1. Penelitian ini menguji tegangan tembus minyak kemiri sunan sebagai alternatif minyak transformator dengan menggunakan berbagai jarak sela antar elektroda. 2. Hasilnya, tegangan tembus meningkat dengan peningkatan jarak sela. Nilai tegangan tembus standar sesuai IEC adalah 17,55 kV/2,5 mm, belum memenuhi standar minyak transformator. 3. Minyak ini masih memiliki peluang jika ditambah zat
1 of 13
Downloaded 39 times
More Related Content
Studi Tegangan Tembus Minyak Kemiri Sunan Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Transformator Daya
1. 1
STUDI TEGANGAN TEMBUS MINYAK KEMIRI SUNAN
SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI MINYAK
TRANSFORMATOR DAYA
Harief Taufik Kurrahman1, Prof. Ir. Syamsir Abduh, MM, Ph.D2, Ir. Maula Sukmawidjaja, Ms3
Teknik Elektro
Universitas Trisakti
Jakarta
ABSTRAK
Isolasi cair pada peralatan tegangan tinggi digunakan sebagai media pendingin
peralatan listrik. Apabila tegangan yang diterapkan melebihi kekuatan dielektrik isolasi cair
maka akan terjadi tegangan tembus yang menandakan kegagalan isolasi.
Pengujian tegangan tembus terhadap minyak kemiri sunan dimaksudkan untuk
mengetahui peluang minyak kemiri sunan sebagai alternatif minyak transformator. Pengujian ini
berlandaskan standar IEC 156:1995 yaitu menggunakan elektroda setengah bola-setengah bola
berukuran 50 mm dengan jarak sela 2,5 mm. Pengujian ini juga dilakukan dengan menggunakan
variasi jarak sela.
Dari hasil pengujian diperoleh bahwa seiring kenaikan jarak sela antar elektroda nilai
tegangan tembus menjadi semakin besar. Hasil akhirnya nilai tegangan tembus minyak biodiesel
kemiri sunan pada kondisi standar sesuai IEC 156 sebesar 17,55 kV/2.5 mm. Nilai ini belum
memenuhi standar SPLN 49-1:1982 yaitu sebesar > 30 kV/2,5 mm. Tetapi masih memiliki
peluang jika ditambahkan zat aditif fenol yang dapat menaikkan tegangan tembus minyak
isolasi.
Kata kunci: Isolasi Cair, Tegangan Tembus, Minyak Biodiesel Kemiri Sunan
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transformator merupakan suatu alat
listrik statis yang dapat memindahkan dan
mengubah tegangan dan arus bolak-balik
dari satu atau lebih rangkaian listrik ke
rangkaian listrik yang lain dengan nilai yang
sama maupun berbeda besarnya pada
frekuensi yang sama, melalui suatu
gandengan magnet dan berdasarkan prinsip
induksi elektromagnetik. Pada umumnya
transformator terdiri atas sebuah inti yang
terbuat dari besi berlapis, dan dua buah
kumparan, yaitu kumparan primer dan
kumparan sekunder.
Salah satu bagian penting dari
transformator adalah minyak transformator.
Minyak transformator merupakan salah satu
bahan isolasi cair yang dipergunakan
sebagai isolasi dan pendingin pada
transformator. Dimana ada dua bagian yang
secara aktif membangkitkan panas yaitu
kumparan (tembaga) dan inti (besi). Jika
panas itu tidak diberi pendingin akan
1
Mahasiswa teknik elektro
2
Dosen Pembimbing 1
3
Dosen Pembimbing 2
2. 1
menyebabkan kumparan dan inti mencapai
suhu yang terlalu tinggi, sehingga bahan
isolasi yang ada pada kumparan (kertas
isolasi) akan menjadi rusak. Disamping itu
juga, minyak isolasi berfungsi sebagai bahan
pendingin atau menyalurkan panas ke sirip-
sirip transformator, serta sebagai pemadam
busur api apabila terjadi percikan-percikan
dalam belitan transformator. Berdasarkan
bahan pembuatannya, minyak isolasi terbagi
atas beberapa bagian, yaitu minyak isolasi
dari olahan minyak bumi yang saat ini
banyak digunakan, dan minyak isolasi dari
minyak tumbuh-tumbuhan atau disebut
minyak nabati (minyak organik) yang saat
ini banyak diteliti. Akhir-akhir ini, terutama
dipicu oleh perhatian terhadap lingkungan
yang semakin intens, para ahli mulai
mengembangkan penelitian ke arah minyak
isolasi ramah lingkungan yang terbarukan.
Adapun persyaratan umum suatu
bahan dapat dijadikan minyak transformator
adalah tegangan tembus (30 kV/2,5 mm),
konstanta dielektrik (2.2 - 2.3), resistivitas
(1012 - 1043 立.m), Titik tuang (-30o C ppm),
dan titik nyala (140o C fpm)[1].
Adapun beberapa aspek minyak
kemiri sunan dapat dijadikan sebagai
alternatif minyak transformator adalah
sebagai berikut:
a. Aspek karakteristik, minyak kemiri sunan
memenuhi 2 poin dari beberapa
persyaratan minyak isolasi transformator
yaitu titik tuang dan titik nyalanya.
b. Aspek produktif dan ekonomis, pohon
kemiri sunan memiliki tingkat
produktifitas yang tinggi dalam
menghasilkan minyak dibandingkan
minyak nabati lainnya. Dari aspek
ekonomisnya, minyak ini lebih murah
dibanding dengan harga biodiesel
pasaran.
Dengan mempertimbangkan faktor
karakteristik dan faktor ketersediaan, maka
jenis minyak nabati menjadi penting untuk
diteliti dan dikembangkan sebagai alternatif
minyak isolasi di Indonesia adalah minyak
kemiri sunan. Adapun karakteristik dari
minyak biodiesel kemiri sunan yaitu:[2]
1. Viskositas Kinematik 40oC = 4.2 to 4.6
centi-Stoke(cSt)
2. Kepadatan 25o C = 0,86 g/mL
3. Angka Setana (Kualitas minyak diesel) =
49
4. Nilai Kalor Tinggi = 40.1 J
5. Sulfur, wt%(weight percentage) = 0.001
6. Angka Iodine (Ikatan tidak jenuh) = 125
7. Titik beku = -3o C
8. Titik tuang = -6o C
9. Titik nyala = 164o-183o C
Minyak ini memenuhi beberapa
persyaratan umum minyak isolasi
transformator yaitu titik tuang dan titik
nyalanya. Oleh sebab itu patut untuk diuji
dan diteliti karena memliki banyak manfaat
dibanding minyak nabati lainnya.
Dari aspek produktif dan ekonomis
juga kemiri sunan diunggulkan dari minyak
nabati lainnya. Hal ini dikarenakan dari
pertanaman kemiri sunan setiap 1 ha bisa
diperoleh 10 ton minyak kasar/ tahun. Hasil
ini jauh lebih tinggi dari kelapa sawit yakni
sekitar 6 ton/ha/tahun minyak kasar. Kemiri
sunan dapat dijadikan sebagai tanaman
konservasi termasuk pada lahan bekas
tambang (reklamasi paska tambang) karena
pohon kemiri sunan ini tidak memerlukan
air yang banyak (cocok ditanam pada lahan
kritis) dan sangat rimbun sehingga suhu
dibawahnya itu dapat menjadi lebih rendah
11 derajat. Perhitungan nilai ekonomi
dilakukan dengan mengasumsikan 1 liter
biodisel dihasilkan dari 2.5 kg biji kering
dengan harga Rp. 750-1.250 dan harga
pengolahan Rp. 1.750 per liter menghasilkan
keuntungan sekitar Rp. 1.300-4.000 per liter
apabila dibandingkan dengan harga solar
Rp. 4.300-7.000/liter[3].
Metode-metode untuk mengevaluasi
berbagai karakteristik standar minyak isolasi
yang menjamin kualitas dan umur teknis
minyak isolasi beberapa diantaranya
3. 1
memiliki sifat saling mempengaruhi.
Parameter-parameter yang paling penting
meliputi tegangan tembus, permitivitas,
faktor disipasi, kandungan air dan
stabilitas[4]. Dalam tugas akhir ini
dipaparkan satu dari sekian parameter yang
disebutkan di atas, yaitu tegangan tembus.
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari
penyusunan tugas akhir ini adalah untuk
menganalisis hasil pengujian tegangan
tembus minyak kelapa murni dan
menentukan kelayakan minyak kelapa murni
sebagai isolasi cair dengan mengetahui:
1. Nilai tegangan tembus AC minyak kemiri
sunan dengan menggunakan elektroda
standar pengujian IEC 156:1995.
2. Pengaruh jarak sela antar elektroda
terhadap nilai tegangan tembus minyak
kemiri sunan.
3. Fenomena yang terjadi dalam pengujian
tegangan tembus minyak kemiri sunan.
4. Peluang minyak kemiri sunan memenuhi
persyaratan IEC 156:1995 untuk
dijadikan minyak isolasi transformator.
1.3 Pembatasan Masalah
Adapun batasan masalah penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Sampel uji yang digunakan minyak
biodiesel kemiri sunan.
2. Pengujian menggunakan variasi elektroda
setengah bola.
3. Elektroda setengah bola yang digunakan
mempunyai diameter 50 mm
4. Jarak sela antara elektroda yang
digunakan mulai 2,5 mm sampai 2 mm
dengan interval 1,5 mm.
5. Tegangan yang diterapkan untuk
pengujian adalah tegangan AC (bolak-
balik) frekuensi rendah 50 Hertz.
6. Temperatur ruang pengujian yang
digunakan adalah temperatur minyak
kemiri sunan pada suhu 260 sampai 300
derajat celcius.
7. Analisis difokuskan pada mekanisme
terjadinya tegangan tembus minyak
kemiri sunan.
II. MEKANISME KEGAGALAN
PADA ISOLASI CAIR
2.1 Pembangkitan Tegangan Tinggi
AC
Untuk pengujian tegangan tembus
digunakan tegangan tinggi AC Untuk
membangkitkan tegangan tinggi arus bolak
balik. Trafo uji yang digunakan adalah trafo
satu fasa. Hal ini disebabkan karena
pengujian biasanya dilakukan untuk setiap
fasa.
2.2 Kekuatan Dielektrik
Suatu dielektrik tidak mempunyai
elektron-elektron bebas. Misalnya suatu
dielektrik ditempatkan diantara dua
elektroda kemudian elektroda diberi
tegangan , maka akan timbul medan listrik
di dalam dielektrik. Medan listrik ini akan
memberi gaya kepada elektron-elektron agar
terlepas dari ikatannya dan menjadi elektron
bebas. Maka dapat dikatakan bahwa medan
listrik merupakan suatu beban yang
menekan dielektrik agar berubah sifat
menjadi konduktor. Beban yang dipikul
dielektrik disebut juga terpaan medan listrik.
Setiap dielektrik mempunyai batas kekuatan
untuk memikul terpaan listrik. Jika terpaan
listrik yang dipikulnya melebihi batas
tersebut dan terpaan berlangsung lama,
maka dielektrik akan menghantar arus atau
gagal melaksanakan fungsinya sebagai
isolator. Dalam hal ini dielektrik mengalami
tembus listrik atau breakdown. [5]
2.3 Isolasi Cair
2.3.1 Teori Kegagalan Isolasi Cair
Karakteristik pada isolasi cair akan berubah
jika terjadi ketidakmurnian di dalamnya. Hal
ini akan mempercepat terjadinya proses
4. 1
kegagalan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kegagalan isolasi antara lain
adanya partikel padat, uap air dan
gelembung gas. Teori kegagalan zat isolasi
cair dapat dibagi menjadi empat jenis
sebagai berikut:[5]
a. Teori kegagalan zat murni atau elektronik
Teori ini merupakan perluasan teori
kegagalan dalam gas, artinya proses
kegagalan yang terjadi dalam zat cair
dianggap serupa dengan yang terjadi dalam
gas. Oleh karena itu supaya terjadi
kegagalan diperlukan elektron awal yang
dimasukkan ke dalam zat cair. Elektron awal
inilah yang akan memulai proses kegagalan.
b. Teori kegagalan gelembung gas
Kegagalan gelembung atau kavitasi
merupakan bentuk kegagalan yang
disebabkan oleh adanya gelembung-
gelembung gas didalam isolasi cair.
Gelembung-gelembung udara yang ada
dalam cairan tersebut akan memanjang
searah dengan medan. Hal ini disebabkan
karena gelembung-gelembung tersebut
berusaha membuat energi potensialnya
minimum. Gelembung gelembung yang
memanjang tersebut kemudian akan saling
sambung-menyambung dan membentuk
jembatan yang akhirnya akan mengawali
proses kegagalan.
c. Teori kegagalan bola cair
Jika suatu zat isolasi mengandung
sebuah bola cair dari jenis cairan lain, maka
dapat terjadi kegagalan akibat ketakstabilan
bola cair tersebut dalam medan listrik.
Medan listrik akan menyebabkan tetesan
bola cair yang tertahan di dalam minyak
yang memanjang searah medan dan pada
medan yang kritis tetesan ini menjadi tidak
stabil. Setelah menjadi tidak stabil bola air
akan memanjang, dan bila panjangnya telah
mencapai dua pertiga celah elektroda maka
saluransaluran lucutan akan timbul sehingga
kemudian kegagalan total akan terjadi.
d. Teori kegagalan tak murnian padat
Kegagalan tak murnian padat adalah
jenis kegagalan yang disebabkan oleh
adanya butiran zat padat (partikel) di dalam
isolasi cair yang akan memulai terjadi
kegagalan.
2.4 Kekuatan Kegagalan
Dari semua teori yang membahas
tentang kegagalan zat cair tidak
memperhitungkan hubungan antara panjang
ruang celah (sela) dengan kekuatan
peristiwa kegagalan. Semuanya hanya
membahas tentang kekuatan kegagalan
maksimum yang dicapai. Namun dari semua
teori diatas dapat ditarik suatu persamaan
baru yang berisi komponen panjang ruang
celah dan komponen kekuatan peristiwa
kegagalan pada benda cair, yaitu: [5]
Vb = Adn (2.1)
Dimana :
Vb = tegangan gagal / breakdown (kV)
d = panjang ruang celah (mm)
A = konstanta
n = konstanta yang nilainya <1
2.5 Minyak Biodiesel Kemiri Sunan
Minyak Biodiesel Kemiri Sunan
adalah minyak kemiri sunan yang
mengalami proses lanjutan menjadi minyak
biodiesel. Sehingga minyak ini memenuhi
beberapa parameter persyaratan minyak
isolasi yaitu angka viskositas, titik nyala dan
titik tuang.
2.5.1 Tahap Pemrosesan Minyak
Biodiesel Kemiri Sunan
Ada 4 tahap proses untuk
menghasilkan minyak biodiesel
kemiri sunan yaitu:[6]
1. Transesterifikasi
Transesterifikasi atau sering disebut
dengan alkoholisis adalah suatu reaksi kimia
pada lemak atau minyak dengan alkohol
dengan bantuan katalis untuk menghasilkan
ester atau gliserol. Proses ini merupakan
suatu reaksi kesetimbangan sehingga untuk
5. 1
mendorong reaksi bergerak ke kanan maka
perlu digunakan alkohol dalam jumlah
berlebih. Beberapa jenis alkohol yang dapat
digunakan untuk proses transesteifikasi
antara lain metanol, etanol, propanol, dan
amil alkohol. Namun yang lebih sering
digunakan adala metanol karena lebih murah
dan mudah penggunaannya.
2. Pemisahan Gliserol
Pemisahan gliserol dilakukan
menggunakan tabung pemisah. Metil ester
yang dihasilkan akan terpisah dari gliserol
karena proses pengendapan yang disebabkan
oleh perbedaan massa jenis bahan. Untuk
memisahkan gliserol dari metil ester cukup
dengan mengeluarkan gliserol yang berada
di bagian bawah dari metil ester secara
grafitasi. Metil ester yang telah bebas dari
gliserol selanjutnya dilakukan
transesterifikasi kembali (transesterifikasi II)
untuk menyempurnkan proses koversi
minyak nabati mentah yang masih belum
terkonversi menjadi metil ester. Proses ini
memakan waktu sekitar 30 menit. Kemudian
dipisahkan kembali gliserol yang terbentuk
melalui proses pengendapan.
3. Pencucian Biodiesel
Proses pencucian dilakukan dengan
menggunakan air bersih yang telah
dipanaskan pada suhu 55 0C sambil di aduk.
Pencucian dilakukan beberapa kali sampai
pH air cucian netral atau tidak berwarna.
Proses pencucian ini digunakan untuk
menghilangkan sisa gliserol, metanol yang
tidak bereaksi, katalis, serta sabun yang larut
dalam air. Dengan penambahan air,
pengotor-pengotor akan terikat dalam air
karena memiliki kepolaran yang sama
sehingga air cucian menjadi keruh. Proses
pencucian sampai sebanyak 2-3 kali
sehingga air cucian terliat jernih yang
menandakan semua pengotor telah hilang.
4. Pengeringan Biodiesel
Proses pengeringan diperlukan untuk
menghilangkan air yang kemungkinan
terperangkap di dalam biodiesel setelah
proses pencucian. Proses pengeringan
selesai dengan indikasi biodiesel yang
dihasilkan telah jernih dan bebas dari
gelembung uap air.
2.5.2 Karakteristik Minyak Biodiesel
Kemiri Sunan
Minyak biodiesel kemiri sunan
mempunyai karakteristik yaitu: [2]
1. Viskositas Kinematik 40oC = 4.2 to 4.6
cSt
2. Kepadatan 25o C = 0,86 g/mL
3. Angka Cetane = 49
4. Nilai Kalor Tinggi = 40.1 J
5. Sulfur, wt% = 0.001
6. Angka Iodine = 125
7. Titik beku = -3o C
8. Titik tuang = -6o C
9. Titik nyala = 164o-183o C
Dari aspek produktif dan ekonomis,
pohon kemiri sunan memiliki tingkat
produktifitas yang tinggi dalam
menghasilkan minyak dibandingkan minyak
nabati lainnya. Dari aspek ekonomisnya,
minyak ini lebih murah dibanding dengan
harga biodiesel pasaran.
2.6 Standardisasi Pengujian Isolasi
Cair
2.6.1 Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian yang harus
diperhatikan sebelum melakukan pengujian
tegangan tembus isolasi cair menurut IEC
156:1995 antara lain:[7]
a. Persiapan Sampling
Sesegera mungkin sebelum mengisi kotak
uji, sampling harus dikocok berulang kali
secara lembut untuk memastikan adanya
homogenisasi kontaminan cairan tanpa
menimbulkan gelembung udara pada cairan.
Udara dari suhu ruang yang tidak diperlukan
sedapat mungkin dihindarkan.
b. Pengisian Kotak Uji
Sebelum melaksanakan pengujian, bersihkan
kotak uji, dinding-dindingnya, elektroda dan
komponen lainnya. Kemudian tuang
6. 1
kedalam kotak uji secara perlahan dan
hindari terjadinya gelembung-gelembung
udara.
c. Pemberian Tegangan
Berikan tegangan pada elektroda dengan
kenaikan yang seragam (konstan) dimulai
dari 0 V sampai sekitar 2,0 kV/dt 賊 0.2
kV/dt sampai timbul tegangan tembus.
d. Pencatatan data
Lakukan 6 kali percobaan tembus pada
kotak uji yang sama dengan jeda sekurang-
kurangnya 2 menit dari setiap pengujian
baru kemudian diulang kembali. Pastikan
tidak muncul gelembung udara diantara
jarak sela. Kecuali jika menggunakan
pengaduk maka percobaan dapat dilakukan
secara terus-menerus.
e. Laporan
Data yang dimasukkan dalam laporan adalah
hasil dari nilai rata-rata.
2.6.2 Tegangan Tembus Isolasi Cair
Menurut standarisasi SPLN 49-1
tegangan tembus yang harus dipenuhi untuk
spesifikasi minyak isolasi baru adalah > 30
kV/2.5 mm[8].
III. METODOLOGI PENGUJIAN
3.1 Peralatan dan Bahan
Peralatan yang digunakan meliputi
kit pembangkit tegangan tinggi ac
(hipotronics), elektroda uji, kotak uji dan
minyak biodiesel kemiri sunan,
3.2 Kotak Uji Horisontal
Kotak uji adalah sebagai sebuah
sistem yang berkaitan dengan kerja tertentu
dalam ruang dan keseluruhan ruang yang
ditutupi oleh lapisan permukaan sebagai
pembatas sistem. Kotak uji terbuat dari
bahan plastik acrylic dengan ketebalan 3
mm. Pada pengujian ini kotak uji yang
dipakai adalah kotak uji horizontal.
Gambar 3.1 Kotak Uji Horisontal
3.3 Elektoda Setengah Bola
Elektroda setengah bola yang
digunakan untuk pengujian ini mempunyai
diameter 50 mm yang sesuai dengan standar
IEC 156:1995
3.4 Urutan Pengujian
Urutan pengujian isolasi cair
berdasarkan IEC 156:1995 adalah sebagai
berikut:
1. Sampel minyak kemiri sunan biodiesel
yang akan diuji terlebih dahulu di filter
untuk menghilangkan partikel padat dan
minyak kemiri sunan biodiesel
dipanaskan pada suhu 500C untuk
menghilangkan uap air yang terkandung
dalam minyak kemiri sunan biodiesel.
2. Setelah mencapai suhu tersebut minyak
kemiri sunan biodiesel didinginkan
kembali sampai pada suhu ruang yaitu
sekitar 260 C 300 C. Saat pendinginan
minyak ditutup menggunakan kertas
saring. Sebelum minyak dituang, kotak
uji harus dalam keadaan bersih dan
kering.
3. Pada saat menuang minyak ke dalam
kotak uji harus hati-hati agar tidak
menimbulkan gelembung gas dalam
minyak.
4. Banyaknya minyak harus sedemikian
rupa sehingga tingginya di atas puncak
elektroda lebih dari 20 mm atau 40 mm
dari sumbu elektroda.
5. Kemudian minyak dibiarkan kira-kira 10
menit untuk menghilangkan gelembung
7. 1
gas yang masih mungkin terjadi saat
pengisian minyak ke dalam kotak uji.
6. Selanjutnya tekan tombol on pada alat
Hipotronics kemudian tekan tombol start
maka tegangan akan naik secara otomatis
2 kV/detik (Auto Test).
7. Perhatikan apabila tombol fail/reset sudah
berwarna merah maka lihat angka pada
alat ukur dan itu adalah hasil tegangan
tembusnya.
8. Setelah terjadi tembus listrik minyak
diaduk secara otomatis didalam kotak
uji dengan suatu tangkai tipis untuk
menghilangkan gelembung gas yang
timbul saat terjadi tembus listrik.
9. Selanjutnya apabila sudah mencatat
datanya maka tekan tombol fail/reset
dan selang dua menit pengujian di ulang
kembali sampai dengan enam kali
pengujian.
10. Tegangan tembus dari keenam
pengujian dijumlahkan untuk
mendapatkan tegangan tembus rata-rata.
3.5 Variasi Pengujian
Variasi pengujian dalam percobaan
diperlukan untuk mengetahui nilai tegangan
tembus minyak kemiri sunan. Variasi
pengujiannya adalah variasi jarak sela.
3.6 Perencanaan Tahapan Pengujian
Tahap-tahap Pengujian Tegangan
Tembus minyak kemiri sunan biodiesel.
Pengujian direncanakan dalam 5 (empat)
tahap yang dilaksanakan di PT. MESINDO
TEKNINESIA dengan menggunakan alat
Hipotronics.
Tahap 1 :
Pengujian dengan menggunakan variasi
isolasi cair minyak kemiri sunan biodiesel
Elektroda yang digunakan adalah elektroda
setengah bola-setengah bola. Posisi
pengujian secara horisontal dengan diameter
50 mm jarak sela 2,5 mm. Dilakukan
sebanyak 6 kali pengujian dengan sela
waktu 2 menit setiap pengujian. Data yang
dimasukkan dalam laporan adalah hasil dari
nilai rata-rata dari 6 kali percobaan yang
sudah dilakukan.
Tahap 2 :
Tahap pengujiannya sama dengan tahap
pertama tetapi dengan jarak sela yang
berbeda yaitu 2 mm.
Tahap 3 :
Tahap pengujiannya sama dengan tahap
pertama tetapi dengan jarak sela yang
berbeda yaitu 1.5 mm.
IV. DATA DAN ANALISIS
Pengujian dilakukan pada tanggal 10
November 2014 di Testing Area PT.
Mesindo Tekninesia, jl.Rorotan IV No.169
Cilincing, Jakarta Utara. Metode pengujian
tegangan tembus yang dilakukan adalah
sesuai standar menurut IEC 156. Sampel
yang digunakan adalah minyak biodiesel
kemiri sunan.
4.1 Hasil Data Pengujian
1. Hasil pengujian dengan jarak sela 1.5 mm
Tabel 4.1 Pengujian dengan jarak sela 1.5
mm
Percobaan
ke-
Tegangan Tembus (kV)
1 11.1
2 12.3
3 12.2
4 11.6
5 11.3
6 12.4
8. 1
Gambar 4.1 Grafik pengujian dengan jarak
sela 1.5 mm
Rata-rata nilai tegangan tembus = 11.81
kV/1.5 mm
2. Hasil pengujian dengan jarak sela 2 mm
Tabel 4.2 Pengujian dengan jarak sela 2 mm
Percobaan ke- Tegangan Tembus (kV)
1 15.2
2 14.8
3 15.0
4 15.4
5 14.4
6 15.7
Gambar 4.2 Grafik pengujian dengan jarak
sela 2 mm
Rata-rata nilai tegangan tembus = 15.08
kV/2 mm
3. Hasil pengujian dengan jarak sela 2.5 mm
Tabel 4.3 pengujian dengan jarak sela 2.5
mm
Percobaan ke- Tegangan Tembus (kV)
1 14.7
2 16.6
3 19.4
4 16.3
5 17.3
6 21
Gambar 4.3 Grafik pengujian dengan jarak
sela 2.5 mm
Rata-rata nilai tegangan tembus = 17.55
kV/2.5 mm
11.1 12.3 12.2 11.6 11.3 12.4
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 6
TeganganTembus(kV)
Percobaan ke-
Jarak Sela 1.5 mm
Hasil
pengujian
SPLN 49-1
15.2 14.8 15 15.4 14.4 15.7
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 6
TeganganTembus(kV)
Percobaan ke-
Jarak Sela 2 mm
Hasil
pengujian
SPLN 49-1
14.7
16.6
19.4
16.3 17.3
21
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 6
TeganganTembus(kV)
Percobaan ke-
Jarak Sela 2.5 mm
Hasil
pengujian
SPLN 49-1
9. 1
4.2 ANALISIS KELAYAKAN MINYAK
BIODIESEL KEMIRI SUNAN
SEBAGAI ALTERNATIF ISOLASI
CAIR
Menurut IEC 156 pengujian tegangan
tembus isolasi cair pada kondisi standar
dilakukan dengan sepasang elektroda
setengah bola diameter 50 mm dengan jarak
sela 2,5 mm. Selanjutnya SPLN 49-1
menyebutkan bahwa tegangan tembus yang
harus dipenuhi untuk spesifikasi minyak
isolasi baru adalah 30 kV/2,5 mm.
Berdasarkan hasil pengujian kondisi standar
(menurut IEC 156) yang dilakukan pada
minyak biodiesel kemiri sunan didapat nilai
tegangan tembus sebesar 17.55 kV pada
jarak sela 2,5 mm sehingga masih jauh
dibawah standar SPLN 49-1 untuk
memenuhi persyaratan alternatif isolasi cair.
Sedangkan menurut standarisasi NESC
(National Electrical Safety Code) tahun
1990 menyatakan untuk tegangan kerja 2,4
kV batas tegangan tembus yang ditanggung
sebesar 20 kV dan untuk tegangan kerja 6,9
kV batas tegangan tembusnya 39 kV.
Berdasarkan standar tersebut maka minyak
biodiesel kemiri sunan yang diuji tidak
memenuhi persyaratan untuk dipakai
sebagai minyak isolasi transformator.
Nilai tegangan tembus minyak biodiesel
kemiri sunan ini lebih rendah dari standar
SPLN 49-1 sebesar 30 kV/2,5 mm. Tetapi
penelitian ini masih memiliki peluang untuk
dilanjutkan jika ditambahkan sebuah katalis
zat aditif untuk meningkatkan ketahanan
listrik minyak transformator. Karena secara
analisis kimia ketahanan listrik suatu
minyak transformator dapat menurun akibat
adanya pengaruh asam dan pengaruh
tercampurnya minyak dengan air. Untuk
menetralisir keasaman suatu minyak
transformator dapat menggunakan potas
hidroksida (KOH). Sedangkan untuk
menghilangkan kandungan air yang terdapat
dalam minyak tersebut yaitu dengan cara
memberikan suatu bahan higroskopis yaitu
silica gel. Selain senyawa diatas ada satu
senyawa yang secara langsung dapat
menaikkan tegangan tembus pada minyak
transformator yaitu fenol.
Fungsi fenol pada transformator adalah
menaikkan angka tegangan tembus pada
minyak transformator telah dibuktikan pada
penelitian yang dilakukan oleh David
Supriyantoro, Mahasiswa Teknik Elektro
Universitas Dipenogoro dalam tugas
akhirnya yang berjudul Analisis
Karakteristik Tegangan Tembus Minyak
Trafo Sebelum Dan Sesudah Dipurifikasi
Dengan Fenol. Pengujian dilakukan dengan
standar IEC 156 (Elektroda setengah bola
dengan jarak sela 2.5 mm) dengan variasi
purifikasi konsentrasi fenol sebesar 20 ml,
25 ml dan 30 ml. Berikut dibawah ini adalah
grafik tegangan tembus pengaruh
konsentrasi fenol sesuai standar IEC 156
(elektroda setangah bola-setengah bola jarak
sela 2.5 mm).
Gambar 4.4 Grafik Tegangan Tembus
Pengaruh Konsentrasi Fenol
Hasil dari pengujiannya adalah
Tegangan tembus minyak trafo sebelum di
purifikasi (6.979/2.5mm) dan sesudah di
purifikasi (29.400/2.5mm)[9]. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tegangan tembus
minyak trafo sesudah di purifikasi
bertambah besar seiring dengan
10. 1
bertambahnya konsentrasi fenol yang di
campur kedalam minyak trafo bekas. Oleh
karena itu peneliti menyarankan untuk
peneliti selanjutnya melakukan penelitian
dengan menggunakan sampel minyak
biodiesel kemiri sunan dengan
menambahkan fenol sebagai zat aditif pada
pengujian tegangan tembus.
4.3 ANALISIS PENGARUH JARAK
SELA
Berdasarkan pada tabel 4.1, 4.2, dan
4.3 dapat diketahui bahwa hasil pengujian
tegangan tembus pada posisi kotak uji
horisontal elektroda setengah bola jarak
elektroda mempengaruhi nilai tegangan
tembus pada minyak biodiesel kemiri sunan.
Jika jarak antara elektroda bidang semakin
jauh, maka kuat medan listrik semakin kecil
sehingga energi yang dibutuhkan elektron
kurang mencukupi untuk melepaskan diri
dari ikatannya. Maka pada jarak sela yang
besar akan sulit untuk mencapai terjadinya
kegagalan pada minyak biodiesel kemiri
sunan, sehingga nilai tegangan tembus juga
semakin besar. Berdasarkan rumus
hubungan tegangan tembus dengan jarak
sela yaitu Vb =Adn, nilai tegangan tembus
berbanding lurus terhadap jarak sela,
sehingga dengan bertambahnya jarak sela
antara kedua elektroda bertambah besar pula
nilai tegangan tembusnya begitu juga
sebaliknya tegangan tembus akan semakin
kecil dengan berkurangnya jarak sela antara
kedua elektroda.
4.4 FENOMENA YANG TERJADI
PADA PENGUJIAN TEGANGAN
TEMBUS MINYAK BIODIESEL
KEMIRI SUNAN
Suatu dielektrik dalam hal ini isolasi
cair tidak mempunyai elektron-elektron
bebas, melainkan elektron-elektron yang
terikat pada struktur molekul yang
membentuk dielektrik cair tersebut. Jika
suatu tegangan diterapkan pada elektroda
yang di celup pada isolasi cair maka akan
timbul medan listrik pada isolasi cair
tersebut. Medan listrik ini akan memberi
gaya kepada elektron-elektron agar terlepas
dari ikatannya dan menjadi elektron bebas.
Sehingga medan listrik ini merupakan beban
yang menekan isolasi cair agar berubah sifat
menjadi konduktor. Beban yang dipikul
isolasi cair disebut juga terpaan medan
listrik. Setiap isolasi cair atau dielektrik
mempunyai batas kekuatan untuk memikul
terpaan listrik. Jika terpaan listrik yang
dipikulnya melebihi batas tersebut dan
terpaan berlangsung lama, maka isolasi cair
akan menghantar arus atau gagal
melaksanakan fungsinya sebagai isolator.
Dalam hal ini isolasi cair atau dielektrik
mengalami tembus listrik. Jika zat cair yang
digunakan dalam pengujian ini adalah
minyak trafo maka pada saat tegangan
diterapkan pada dua buah elektroda yang
dicelup pada minyak trafo , maka akan
timbul medan listrik dalam minyak trafo
tersebut. Medan listrik ini akan memberikan
gaya pada elektron-elektron yang terikat
pada struktur molekul minyak trafo agar
terlepas dari ikatannya. Jika ikatan ini lepas
maka isolasi hilang pada tempat itu dan
minyak trafo akan menghantar arus
(konduktor) dan minyak trafo gagal
melaksanakan fungsinya sebagai isolator.
Jadi sesungguhnya bagi bahan isolasi
tegangan merupakan tekanan yang harus
dilawan oleh suatu gaya dalam bahan isolasi
itu sendiri supaya bahan isolasi tidak gagal
menjalankan fungsinya sebagai isolator.
Untuk memperoleh tegangan tembus pada
setiap pengujian, tegangan uji diberikan
pada sistem secara bertahap dengan tingkat
kenaikan yang sama per satuan waktu
menggunakan peralatan pengontrol. Dengan
demikian dapat diamati fenomena apa saja
yang terjadi selama pelaksanaan pengujian
dengan digolongkan kedalam kelompok
sebagai berikut :
11. 1
4.4.1 Saat Sebelum Terjadi Tegangan
Tembus
Proses sebelum terjadi tembus
dimulai dari menaikkan tegangan uji secara
bertahap dari keadaan tegangan rendah
sampai mendekati tegangan tembus. Dalam
kondisi mendekati nilai tegangan tembus
timbul suara mendesis, Hal ini terjadi karena
adanya tekanan yang terus menerus dan
semakin besar pada minyak isolasi.
4.4.2 Saat Terjadi Tegangan Tembus
Pada saat terjadi tegangan tembus
terjadi lucutan diantara kedua elektroda
tersebut. Lucutan dalam ini terdiri dari
unsur-unsur sebagai berikut:[10]
1. Aliran listrik yang besarnya ditentukan
oleh karakteristik rangkaian.
2. Lintasan cahaya yang cerah yang
bergerak dari satu elektroda ke elektroda
lainnya.
3. Pembentukan lubang pada elektroda.
4. Tekanan impulsif dalam zat cair disertai
suara ledakan.
4.4.3 Saat Sesudah Terjadi Tegangan
Tembus
Dalam kondisi sesudah terjadi
tegangan tembus timbul gelembung gas dan
kabut hitam (arang) pada minyak isolasi.
Hal ini disebabkan oleh: [10]
1. Permukaan elektroda tidak rata, sehingga
terdapat kantong-kantong udara di
permukaannya.
2. Adanya tabrakan elektron saat terjadi
tegangan tembus, sehingga muncul
produk-produk baru berupa gelembung
gas atau arang,
3. Adanya penguapan cairan karena lucutan
pada bagian-bagian elektroda yang tajam
dan tak teratur.
4. Zat cair dikenai perubahan suhu dan
tekanan.
V. KESIMPULAN
Dari hasil pengukuran tegangan
tembus minyak biodiesel kemiri sunan
menggunakan variasi elektroda setengah
bola dalam posisi horizontal dengan
menggunakan alat hipotronics di PT.
Mesindo Tekninesia pada temperatur suhu
ruang 26oC-30oC dengan kelembaban relatif
(RH) sebesar 41 % dan tekanan atmosfer
991 mm Hg, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Nilai tegangan tembus pada minyak
biodiesel kemiri sunan pada kondisi
pengujian menurut IEC 156:1995 sebesar
17.55 kV/2.5 mm.
2. Nilai tegangan tembus pada minyak
biodiesel kemiri sunan cenderung
meningkat seiring dengan bertambahnya
jarak sela antar elektroda.
3. Pada saat sebelum mengalami tembus
listrik, fenomena yang terjadi berupa
suara mendesis akibat tekanan karena
tumbukan elektron. Fenomena saat terjadi
tembus listrik muncul kilatan cahaya dan
gelembung gas yang naik ke atas,
kemudian setelah terjadi tembus listrik
timbul kabut hitam (arang) diantara sela
elektroda.
4. Hasil pengujian kondisi standar (menurut
IEC 156) yang dilakukan pada minyak
biodiesel kemiri sunan didapat nilai
tegangan tembus sebesar 17.55 kV pada
jarak sela 2.5 mm sehingga masih
dibawah standar SPLN 49-1 yaitu sebesar
>30 kV/2.5 mm untuk memenuhi
persyaratan alternatif isolasi cair. Tetapi
penelitian ini memiliki peluang untuk
dilanjutkan dengan menambahkan zat
aditif yang mampu menaikkan tegangan
tembusnya.
5.2 Saran
Saran yang dapat dikemukakan bagi
para peneliti adalah penelitian ini masih
berpeluang dilanjutkan untuk memenuhi
persyaratan minyak isolasi IEC 156:1995,
dengan menambahkan zat aditif yaitu fenol
yang berfungsi untuk menaikkan nilai
tegangan tembus minyak isolasi.
12. 1
DAFTAR PUSTAKA
[1] SPLN 49 1. 1982. Specification for
New Insulating Oils for Transformers
and Switchgear. Perusahaan Umum
Listrik Negara.
[2] Pranowo, Dibyo [et al.]. 2014.
Pembuatan Biodiesel dari Kemiri
Sunan (Reutealis trisperma Blanco
Airy Shaw) dan Pemanfaatan Hasil
Samping: Karakteristik minyak kemiri
sunan. Jakarta: IAARD.
[3] Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Hutan
Tanaman Rakyat Mandiri Indonesia.
2011. Kemiri Sunan Sumber Bio
Energi: Membangun Pemberdayaan
Ekonomi Rakyat melalui Kemiri
Sunan. Jakarta: DPP-AHTRMI.
[4] B. Dolata, H. Borsi and E.
Gockenbach. 2007. Comparison of
Electric and Dielectric Properties of
Esters Fluids with Mineral Based
Transformer Oil. Proceeding of XVth
International Symposium on High
Voltage Engineering. Ljubljana.
[5] Abduh, Syamsir. 2003. Teori
Kegagalan Isolasi. Universitas
Trisakti.
[6] Fukuda, H. 2001. Biodiesel fuel
production by transesterification of
oils. J. Biosci. Bioeng., 92:405-416.
[7] IEC-156. 1995. Insulating Liquid
Determinan of Breakdown Voltage at
Power Frequency Tes Method.
[8] SPLN 49 -1. 1982. Minyak Isolasi
Transformator. Perusahaan Umum
Listrik Negara.
[9] Supriyantoro, David. 2007. Analisis
Karakteristik Tegangan Tembus
Minyak Trafo Sebelum Dan Sesudah
Dipurifikasi Dengan Fenol. Teknik
Elektro Universitas Dipenogoro.
[10] Arismunandar, A, Teknik Tegangan
Tinggi Suplemen. Ghalia. 1982.
Harief Taufik Kurrahman
(062.11.027)
Mahasiswa Jurusan
Teknik Elektro, Fakultas
Teknologi Industri
Universitas Trisakti
Jakarta dengan Pilihan
Konsentrasi Arus Kuat
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Ir. Syamsir A, MM, Ph.D Ir. Maula S, Ms