif adalah instrumen penilaian tersebut dapat menilai
kemampuan mahasiswa pada waktu yang akan datang. Face validity adalah ujian
tersebut sesuai dengan apa yang diajarkan. Sedangkan reliabilitas adalah
ketepatan suatu instrumen penilaian dapat menilai kemampuan mahasiswa dengan
penguji, waktu dan mahasiswa menghasilkan hasil yang sama. Reliabilitas
diartikan sebagai consistency (ketetapan), generalisability (kemampuan
6
digeneralisasi) atau reproducibility (kemampuan untuk dikembangkan) dari suatu
tes. Feasibel adalah alat tersebut mudah digunakan dengan biaya yang keluarkan
sedikit serta efektif.
2.4. Kelebihan dan Kekurangan SVE
Sebuah riset oleh Shah HK, et al (2013) di India yaitu dengan memodifikasi
metode penilaian oral menggunakan system kartu yang diterapkan kepada
mahasiswa semester enam yaitu pada saat ujian akhir. Riset ini membandingkan
metode penilaian oral konvensional atau Conventional viva-voce terhadap metode
penilaian oral terstruktur atau Structured viva-voce. Kartu – kartu tersebut
didesain dengan pertanyaan – pertanyaan yang telah dibuat berdasarkan berbagai
kasus sesuai kurikulum Medical Council of India yaitu mmenjadi 10 topik.
Pertanyaan – pertanyaan dikembangkan dengan tingkat kesulitan yang berbeda
untuk topic penilaian yang berbeda.
Peserta diberikan arahan mengenai pola penilaian dan mengisi lembar
persetujuan (informed concent). 10 set kartu disusun dan diletakkan di atas meja,
setiap set memiliki dua subset yaitu pertanyaan langsung dan pertanyaan aplikasi.
Peserta dipilih secara random untuk urutan pengambilan kartu. Setelah ujian
dilakukan.
Gambar 1
Respon peserta didik terhadap SVE dan CVE.
7
Berdasarkan table tersebut memperlihatkan bahwa persepsi peserta
mengenai metode penilaian SVE dan CVE. Seluruh peserta berpendapat bahwa
system SVE terasa lebih ramah bagi peserta didik, serta membuat peserta dapat
tampil dengan baik ketika proses penilaian berlangsung. Sedangkan pada CVE,
75% peserta bersikap moody.3
Dalam riset Bhandary S (2017) di India yaitu dengan membandingkan
Traditional Viva Examination (TVE) terhadap Structure Oral Examination (SOE)
memperlihatkan bahwa SOE lebih inter reliabilitas yang mudah diterima dan
reliabilitas internal yang konsisten dibandingkan TVE. Dalam riset ini, peserta
terlihat lebih nyaman dengn SOE begitu juga dengan fakultas juga merasakan
bahwa SOE adalah alat penilaian yang baik. Namun di sisi lain, pada TVE lebh
mudah memberikan skor dan relevan dengan topic / subjek penilaian. topic /
subjek penilaian. Dengan menggunakan kombinasi SOE dan TVE, akan
memberikan dimensi yang lebih holistic Dengan menggunakan kombinasi SOE
dan TVE, akan memberikan dimensi yang lebih holistic dalam pola metode
penilaian lisan sehingga menjadi lebih feasible, reliable dan valid, reliable dan
valid, dan yang paling penting dapat dilaksanakan dengan baik dalam system
penilaian hasil belajar peserta didik saat ini di Asia Selatan.
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penilaian lisan atau viva-voce examination memiliki pandangan bahwa
penilaian bersifat subjektif dan hasil ujiannya dipengaruhi oleh berbagai factor.
Untuk menghindari hal tersebut maka perlu adanya standarisasi dan struktur
penilaian lisan. Pada metode CVE terlihat adanya kebutuhan untuk
memperkenalkan objektifitas ke dalam system penilaian lisan tersebut dan
berkerja sesuai dengan system terstandar sehingga memberikan kesempatan yang
baik dan efektif metode penilaian melalui system penilaian lisan.
Structure Viva-voce Examination (SVE) merupakan suatu metode penilaian
hasil belajar peserta didik yang dilakukan melalui ujian lisan. SVE memiliki
banyak kelebihan dibandingkan dengan metode penilaian lisan secara
konvensional atau Conventional Viva-voce Examination (CVE). Baik pengajar
maupun peserta didik lebih merasakan banyak manfaat dari penerapan SVE
dibandingkan CVE.
3.2. Saran
Bagi institusi pendidikan kebidanan dan para pengajar diharapkan dapat
lebih memahami mengenai SVE baik dalam tahap persiapan penilaian, penerapan,
evaluasi dan feedback SVE, sehingga SVE dapat diterapkan dengan optimal di
institusi.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Amin Z, Seng CY, Hoon eng K. Practical guide to medical student assessment.
World Scientific. Singapore, 2006
2. Ananthakrishan N. Principles of Evaluation. Medical Education 1995; 99-105.
3. Arikunto S. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi 2. Jakarta : Bumi Aksara.
2012; 38-40
4. Dornan T, Mann Karen, Scherpbier A, Spencer J. Medical education theory
and practice. Churchill Livingstone: Elsevier, 2011.
5. Marks M, Murto SH, Dent AJ, Harden RM. A Practical guide for medical
teachers: Performance Assessment. Churchill livingstone; Elsevier, 2009
6. Norcini JJ, McKinley DW. Assessment methods in medical education.
Teaching and Teacher Education. 2007; 23:239-50
7. Ponnudhali D, Bhandary S, Jones E. Structured Oral Examination – A Valid
And Reliable Assessment Tool For First Year MBBS Students. National
Journal of Basic Medical Sciences, Vol.7, Issue 2, 2016.
8. Shah HK, Vaz FS, Motghare DD. Structured Oral Examination: From
Subjectivity to Objectivity – An experience in Community Medicine. Journal
of Educational Research & Medical Teacher 2013; 1(1) 26-28.
9. Wass V, Wakeford R, Neighbour R, Vleuten CV. Achieving acceptable
reliability in oral examinations: an analysis Royal Colledge of General
Practisioners membership examination’s oral component. Medical Education,
2003; 37:126-31

More Related Content

Structured oral examination dr. yuni fitri hesti

  • 1. 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tolak ukur hasil pendidikan dapat diketahui dengan adanya evaluasi. Evaluasi pendidikan sering diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hassil belajar – mengajar, padahal Antara keduanya punya arti berbeda meskipun saling berhubungan. Pengertian evaluassi meliputi penguuran dan penilaian. Salah satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat Antara tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran atau KBM, dan evaluasi. Kegiatan belajar – mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh pengajar dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa KBM dirancang dan disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan, dan bahwa alat evaluasi juga disusun dengan mengacu pada tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Sebagai contoh, jika KBM dilakukan dengan menitikberatkan pada keterampilan, maka evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan siswa, bukannya aspek pengetahuan. Oral examination atau viva-voce pada umumnya digunakan untuk mengetahui domain kognitif dan dilakukan dengan tujuan mengevauasi kualitas seperti kedalaman pengetahuan, kemampuan berdiskusi, dan mempertahankan satu jawaban, sikap, keterhubungan, kemampuan untuk bertahan dalam situasi tertekan dan kompetensi professional. Metode penilaian oral atau The Conventional Viva – voce Examination (CVE) penuh dengan subjektivitas dan telah diketahui memiliki validitas buruk, reliabilitas dan objektivitas. Oleh karena itu sebuah pelatihan dalam evaluasi penilaian oral formatif pad Komunitas Kedokteran diakuan dengan tujuan memperkenalkan objektifitas CVE,
  • 2. 2 memberikan keseragaman dalam system evaluasi dari penilaian oral, mengurangi komponen bias subjektuf, jika ada. 1.2. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memahami mengenai metode penilaian oral terstruktur atau Structured Viva – voce Examination (SVE).
  • 3. 3 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Structured Viva-voce Examination (SVE) Oral examination merupakan metode assessment tradisional yang masih digunakan oleh beberapa fakultas kedokteran di dunia meskipun metode assessment ini sudah banyak ditinggalkan karena validitas dan reliabilitasnya yang rendah dibanding metode assessment yang lain. Misalnya dalam penentuan kelulusan mahasiswa seperti di negara Inggris (Royal Colledge of General Practitioners Membership Examination’s), negara Eropa lainnya, Afrika dan Asia. Oral examination atau ujian lisan adalah metode penilaian terhadap pengetahuan mahasiswa dengan cara mahasiswa berhadapan langsung dengan seorang atau beberapa penguji. Mahasiswa akan diberikan beberapa pertanyaan dengan lisan kemudian dijawab oleh mahasiswa. Ujian ini berlangsung selama waktu tertentu biasanya 20 menit sampai 1 jam. Dalam ujian ini penguji menggunakan suatu blueprint penilaian kemudian membuat pertanyaan terstruktur. Penguji memberikan suatu kasus (long case atau short case) kepada mahasiswa, kemudian mahasiswa di berikan pertanyaan terkait kasus tersebut. Oral examination ini mampu menilai pengetahuan mahasiswa pada tingkat tahu (know) dan tahu bagaimana (know how) dari level kompetensi yang dianjurkan oleh Miller (1990), yang kita kenal dengan Piramida Miller, sedangkan dari taksonomi Bloom oral examination ini mampu menilai pengetahuan mahasiswa pada tingkat berfikir analisis dan sintesis. Metode ini sering dipakai menilai kemampuan mahasiswa dalam ujian di rotasi klinik. Oral examination yang disebut juga viva voce adalah metode ujian yang mengharuskan mahasiswa berhadapan dengan pasien, mengumpulkan informasi kemudian menentukan diagnosis dan penatalaksanaan pasien kepada penguji. Objective structured clinical examination (OSCE) merupakan salah satu alat untuk menguji kompetensi keterampilan mahasiswa secara komprehensif meliputi aspek kognitif, psikomotor, dan afektif yang dibentuk melalui penjabaran kurikulum institusi. OSCE memiliki kelebihan dalam menilai kompetensi mahasiswa lebih objektif, valid, dan reliable dibanding ujian lisan. Menurut
  • 4. 4 Cooper dikutip dari Shorab, alat uji yang baik dapat menilai apa yang seharusnya diuji, kualitas alat uji dapat dilihat dari keringkasan dan kejelasan dalam memberikan instruksi kepada yang diuji, objektif, valid dan reliable dalam menilai peserta uji. 2.2. Mekanisme SVE Berikut adalah langkah-langkah dalam pelaksaan Oral examination antara lain sebagai berikut: 1. Melakukan analisis KD sesuai dengan muatan pelajaran. Analisis KD dilakukan pada Tema, Subtema, dan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar semua kompetensi yang ingin dicapai dalam KD dapat terwakili dalam instrumen yang akan disusun. 2. Menyusun kisi-kisi yang akan menjadi pedoman dalam pembuatan pertanyaan, perintah yang harus dijawab siswa secara Oral 3. Menyiapkan pertanyaan, perintah yang akan disampaikan secara Oral. 4. Melakukan tes dan analisis untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan peserta didik. Melalui analisis ini guru akan mendapatkan informasi yang digunakan untuk menentukan perlu tidaknya remedial atau pengayaan. Penilaian lisan dapat dilakukan dengan dengan teknik sebagai berikut: 1. Sebelum dilaksanakan tes lisan, pendidik sudah melakukan inventarisasi berbagai jenis soal yang akan diajukan kepada peserta didik, sehingga dapat diharapkan memiliki validitas yang tinggi dan baik dari segi isi maupun konstruksinya; 2. Siapkan pedoman dan ancar-ancar jawaban bentuknya, agar mempunyai kriteria pasti dalam penskoran dan tidak terkecok dengan jawaban yang panjang lebar dan berbelit-belit; 3. Skor ditentukan saat masing-masing peserta didik selesai dites, agar pemberian skor atau nilai yang diberikan tidak dipengaruhi oleh jawaban yang diberikan oleh peserta didik yang lain;
  • 5. 5 4. Tes yang diberikan hendaknya tidak menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi; 5. Untuk menegakan obyektivitas dan prinsip keadilan, pendidik tidak diperkenankan memberikan angin segar atau memancing dengan kata- kata atau kode tertentu yang bersifat menolong peserta didik dengan aalasan kasihan atau rasa simpati; 6. Tes lisan harus berlangsung secara wajar. Artinya jangan sampai menimbulkan rasa takut, gugup atau panik di kalangan peserta didik; 7. Pendidik mempunyai pedoman waktu bagi peserta didik dalam menjawab soal-soal atau pertanyaan pada tes lisan; 8. Pertanyaan yang diajukan hendaknya bervariasi, dalam arti bahwa sekalipun inti persoalan yang ditanyakan sama, namun cara pengajuan pertanyaannya dibuat berlainana atau beragam; 9. Pelaksanaan tes dilakukan secara individual (satu demi satu), agar tidak mempengaruhi mental peserta didik yang lainnya. 2.3. Validitas dan Reliabilitas Metode assessment yang dipilih untuk menilai kemampuan mahasiswa dalam pendidikan kedokteran seharusnya mempertimbangkan validitas, reliabilitas, feasibilitas, educational impact, dan acceptability. Paling tidak di antara semua kriteria tersebut kita mempertimbangkan tiga kriteria yaitu validitas, reliabilitas dan feasibilitasnya. Validitas adalah suatu metode assessmen mampu mengukur atau menilai apa yang seharusnya dinilai. Terdapat empat macam validitas yaitu validitas konten adalah mengukur materi atau konten yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Validitas konkuren adalah instrumen penilaian tersebut dapat membedakan kemampuan kelompok mahasiswa yang dinilai. Validitas prediktif adalah instrumen penilaian tersebut dapat menilai kemampuan mahasiswa pada waktu yang akan datang. Face validity adalah ujian tersebut sesuai dengan apa yang diajarkan. Sedangkan reliabilitas adalah ketepatan suatu instrumen penilaian dapat menilai kemampuan mahasiswa dengan penguji, waktu dan mahasiswa menghasilkan hasil yang sama. Reliabilitas diartikan sebagai consistency (ketetapan), generalisability (kemampuan
  • 6. 6 digeneralisasi) atau reproducibility (kemampuan untuk dikembangkan) dari suatu tes. Feasibel adalah alat tersebut mudah digunakan dengan biaya yang keluarkan sedikit serta efektif. 2.4. Kelebihan dan Kekurangan SVE Sebuah riset oleh Shah HK, et al (2013) di India yaitu dengan memodifikasi metode penilaian oral menggunakan system kartu yang diterapkan kepada mahasiswa semester enam yaitu pada saat ujian akhir. Riset ini membandingkan metode penilaian oral konvensional atau Conventional viva-voce terhadap metode penilaian oral terstruktur atau Structured viva-voce. Kartu – kartu tersebut didesain dengan pertanyaan – pertanyaan yang telah dibuat berdasarkan berbagai kasus sesuai kurikulum Medical Council of India yaitu mmenjadi 10 topik. Pertanyaan – pertanyaan dikembangkan dengan tingkat kesulitan yang berbeda untuk topic penilaian yang berbeda. Peserta diberikan arahan mengenai pola penilaian dan mengisi lembar persetujuan (informed concent). 10 set kartu disusun dan diletakkan di atas meja, setiap set memiliki dua subset yaitu pertanyaan langsung dan pertanyaan aplikasi. Peserta dipilih secara random untuk urutan pengambilan kartu. Setelah ujian dilakukan. Gambar 1 Respon peserta didik terhadap SVE dan CVE.
  • 7. 7 Berdasarkan table tersebut memperlihatkan bahwa persepsi peserta mengenai metode penilaian SVE dan CVE. Seluruh peserta berpendapat bahwa system SVE terasa lebih ramah bagi peserta didik, serta membuat peserta dapat tampil dengan baik ketika proses penilaian berlangsung. Sedangkan pada CVE, 75% peserta bersikap moody.3 Dalam riset Bhandary S (2017) di India yaitu dengan membandingkan Traditional Viva Examination (TVE) terhadap Structure Oral Examination (SOE) memperlihatkan bahwa SOE lebih inter reliabilitas yang mudah diterima dan reliabilitas internal yang konsisten dibandingkan TVE. Dalam riset ini, peserta terlihat lebih nyaman dengn SOE begitu juga dengan fakultas juga merasakan bahwa SOE adalah alat penilaian yang baik. Namun di sisi lain, pada TVE lebh mudah memberikan skor dan relevan dengan topic / subjek penilaian. topic / subjek penilaian. Dengan menggunakan kombinasi SOE dan TVE, akan memberikan dimensi yang lebih holistic Dengan menggunakan kombinasi SOE dan TVE, akan memberikan dimensi yang lebih holistic dalam pola metode penilaian lisan sehingga menjadi lebih feasible, reliable dan valid, reliable dan valid, dan yang paling penting dapat dilaksanakan dengan baik dalam system penilaian hasil belajar peserta didik saat ini di Asia Selatan.
  • 8. 8 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Penilaian lisan atau viva-voce examination memiliki pandangan bahwa penilaian bersifat subjektif dan hasil ujiannya dipengaruhi oleh berbagai factor. Untuk menghindari hal tersebut maka perlu adanya standarisasi dan struktur penilaian lisan. Pada metode CVE terlihat adanya kebutuhan untuk memperkenalkan objektifitas ke dalam system penilaian lisan tersebut dan berkerja sesuai dengan system terstandar sehingga memberikan kesempatan yang baik dan efektif metode penilaian melalui system penilaian lisan. Structure Viva-voce Examination (SVE) merupakan suatu metode penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan melalui ujian lisan. SVE memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan metode penilaian lisan secara konvensional atau Conventional Viva-voce Examination (CVE). Baik pengajar maupun peserta didik lebih merasakan banyak manfaat dari penerapan SVE dibandingkan CVE. 3.2. Saran Bagi institusi pendidikan kebidanan dan para pengajar diharapkan dapat lebih memahami mengenai SVE baik dalam tahap persiapan penilaian, penerapan, evaluasi dan feedback SVE, sehingga SVE dapat diterapkan dengan optimal di institusi.
  • 9. 9 DAFTAR PUSTAKA 1. Amin Z, Seng CY, Hoon eng K. Practical guide to medical student assessment. World Scientific. Singapore, 2006 2. Ananthakrishan N. Principles of Evaluation. Medical Education 1995; 99-105. 3. Arikunto S. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi 2. Jakarta : Bumi Aksara. 2012; 38-40 4. Dornan T, Mann Karen, Scherpbier A, Spencer J. Medical education theory and practice. Churchill Livingstone: Elsevier, 2011. 5. Marks M, Murto SH, Dent AJ, Harden RM. A Practical guide for medical teachers: Performance Assessment. Churchill livingstone; Elsevier, 2009 6. Norcini JJ, McKinley DW. Assessment methods in medical education. Teaching and Teacher Education. 2007; 23:239-50 7. Ponnudhali D, Bhandary S, Jones E. Structured Oral Examination – A Valid And Reliable Assessment Tool For First Year MBBS Students. National Journal of Basic Medical Sciences, Vol.7, Issue 2, 2016. 8. Shah HK, Vaz FS, Motghare DD. Structured Oral Examination: From Subjectivity to Objectivity – An experience in Community Medicine. Journal of Educational Research & Medical Teacher 2013; 1(1) 26-28. 9. Wass V, Wakeford R, Neighbour R, Vleuten CV. Achieving acceptable reliability in oral examinations: an analysis Royal Colledge of General Practisioners membership examination’s oral component. Medical Education, 2003; 37:126-31