ݺߣ

ݺߣShare a Scribd company logo
TA’RIFUL INSAN




ELVA EKA ERNAWATI
manusia adalah mahluk ALLAH yang
 di ciptakan dengan bentuk yang
 paling sempurna diantara makhluk-
 makhluknALLAH yang lain.
AYAT-AYAT YANG MENJELASKAN
        TENTANG MANUSIA


Qs 30:30 tentang manusia berada dalam fitrah
 QS. 4:28 manusia sebagai makhluk lemah
 QS 33:37manusia makhluk bodoh
 QS. 35:15 manusia fakir
QS. 32:9 di tiupkannya ruh
QS 17:70 Memiliki keistimewaan
QS. 45:12 , 2:29 , Ditundukkannya alam padanya
KEDUDUKAN MANUSIA
A. Manusia sebagai makhluk yang mulia
       Manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk
  beragama sesuai dengan fitrahnya. Manusia adalah hamba
  Allah (abd Allah). Esensi dari ketaatan seorang hamba adalah
  ketaatan, ketundukan dan kepatuhan terhadap Tuhannya.
  Sebagai hamba Allah manusia tidak bisa lepas dari kekuasaan-
  Nya karena fitrah untuk beragama.
  “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama
  Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
  manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah
  Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
  tidak mengetahui” (QS. Al-Ruum 30)
B. Manusia Sebagai Makhluk Berfikir
Manusia adalah makhluk Allâh Subhânahu wa Ta’âla
  yang mempunyai pengetahuan yang dikaruniai-Nya.
  Manusia dapat membaca alam semesta, manusia
  dapat mengetaui karakter masing-masing, manusia
  dapat mengetahui hal sekecil apapun, dan lainnya
  dikarenakan berkat sang kuasa. Sebenaranya dari
  sinilah kita sadar secara tidak langsung bahwa
  manusia itu sama, hanya yang membedakannya
  adalah bagaimana ia memanfaatkan potensinya untuk
  dimanfaatkan bagi orang banyak.
C. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi
Fungsi kekhalifahan manusia di muka bumi ini,
  dijelaskan oleh Al-Qur’an
 (QS. Al-Baqarah 30) “Artinya:Ingatlah ketika
  Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
  “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang
  khalifah di muka bumi”.
 (QS. AL-an’am 165) “Dan Dia lah yang menjadikan
  kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia
  meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang
  lain) beberapa derajat”
D)Manusia sebagai makhluk paedagogik
Makhluk paedagogik ialah makhluk Allah yang dilahirkan
  membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Manusia
  adalah makhluk paedagogik, karena memiliki potensi dapat
  dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di
  bumi. Manusia dilengkapi dengan fitrah Allah, berupa bentuk
  atau wadah yang dapat diisi dengan berbagai kecakapan dan
  keterampilan yang dapat berkembang, sesuai dengan
  kedudukannya sebagai makhluk yang mulia. Pikiran, perasaan
  dan kemampuannya berbuat merupakan komponen dari fitrah
  itu.
  “(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
  menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah.” (QS.
  Al-Rum 30)
E) Manusia Sebagai Makhluk Penghendak
hasil buah fikiran manusia sebagai orang yang
  mempunyai ilmu pengetahuan. Jika seseorang
  mengetahui dan mengerti ilmu, maka orang
  tersebut akan menindaklanjuti ilmu yang ia
  miliki menjadi perbuatan yang real di
  masyarakat.
F) Manusia Sebagai Makhluk Perasa
Sebuah perasaan manusia terkadang tidak akan pernah
  membohongi diri sendiri. Sebagai hasil dari
  pemikiran manusia itulah manusia menginginkan
  untuk melakukan hal yang nyata demi memetik
  sebuah hasil yang dapat dirasakan. Manusia sebagai
  makhluk perasa inilah yang menjadikan cermin diri
  untuk meningkatkan kekuatan iman kita kepada Allâh
  Subhânahu wa Ta’âla. Sejauh mana tingkat fikir dan
  tindak kita sehingga membuahkan hasil maksimal
  untuk dirasakan kebaikannya.
HAKIKAT MANUSIA
1) Al-Insân
Al-Insân terbentuk dari kata      –    yang berarti lupa. Kata
  al-insân dinyatakan dalam al-Qur‟an sebanyak 73 kali yang
  disebut dalam 43 surat. Penggunaan kata al-insân pada
  umumnya digunakan pada keistimewaan manusia
  penyandang predikat khalifah di muka bumi, sekaligus
  dihubungkan dengan proses penciptaannya. Keistimewaan
  tersebut karena manusia merupakan makhluk psikis
  disamping makhluk pisik yang memiliki potensi dasar, yaitu
  fitrah akal dan kalbu. Potensi ini menempatkan manusia
  sebagai makhluk Allah SWT yang mulia dan tertinggi
  dibandingkan makhluk-Nya yang lain.
2) Al-Basyar
         Al-Basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti
   penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama
   lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena
   kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain.
         Kata Al-Basyar dinyatakan dalam al-Qur‟an sebanyak 36 kali yang
   tersebut dalam 26 surat.9 Kata-kata tersebut diungkap dalam bentuk
   tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjukkan
   manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia
   seluruhnya.
         Pemaknaan manusia dengan Al-Basyar memberikan pengertian
   bahwa manusia adalah makhluk biologis serta memiliki sifat-sifat yang ada
   di dalamnya, seperti makan, minum, perlu hiburan, seks dan lain
   sebagainya. Karena kata Al-Basyar ditunjukkan kepada seluruh manusia
   tanpa terkecuali, ini berarti nabi dan rasul pun memiliki dimensi Al-Basyar
3) Al-nâs
        Kata al-nâs menunjukkan pada hakikat manusia sebagai
   makhluk social dan ditunjukkan kepada seluruh manusia
   secara umum tanpa melihat statusnya apakah beriman atau
   kafir. Penggunaan kata al-nâs lebih bersifat umum dalam
   mendefinisikan hakikat manusia dibanding dengan kata al-
   insân.
        Kata al-nâs juga dipakai dalam Al-Qur‟an untuk
   menunjukkan bahwa karakteristik manusia senantiasa berada
   dalam keadaan labil. Meskipun telah dianugerahkan Allah
   SWT dengan berbagai potensi yang bisa digunakan manusia
   untuk mengenal Tuhannya, namun hanya sebagian manusia
   saja yang mau mempergunakannya, sementara sebagian yang
   lain tidak, justru mempergunakan potensi tersebut untuk
   menentang ke-Mahakuasa-an Tuhan. Dari sini terlihat bahwa
   manusia mempunya dimensi ganda, yaitu sebagai makhluk
   yang mulia dam yang tercela.

More Related Content

Ta’riful insan

  • 2. manusia adalah mahluk ALLAH yang di ciptakan dengan bentuk yang paling sempurna diantara makhluk- makhluknALLAH yang lain.
  • 3. AYAT-AYAT YANG MENJELASKAN TENTANG MANUSIA Qs 30:30 tentang manusia berada dalam fitrah  QS. 4:28 manusia sebagai makhluk lemah  QS 33:37manusia makhluk bodoh  QS. 35:15 manusia fakir QS. 32:9 di tiupkannya ruh QS 17:70 Memiliki keistimewaan QS. 45:12 , 2:29 , Ditundukkannya alam padanya
  • 4. KEDUDUKAN MANUSIA A. Manusia sebagai makhluk yang mulia Manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk beragama sesuai dengan fitrahnya. Manusia adalah hamba Allah (abd Allah). Esensi dari ketaatan seorang hamba adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan terhadap Tuhannya. Sebagai hamba Allah manusia tidak bisa lepas dari kekuasaan- Nya karena fitrah untuk beragama. “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Al-Ruum 30)
  • 5. B. Manusia Sebagai Makhluk Berfikir Manusia adalah makhluk Allâh Subhânahu wa Ta’âla yang mempunyai pengetahuan yang dikaruniai-Nya. Manusia dapat membaca alam semesta, manusia dapat mengetaui karakter masing-masing, manusia dapat mengetahui hal sekecil apapun, dan lainnya dikarenakan berkat sang kuasa. Sebenaranya dari sinilah kita sadar secara tidak langsung bahwa manusia itu sama, hanya yang membedakannya adalah bagaimana ia memanfaatkan potensinya untuk dimanfaatkan bagi orang banyak.
  • 6. C. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi Fungsi kekhalifahan manusia di muka bumi ini, dijelaskan oleh Al-Qur’an  (QS. Al-Baqarah 30) “Artinya:Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.  (QS. AL-an’am 165) “Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat”
  • 7. D)Manusia sebagai makhluk paedagogik Makhluk paedagogik ialah makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Manusia adalah makhluk paedagogik, karena memiliki potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi. Manusia dilengkapi dengan fitrah Allah, berupa bentuk atau wadah yang dapat diisi dengan berbagai kecakapan dan keterampilan yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia. Pikiran, perasaan dan kemampuannya berbuat merupakan komponen dari fitrah itu. “(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah.” (QS. Al-Rum 30)
  • 8. E) Manusia Sebagai Makhluk Penghendak hasil buah fikiran manusia sebagai orang yang mempunyai ilmu pengetahuan. Jika seseorang mengetahui dan mengerti ilmu, maka orang tersebut akan menindaklanjuti ilmu yang ia miliki menjadi perbuatan yang real di masyarakat.
  • 9. F) Manusia Sebagai Makhluk Perasa Sebuah perasaan manusia terkadang tidak akan pernah membohongi diri sendiri. Sebagai hasil dari pemikiran manusia itulah manusia menginginkan untuk melakukan hal yang nyata demi memetik sebuah hasil yang dapat dirasakan. Manusia sebagai makhluk perasa inilah yang menjadikan cermin diri untuk meningkatkan kekuatan iman kita kepada Allâh Subhânahu wa Ta’âla. Sejauh mana tingkat fikir dan tindak kita sehingga membuahkan hasil maksimal untuk dirasakan kebaikannya.
  • 10. HAKIKAT MANUSIA 1) Al-Insân Al-Insân terbentuk dari kata – yang berarti lupa. Kata al-insân dinyatakan dalam al-Qur‟an sebanyak 73 kali yang disebut dalam 43 surat. Penggunaan kata al-insân pada umumnya digunakan pada keistimewaan manusia penyandang predikat khalifah di muka bumi, sekaligus dihubungkan dengan proses penciptaannya. Keistimewaan tersebut karena manusia merupakan makhluk psikis disamping makhluk pisik yang memiliki potensi dasar, yaitu fitrah akal dan kalbu. Potensi ini menempatkan manusia sebagai makhluk Allah SWT yang mulia dan tertinggi dibandingkan makhluk-Nya yang lain.
  • 11. 2) Al-Basyar Al-Basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain. Kata Al-Basyar dinyatakan dalam al-Qur‟an sebanyak 36 kali yang tersebut dalam 26 surat.9 Kata-kata tersebut diungkap dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjukkan manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Pemaknaan manusia dengan Al-Basyar memberikan pengertian bahwa manusia adalah makhluk biologis serta memiliki sifat-sifat yang ada di dalamnya, seperti makan, minum, perlu hiburan, seks dan lain sebagainya. Karena kata Al-Basyar ditunjukkan kepada seluruh manusia tanpa terkecuali, ini berarti nabi dan rasul pun memiliki dimensi Al-Basyar
  • 12. 3) Al-nâs Kata al-nâs menunjukkan pada hakikat manusia sebagai makhluk social dan ditunjukkan kepada seluruh manusia secara umum tanpa melihat statusnya apakah beriman atau kafir. Penggunaan kata al-nâs lebih bersifat umum dalam mendefinisikan hakikat manusia dibanding dengan kata al- insân. Kata al-nâs juga dipakai dalam Al-Qur‟an untuk menunjukkan bahwa karakteristik manusia senantiasa berada dalam keadaan labil. Meskipun telah dianugerahkan Allah SWT dengan berbagai potensi yang bisa digunakan manusia untuk mengenal Tuhannya, namun hanya sebagian manusia saja yang mau mempergunakannya, sementara sebagian yang lain tidak, justru mempergunakan potensi tersebut untuk menentang ke-Mahakuasa-an Tuhan. Dari sini terlihat bahwa manusia mempunya dimensi ganda, yaitu sebagai makhluk yang mulia dam yang tercela.