3. TERJEMAH QS. AN-NISAA AYAT 95
Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang
yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta
dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik
(surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.
4. TAFSIR AL-MARAGHI
o Orang-orang yang tidak turut berperang dengan hartanya karena bakhil dan
sangat tamak, serta dengan jiwanya karena lebih mengutamakan kesenangan dan
kenikmatan daripada kepayahan dan menantang bahaya, tidak sama dengan para
mujahidin yang mengorbankan hartanya di dalam mempersiapkan perang, seperti
persiapan persenjataan, kuda dan perbekalan makanan, serta mengorbankan
jiwanya dengan merelakannya untuk terbunuh di jalan menegakkan kebenaran
dan menahan serangan golongan thoghut. Sebab, para mujahidinlah orang-orang
yang melindungi umat dan negara, sedangkan orang-orang yang tidak ikut
berperang adalah orang-orang yang tidak mengadakan persiapan untuk
melindungi umat dan negara, sehingga mereka menjadi sasaran empuk serangan
musuh-musuhnya.
5. o Allah taala meninggikan derajat para mujahidin atas orang-orang yang tidak
ikut berperang satu derajat yang ukuran dan hakikatnya tidak dapat diketahui;
yaitu apa yang diberikan Allah kepada mereka di dunia berupa harta rampasan
perang, kemenangan, reputasi dan ditolaknya kejahatan musuh dari umat dan
negara.
o Allah menjanjikan surga kepada masing-masing: orang yang berjihad dan orang
yang tidak turut berjihad karena lemah, sedangkan dia berharap mempunyai
kemampuan untuk itu, karena masing-masing mempunyai keimanan yang
sempurna dan ikhlas kepada Allah di dalam bekerja.
o Derajat-derajat ini ialah apa yang disimpan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya
berupa kedudukan-kedudukan yang tinggi yang tidak dapat dihitung. Derajat-
derajat di akhirat didasarkan atas amalan-amalan dunia, berupa kekuatan iman
kepada Allah, pengutamaan keridhaan-Nya atas kesenangan dan kenikmatan,
dan pengutamaan maslahat umum atas nafsu pribadi.
6. TAFSIR AL-AZHAR
o Arti jihad ialah kerja keras, bersungguh-sungguh ataupun berjuang. Agama tidak akan
tegak kalau tidak ada semangat berjuang. Ulama ahli fiqh menetapkan hukum
bahwasanya pergi berjihad ke medan perang adalah Fardhu Kifayah. Artinya telah
terlepas kewajiban itu dari pundak semua ummat, apabila telah ada yang
menyanggupinya. Tetapi, apabila musuh sudah masuk ke dalam negeri, jihad menjadi
Fardhu Ain; artinya semua orang dengan sendirinya menjadi Mujahid.
o Orang-orang yang duduk dari kalangan orang-orang yang beriman yang tidak
tidaklah sama dengan orang-orang yang berjihad pada jalan Allah dengan harta
dan diri-diri mereka.
o Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhori, ayat ini turun seketika akan terjadi
perang Badar. Rassulullah sendiri pada mulanya berat sangkaan beliau bahwasanya
seluruh Muhajirin akan sudi berperang ke Badar menghadapi musyrikin yang telah
mengusir mereka dari kampung halaman mereka. Tetapi kaum Anshar belum dapat
dipastikan apakah akan turut berperang atau tidak. Tetapi dalam pertemuan bersama,
7. o Allah telah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta benda mereka dari
diri-diri mereka itu, daripada orang-orang yang duduk, satu derajat.
o Barangsiapa yang turut pergi berjihad, maka derajatnya akan lebih tinggi daripada
8. TAFSIR AL-MISHBAH
o Tidaklah sama antara mukmin yang duduk, yakni yang tidak ikut berperang dengan
alasan yang dibenarkan agama; seperti buta, pincang, dan lain-lain, dengan orang-
orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwa mereka. Allah melebihkan orang-
orang yang berjihad dengan harta dan jiwa mereka atas orang-orang yang duduk
dengan kelebihan satu derajat yang sempurna.
o Dikemukakan oleh Imam Bukhori melalui sahabat Nabi, Al-Barra, bahwa ketika
9. o Kata yang duduk diperhadapkan dengan al-mujahidun, padahal biasanya
duduk diperhadapkan dengan berdiri. Menurut Asy-Syarawi bahwa pada
awal islam, setiap mukmin yang memeluk islam menganggap diri mereka
pejuang, setiap saat siap memenuhi panggilan, tidak pernah sesaatpun
berleha-leha. Adapun yang duduk, maka ia bagaikan tidak siap untuk
berjuang dan tidak memiliki ciri-ciri mukmin yang baik.
o Kata darajat pada ayat ini menginformasikan bahwa ada perbedaan satu
tingkat antara yang berjihad di jalan Allah dan yang tidak berjihad akibat
udzur yang dibenarkan agama, dan ada perbedaan banyak tingkat yang
amat besar antara yang berjihad dan yang tidak berjihad tanpa udzur.
10. o Kata jihad seringkali disalahpahami karena ia lazim diucapkan pada saat
perjuangan fisik, sehingga diidentikkan dengan perlawanan bersenjata.
o Dikuatkan juga oleh pemahaman arti kata anfus yang seringkali dibatasi
hanya dalam arti jiwa, bukan diri manusia dengan segala totalitasnya. Al-
quran menggunakan kata nafs dan anfus antara lain dalam arti totalitas
manusia, dan dengan demikian, kata anfusihim dapat mencakup nyawa,
emosi, pengetahuan, tenaga, pikiran, bahkan juga waktu dan tempat.
o Dengan demikian, mujahid adalah orang yang mencurahkan seluruh
kemampuannya dan berkorban atau bersedia berkorban dengan apa saja
yang berkaitan dengan dirinya sendiri.
12. NILAI-NILAI PENDIDIKAN
o Ayat ini memberikan pengertian bahwa orang-orang yang berilmu pengetahuan itu jauh
lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang tidak berilmu. Apabila orang-orang
yang tidak berilmu diberitakan tentang kekurangan derajatnya itu, semoga tergeraklah
hati mereka untuk mencari ilmu pengetahuan dengan giat, sehingga dapat meningkatkan
derajat mereka kepada derajat yang tinggi.
o Ayat ini mengetengahkan bahwa islam sangat menghargai para pemuda yang aktif dan
mengambil bagian dalam hal kebaikan, menyuruh mereka agar tidak bermalas-malasan
dan berpangku tangan terhadap berbagai permasalahannya, ayat ini menekankan bagi
para pelajar agar tekun dan ulet dalam belajar serta selalu berdoa kepada Allah SWT.
o Pengaplikasian ayat ini akan melahirkan suatu pemuda muslim yang ideal yang mana
menurut Asy-Syahid Hasan Al-Banna rahimahullah bahwa sosok pemuda muslim yang
ideal minimal harus memiliki empat syarat utama, yaitu: iman yang kokoh, keikhlasan
hati, himmah atau tekad yang kuat, dan memiliki strategi pelaksanaan (perencanaan) yang
matang. Beliau menegaskan bahwa bila keempat syarat tersebut dimiliki oleh para
pemuda islam, maka amanah suci yang dilimpahkan bagi mereka akan dapat dilaksanakan