1. MODUL 3
FARMAKOKINETIKA SEDIAAN ORAL
I. Tujuan Percobaan
Dapat mengetahui dan memahami prinsip serta cara menentukan profil
farmakokinetika sediaan oral pada tikus
II. Teori Dasar
2.1 Farmakokinetika sediaan oral
Farmakokinetika adalah studi dan karakterisasi rangkaian peristiwa
absorbsi, distribusi, metabolism dan ekskresi (ADME obat). Absorbsi
berhubungan dengan pengambilan obat dan tempat pemberiannya ke
dalam sirkulasi sistemik. Distribusi menunjukkan transfer obat dari darah
ke cairan ekstravaskular dan jaringan. Metabolisme berhubungan dengan
transformasi enzimatik/ biokimia obat menjadi produk metabolit, dan
ekskresi adalah eliminasi akhir obat dari tubuh melalui urin, feses,
keringat dan lain-lain. (Ansel, 2006)
Rute penghantaran ekstravaskular, terutama pendosisan oral
merupakan cara pemberian obat yang penting dan popular. Lebih lanjut
penghantaran obat ekstravaskular dirumitkan oleh variable-variabel yang
ada pada site absorbs, terutama kemungkinan degradasi oabat dan
perbedaan inter dan intrapasien yang bermakna dalam laju dan jumlah
absorbsi. Absorbsi obat sistemik dari saluran cerna atau dari berbagai site
ekstravaskular lain bergantung pada :
1. Sifat fisika kimia obat
2. Bentuk sediaan yang digunakan
3. Anatomi dn fisiologi dari site absorbs (Shargel, 2012)
Sebagian besar model farmakokinetika menganggap absorbsi
mengikuti orde kesatu, kekcuali apabila anggapan absorbsi orde nol
memperbaiki model secara bermakna atau telah teruji dengan percobaan.
Model absorpsi orde kesatu menganggap suatu masukan melintasi
dinding usus orde kesatu dan eliminasi dari tubuh juga orde kesatu.
2. Model ini menerapkan absorpsi obat oral dalam larutan atau bentuk
sediaan melarut dengan cepat seperti tablet, kapsul dan suppositoria.
Disamping itu obat-obat yang diberikan im dan subkutan dapat
digambarkan dengan orde kesatu. Persamaan model kompartemen orde
kesatu adalah
Cp =
告情倹
()
(
-
) (Shargel, 2012)
Parameter farmakokinetika digunakan untuk menguraikan
penyerapan obat pada model satu kompartemen orde pertama eliminasi.
Informasi berikut ini berguna, antara lain:
1. Persamaan untuk menentukan konsentrasi plasma pada saat t
2. Penentuan waktu paruh eliminasi (t 遜) dan laju konstan (K)
3. Penentuan waktu paruh penyerapan (t 遜) absorpsi dan penyerapan
tingkat konstan (Ka)
4. Lag time (to), jika ada
5. Penentuan volume distribusi (Vd) dan sebagian kecil dan obat
diserap (F)
6. Penentuan waktu puncak (tmax)
7. Penentuan plasma puncak/ konsentrasi serum (Cp) max (Jambhekar,
2009)
2.2 Farmakokinetika Parasetamol
Parasetamol (asetaminofen) merupakan turunan senyawa sintetis
dari p-aminofenol yang memberikan efek analgesia dan antipiretika.
Senyawa ini mempunyai nama kimia N-asetil-p-aminofenol atau p-
asetamidofenol atau 4-hidroksiasetanilid (Rusdiana, 2009), bobot
molekul 151,16 dengan rumus kimia C8H9NO2 dan mempunyai struktur
molekul sebagai berikut (FI III, 1979) :
3. Parasetamol dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian
parasetamol dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil
lainnya dengan asam sulfat (Kusuma, 2013). Parasetamol diabsorpsi
dengan cepat dan hampir seluruhnya diserap di saluran pencernaan
setelah pemberian oral. Adanya makanan dapat menunda sedikit
penyerapan tablet extended-release dari Parasetamol. Setelah pemberian
oral dari tablet konvensional 500 mg tunggal atau 650 mg tablet
extended-release tunggal, konsentrasi parasetamol masing-masing dalam
plasma adalah 2,1 atau 1,8 ug / mL, masing-masing terjadi pada 6 atau 8
jam. (PubChem, 2015)
Setelah pemberian tablet konvensional Parasetamol, hanya
sejumlah kecil obat yang terdeteksi dalam plasma setelah 8 jam. Sekitar
25% Parasetamol dalam darah terikat dengan protein plasma.
Parasetamol diekskresikan dalam urin terutama Parasetamol glukuronida
dengan sejumlah kecil Parasetamol sulfat dan mercaptate dan obat tidak
berubah. Sekitar 85% dari dosis Parasetamol diekskresikan dalam urin
dalam waktu 24 jam setelah konsumsi (PubChem, 2015). Dari pustaka
dan hasil penelitian sebelumnya diketahui parasetamol memiliki waktu
paruh eliminasi antara 13 jam. (Rusdiana, 2009)
2.3 Penanganan Tikus
2.4 Cara pengambilan darah
Pengambilan darah pada vena ekor (Vena Lateralis) tikus dilakukan
dengan cara :
1. Tikus dimasukkan dalam selongsong yang sesuai ukurannya tubuh
tikus.
2. Ekor tikus dijulurkan keluar dan Vena lateralis pada ekor di Incis
(dipotong) 0,2 2 cm dari pangkal ekor dengan silet atau gunting
yang steril.
3. Darah ditampung pada eppendorf, kemudian diletakkan miring 45尊
dan dibiarkan mengendap pada suhu kamar, selanjutnya dilakukan
4. sentrifugasi untuk mendapatkan serum yang dimaksud. (Permatasari,
2012)
2.5 Prinsip Sentrifugasi
Dua macam prinsip sentrifugasi yang umum digunakan untuk
pemisahan partikel didasarkan atas (1) massa, ukuran, atau panjang
partikel, (2) densitas partikel.
a. Sentrifugasi Zonal
Jika partikel atau molekul berada di dalam suatu kolom cairan di
dalam tabung kemudian disentrifugasi, maka partikel atau molekul
tersebut akan mengendap. Laju pengendapan tersebut ditentukan oleh
massa patikel, perbedaan densitas antara partikel dengan cairan, dan
gaya gesekan antara partikel dengan cairan. Jika partikel tersebut
terdiri atas beberapa macam partikel yang berbeda ukuran atau
panjangnya maka setelah disentrifugasi partikel-partikel yang berbeda
ukurannya akan terpisah pada lapisan-lapisan (zones) yang berbeda
pada tabung sentrifugasi. Teknik pemisahan partikel berdasarkan
massa semacam ini disebut sentrifugasi zonal. (Yuwono, 2009)
b. Sentrifugasi Keseimbangan Gradien-Densitas
Dalam teknik sentrifugasi ini, partikel berada di dalam suatu
cairan yang densitasnya bergradien dari atas ke bawah. Teknik
sentrifugasi ini dapat digunakan untuk memisahkan molekul-molekul
yang perbedaan densitasnya sampai 0,02 g/ml. Teknik sentrifugasi ini
dapat digunakan untuk memisahkan molekul-molekul protein, DNA,
dan RNA. (Yuwono, 2009)
2.6 Prinsip Spektrofotometri UV
Spektrofotometri serap adalah pengukuran serapan radiasi
elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu yang sempit,
mendekati monokromatik. Pengukuran serapan dapat dilakukan pada
daerah ultraviolet ( panjang gelombang 190-380 nm) atau pada daerah
cahaya tampak (panjang gelombang 380-780 nm). Alat spektrofotometer
pada dasarnya terdiri atas sumber sinar monokromator, tempat sel untuk
5. zat yang diperiksa, detector, penguat arus dan alat ukur atau pencatat. (FI
III, 1979)
Pada pengukuran serapan suatu larutan hampir selalu digunakan
blanko yag digunakan untuk mengatur spektrofotometer hingga pada
panjang gelombang pengukuran mempunyai serapan nol. Maksud dari
blanko tersebut adalah untuk koreksi serapan yang disebabkan oleh
pelarut, pereaksi, sel ataupun pengaturan alat. (FI III, 1979)
Daftar Pustaka
Ansel
Permatasari, Nur.2012.Instruksi Kerja : Pengambilan Darah, Perlakuan, dan
Injeksi Pada Hewan Coba.Malang:Universitas Brawijaya.
Rusdiana, Taofik., Fauzi Sjuib., Sukmadjaja Asyarie.2009. Interaksi Farmakokinetik
Kombinasi Obat Parasetamol Dan Fenilpropanolamin Hidroklorida Sebagai
Komponen Obat Flu.Pustaka Unpad.
Shargel
Yuwono, Tribowo.2009.Biologi Molekular.Jakarta:Erlangga.
PubChem
Devissaguet. J,. AIACHE. JM. 1993. Farmasetika 2 Biofarmasi Edisi kedua.
Surabaya : Universitas Airlangga.
Farmakope