1. STUDI KASUS
MANAJEMEN INDUSTRI
PERUSAHAAN KONTRAKTOR
Oleh :
Anella Megaselfa H. B 10520244062
Santhi Tri Utami 10520244963
Daniswara Galuh S 10520244064
Melisa Suryaningrum 10520244065
Sumartika Nur S 10520244066
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
2. PT. WASKITA
A. Tentang Perusahaan
Didirikan pada 1 Januari 1961 Waskita Karya adalah salah satu perusahaan
negara terkemuka di Indonesia yang memainkan peran utama dalam pembangunan
negara. Berasal dari sebuah perusahaan Belanda bernama "Volker Maatschappij NV
Aannemings", yang diambil alih berdasarkan Keputusan Pemerintah No.62/1961,
Waskita Karya awalnya berpartisipasi dalam perkembangan terkait air termasuk
reklamasi, pengerukan, pelabuhan dan irigasi.
Sejak tahun 1973, bagaimanapun, status hukum Waskita Karya telah berubah
menjadi "Persero" PT. Waskita Karya, dengan lebih akrab memanggil "Waskita". Sejak
saat itu, perusahaan mulai mengembangkan usahanya sebagai kontraktor umum terlibat
dalam jangkauan yang lebih luas dari kegiatan konstruksi, termasuk jalan raya, jembatan,
pelabuhan, bandara, bangunan, tanaman air limbah, pabrik semen, pabrik dan fasilitas
industri lainnya.
Pada tahun 1980, Waskita mulai melakukan berbagai proyek yang melibatkan
teknologi canggih. Transfer teknologi dilakukan melalui aliansi bisnis dalam bentuk
operasi bersama dan joint venture dengan perusahaan asing terkemuka. Prestasi
signifikan dan luar biasa yang menjadi kebanggaan nasional adalah Bandara Soekarno-
Hatta, Siwabessy Multipurpose Reaktor, dan Muara Karang Coal Fired Power
Plant di Jakarta.
Memasuki tahun 1990, Waskita telah menyelesaikan banyak bangunan bertingkat
tinggi dengan reputasi baik seperti BNI City (bangunan tertinggi di Indonesia),
Bangunan Kantor Bank Indonesia, Graha Niaga Tower, Mandiri Plaza Tower,
Shangri-La Hotel dan beberapa apartemen bertingkat bangunan di Jakarta dan kota-kota
lain di Indonesia.
Waskita telah mencapai kinerja dibedakan dalam pembangunan panjang jembatan
beton pre-stressed rentang menggunakan sistem kantilever bebas dengan berhasil
3. menyelesaikan tiga jembatan: Raja Mandala, Rantau Berangin, dan Barelang IV.
Prestasi besar lain yang menggunakan teknologi serupa dicapai dalam pembangunan
"Pasteur-Cikapayang-Surapati" jalan layang dan jembatan cable stayed di Bandung.
Kisah sukses yang sama juga dicapai dalam pembangunan beberapa bendungan besar
seperti Pondok, Grogkak, Tilong, Gapit, dan Sumi, yang diselesaikan lebih cepat dari
jadwal dengan kualitas memuaskan.
Upaya dalam selalu mengutamakan kualitas depan hal lain telah memungkinkan
Waskita dalam memperoleh sertifikasi ISO 9002:1994 pada bulan November 1995, yang
menjadi pengakuan internasional meyakinkan tentang Sistem Manajemen Mutu ISO
diterapkan oleh perusahaan dan titik awal menuju era global persaingan. Pada bulan
November 2009, Waskita telah berhasil diperbarui Sistem Manajemen Mutu dan mampu
mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008. Hal ini menjadi indikasi kuat tentang bagaimana
perusahaan memahami dan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan spesifik
pelanggan.
B. VISI DAN MISI
VISI
Untuk menjadi perusahaan konstruksi terkemuka untuk memberikan
kontribusi nilai tambah kepada para pemangku kepentingan
MISI
Untuk meningkatkan nilai kualitas perusahaan yang kompetitif dan tinggi
dengan menyediakan:
SDM yang kompeten, Sinergi dengan pelanggan, mitra bisnis, dan lembaga
keuangan, Fokus pada keselamatan, kesehatan dan lingkungan.
MOTO Perusahaan
4. SAFETY
Sustainable, Berkesinambungan
Agile, Fleksibel & adaptif
Fair, Adil & kesetaraan
Excellence, Biaya Mutu Waktu
Team Work, Kerjasama lintas fungsi
IntegritY, Kejujuran
C. KEUNGGULAN
Sebagai salah satu perusahaan konstruksi terbesar di Indonesia (Majalah Investor,
November 2011), Perusahaan memiliki beberapa keunggulan bersaing yang memperkuat
kinerja Perusahaan sebagai berikut.
- Rekontruksi bangungan yang dikerjakan memiliki cakupan yang luas yaitu
rekontruksi terkait dengan air, seperti reklamasi, pengerukan, pelabuhan dan irigasi.
Selain itu, rekontruksi umum lainnya, seperti jalan raya, jembatan, pelabuhan,
bandara, bangunan, tanaman air limbah, pabrik semen, pabrik dan fasilitas industri
lainnya.
- Dalam rekonstruksinya PT Waskita menggunakan teknologi canggih, yaitu joint
venture dengan perusahaan asing.
- Rekontruksi yang dikerjakan biasanya lebih cepat selesai dari hari yang dijadwalkan
dan hasilnya memuaskan.
- Kegiatan rekontruksi PT. Waskita sudah diakui oleh dunia internasional, terbukti
dengan sertifikat ISO yang didapatkannya.
- Memiliki posisi yang menguntungkan dalam penggarapan potensi dari proyek
infrastruktur Pemerintah.
5. - Pemain besar nasional dengan reputasi dan customer base yang luas.
- Perusahaan juga telah mendapatkan berbagai macam penghargaan dalam usahanya
dari lembaga-lembaga yang ada di dalam maupun luar negeri. Hal ini menunjukkan
bahwa Perusahaan memiliki keahlian dan reputasi yang baik di bidangnya.
- Memiliki produk unggulan dan produk yang berkualitas. Perusahaan dapat
mengungguli pesaing-pesaing lainnya dengan pengalaman yang dimilikinya dalam
pembangunan proyek-proyek tersebut. Selain itu, sebagai bentuk komitmen
Perusahaan dalam menciptakan produk dengan kualitas yang kaya mutu, Perusahaan
menerapkan standar mutu internasional.
- Pertumbuhan pendapatan yang stabil dan daya saing yang meningkat.
- Desentralisasi organisasi dan jaringan pemasaran dan wilayah produksi yang luas di
seluruh Indonesia.
- Memiliki manajemen dan tenaga kerja yang ahli dan dapat diandalkan dalam
penyelesaian proyek dengan tepat waktu.
- Memiliki sistem pengelolaan keuangan yang terintegrasi.
D. ANALISIS SWOT
Salah satu metoda analisis lingkungan yang sering digunakan adalah Analisis
SWOT (Strenght / Kekuatan, Weaknesess / Kelemahan, Opportunity / Peluang,
Threats /Ancaman).
Kekuatan adalah variabel atau faktor-faktor internal seperti teknologi yang
dimiliki perusahaan, sumberdaya manusia (karyawan dan manajemen), sistem, maupun
modal, yang mampu menjadikan perusahaan memiliki keunggulan tertentu. Paling tidak,
faktor tersebut menjadi penentu utama untuk mempertahankan atau kalau bisa
mengembangkan-kinerja perusahaan. Sedangkan kelemahan adalah faktor yang
menyebabkan perusahaan tidak mampu mengerjakan sesuatu yang ternyata dapat
dikerjakan dengan baik dan atau lebih murah oleh pesaingnya. Faktor ini dianalisis dapat
menyebabkan penurunan kinerja perusahaan.
6. Sementara itu, yang disebut dengan peluang dan ancaman adalah faktor-faktor
yang berasal dari luar perusahaan, misalnya:
1. Ancaman dominan dalam industry
2. Kekuatan dan dorongan persaingan dalam industry
3. Faktor penyebab perubahan
4. Aktivitas pesaing
5. Faktor yang menentukan keberhasilan untuk bersaing dalam industry
6. Daya tarik industry
Tujuan :
a. Meraih laba,
b. membangun citra, dan
c. mengembangkan profesionalisme.
Analisis SWOT :
a.) Strenght
PT Waskita Karya merupakan badan usaha milik negara yang bergerak di bidang
konstruksi yang tidak hanya membangun bangunan milik pemerintah tetapi juga
membangun bangunan untuk pihak swasta.
b.) Weakness
Karena perusahaan ini milik pemerintah sebagian besar modal yang diterima
untuk melaksanakan sebuah proyek berasal dari pemerintah.
c.) Opportunity
7. PT Waskita Karya selalu mendapatkan kontrak dari pemerintah untuk
membangun bangunan pemerintah dan membangun fasilitas-fasilitas negara, tetapi
tidak hanya bangunan dan fasilitas negara saja seperti apartemen dan kantor bank
swasta.
d.) Threats
Sebagian besar PT Waskita Karya membangun bangunan pemerintah dan fasilitas
negara, modal yang diperoleh berasal dari pemerintah, dan proyek akan berjalan
apabila ada kontrak kerja dengan pemerintah.
E. MANAJEMEN HARGA
Pada tahun 2012, PT Waskita Karya (Persero) menetapkan kisaran harga pada Rp
366-Rp 405 per lembar pada penawaran umum saham perdana alias initial public offering
(IPO). Dengan penawaran saham sebanyak 3.082.315.000 lembar, total IPO akan didapat
sekitar Rp 986,96 miliar-Rp 1,24 triliun.
Saham yang ditawarkan setara dengan 32% dari modal ditempatkan dan disetor
penuh. Ini sudah termasuk 192.645.000 lembar saham baru, atau 2% dari modal
ditempatkan untuk Employee Stock Allocation (ESA). Juga dana MESOP, sekitar
288.967.000 saham baru. Nilai nominal ditetapkan Rp 100 per lembar.
Dana IPO sekitar 60% atau sekitar Rp 672 miliar sebagai suntikan modal kerja
secara permanen. Dengan modal segar ini, rasio leverage perseroan akan lebih sehat.
Sedangkan sisanya, 40% sebagai pengembangan usaha perseroan. Bertindak
sebagai penjamin pelaksana emisi yaitu PT Bahana Securities, PT Danareksa Sekuritas,
dan PT Mandiri Sekuritas.
PT Waskita Karya (Persero) Tbk mencatatkan saham perdana di lantai bursa pada
pembukaan perdagangan hari, Rabu, 19 Desember 2012. Saham emiten yang diberi kode
WSKT ini naik 10,53 persen menjadi Rp 420 dari harga penawaran umum saham perdana
(IPO) sebesar Rp 380 per lembar saham.
8. F. SEGMEN DI PASAR
Segmen Primer, dikelompokkan berdasarkan pekerjaan yang dilakukan. Informasi
segmen berdasarkan jenis usaha / produk adalah sebagai berikut
Segmen Geografis, segmen sekunder perusahaan dikelompokkan berdasarkan
daerah geografis.informasi segmen berdasarkan daerah geografis adalah sebagai
berikut
G. STRATEGI PEMASARAN
9. PT Waskita Karya (Persero) membangun sistem manajemen perusahaan yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan, dengan berpedoman kepada misi maupun visi yang
telah ditetapkan dan telah disetujui oleh Pemegang Saham.
Misi dan visi perusahaan menggambarkan tujuan yang ingin di capai dalam
jangka panjang dan jangka pendek, yang selalu dikembangkan melihat perkembangan
lingkungan industri maupun ekonomi serta nasional, regional bahkan global.
Rencana perusahaan dalam usahanya mencapai tujuan dalam jangka panjang
maupun jangka pendek, dirumuskan dalam satu perencanaan strategis, yang dinamakan
Perencanaan Strategis Perusahaan, baik dalam perencanaan jangka panjang, disebut
Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) maupun perencanaan jangka pendek yang
disebut Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
Sebagai pedoman kegiatan usaha, RKAP dijabarkan lebih lanjut kedalam Rencana
Kerja Unit Kerja dan Rencana Kerja Unit Bisnis.
PT Waskita Karya (Persero) menitik beratkan pada konsep pemasaran yang lebih
generik/umum, yang dikenal secara luas dengan pendekatan pada kualitas produk
(diferensiasi) serta penawaran harga yang kompetitif (cost leadership).
Dalam pencapaian rencana strategisnya, PT Waskita Karya (Persero) Tbk
melakukan pengembangan bisnis melalui revisi Capital Structure, Sistem Informasi
Manajemen, Sistem Human Resources Development, Sistem Manajemen Arus Kas,
Sistem Manajemen Risiko dan Sistem Manajemen Proyek, agar optimalisasi pasar dan
operasional tercipta.
H. BERTAHAN DI PASAR INDONESIA
Tingginya keinginan pemerintah untuk menggenjot infrastruktur dan optimisme
sektor konstruksi tidak akan terganggu oleh krisis global, memberikan ruang gerak yang
luas bagi pemain-pemain industri ini.
Sebagai perusahaan konstruksi milik BUMN, PT Waskita Karya terus
mengembangkan bisnis dan ekspansinya ke depan. Sebagai langkah awal menjadi
perusahaan publik dan tercatat di lantai Bursa Efek Indonesia, perseroan melakukan
penawaran umum saham perdana (inital public offering/IPO).
10. Dalam aksi korporasi ini Waskita Karya akan melepas 3,08 miliar saham atau
sebanyaknya 32% dari modal ditempatkan dan disetor setelah penawaran umum saham
perdana dengan harga penawaran pada kisaran Rp320-405 per saham.
Dana hasil penawaran saham perdana ini akan digunakan 60% untuk
meningkatkan kemajuan proyek saat ini dan masa mendatang dan sekitar 40% untuk
melakukan diversifikasi bisnis untuk meningkatkan daya saing.
Dalam penawaran saham perdana ini perseroan menunjuk PT Bahana Securities,
PT Danareksa Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi
efek.
Adapun jadwal penawaran saham antara lain untuk masa penawaran awal pada 22
November-3 Desember 2012, tanggal efektif pada 10 Desember 2012, masa penawaran
pada 12-14 Desember 2012, penjatahan pada 17 Desember 2012, distribusi saham secara
elektronik pada 18 Desember 2012, dan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada 19 Desember 2012.
Analis eTrading Securities, Budhy SM Siallagan dalam risetnya menjelaskan
berdiri sejak tahun 1961, Waskita adalah perusahaan konstruksi milik pemerintah yang
sahamnya dimiliki oleh kementerian BUMN.
"Meninjau paparan paparan publik yang diadakan calon emiten BEI ini, kami
melihat dasar penilaian harga saham yang ditawarkan dari kisaran Rp320Rp405 ini
menggunakan proyeksi financial staement untuk 2013, dimana pada tahun tersebut
perusahaan menaksir laba bersih yang akan dihasilkan adalah senilai Rp356 miliar dan
sampai akhir 2012 ini akan mencapai Rp250 miliar," terangnya.
Lebih lanjut, pihaknya melihat dari kisaran harga penawaran tersebut maka PER saham
Waskita ini berkisaran antara 8,6-11,2x dimana angka tersebut memang jauh dibawah
rata-rata kompetitornya seperti PT Adhi Karta Tbk (ADHI), PT Wijata Karya Tbk
(WIKA) dan PTPP Tbk (PTPP) yang berkisar antara 16-23x.
11. "Namun hal yang perlu diperhatikan adalah, PER tersebut mencerminkan harga
yang dibandingkan dengan EPS (FY13) sehingga harga tersebut masih menggunakan
potential result dari kinerja 1 tahun mendatang yaitu akhir 2013," jelasnya.
12. PT ADHI KARYA
A. PENDIRIAN
Nama Adhi Karya untuk pertama kalinya tercantum dalam Surat Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja tanggal 11 Maret 1960. Kemudian berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 65 tahun 1961 Adhi Karya ditetapkan menjadi Perusahaan
Negara Adhi Karya. Pada tahun itu juga, berdasarkan PP yang sama Perusahaan
Bangunan bekas milik Belanda yang telah dinasionalisasikan, yaitu Associate NV,
dilebur ke dalam Perusahaan.
PT Adhi Karya (Persero) Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta notaris No. 1
tanggal 1 Juni 1974 dari Kartini Mulyadi, SH, notaris di Jakarta yang telah diubah dengan
akta No. 2 tanggal 3 Desember 1974 dari notaris yang sama. Akta Pendirian ini telah
memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat
Keputusan No. Y.A.5/5/13 tanggal 17 Januari 1975, dan diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No. 85 tanggal 24 Oktober 1975. Tambahan No. 600.
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan
akta No. 13 tanggal 8 Agustus 2006 dari Imas Fatimah, notaris di Jakarta untuk
menyesuaikan dengan UndangUndang No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas.
Akta tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusannya No. W7-HT.01.04-563
tanggal 12 September 2006 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia No. 22 tanggal 16 Maret 2007, Tambahan No. 281.
Ruang lingkup bidang usaha Perusahaan meliputi:
1. Konstruksi
2. Konsultasi manajemen dan rekayasa industri (Engineering Procurement and
Construction/EPC);
13. 3. Perdagangan umum, jasa pengadaan barang, industri pabrikasi, jasa dalam bidang
teknologi informasi, real estat dan agro industri.
Saat ini kegiatan utama Perusahaan dalam bidang konstruksi, EPC, real estat dan jasa
pengadaan barang. Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1960.
Perusahaan berkedudukan di Jl. Raya Pasar Minggu KM.18, Jakarta
B. KEUNGGULAN
Pada tahun 2009, ADHI berhasil menerapkan penggunaan ACPS untuk pertama kalinya
dalam pembangunan jalan tol. Dengan menggunakan ACPS, memberikan banyak
keuntungan bagi pemilik proyek karena menawarkan harga yang hampir sama tetapi
hanya membutuhkan investasi modal yang rendah untuk peralatan dan selesai lebih cepat.
Pada tahun 2009, tercatat bahwa panjang jalan nasional mencapai 34.600 km, dan
diperkirakan akan bertambah menjadi 38.600 km sampai dengan tahun 2014 termasuk
700 km jalan tol. Anggaran yang diperlukan untuk jalan tol saja adalah sebesar Rp 60
triliun untuk tahun 2010-2014. Dengan keunggulan teknologi ACPS, kami
memproyeksikan bahwa ADHI tidak akan kesulitan untuk mendapatkan beberapa proyek
baru untuk konstruksi jalan di masa depan. Saat ini, ADHI menargetkan untuk
memperoleh proyek 5 ruas jalan tol yang nilainya mencapai Rp 2,75 triliun.
C. ANALISIS SWOT
Untuk analisis swot PT Adhi Karya adalah sebagai berikut :
Strength ( Kekuatan )
- Pengalama kerja sejak tahun 1960
- ACPS sebagai tambahan nilai jual
- Pendapatan yang terdiversifikasi dengan baik
- Jaringan yang ekstensif dengan cabang-cabang di Indonseia dan divisi di Qatar, India
dan Filipina
14. Weakness (Kelemahan)
- Marjin tergantung pada harga bahan bangunan yang kadang berfluktuasi
- Ketergantungan pada kondisi ekonomi global
- Keterbatasan modal kerja untuk mendukung pertumbuhan yang lebih tinggi
Opportunity (Kesempatan)
- Alokasi anggaran yang besar untuk infrastuktur baik oleh pemerintah pusat maupun
daerah
- Rencana penambahan 700 km jalan tol hingga 2014 cukup potensial untuk ACPS
Threat (Ancaman)
- Tingginya persaingan di industry kontruksi
- Macetnya piutang dan tagihan dapat menghambat arus kas.
D. MANAJEMEN HARGA
VALUASI
Metodologi yang Digunakan
Kami mengaplikasikan metode discounted cash flow (DCF) sebagai metode penilaian
utama dengan pertimbangan bahwa pertumbuhan pendapatan adalah merupakan faktor
yang sangat mempengaruhi nilai (value driver) ADHI.
Selain itu kami menggunakan metode Guideline company method (GCM) sebagai metode
pembanding.
Penilaian ini didasarkan pada Nilai 100% Saham Per 31 Maret 2010.
Estimasi Nilai
Target harga saham untuk 12 bulan berdasarkan posisi penilaian pada tanggal 31 Maret
2010 adalah sebagai berikut:
1 Dengan menggunakan metode DCF dan asumsi tingkat diskonto 11,15% adalah
sebesar Rp 726 - Rp 889 per lembar saham.
15. 2 Dengan metode GCM (PBV 1.46 X dan P/E 10.49 X) adalah sebesar Rp 754 - Rp.
1.395 per lembar saham.
3
Untuk mendapatkan nilai yang mewakili kedua indikasi nilai tersebut dilakukan
rekonsiliasi dengan dilakukan pembobotan terhadap kedua metode tersebut sebesar 70%
untuk DCF dan 30% untuk metode GCM.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka Target Harga Saham ADHI untuk 12 bulan
adalah Rp 730 - Rp 1.040 per lembar saham.
E. SEGMEN DI PASAR
Ada dua hal utama yang mendorong pertumbuhan ADHI, yaitu belanja infrastruktur
Pemerintah dan pertumbuhan industri properti. Pemerintah Indonesia telah menyadari
bahwa pembangunan infrastruktur merupakan hal utama untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi. Hal ini terlihat dari besarnya anggaran infrastruktur di tahun 2012 atau
mencapai Rp 36,7 triliun. Dan di tahun 2013, diestimasikan meningkat hingga mencapai
Rp 80 triliun. Dengan gambaran industri infrastruktur yang positf, kami percaya bahwa
ADHI sebagai salah satu perusahaan negara akan memperoleh banyak keuntungan di
masa datang. ADHI juga memperoleh berbagai keuntungan dari sektor properti, sebagai
akibat rendahnya tingkat suku bunga (dipicu oleh rendahnya BI Rate sebesar 5,75%), dan
meningkatnya pendapatan per kapita yang diproyeksikan melebihi USD 4.000 hingga
akhir tahun 2012. Dengan kondisi tersebut, kami percaya sektor properti, terutama di
2H12 akan meningkat sebesar 20% YoY. Oleh karenanya, kami estimasikan bahwa
belanja konstruksi nasional akan mencapai Rp 180 triliun di tahun 2012, atau naik 12,4%
YoY. Dengan kondisi yang terus berkembang tersebut, kami percaya ADHI masih dalam
jalurnya untuk mendapatkan target kontrak sebesar Rp 13,5 triliun. Sehingga, kami
estimasikan pendapatan ADHI dapat tumbuh 32,78% YoY di tahun 2012, atau naik
22,4% CAGR selama 2011 2016.
16. Sumber: PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Estimasi Pefindo Divisi Valuasi Saham &
Indexing
Berdasarkan harga saham per tanggal 12 Oktober 2012 Rp 1.090 / saham Growth-
Value Map memberikan gambaran akan ekspektasi pasar untuk perusahaan-perusahaan
yang tercatat di BEI. Metrik Current Performance (CP), sumbu horisontal, adalah
bagian dari nilai pasar saham saat ini yang dapat dihubungkan dengan nilai perpetuitas
dari kinerja profitabilitas perusahaan.
Metrik Growth Expectations (GE), sumbu vertikal, merupakan perbedaan antara nilai
pasar saham saat ini dengan nilai current performance. Kedua metrik tersebut
dinormalisasikan dengan nilai buku perusahaan. Growth-Value Map membagi
perusahaan-perusahaan ke dalam empat kluster, yaitu:
Excellent value managers (Q-1)
Pasar memiliki ekspektasi terhadap perusahaan-perusahaan di Q-1 melebih
benchmark mereka dalam hal profitabilitas dan pertumbuhan.
Expectation builders (Q-2)
Pasar memiliki ekspektasi yang relatif rendah terhadap profitabilitas perusahaan-
perusahaan di Q-2 dalam jangka pendek, tetapi memiliki ekspektasi pertumbuhan
yang melebihi benchmark.
Traditionalists (Q-3)
17. Pasar memiliki ekspektasi yang rendah terhadap pertumbuhan perusahaan-
perusahaan di Q-3, walaupun mereka menunjukkan profitabilitas yang baik dalam
jangka pendek.
Asset-loaded value managers (Q-4)
Pasar memiliki ekspektasi yang rendah terhadap profitabilitas dan pertumbuhan
perusahaan-perusahaan di Q-4. Berdasarkan laporan keuangan dan nilai pasar
pada bulan Juni 2012, ADHI terletak di klaster Traditionalist ("Q-3"). ADHI
masih diabaikan oleh pasar, meskipun mereka menunjukkan kinerja yang baik.
ADHI memiliki kesempatan untuk pindah ke klaster Excellent Value Managers
("Q-1") dengan cara memperkuat kemampuan internal mereka untuk tumbuh dan
melakukan tindakan untuk mendorong persepsi pasar akan keberhasilan ekonomi
mereka.
F. STRATEGI PEMASARAN
Gambar. Sistem Pemasaran Proyek Bisnis
Pengembangan infrastruktur Indonesia menjadi yang terdepan dalam rangka akselerasi
ekonomi Indonesia. Berdasarkan Master Plan for Acceleration and Expansion of
Indonesian Development, pembangunan infrastruktur Indonesia masih memerlukan US$
76 miliar hingga tahun 2015. Sejalan dengan itu beberapa proyek seperti proyek tol
18. Trans-Java, Jakarta Outer Ring Road, dan jalan tol Non-Trans Java sudah menjadi
portfolio Departemen Pekerjaan Umum.
Selain itu, Pemerintah Indonesia juga mendorong perusahaan BUMN konstruksi
memasuki sektor EPC yang tercatat menghasilkan jumlah kontrak terbanyak di pasar
konstruksi dan juga memberikan nilai kontrak yang lebih besar, dimana hal ini membuat
prospek ADHI sebagai perusahaan konstruksi lebih terang.
Ditambah dengan kemampuan ADHI untuk mendapatkan kontrak baru, yang dibuktikan
dengan nilai kontrak diperoleh yang mencapai RP 9,136 triliun di 9M2011, atau lebih
tinggi 12,3% YoY dibandingkan periode yang sama tahun 2010, membuat kami percaya
bahwa pendapatan ADHI dapat tumbuh 23,4% YoY di 2011 atau 30% CAGR selama
2010 2015.
Untuk mendukung aktivitasnya, ADHI memiliki beberapa anak perusahaan, yaitu:
PT Adhi Realty (ADRE), aktif sebagai pengembang dan jasa manajemen perumahan
(kepemilikan saham 97,93%). PT Adhicon Persada (ADPER), merupakah perusahaan
spesialis konstruksi dan merupakan perusahaan pendukung ADHI dalam pengerjaan
proyek konstruksi (kepemilikan saham 99,00%).
PT Duri Indah Raya (DIR), terlibat di bidang perumahan dan aktivitas bisnis yang
terkait dengannya. DIR berlokasi di Pekanbaru, Riau (kepemilikan saham 90%).
PT Adhi Multipower, Pte. Ltd (ADM), bergerak dalam bidang perdagangan dan EPC.
ADM berdomisili di Singapura (kepemilikan saham 100%).
Adhi Oman LLC (ADO), aktif sebagai kontraktor umum dan kontraktor pembangun
gedung tinggi. ADO berdomisili di Muscat, Oman (kepemilikan saham 70%).
PT Jakarta Monorail (JM), anak perusahaan yang aktif dalam Implementasi monorail di
Jakarta (kepemilikan saham 7,65%). PT Indonesia Transit Central (ITC), anak
perusahaan (kepemilikan saham 24,57%), aktif dalam bisnis transportasi dan investasi
infrastruktur.
19. G. BERTAHAN DI PASAR INDONESIA
Saham PT Adhi Karya menurut BUMN Indonesia
Dukungan dari Pemerintah Indonesia
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan infrastruktur
akhir-akhir ini, Pemerintah Indonesia mengalokasikan sekitar
63,2% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN di tahun 2011, naik dari
hanya 27,2% di tahun 2010. Berbagai proyek infrastruktur seperti proyek jalan tol Trans-
Java, Jakarta Outer Ring Road, dan Non-Trans Java sudah masuk dalam rencana kerja
Departemen Pekerjaan Umum. Selain itu, proyekproyek Engineering, Procurement and
Construction (EPC) untuk industri minyak dan gas, dan pembangkit tenaga listrik,
tercatat sebagai jumlah proyek yang terbanyak saat ini. Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral mencatat bahwa 10 proyek EPC untuk pembangkit tenaga listrik akan
dibangun. Dengan dukungan dari Pemerintah Indonesia, kami percaya prospek ADHI
sebagai perusahaan milik negara, tetap cerah.
Pendapatan Meningkat Tetapi Laba Bersih Menurun Karena Pajak Selama 9M2011,
pendapatan ADHI naik dari Rp 3,070 triliun di 9M2010 menjadi Rp 3,133 triliun, atau
tumbuh sebanyak 2% YoY. Tetapi hal ini tidak diikuti oleh laba bersih ADHI, yang turun
dari Rp 75,7 miliar di 9M2010 menjadi Rp 30,19 miliar di 9M2011. Lebih banyaknya
jumlah penjualan tunai yang diterima dari proyek infrastruktur, dimana pendapatan dari
jasa ini terkena pajak final sebesar 3%, membuat laba bersih ADHI turun. Biaya pajak
ADHI mencapai Rp 74,7 miliar di 9M2011, sementara di 9M2010 biaya pajak ini hanya
mencapai Rp 54,6 miliar.
Mendapatkan Lebih Banyak Kontrak di 9M2011
Reputasi ADHI sebagai perusahaan terpercaya di bidang konstruksi terbukti dengan
besarnya jumlah kontrak yang diperoleh selama 9M2011. Per September 2011, ADHI
telah mendapatkan Rp 9,136 triliun kontrak baru,lebih tinggi dari tahun 2010 yang hanya
mencapai Rp 8,1 triliun. Berdasarkan pengalaman historis, kami percaya ADHI akan
mampu memperoleh Rp 13,3 triliun kontrak baru, dengan Rp 0,2 triliun datang dari
20. proyek properti, Rp 4,6 triliun datang dari proyek EPC, Rp 8,4 triliun dari proyek
konstruksi, dan Rp 0,1 triliun dari proyek real estate di tahun 2011.
Berdasarkan perkembangan terakhir di bulan Desember 2011, ADHI telah mendapatkan
EPC kontrak dari Pertamina sebesar US$ 847 juta untuk membuat proyek Residual Fluid
Catalytic Cracking di Cilacap Jawa Tengah.
Pendapatan Tunai Mengakibatkan Peningkatan Biaya Pajak
Hingga 9M2011, biaya pajak ADHI naik hingga RP 74,6 miliar, lebih tinggi dari periode
yang sama di tahun 2010, yang hanya mencapai Rp 54,6 miliar. Peningkatan biaya pajak
tersebut diiringi dengan laba sebelum pajak yang menurun, dimana di 9M2011 hanya
mencapai Rp 104,95 miliar, lebih rendah dari 9M2010 yang mencapai Rp 130,25 miliar.
Hal ini menghasilkan laba bersih yang menurun hingga Rp 30,1 miliar di 9M2011, turun
60% YoY. Namun peningkatan biaya pajak juga mengindikasikan bahwa ADHI
memperoleh pendapatan kas lebih banyak dari aktivitas operasionalnya selama 9M2011,
terutama dari jasa konstruksi.
Prospek Usaha
Sejalan dengan fokus Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan infrastruktur, yang
dibuktikan dengan peningkatan anggaran infrastruktur pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) menjadi 63,2% di 2011, sektor konstruksi diproyeksikan akan
cerah. Dukungan yang besar dari Pemerintah terlihat dari rencana penerbitan obligasi
untuk membiayai proyek infrastruktur di tahun 2012. Banyaknya proyek infrastruktur,
seperti proyek jalan tol Trans Java, Jakarta Outer Ring Road, dan Non-Trans Java, dan
berbagai proyek EPC, seperti proyek pembangkit listrik 10.000 MW, membuat industri
konstruksi tetap sibuk di masa datang. Kondisi tersebut ditambah kemampuan ADHI
untuk mendapatkan kontrak, terutama kontrak dari Pemerintah Indonesia, membuat kami
percaya pendapatan ADHI akan tumbuh 23,4% YoY di 2011 dan 30% CAGR selama
tahun 2010-2015.