2. manusia adalah mahluk ALLAH yang
di ciptakan dengan bentuk yang
paling sempurna diantara makhluk-
makhluknALLAH yang lain.
3. AYAT-AYAT YANG MENJELASKAN
TENTANG MANUSIA
Qs 30:30 tentang manusia berada dalam fitrah
QS. 4:28 manusia sebagai makhluk lemah
QS 33:37manusia makhluk bodoh
QS. 35:15 manusia fakir
QS. 32:9 di tiupkannya ruh
QS 17:70 Memiliki keistimewaan
QS. 45:12 , 2:29 , Ditundukkannya alam padanya
4. KEDUDUKAN MANUSIA
A. Manusia sebagai makhluk yang mulia
Manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk
beragama sesuai dengan fitrahnya. Manusia adalah hamba
Allah (abd Allah). Esensi dari ketaatan seorang hamba adalah
ketaatan, ketundukan dan kepatuhan terhadap Tuhannya.
Sebagai hamba Allah manusia tidak bisa lepas dari kekuasaan-
Nya karena fitrah untuk beragama.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui” (QS. Al-Ruum 30)
5. B. Manusia Sebagai Makhluk Berfikir
Manusia adalah makhluk Allâh Subhânahu wa Ta’âla
yang mempunyai pengetahuan yang dikaruniai-Nya.
Manusia dapat membaca alam semesta, manusia
dapat mengetaui karakter masing-masing, manusia
dapat mengetahui hal sekecil apapun, dan lainnya
dikarenakan berkat sang kuasa. Sebenaranya dari
sinilah kita sadar secara tidak langsung bahwa
manusia itu sama, hanya yang membedakannya
adalah bagaimana ia memanfaatkan potensinya untuk
dimanfaatkan bagi orang banyak.
6. C. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi
Fungsi kekhalifahan manusia di muka bumi ini,
dijelaskan oleh Al-Qur’an
(QS. Al-Baqarah 30) “Artinya:Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi”.
(QS. AL-an’am 165) “Dan Dia lah yang menjadikan
kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang
lain) beberapa derajat”
7. D)Manusia sebagai makhluk paedagogik
Makhluk paedagogik ialah makhluk Allah yang dilahirkan
membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Manusia
adalah makhluk paedagogik, karena memiliki potensi dapat
dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di
bumi. Manusia dilengkapi dengan fitrah Allah, berupa bentuk
atau wadah yang dapat diisi dengan berbagai kecakapan dan
keterampilan yang dapat berkembang, sesuai dengan
kedudukannya sebagai makhluk yang mulia. Pikiran, perasaan
dan kemampuannya berbuat merupakan komponen dari fitrah
itu.
“(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah.” (QS.
Al-Rum 30)
8. E) Manusia Sebagai Makhluk Penghendak
hasil buah fikiran manusia sebagai orang yang
mempunyai ilmu pengetahuan. Jika seseorang
mengetahui dan mengerti ilmu, maka orang
tersebut akan menindaklanjuti ilmu yang ia
miliki menjadi perbuatan yang real di
masyarakat.
9. F) Manusia Sebagai Makhluk Perasa
Sebuah perasaan manusia terkadang tidak akan pernah
membohongi diri sendiri. Sebagai hasil dari
pemikiran manusia itulah manusia menginginkan
untuk melakukan hal yang nyata demi memetik
sebuah hasil yang dapat dirasakan. Manusia sebagai
makhluk perasa inilah yang menjadikan cermin diri
untuk meningkatkan kekuatan iman kita kepada Allâh
Subhânahu wa Ta’âla. Sejauh mana tingkat fikir dan
tindak kita sehingga membuahkan hasil maksimal
untuk dirasakan kebaikannya.
10. HAKIKAT MANUSIA
1) Al-Insân
Al-Insân terbentuk dari kata – yang berarti lupa. Kata
al-insân dinyatakan dalam al-Qur‟an sebanyak 73 kali yang
disebut dalam 43 surat. Penggunaan kata al-insân pada
umumnya digunakan pada keistimewaan manusia
penyandang predikat khalifah di muka bumi, sekaligus
dihubungkan dengan proses penciptaannya. Keistimewaan
tersebut karena manusia merupakan makhluk psikis
disamping makhluk pisik yang memiliki potensi dasar, yaitu
fitrah akal dan kalbu. Potensi ini menempatkan manusia
sebagai makhluk Allah SWT yang mulia dan tertinggi
dibandingkan makhluk-Nya yang lain.
11. 2) Al-Basyar
Al-Basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti
penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama
lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena
kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain.
Kata Al-Basyar dinyatakan dalam al-Qur‟an sebanyak 36 kali yang
tersebut dalam 26 surat.9 Kata-kata tersebut diungkap dalam bentuk
tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjukkan
manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia
seluruhnya.
Pemaknaan manusia dengan Al-Basyar memberikan pengertian
bahwa manusia adalah makhluk biologis serta memiliki sifat-sifat yang ada
di dalamnya, seperti makan, minum, perlu hiburan, seks dan lain
sebagainya. Karena kata Al-Basyar ditunjukkan kepada seluruh manusia
tanpa terkecuali, ini berarti nabi dan rasul pun memiliki dimensi Al-Basyar
12. 3) Al-nâs
Kata al-nâs menunjukkan pada hakikat manusia sebagai
makhluk social dan ditunjukkan kepada seluruh manusia
secara umum tanpa melihat statusnya apakah beriman atau
kafir. Penggunaan kata al-nâs lebih bersifat umum dalam
mendefinisikan hakikat manusia dibanding dengan kata al-
insân.
Kata al-nâs juga dipakai dalam Al-Qur‟an untuk
menunjukkan bahwa karakteristik manusia senantiasa berada
dalam keadaan labil. Meskipun telah dianugerahkan Allah
SWT dengan berbagai potensi yang bisa digunakan manusia
untuk mengenal Tuhannya, namun hanya sebagian manusia
saja yang mau mempergunakannya, sementara sebagian yang
lain tidak, justru mempergunakan potensi tersebut untuk
menentang ke-Mahakuasa-an Tuhan. Dari sini terlihat bahwa
manusia mempunya dimensi ganda, yaitu sebagai makhluk
yang mulia dam yang tercela.