Penanganan Kasus HIV fix untuk klanghan medis .pptxachmadsyahid4
油
PPT berisi tentang penanganan kasus hiv di lingkungan kalangan kesehatan yang sangat bermamfaat untuk tenaga kesehatan khususnya dokter di puskesmas masing-masing dengan pembahasan yang relatif singkat dan padat sehingga bisa di pakai oleh para rekan sejawat semua, dan termasuk update terbaru tentang pelayanan hiv. mudah mudahan bisa bermaafaat untuk semuanya dalam mengelola pasien hiv atau dengan tatalaksana
Dokumen tersebut membahas tentang layanan tes HIV, mulai dari konsepnya, prinsip-prinsipnya seperti persetujuan, kerahasiaan, konseling, hasil yang benar, dan koneksi dengan perawatan. Juga dibahas tentang cara menawarkan tes HIV kepada berbagai kelompok pasien dan cara melakukan skrining HIV menggunakan tes cepat.
Dokumen tersebut membahas terapi ARV untuk pasien HIV/AIDS. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang (1) alur tatalaksana HIV mulai dari diagnosis, diagnosis koinfeksi, pengobatan koinfeksi, dan pengobatan HIV dengan ARV serta monitoringnya, (2) persiapan sebelum pemberian ARV seperti edukasi, konseling, dan pastikan beberapa hal sebelum memulai ARV, (3) indikasi memulai ARV untuk semua
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Layanan HIV di rumah sakit terdampak selama pandemi Covid-19, termasuk konseling tes HIV, terapi antiretroviral, pencegahan penularan dari ibu ke anak, dan layanan pendukung lainnya;
(2) Pandemi Covid-19 tidak meningkatkan risiko infeksi atau keparahan pada pasien HIV/AIDS, namun masih perlu menerapkan protokol kesehatan ketat;
(3) Layan
Dokumen tersebut membahas berbagai aspek terkait konseling HIV dan pencegahan penularan HIV, termasuk definisi dan tujuan konseling HIV, jenis-jenis konseling seperti VCT dan PITC, serta program PMTCT untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak.
Dokumen tersebut membahas tentang penemuan kasus, diagnosis, dan terapi HIV. Secara ringkas, dibahas tentang prinsip-prinsip layanan tes HIV seperti persetujuan, kerahasiaan, konseling, hasil tes yang akurat, dan koneksi dengan layanan perawatan. Selanjutnya dibahas tentang penemuan kasus melalui skrining, diagnosis melalui metode tes, dan tindak lanjut hasil tes seperti informasi, rujukan, dan terapi bagi k
Dokumen tersebut membahas terapi ARV untuk pasien HIV/AIDS. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang (1) alur tatalaksana HIV mulai dari diagnosis, diagnosis koinfeksi, pengobatan koinfeksi, dan pengobatan HIV dengan ARV serta monitoringnya, (2) persiapan sebelum pemberian ARV seperti edukasi, konseling, dan pastikan beberapa hal sebelum memulai ARV, (3) indikasi memulai ARV untuk semua
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Layanan HIV di rumah sakit terdampak selama pandemi Covid-19, termasuk konseling tes HIV, terapi antiretroviral, pencegahan penularan dari ibu ke anak, dan layanan pendukung lainnya;
(2) Pandemi Covid-19 tidak meningkatkan risiko infeksi atau keparahan pada pasien HIV/AIDS, namun masih perlu menerapkan protokol kesehatan ketat;
(3) Layan
Dokumen tersebut membahas berbagai aspek terkait konseling HIV dan pencegahan penularan HIV, termasuk definisi dan tujuan konseling HIV, jenis-jenis konseling seperti VCT dan PITC, serta program PMTCT untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak.
Dokumen tersebut membahas tentang penemuan kasus, diagnosis, dan terapi HIV. Secara ringkas, dibahas tentang prinsip-prinsip layanan tes HIV seperti persetujuan, kerahasiaan, konseling, hasil tes yang akurat, dan koneksi dengan layanan perawatan. Selanjutnya dibahas tentang penemuan kasus melalui skrining, diagnosis melalui metode tes, dan tindak lanjut hasil tes seperti informasi, rujukan, dan terapi bagi k
Peran PERAWAT SEBAGAI KONSELOR hiv dan aids.pptxIRFANPERMANA7
油
Tatalaksana ARV - efek samping - IRIS - monitoring terapi - PEP (1).pdf
1. Tatalaksana ARV
dr. Yusuf Aulia Rahman, SpPD
Klinik Kanca Sehati
KSM Ilmu Penyakit Dalam - RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) - Cabang Lampung
Orientasi Layanan Tes & Pengobatan HIV Provinsi Lampung
Bandar Lampung, September 2022
2. Outline
Layanan PDP yang ideal
Tatalaksana medis HIV/AIDS
Konsep 4 S
Efek samping terapi
Sindrom Pulih Imun
Pemantauan keberhasilan terapi
Profilaksis pasca pajanan/post exposure prophylaxis
4. Continuum of HIV services
Pelayanan HIV Paripurna adalah paket komprehensif yang meliputi:
HIV prevention,
diagnostic,
treatment,
care and support services provided for people at risk of HIV infection or living with HIV and
their families.
Termasuk:
pre-exposure prophylaxis;
HIV testing and linkage to care;
TB screening, prevention, diagnosis and care;
management of opportunistic infections and other comorbid conditions;
initiating, maintaining and monitoring ART response;
adherence support;
switching to second-line and third-line ART;
and palliative care.
WHO - Guidelines for Managing Advanced HIV Disease and Rapid Initiation of Antiretroviral Therapy -2017
5. Penatalaksanaan Pasien HIV
Pencegahan Diagnostik
Pengobatan
Perawatan
&
Dukungan
WHO - Guidelines for Managing Advanced HIV Disease and Rapid Initiation of Antiretroviral Therapy -2017
6. Pelayanan Pasien HIV
pre-exposure prophylaxis;
HIV testing and linkage to care;
TB screening, prevention, diagnosis and care;
management of opportunistic infections and other comorbid conditions;
initiating, maintaining and monitoring ART response;
adherence support;
switching to second-line and third-line ART;
and palliative care.
WHO - Guidelines for Managing Advanced HIV Disease and Rapid Initiation of Antiretroviral Therapy -2017
7. Pembedaan Layanan Sesuai Kondisi Pasien
(Differentiated service delivery)
HIV Negatif
HIV Baru
terdiagnosis
& Akut
HIV Stabil
dalam ARV
HIV dengan
kehamilan
HIV dengan
penyakit
komorbid
HIV gagal
terapi
HIV Kritis
Jenazah
pasien HIV
WHO - Guidelines for Managing Advanced HIV Disease and Rapid Initiation of Antiretroviral Therapy -2017
8. Pembedaan Layanan Sesuai Kondisi Pasien
(Differentiated service delivery)
WHO - Guidelines for Managing Advanced HIV Disease and Rapid Initiation of Antiretroviral Therapy -2017
Dengan adanya pembedaan:
Pasien stabil dapat dikurangi frekuensi kunjungan dan peresepan obat
(3-6 bulan)
Layanan PDP dapat fokus ke perawatan pasien yang akut dan
membutuhkan pengawasan intensif.
9. Pendekatan Kesehatan Masyarakat
Masalah HIV
Bertujuan memastikan aksess seluas-luasnya ke pelyanan berkualitas
tinggi pada level populasi, berdasarkan pendekatan yang terstandar
namun sederhana, dan tetap seimbang antara implementasi standar
perawatan yang terbaik berbasis bukti namun tetap mampu-laksana
dalam skala besar di daerah dengan sumber daya terbatas
10. Pendekatan Kesehatan Masyarakat
Masalah HIV
4 elemen kunci pendekatan kesmas dalam masalah HIV:
Formularium obat yang sederhana
Penggunaan obat FDC skala luas sebagai lini pertama pasien dewasa,
remaja, dan anak
Perawatan dan obat-obatan disediakan secara gratis di layanan satu
pintu
Desentralisasi dan integrasi pelayanan, termasuk pembagian tugas
dan penyederhanaan pendekatan monitoring klinis.
14. Alur Tatalaksana HIV di PDP
1 Atasi kegawatan
2 Diagnosis HIV
3 Diagnosis IO & Koinfeksi
4 Tatalaksana IO & Koinfeksi
5 Tatalaksana HIV (ARV)
6 Monitoring Efek samping dan Interaksi obat
7 Monitoring respons terapi
15. Alur Tatalaksana HIV di PDP
1 Atasi kegawatan
2 Diagnosis HIV
3 Diagnosis IO & Koinfeksi
4 Tatalaksana IO & Koinfeksi
5 Tatalaksana HIV (ARV)
6 Monitoring Efek samping dan Interaksi obat
7 Monitoring respons terapi
16. Pra ARV
Kondisi gawat darurat sudah teratasi
Diagnosis HIV sudah tegak
Infeksi oportunistik, koinfeksi, dan komorbiditas sudah didiagnosis
dan diterapi
Pasien sudah siap secara mental dan berkomitmen
Dukungan keluarga dan atau kelompok sebaya sudah didapatkan
Stok obat di PDP tersedia.
Pekerjaan dan kebiasaan pasien sudah diketahui.
17. Pemberian ARV Segera (Same day ARV)
ODHA dengan stadium klinis 1 & 2, serta stadium 3 yang stabil.
Diberikan ARV pada hari yang sama, sambil menunggu pemeriksaan
penunjang (jika ada dan diperlukan).
Pasien yang terlalu cepat diberikan ARV akan potensial putus
pengobatan (belum siap mental, dll) dan terjadi Sindrom Pulih Imun
28. Rekomendasi Indikasi ARV
Terapi ARV harus diberikan kepada semua ODHA tanpa melihat stadium klinis dan
nilai CD4 (sangat direkomendasikan, kualitas bukti sedang)
Terapi ARV harus dimulai pada semua ODHA yang hamil dan menyusui, tanpa
memandang stadium klinis WHO dan nilai CD4 dan dilanjutkan seumur hidup
(sangat direkomendasikan, kualitas bukti sedang)
PNPK HIV 2019
Tidak dikenal lagi ARV profilaksis untuk ibu hamil
29. Kapan Mulai Terapi ARV pada
Pasien dengan IO?
Infeksi oportunistik Rekomendasi
Pneumocystis pneumonia ARV dimulai dalam 2 minggu setelah
diagnosis PCP
Ensefalitis Toxoplasma ARV dimulai dalam 2-3 minggu
Kriptosporidiosis Mulai ARV sebagai bagian dari terapi
IO
Meningitis kriptokokus Tunda ARV hingga induksi antijamur
4-6 minggu
PNPK HIV 2019
30. Persiapan Pemberian ARV
Setelah
diagnosis HIV
CD4
Skrining TB
HBsAg
Skrining sifilis
(pada MSM)
PPK
Terapi IO jika
ada
Obat
tuberkulosis
Obat
toxoplasma
dll
Inisiasi ART
Kreatinin/
eGFR, dipstik
urin
Hb
SGPT
PNPK HIV 2019
31. Kapan Mulai Memberikan Terapi ARV?
Pengobatan dan
pencegahan infeksi
oportunistik
Pemberian terapi ARV
TB: 2-8 minggu setelah OAT
CD4 < 50: sebelum 2 minggu setelah OAT
Sindrom pulih
imun
1. ODHA dengan infeksi oportunistik
Efek samping
obat infeksi
Infeksi/kondisi yg terapinya adalah ARV lebih cepat
- CMV (cytomegalovirus)
- Diare karena Cryptosporodiasis
- Limfadenopati HIV/HIVAN/kardiomiopati HIV, etc
Meningitis kriptokokus lebih lama, sesudah 4-6 minggu
PNPK HIV 2019
32. Kapan Mulai Terapi ARV pada
Pasien dengan IO?
Infeksi oportunistik Rekomendasi
Pneumocystis pneumonia ARV dimulai dalam 2 minggu setelah
diagnosis PCP
Ensefalitis Toxoplasma ARV dimulai dalam 2-3 minggu
Kriptosporidiosis Mulai ARV sebagai bagian dari terapi
IO
Meningitis kriptokokus Tunda ARV hingga induksi antijamur
4-6 minggu
PNPK HIV 2019
33. 2. ODHA tanpa infeksi oportunistik
Segera diberikan jika memenuhi indikasi setelah pasien SIAP
Hari yang sama dengan diagnosis sampai 1 minggu
Hasil pemeriksaan laboratorium lengkap tidak menjadi pra-syarat untuk
memulai terapi ARV
Ibu hamil: dapat diberikan pada hari yang sama (same day ARV)
PNPK HIV 2019
Kapan Mulai Memberikan Terapi ARV?
34. Rekomendasi
Paduan ARV Lini Pertama
Paduan pilihan TDF + 3TC (atau FTC) + EFV dalam bentuk KDT
Paduan
alternatif
AZT + 3TC + NVP
AZT + 3TC + EFV
TDF + 3TC (atau FTC) + NVP
AZT + 3TC + EFV400 *
TDF + 3TC (atau FTC) + EFV400 *
* Belum dapat direkomendasikan pada ibu hamil dan
ODHA yang menggunakan rifampisin PNPK HIV 2019
PNPK HIV 2019
36. Pasien remaja dan dewasa yang belum
pernah menggunakan ARV sebelumnya
Kondisi Regimen Pilihan Regimen Alternatif
Koinfeksi TB TDF+3TC+EFV
TDF+3TC+DTG dengan penambahan 1
tablet DTG 50 mg dengan jarak 12 jam
Perempuan yang
merencanakan kehamilan
dan ibu hamil trimester
ke-1
TDF+3TC+EFV
TDF+3TC+DTG dengan memahami
kewaspadaan pemakaian DTG pada
trimester 1*
Ibu hamil trimester ke-2
dan 3
TDF+3TC+DTG ** TDF+3TC+EFV
selain tiga kondisi di atas TDF+3TC+DTG TDF+3TC+EFV ***
rekomendasi panli 2 Juli 2020
* karena belum cukup bukti klinik untuk penggunaan DTG pada trimester 1, ** untuk menurunkan viral load lebih cepat,
*** untuk penggunaan EFV400 disesuaikan dengan ketersediaan
37. Alur Tatalaksana HIV di PDP
1 Atasi kegawatan
2 Diagnosis HIV
3 Diagnosis IO & Koinfeksi
4 Tatalaksana IO & Koinfeksi
5 Tatalaksana HIV (ARV)
6 Monitoring Efek samping dan Interaksi obat
7 Monitoring respons terapi
38. Adapted from Munk. CPS Info Pack (suppl). POZ 1998.
Efek samping ~ non adherence HAART
Persen pasien yg tdk minum obat akibat efek samping
0
60
Demam
Nyeri
ulu
hati
Ruam
kulit/psoriasis
Perubahan
bentuk
tubuh
Gangguan
pengecap
Neuropati/
tingling
Diare
Perut
kembung
Fatigue
Sakit
kepala
Mual
Muntah
10
20
30
40
50
0 0
11 13 14 15 16 17
26 26
36
57
39. Pasien (%)
0
30
Alasan non adherence ARV
Mual
Diare
Muntah
Gangguan
gastrointestinal
Dysphagia
Sakit
kepala
Insomnia
Reaksi
hipersensitifitas
/ruam
kulit
Letih/lesu
Pusing
Neuropati
Anemi
Jumlah
totol
Netrofil
5
10
15
20
25
(n=84)
O Brien ME et al JAIDS 2003:34:407-14
40. Efek Samping pada ARV
Golongan NRTI
Toksistas pada mitokondria
Mayoritas terkait dengan dosis obat
Golongan NNRTI
Hipersensitivitas dan gangguan SSP
Mayoritas terkait dengan dosis obat
Golongan PI
Gangguan metabolic
Gangguan GI tract
41. Prinsip Penanganan Toksisitas Obat
Tentukan beratnya toksisitas
Evaluasi semua obat yang dipergunakan (ARV atau non-ARV)
Pertimbangkan gejala yang timbul disebabkan oleh proses penyakit (mis,
hepatitis yg menimbulkan ikterus)
Tangani efek samping sesuai beratnya
Derajat 4 (mengancam jiwa): hentikan obat ARV
Derajat 3 (berat): substitusi obat
Derajat 2 (sedang): Lanjutkan ARV atau substitusi
Derajat 1 (ringan): Tdk perlu ganti terapi
Pada kasus yang ringan perlu memotivasi pasien agar terus minum obat
Jika memberikan obat untuk mengurangi gejala pertimbangkan ada
tidaknya interaksi obat
42. Interaksi Obat
Selalu terjadi bermakna atau tidak?
Pertimbangkan manfaat >>>>>efek samping/interaksi
Dahulukan obat-obatan yang life saving
Waspadai obat-obatan herbal yang dikonsumsi pasien tanpa resep
dokter.
46. Pemantauan Toksisitas dan pilihan
substitusi
ARV Tipe toksisitas Pilihan substitusi
TDF Disfungsi tubulus renalis
Sindrom Fanconi
AZT
Menurunnya densitas mineral tulang
Asidosis laktat atau hepatomegali dengan
steatosis
Eksaserbasi hepatitis B (hepatic flares) Gunakan alternatif obat
hepatitis lainnya seperti
entecavir
AZT Anemia atau neutropenia berat,
miopati, lipoatrofi atau Lipodistrofi
TDF
Intoleransi saluran cerna berat
Asidosis laktat atau hepatomegali dengan
steatosis
PNPK HIV 2019
PNPK HIV 2019
47. ARV Tipe toksisitas Pilihan substitusi
EFV Toksisitas SSP persisten
(seperti mimpi buruk,
depresi, kebingungan,
halusinasi, psikosis)
NVP
Pertimbangkan penggunaan EFV dosis rendah
(400 mg/hari) atau
subsitusi dengan NVP.
Jika pasien tidak dapat mentoleransi NVP dan
EFV, gunakan RPV. Jika tidak dapat juga, gunakan
LPV/r
Hepatotoksisitas
Kejang
Hipersensitivitas obat,
Ginekomastia pada pria
NVP Hepatotoksisitas EFV
Pertimbangkan penggunaan EFV dosis rendah
(400 mg/hari)
Jika pasien tidak dapat mentoleransi NVP dan
EFV, gunakan RPV. Jika tidak dapat juga, gunakan
LPV/r
Hipersensitivitas obat
PNPK HIV 2019
PNPK HIV 2019
49. Definisi
Immune Reconstitution Inflamatory Syndrome (IRIS)/Sindrom Pulih
Imun
Reaksi inflamasi paradoks terhadap antigen asing (hidup atau mati)
pada pasien yang telah diberikan ART dan telah terjadi perbaikan
respon imun terhadap antigen tersebut.
51. CD4+
Konduktor dari immune orkestra
Berproliferasi sbg respon terhadap antigen yg dipresentasikan oleh
APC berasosiasi dengan MHC class II
Menentukan tipe dari respon imun
Secara phenotype di karakteristik menjadi na誰ve dan memory
Berdasarkan CD 45
CD 45 RO Memory
CD 45 RA - naive
52. Respon Imun Setelah Pemberian ARV
Terjadi dalam 3 fase
Fase pertama
Restorasi dari CD4 yg terperangkap di jaringan
limfoid sekunder ke aliran darah
Merupakan tipe memory cell
Mencapai puncak pada minggu ke 10
Restorasi diikuti pembentukan CD4 naive
sebanyak 20 30 sell/袖L bulan
Fase kedua
Pembentukan CD 4 naive sebanyak 5 - 10 sell/袖L
bulan
Terjadi hingga tahun ke dua
Fase ketiga
Pembentukan CD 4 naive sebanyak 2 5 sell/袖L
bulan
Terjadi hingga tahun ke 7
53. Insiden
Insiden IRIS sekitar Rata rata 17 23%
Insiden IRIS associated disease berbeda-beda untuk tiap penyakit
Insiden TB/MAC- asosiasi IRIS sekitar 20-25 %
Insiden BCG- asosiasi IRIS sekitar 15%
Hepatic flare pada Hep B/C sekitar 25%
CMV terjadi sekitar 30%
Criptococcus terjadi sekitar 19%
56. Faktor Resiko - lanjutan
Laki Laki
Usia muda
Nilai CD4 absolute dan persentase yang rendah pada saat dimulai
pemberian ARV
HIV RNA yang tinggi pada saat dimulai pemberian ARV
Turunnya jumlah HIV RNA yang cepat setelah pemberian ARV
Interval yang terlalu dekat antara pemberian ARV dan penanganan
infeksi opportunistik
Penderita merupakan ART naive pada waktu dimulai pemberian ARV
57. Kriteria Diagnosis
Shelburne at all, merekomendasikan kriteria diagnosis untuk
mengenali IRIS yang teriri dari beberapa kriteria yaitu
Penderita terkonfirmasi HIV positive
Pasien mendapatkan ARV yang efektif (HAART)
Manifestasi klinis dari proses inflamasi
Tampilan gejala yang keluar tidak sesuai dengan efek samping obat, gejala
infeksi oportunistik yang baru
Diagnosa IRIS perlu diikuti dengan patogen penyebab
Jika patogen penyebab belum diobati, selain pengobatan IRIS perlu
diikuti dengan pengobatan patogen penyebab
60. TBC
Pasien yang sebelumnya respon terhadap terapi, kemudian menjadi
buruk dengan gambaran klinis, pembesaran KGB, gejala meningeal,
dan rontgen yang memburuk.
TB-IRIS daoat menimbulkan hepatotoksisitas yang sulit dibedakan
dengan toksisitas karena obat.
MDR TB dapat meningkatkan risiko IRIS TB.
61. MAC
Dapat bermanifestasi sebagai limfadeniti lokal, penyakit paru, atau
inflamasi sistemi yang tidak dapat dibedakan dengan MAC aktif.
Tidak ada bakteremia.
63. CMV
Dalam bentuk retinits, vitritis, atau uveitis.
IRIS CMV dapat menyebabkan kehilangan pengelihatan yang cepat
dan permanen.
Kejadian IRIS bervariasi, vitritis dapat terjadi dalam 20 minggu setelah
terapi ARV
64. Hepatitis B & C
Peningkatan transaminase dapat terjadi setelah terapi ARV dan sulit
dibedakan dengan hepatitis imbas obat
Flare hepatik biasanya ringan dan sembuh sendiri, namun dapat
terjadi dekompensasi pada pasien dengan sirosis.
66. Kaposis sarcoma
Muncul sebagai perburukan sarkoma Kaposi
IRIS fatal terjadi pada pasien dengan sarkoma Kaposi sebelumnya
yang mendapatkan ARV
IRIS akibat human herpesvirus-8 tidak diketahui frekuensinya.
68. Herpes simplex virus and varicella zoster virus
HSV dan VZV dapat menjadi aktif setelah inisiasi terapi ARV.
Bentuknya bisa seperti penyakit non IRIS; namun IRIS dapat membuat
gejala makin parah.
Beberapa kasus pasien baru menyadari HSV setelah adanya IRIS
69. Nonspecific dermatologic complications
A number of dermatologic manifestations, such as folliculitis and oral
and genital warts, may appear or worsen during immune
reconstitution
70. Pencegahan
Lakukan pemeriksaan fisik yang teliti setelah diagnosa HIV ditegakkan
untuk mencari IO
Pemberian ARV pada waktu nilai CD4 masih tinggi
Perlu interval waktu antara penanganan IO dengan ARV pada pasien
dengan nilai CD4 yang rendah
Perlu keseimbangan antara pemberian interval dengan resiko untuk
mendapatkan IO atau IRIS yang lain
71. Pengobatan
ARV dilanjutkan kecuali pada kondisi severe inflamasi yang
mengancam jiwa
Pengobatan kuman patogen jika sebelumnya tidak terdiagnosis dan
tidak mendapat pengobatan
NSAID
Metil prednisolon 0,5 1 mg/kgBB/hari
84. Pasien remaja dan dewasa yang dalam
terapi ARV lini pertama
Kondisi Rekomendasi
Tidak dapat mentoleransi obat
EFV atau NVP, serta tidak dapat
menggunakan RPV
substitusi dengan DTG
Pasien dalam terapi lini 1
minimal 6 bulan dengan klinis
baik periksakan viral load
(VL)
VL >1000 kopi/mL switch (ganti regimen) ke lini 2
VL 200-1000 kopi/mL
Teruskan regimen sebelumnya
dan ulang viral load dalam 3
bulan
VL tak terdeteksi sd
<200 mL
Teruskan regimen sebelumnya
rekomendasi panli 2 Juli 2020
86. Rekomendasi lini ke-2
(remaja dan dewasa)
rekomendasi panli 2 Juli 2020
Jika lini 1 menggunakan HBV Pilihan lini 2
AZT+3TC/FTC+EFV/NVP +/-
TDF+3TC+DTG*
TDF+3TC+LPV/r**
TDF+3TC/FTC+EFV/NVP
-
AZT+3TC+DTG*
AZT+3TC+LPV/r**
+
TDF+AZT+3TC+DTG*
TDF+AZT+3TC+LPV/r**
TDF+3TC+DTG
- AZT+3TC+LPV/r**
+ TDF+AZT+3TC+LPV/r**
*penambahan 1 tablet DTG 50 mg dengan jarak 12 jam jika digunakan bersama rifampisin
**dosis ganda LPV/r jika digunakan bersama rifampisin
87. Rekomendasi lini ke-3
(remaja dan dewasa)
rekomendasi panli 2 Juli 2020
Jika lini 2 menggunakan HBV Pilihan lini 3
AZT/TDF+3TC/FTC+LPV/r - DTG+DRV/r
TDF+AZT+3TC+LPV/r + DTG+DRV/r+TDF+3TC/FTC
91. Post Exposure Prophylaxis (PEP)
Diberikan pengobatan pada orang dengan HIV Negative yang
terpapar virus HIV.
93. PEP
Bersihkan luka
Cek anti HIV, HBsAg, Anti HCV, VDRL/TPHA pastikan HIV negatif
Cek kondisi organ (Ur/Cr, SGOT, SGPT, dll)
Konseling kepatuhan.
94. Rekomendasi pencegahan pasca paparan
HIV okupasional dan kekerasan seksual
rekomendasi panli 2 Juli 2020
Regimen
Pilihan TDF+3TC+DTG
Alternatif
TDF+FTC/3TC+LPV/r
TDF+3TC+EFV
AZT+3TC+DTG
AZT+3TC+LPV/r
AZT+3TC+EFV