Galian tanah untuk basement membutuhkan perhatian terhadap kedalaman galian, stabilitas lereng, dan pengaturan alat berat. Metode pelaksanaannya menggunakan backhoe untuk penggalian tahap satu dan dua secara bertahap hingga elevasi rencana, serta pekerjaan dewatering bila diperlukan.
1 of 9
Downloaded 77 times
More Related Content
Teknik penggalian
1. dampak galian tanah
Posted on 11 Juli 2009
8 Votes
Pelajaran tentang galian tanah memang belum tersirat utuh menjadi satu mata kuliah khusus,
seperti halnya teknik pondasi. Itu dimungkinkan karena pekerjaan galian tanah seakan-akan
dianggap sebagai kasus yang bersifat temporer, yaitu hanya diperlukan semasa kontruksi saja.
Oleh karena itu para calon engineer lebih memilih belajar teknik pondasi terkini. Padahal dari
informasi yang ada, kegagalan atau kerusakan akibat pekerjaan galian yang sembrono, lebih
banyak dijumpai. Tentang hal tersebut, mungkin beritanya relatif kecil di koran, sebagai contoh,
tempo hari ketika pembuatan jalan ring-road selatan jakarta, di Kompas diberitakan ada pekerja
yang meninggal akibat tertimbun tanah galian. Beritanya kecil, sehingga hanya dibaca sambil
lalu, dan seperti biasa di Indonesia, hal tersebut dianggap sebagai musibah. Nasib lagi apes !
Selanjutnya setelah beberapa saat, terlupakan. Alasan klasik yang biasa diketengahkan adalah
bahwa kita harus berpikir optimis, lupakan segera masa lalu. Songsong hari esok dengan cerah.
Jika cara tersebut yang digunakan, maka dalam satu sisi memang baik, yaitu tetap optimis dan
kembali normal lagi, tetapi dari sisi yang lain, kita tidak belajar dari pengalaman yang ada. Bisabisa kejadian yang sama terulang lagi, begitu dan begitu seterusnya. Jadi belajar dari pengalaman
yang sudah ada dan mensikapi secara bijak (tidak emosi) untuk antisipasi kedepannya adalah
saya kira lebih tepat. Alasan itu pulalah yang menjawab mengapa artikel ini perlu ditulis.
Kembali ke kasus gali-menggali !
Tentang pekerjaan galian tanah, memang sebagian besar orang yang awam akan melihat sebagai
sesuatu hal yang biasa-biasa, karena setiap orang bisa mencangkul, maka tentunya bukan
sesuatu yang luar biasa. Seperti halnya galian tempat sampah, atau yang lebih dalam lagi adalah
membuat sumur. Tentang membuat sumur, mungkin bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya
terasa aneh, karena selama ini, memang rasanya belum pernah melihat adanya sumur yang
terbuka, atau mungkin karena aku tinggal di kompleks perumahan (?). Kalaupun ada, paling ya
sumur bor. Tetapi kalau di Jawa (Jawa-tengah dan sekitarnya), tempatku kecil dulu, maka sumur
terbuka adalah suatu hal yang biasa dijumpai.
Pekerjaan gali-menggali dianggap sebagai pekerjaan biasa, bukan bagian teknik yang perlu
dipelajari secara mendalam bagi seorang yang ingin terjun di dunia konstruksi. Itu juga didukung
2. oleh fakta, karena kadang-kadang sering dijumpai ggalian tanah sembarang, artinya galian tanpa
struktur pelindung khusus dan ternyata sukses. Para kontraktor yang berorientasi pada profit
(keuntungan semata) tentu akan melihat bahwa cara ini adalah paling baik karena tidak
memerlukan biaya besar (penghematan).
Jika hanya mengandalkan pengalaman semata, hanya didasarkan pada tampilan luar semata,
maksudnya tanpa dikaitkan dengan pengetahuan tentang kondisi tanah galian maka jelas itu
sangat berbahaya. Memang benar, untuk suatu kondisi tanah tertentu, pada kondisi tertentu
(misal musim kemarau, di tempat terbuka) kadang-kadang membuat galian terbuka adalah suatu
hal gampang. Karena memang ada, kondisi tanah tertentu, yang ketika kering maka tanahnya
sangat keras dan susah sekali digali, orang awam melihat sebagai tanah yang kuat, tetapi ketika
ada air yang masuk, bisa saja langsung longsor.
Meskipun kasus di atas, kadang-kadang hanya sekali-sekali tetapi intinya bahwa menggali tanah
itu perlu dipikirkan matang dampak dan akibatnya, dan ini adalah tugas insinyur sipil, bukan
arsitek atau owner. Jadi jika pimpro-nya berlatar belakang ekonom atau arsitek, maka perintah
menggali tanpa berkonsultasi dengan ahli (teknik sipil) tentu sebagai sesuatu tindakan yang
beresiko tinggi. Dalam arti ini tentu perlu dilihat bahwa yang disebut galian adalah galian
konstruksi, yang tentunya ukurannya tidak sekedarnya saja.
Untuk melihat betapa kompleknya mekanisme gaya-gaya yang bekerja pada suatu struktur
penahan tanah disekitar galian, maka biasanya dapat dilihat dari bentuk keruntuhan atau
kegagalan yang terjadi. Jadi struktur penahan galian yang dipasang harus mengantisipasi tiaptiap model kegagalan tersebut, sebagaimana terlihat pada gambar berikut.
4. Adanya kesadaran akan resiko kerusakan di atas maka pada suatu galian konstruksi, meskipun
hanya dipakai sesaat, yaitu selama masa pelaksanaan memerlukan perhatian khusus bahkan
kadang diperlukan tambahan konstruksi yang khusus. Adanya konstruksi tambahan tersebut jelas
berdampak pada biaya konstruksi. Tetapi karena mempertimbangkan resiko dan biaya, maka
tentu biaya tersebut tentu dapat dianggap sebagai harga yang memang harus dikeluarkan.
Ada aneka macam strategi dan bentuk dari konstruksi khusus tersebut, seperti misalnya.
5. Common types of
wall support schemes
(Kempfert-Gebreselassie 2006)
Nah lho, hanya soal gali menggali saja maka strategi penyelesaiannya bisa beraneka macam.
Menguasai dan bisa menerapkan secara tepat pada suatu kondisi galian di suatu proyek adalah
tugas ahli geoteknik. Bahkan ini fee-nya bisa lebih besar daripada mendesain pondasi. Kenapa ?
6. Karena dari seorang ahli geoteknik yang mumpuni bahkan dapat diperoleh rekomendasi bahwa
suatu galian dapat dilakukan secara aman bahkan tanpa konstruksi tambahan seperti di atas.
Jadi dengan meng-hire ahli geoteknik yang tepat, maka dapat diperoleh suatu penghematan luar
biasa.
Bahkan kalaupun masih diperlukan, mereka bisa memberi solusi yang tepat. Setahu saya, untuk
dapat memberi suatu solusi yang tepat, maka ahli tersebut perlu melihat kasus per kasus.
Lingkungan tempat galian diadakan sangat mempengaruhi, baik kondisi bawah (tanah) maupun
kondisi luar (adanya bangunan dan hal-hal lain).
Kompleksitas penyelesaian juga dapat dilihat dari teori gaya-gaya yang bekerja pada struktur
penahan galian, karena ternyata besarnya tergantung juga dari kondisi deformasi yang terjadi.
Jadi sifatnya sangat dinamik, ini misalnya.
Effect of wall movement on active earth pressure distribution behind a sheet pile
wall (Kempfert-Gebreselassie 2006)
Mengetahui kondisi-kondisi di atas, maka tentunya para insinyur dapat mengetahui bahwa untuk
membuat galian konstruksi adalah tidak sembarang, faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian
dalam hal ini adalah : (1) besar dan dalamnya galian yang ingin dilakukan; (2) pengetahuan
lapisan tanah dan jenisnya yang akan digali; (3) kondisi permukaan air tanah yang ada dan
mungkin juga faktor-faktor yang dapat menyebabkan kondisi air tanah berubah ; dan (4)
akhirnya adalah kondisi di atas permukaan tanah disekitarnya karena ini dapat menjadi beban
yang menyebabkan tekanan tanah lateral bertambah.
Faktor-faktor di atas kemudian di deskripsikan secara teoritis untuk dapat dibuatkan
penyelesaiannya, sbb:
7. Contoh pemodelan untuk perhitungan struktur penahan galian tanah
(Kempfert-Gebreselassie 2006)
Sederhana bukan bentuk pemodelan struktur penahan galian tanah di atas. Perhatikan GW
(ground water) leveling sebagai indikasi ketinggian air tanah, dengan asumsi bahwa dinding
galian tersebut tidak bocor. Kalau bocor maka jelas galian tersebut akan tergenang air, artinya
pelaksanaan konstruksi tidak dapat dilangsungkan. Kemudian beban-beban di atas permukaan
tanah juga diperhitungkan sebagai beban merata.
8. Metode Galian Tanah Basement
Posted on February 21, 2011 | 1 Comment
1 Votes
Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U.
Praktisi HAKI (Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia)
Pertanyaan: Kepada Pengaasuh rubrik. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam
suatu galian tanah untuk pekerjaan Basement pada bangunan gedung? Bagaimana metode
pelaksanan galiannya dan peralatan apa yang bisa digunakan untuk galian tanah besement
ini?
Jawaban: Karena keterbatasan lahan dan tuntutan keefektifan ruangan, di Kota Pekanbaru telah
memulai membuat bangunan dengan basement. Sebelum proses penggalian dilaksanakan, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah:
Kedalaman galian. Cek stabilitas lereng, apakah dapat digali secara open cut dengan
membentuk slope (cek tinggi kritis & kemiringan slope). Untuk lahan yang sempit apakah
9. diperlukan dinding penahan tanah sementara (temporary sheet pile, sheet pile+anchor, dll)
permanent (soldier pile, diafragma wall, dll).
Pengaturan manuver arah alat berat dan dump truck yang baik dilakukan dengan memperhatikan
site installation yang ada. Pemilihan, jumlah, dan komposisi alat gali yang digunakan
berdasarkan waktu pelaksanaan dan lokasi proyek. Perhatikan juga jalan yang memenuhi syarat
dan pemelihraan lingkungan sekitar proyek (debu, lumpur bekas meterial galian, dll).
Metode galian tahap satu. Penggalian dilakukan backhoe dan material langsung di dumping ke
dumptruck (posisi dumptruck yang optimal di mana sudut swing bucket 45-90 derajat), tinggi
galian sesuai perhitungan tinggi kristis. Galian tahap dua, lereng hasil penggalian tahap satu
harus diproteksi dari gerusan air hujan dengan menggunakan terpal plastik (platic sheet) dan
galian tahap kedua dapat dileksanakan dengan metode yang sama dengan tahap satu.
Penggalian dilanjutkan sampai elevasi rencana, untuk penggalian di bawah permukaan air tanah
dilakukan pekerjaan dewatering. Hasil galian dibuang ke lokasi disposal area, diusahakan agar
jarak disposal adalah jarak terdekat dan yang perlu diperhatikan usahakan tanah galian tidak
berjatuhan di jalan dengan cara menutup bak dump truck dengan terpal.(sumber: Buku Referensi
untuk Kontraktor, PT. PP/Persero). ***