1. TEORI BIAYA OLEH KELOMPOK 1 1
Dosen : Hj. Dian A.S. Parawansa, SE.,M.Si., Phd
EKONOMI MANAJERIAL
-Teori Biaya-
Oleh :
Kelompok I
Rachmi Anugrah M P2100215039
Maharani P2100216018
Sri Rezky Nindar P2100216026
Kelas B-1
JURUSAN MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
2. TEORI BIAYA OLEH KELOMPOK 1 2
Dosen : Hj. Dian A.S. Parawansa, SE.,M.Si., Phd
BAB I
PENDAHULUAN
Seiring berkembangnya zaman, setelah mengalami pertambahan penduduk dan
perkembangan teknologi secara terus menerus. Situasi kehidupan masyarakat menjadi
berubah. Di lain pihak jenis dan jumlah kebutuhan hidup menjadi makin tidak terbatas.
Barang-barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup tidak dapat lagi diambil
langsung dari alam, tetapi harus diproduksi lebih dahulu. Memproduksi jagung yang efisien
secara teknis dapat dicapai dengan menggunakan peralatan pertanian modern. Tetapi biaya
per unit baru akan menjadi murah jika skala produksinya minimal 200 hektar. Padahal
kemampuan keuangan petani hanya untuk 2,5 hektar. Untuk skala produksi sekecil itu,
menggunakan peralatan pertanian modern walaupun efisien secara teknis, menimbulkan biaya
produksi per kilogram jagung yang sangat tinggi. Petani lebih memilih teknik produksi
dengan peralatan sederhana.
Istilah biaya bisa diartikan dengan sebagai cara dan pengertian yang tepat akan
berubah-ubah, tergantung pada bagaimana penggunaan biaya tersebut. Biasanya, biaya
berkaitan dengan tingkat harga suatu barang yang harus dibayar. Jika kita membeli sebuah
produk secara tunai dan kemudian segera menggunakan produk tersebut, maka tidak akan ada
masalah yang timbul dalam pendefinisian dan pengukuran biaya produk tersebut. Namun
demikian, jika barang tersebut dibeli lalu disimpan untuk sementara waktu dan kemudian baru
rumit lagi, jika barang tersebut merupakan aset yang bermacam-macam pada beberapa
periode waktu yang tak terbatas. Lantas berapa biaya penggunaan aset tersebut selama periode
tertentu?
Biaya yang akan digunakan untuk suatu penggunaan tertentu disebut biaya relevan
(relevant cost). Pada saat penghitungan biaya yang akan digunakan untuk melengkapi
formulir pajak pendapatan sebuah perusahaan, para akuntan diperlukan untuk membuat
perincian jumlah rupiah yang aktua l yang dikeluarkan untuk membeli tenaga kerja,
bahan baku dan peralatan modal yang digunakan dalam produksi. Dan untuk tujuan-
tujuan pembayaran pajak, pengeluaran rupiah historis adalah biaya relevan yang
dimaksudkan di atas.
3. TEORI BIAYA OLEH KELOMPOK 1 3
Dosen : Hj. Dian A.S. Parawansa, SE.,M.Si., Phd
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Biaya
Pengertian biaya dalam ilmu ekonomi adalah biaya kesempatan. Konsep ini dipakai
analisis teori biaya produksi. Dalam konsep ini ada biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya
eksplisit adalah biaya-biaya yang secara eksplisit terlihat, terutama melalui laporan keuangan.
Contoh biaya eksplisit adalah biaya listrik, telepon dan air, pembayaran gaji buruh dan gaji
karyawan. Biaya implisit adalah biaya kesempatan, antara lain biaya tenaga kerja, biaya
barang modal dan biaya kewirausahaan. Biaya barang modal, dalam biaya ekonomi
penggunaan barang modal bukanlah berapa besar uang yang harus dikeluarkan untuk
menggunakannya, melainkan berapa besar pendapatan yang diperoleh bila mesin disewakan
kepada perusahaan lain. Wirausahawan adalah orang yang mengkombinasikan berbagai
faktor produksi untuk ditransformasi menjadi output berupa barang dan jasa. Atas keberanian
menanggung resiko, pengusaha mendapat balas jasa berupa laba. Laba adalah kelebihan
pendapatan yang diperoleh dibanding dengan pengeluaran yang dilakukan.
B. Biaya Peluang (opportunity cost)
Sumber daya ekonomi mempunyai nilai karena sumber daya tersebut bisa digunakan
untuk memproduksi barang-barang dan jasa untuk konsumsi. Ketika sebuah perusahaan
menggunakan suatu sumber daya untuk memproduksi sebuah produk tertentu perusahaan
tersebut juga menawarkan sumber daya tersebut kepada para pemakai alternatif. Oleh karena
itu konsep biaya peluang menunjukkan kenyataan bahwa semua keputusan didasarkan pada
pilihan diantara tindakan alternatif. Biaya peluang sebuah sumber daya ditentukan oleh nilai
penggunaan alternatif terbaik dari sumber daya tersebut.
C. Biaya Eksplisit dan Implisit
Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran nyata dari kas perusahaan untuk
membeli atau menyewa jasa-jasa faktor produksi yang dibutuhkan dalam berproduksi.
Contoh: biaya tenaga kerja, sewa gedung, dll. Biaya implisit adalah biaya yang tidak terlihat.
Biaya implisit ini tidak dikeluarkan langsung dari kas perusahaan. Biaya implisit
diperhitungkan dari faktor-faktor produksi yang dimiliki sendiri oleh perusahaan.
Biaya penggunaan sumber daya mencakup biaya eksplisit dan biaya implisit. Upah yang
dibayarkan, pengeluaran untuk listrik, pembayaran untuk bahan-bahan baku, bunga yang
4. TEORI BIAYA OLEH KELOMPOK 1 4
Dosen : Hj. Dian A.S. Parawansa, SE.,M.Si., Phd
dibayarkan kepada para pemegang obligasi perusahaan dan sewa bangunan. Biaya implisit
berkenan dengan setiap keputusan yang jauh lebih sulit untuk dihitung. Biaya-biaya implisit
ini tidak memasukkan pengeluaran-pengeluaran tunai dan oleh karena itu seringkali diabaikan
dalam analisis pembuatan keputusan. Sewa yang bisa diterima seorang petani dari ladang jika
la tidak menggunakan ladang tersebut merupakan biaya implisit dari kegiatan-kegiatan
pertaniannya.
D. Biaya Incremental dan Sunk Cost
Incremental cost adalah biaya yang timbul akibat adanya pertambahan atau pengurangan
output (biasanya merupakan hasil dari kegiatan produksi/operasi). Incremental cost juga
merupakan biaya yang terjadi sebagai akibat dari suatu keputusan. Incremental cost diukur
dari berubahnya IC karena suatu keputusan. Oleh sebab itu sifatnya bisa variabel, bisa juga
fixed. Contoh: penambahan biaya total produksi karena keputusan manajemen untuk
penambahan tenaga kerja dan bahan baku.
Sunk cost adalah biaya yang sudah terlanjur keluar, dan tidak relevan lagi untuk
memperhitungkan biaya maupun imbalan yang didapat. Logika dari definisi biaya ini adalah
segala sesuatu yang dianggap sebagai alternatif keputusan yang dibuat untuk melapisi
pengeluaran yang ada, pengeluaran tersebut akan tetap ada (keluar). Contoh, saya tertarik
untuk membeli motor sport seharga Rp.200 juta. Saya membayar uang tanda atau down
payment sebesar 2 juta kepada si penjual. Suatu ketika, saya tertarik untuk membeli motor
low rider. Saya harus membayar lunas sebesar Rp.56 juta untuk bisa mendapatkan motor
tersebut. Pilihan dari kedua opsi tersebut, apakah saya membeli motor sport atau membeli
motor low rider, itu tidak akan berpengaruh kepada uang tanda sebesar 2 juta tadi.
E. Produksi, Produktivitas dan Biaya
Produktivitas yang tinggi menyebabkan tingkat produksi yang sama dapat dicapai
dengan biaya yang lebih rendah. Produktivitas dan biaya mempunyai hubungan terbalik. Jika
produktivitas makin tinggi, biaya produksi akan makin rendah. Begitu juga sebaliknya.
Dalam jangka pendek ada faktor produksi tetap yang menimbulkan biaya tetap, yaitu biaya
produksi yang besarnya tidak tergantung pada tingkat produksi. Dalam jangka panjang,karena
semua faktor produksi adalah variabel artinya biaya produksi dapat disesuaikan dengan
tingkat produksi. Dalam jangka panjang, perusahaan akan lebih mudah meningkatkan
produktivitas dibanding dalam jangka pendek. Itu sebabnya ada perusahaan yang mampu
5. TEORI BIAYA OLEH KELOMPOK 1 5
Dosen : Hj. Dian A.S. Parawansa, SE.,M.Si., Phd
menekan biaya produksi. Sehingga setiap tahun biaya produksi per unit makin rendah. Pola
pergerakan biaya rata rata ini berkaitan dengan karakter fungsi produksi jangka panjang.
F. Biaya Jangka Pe nde k Dan Jangka Panjang
Penggunaan konsep biaya relevan untuk keputusan penentu tingkat output dan harga
secara, tepat membutuhkan suatu pemahaman tentang hubungan antaa biaya dan output
suatu perusahaan atau dengan kata lain fungsi biayanya tergantung pada fungsi produksi
preusahaan dan fungsi penawaran pasar dari input-input yang digunakan perusahaan
tersebut.
1. Kurva Biaya Jangka Pendek
Baik biaya tetap maupun biaya variabel akan mempengaruhi biaya jangka pendek sebuah
perusahaan. Sebuah kurva biaya total jangka pendek ditunjukkan oleh gambar 6.1.(a). Tampak
jelas pada gambar tersebut, biaya total atau total cost (TC) pada setiap tingkat output adalah
jumlah dari biaya tetap total atau fixed cost (TFC) dan biaya variabel total atau variabel cost
(TVC).
Karena biaya-biaya, apakah biaya rata-rata atau biaya marjinal, digunakan hampir untuk
semua tujuan-tujuan pembuatan keputusan operasional, maka akan sangat bermanfaat bagi kita
untak menelaah biaya-biaya ini.
Average Fixed Cost = AFC =
Average Variabel Cost = AVC =
Average (Total) Cost = AC = AFC + AVC
Marginal Cost =
Q
TFC
Q
TFC
Q
TFC
dQ
dTC
Q
TC
6. TEORI BIAYA OLEH KELOMPOK 1 6
Dosen : Hj. Dian A.S. Parawansa, SE.,M.Si., Phd
Gambar 6.1. Kurva-kurva biaya jangka pendek
2. Kurva Biaya Jangka Panjang
Dalam jangka panjang, suatu perusahaan tidak mempunyai input tetap, oleh karena itu
semua biaya jangka panjang adalah variabel. Selain itu, sebagaimana kurva-kurva biaya jangka
pendek mengggunakan kombinasi-kombinasi input yang optimal (least cost combination)
untuk memproduksi setiap tingkat output (pada skala pabrik tertentu), maka kurva-kurva
biaya jangka panjang juga dibuat dengan menggunakan asumsi bahwa sebuah pabrik yang
optimal (pada tingkat teknologi tertentu) digunakan untuk memproduksi tingkat output
tertentu.
Dengan harga-harga input yang konstan dua kali lipat input akan menduakali lipatkan
biaya totalnya yang menghasilkan sebuah fungsi biaya total JQ yang linear, seperti dilukiskan
oleh gambar 6.2. Jika fungsi produksi sebuah perusahaan bersifat decreasing returns to scale,
seperti telah dilukiskan pada gambar 5.10. input harus lebih dari dua kali lipat untuk
menghasilkan output dua kali lipat.
7. TEORI BIAYA OLEH KELOMPOK 1 7
Dosen : Hj. Dian A.S. Parawansa, SE.,M.Si., Phd
Gambar 6.2. Fungsi Biaya Total (TC) yang menunjukkan sistem produksi yang Constant
Returns to Scale
Selanjutnya dengan menganggap harga-harga input tidak bertambah (konstan),
fungsi biaya yang berkaitan dengan suatu sistem produksi akan meningkat dengan tingkat
kenaikan yang semakin besar, seperti ditunjukkan dalam gambar 6.3.
Fungsi produksi yang mula-mula menunjukkan increasing returns dan kemudian
decreasing returns telah dilukiskan dalam gambar 6.3. fungsi produksi ini ditunjukkan lagi
dalam gambar 6.4. Di sini proporsi kenaikan biaya lebih kecil dari proporsi kenaikan
output pada kisaran decreasing returns to scale, tetapi lebih besar pada saat terjadi
decreasing returns to scale. Semua hubungan langsung antara fungsi produksi dan fungsi biaya
yang dijelaskan di atas didasarkan pada asumsi bahwa harga-harga input adalah konstan.
Jika harga-harga input merupakan fungsi dari output, maka fungsi biaya tersebut akan
menunjukkan kenyataan itu. Misalnya, fungsi biaya suatu prusahaan pada keadaan constant
returns input yang dibeli, akan berbentuk seperti ditunjukkan oleh gambar 6.3. proporsi
kenaikan biaya akan lebih besar dari proporsi kenaikan output. Di lain pihak, potongan
kuantitas (pembelian) akan rnenghasilkan sebuah fungsi produksi yang meningkat pada
decreasing return,seperti halnya halnya pada increasing returns dalam gambar 6.4.
Kemudian, tampak bahwa walupun biaya dan produksi berhubungan, sifat dari harga-
harga input harus ditelaah lebih dahulu sebelum kita mencoba untuk menghubungkan sebuah
fungsi biasa dengan fungsi produksi yang mendasarinya. Harga-harga input dan produktivitas
secara bersama-sama menentukan fungsi biaya total tersebut.
8. TEORI BIAYA OLEH KELOMPOK 1 8
Dosen : Hj. Dian A.S. Parawansa, SE.,M.Si., Phd
Gambar 6.3. Fungsi Biaya Total (TC) Yang Menunjukkan Sistem Produksi Yang
Increasing Returns to Scale
Return To Scale
Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pola produksi di mana mula-mula
increasing returns to scale kemudian decreasing returns to scale. Scale produksi yang
ekonomis (economies of scale), yang menyebabkan biaya rata-rata jangka panja ng atau
log-run average cost (LRAC) menurun, terjadi karena hubungan produksi dan
hubungan pasar. Spesialisasi dalam penggunaan tenaga kerja merupakan salah satu faktor
penting yang menghsilkan economies of scale. Para pekerja disebuah perusahaan kecil
biasanya mempunyai beberapa pekerjaan, dan keahlian mereka untuk suatu jenis pekerjaan
biasanya lebih rendah dari para pekerja yang hanya berspesialisasi dalam satu pekerjaan
saja dan produktivitas tenaga kerja seringkali lebih tinggi dalam suatu perusahaan yang
besar, dimana individu bisa dipekerjakan untuk suatu pekerjaan tertentu. Hal tersebut
akan menurunkan unit biaya produksi untuk skala produksi yang lebih besar.
Gambar 6.4. Fungsi Biaya Total (TC), Menunjukkan Sistem Produksi Mula-mula
Increasing Returns To Scale Kemudian Decreasing Returns To Scale.
9. TEORI BIAYA OLEH KELOMPOK 1 9
Dosen : Hj. Dian A.S. Parawansa, SE.,M.Si., Phd
Faktor teknologi juga bisa menimbulkan economies of scale. Skala produksi yang besar
biasanya memungkinkan penggunaan peralatan modern yang canggih. Produktivitas peralatan
tersebut seringkali juga meningkatkan jumlah produksi lebih cepat daripada biaya. Misalnya,
pemangkit listrik yang berkekuatan 500.000 kilowatt biasanya membutuhkan biaya tidak
sampai dua-kali dari biaya pembangkit listrik yang berkekuatan 250.000 kilowatt.
Adanya potongan-potongan kuantitas (pembelian) juga bisa menyebabkan economies of
scale melalui pembelian bahan baku, persediaan dan input-input lainnya secara besar-
besaran. Keadaan yang ekonomis ini meluas sampai biaya kapital. Biasanya, semakin besar
suatu perusahaan maka ia mempunyai akses yang lebih besar pula terhadap pasar modal dan
bisa memperoleh dana dengan tingkat bunga yang lebih rendah. Faktor-faktor tersebut dan
yang lain-lainnya bisa menghasilkan increasing returns to scale dan oleh karena itu akan
menurunkan biaya-biaya. Ada beberapa tingkat output, economies to scale biasanya tidak
berlangsung lama, karena kemudian biaya rata-rata atau average cost (AC) mulai meningkat.
Kena ikan AC pada tingka t output ya ng tinggi seringka li diseba bkan ole h
keterbatasan menajemen dalam mengkoordinasi sebuah organisasi pada saat manajemen
tersebut mencapai ukuran yang sangat besar daripada output (yang menyebabkan kenaikan unit
biaya) dan manajemen menjadi kurang efisien yang akhirnya meningkatkan biaya produksi suatu
produk. Walaupun keberadaan diseconomies of scale seperti itu masih diperdebatkan oleh para
peneliti, namun kenyataan menunjukkan bahwa diseconomies memang terjadi dalam industri-
industri tertentu.
Elastisitas Biaya
Walaupun Gambar 6.1., 6.3. dan 6.4. sangat membantu untuk menjelaskan hubungan
antara biaya total (TC) dan output dengan returns to scale, tetapi akan lebih mudah bagi kita
untuk menghitung returns to scale suatu sistem produksi melalui elastisitas biaya. Elastisitas
biaya, c mengukur persentase perubahan biaya total (TC) yang disebabkan oleh satu persen
perubahan output. Secara aljabar elastisitas biaya tersebut adalah :
=
Persentase perubahan biaya total (TC)
Persentase perubahan output (Q)
=
TC
Q
Q
TC
10. TEORI BIAYA OLEH KELOMPOK 1 10
Dosen : Hj. Dian A.S. Parawansa, SE.,M.Si., Phd
Hubungan antara elastisitas biaya dengan returns to scale adalah sebagai berikut:
Jika maka Returns to scale
Persentase ATC < persentase Q c < I Increasing
Persentase ATC = persentase
Q
c = I Constant
Persentase A TC > persentase Q c >I Decreasing
Pada elastisitas biaya lebih kecil satu (c < 1), biaya akan meningkat lebih lambat daripada
output. Jika harga-harga Input tidak berubah (konstan), maka c < I tersebut secara tidak
langsung menunjukkan rasio output-input yang lebih tinggi dan keadaan increasing returns to
scale c = 1, maka proporsi kenaikan output dan biaya besarnya sama dan ini menunjukkan
constant returns to scale. Jika c > 1, maka setiap kenaikan output akan menyebabkan
kenaikan biaya yang lebih besar, ini menunjukkan keadaan decreasing returnsto scale.
Pengetahuan tambahan mengenai skala produksi yang ekonomis dan hubungan antara
biaya jangka panjang dan jangka pendek bisa diperoleh melalui penelaahan kurva biaya
rata-rata jangka panjang atau long-run average cost (LRAC). Karena kurva-kurva biaya
jangka panjang menunjukkan skala-skala pabrik yang optimal untuk setiap tingkat produksi,
maka kurva LRAC bisa dianggap sebagai amplop dari kurva-kurva biaya rata-rata jangka
pendek atau short-run average cost (SRAC). Konsep ini dilukiskan pada gambar 6.5. dimana
4 kurva SRAC menyajikan 4 skala pabrik yang berbeda. Keempat pabrik tersebut masing-
masing mempunyai kisaran output paling efisien. Misalnya pabrik A, mempunyai sistem
produksi dengan biaya terkecil (least cost) pada kisaran antara 0 dan Q, unit. Pabrik B pada
kisaran antara Q1 dan Q2, sedangkan pabrik C pada kisaran antara Q2 dan Q3, dan pabrik D
pada kisaran di atas Q3.
Bagian yang bergaris tebal pada sebab kurva dalam gambar 6.5. tersebut menunjukkan
LRAC minimum untuk menghasilkan setiap tingkat output, dengan mengasumsikan bahwa
hanya ada empat kemungkinan skala pabrik. Kita bisa menggeneralisir hal tersebut dengan
menganggap bahwa pabrik-pabrik tersebut mempunyai berbagai ukuran, dimana masing-
masing mempunyai ukuran sedikit lebih besar dari yang sebelumnya. Seperti ditunjukkan
dalam gambar 6.6. kurva SRAC. Pada setiap titik singgung tersebut, skala pabrik yang
terjadi adalah optimal. Sistem biaya yang dilukiskan dalam gambar 6.5 dan 6.6 mula-
mula menunjukkan keadaan increasing returns to scale kemudian decreasing returns to
scale. Pada kisaran output yang dihasilkan oleh pabrik A, B dan C dalam gambar 7.5
11. TEORI BIAYA OLEH KELOMPOK 1 11
Dosen : Hj. Dian A.S. Parawansa, SE.,M.Si., Phd
biaya rata-rata (AC) menurun. Menurunnya biaya tersebut menunjukkan bahwa kenaikan
biaya total lebih kecil daripada output. Karena biaya minimum pabrik D lebih besar daripada
pabrik C, maka sistem tersebut menunjukkan decreasing returns to scale pada tingkat output
yang lebih tinggi.
Gambar 6.5. Kurva SRAC untuk empat skala pabrik yang berbeda
Sistem produksi yang mula-mula menunjukkan increasing returns to scale, kemudian
constant returns to scale, dan kemudian dimishing returns to scale akan menghasilkan kurva
LRAC yang berbentuk U seperti ditunjukkan pada gambar 6.6. perhatikan bahwa dengan kurva
LRAC yang berbentuk U, pabrik yang paling effisien untuk setiap tingkat output biasanya tidak
akan beroperasi pada SRAC minimum, seperti yang bisa dilihat pada gambar 6.5. kurva SRAC
pabrik B lebih rendah. Secara umum, pada saat increasing returns to scale terjadi, pabrik
yang mempunyai biaya terkecil untuk menghasilkan suatu output akan beroperasi lebih rendah
dari kapasitas, penuhnya. Hanya untuk satu tingkat output dimana LRAC minimum
(output Q*
dalam gambar 6.5. dan 6.6.), sebuah pabrik yang optimal akan beroperasi pada titik
minimum dari kurva SRAC-nya. Pada semua tingkat output dalam kisaran dimana decreasing
returns to scale terjadi, yakni pada setiap output yang lebih besar dari Q*
, pabrik yang
paling efisien akan beropersi pada suatu tingkat output yang sedikit lebih besar dari pada
kapasitasnya.
Gambar 6.6. Kurva LRAC Sebagai "Amplop" Dari Kurva-kurva SRAC
12. TEORI BIAYA OLEH KELOMPOK 1 12
Dosen : Hj. Dian A.S. Parawansa, SE.,M.Si., Phd
Biaya Minimum Yang Efesien
Bentuk kurva LRAC tidak hanya penting karena implikasinya bagi penentuan skala
pabrik, tetapi juga karena ia mempengaruhi tingkat persaingan potensial yang akan tejadi
dalam suatu industri, keadaan yang mula-mula increasing returns to scale dan kemudian
constant returns to scale sering dijumpai. Dalam industri-industri seperti itu, kurva LRAC-
nya berbentuk L. Biasanya, persaingan cenderung akan lebih keras di dalam industri yang
mempunyai kurva LRAC yang berbentuk U dan pada yang berbentuk L atau kurva LRAC
yang berslope menurun. Pengetahuan mengenai hal ini bisa diperoleh melalui penelaahan
konsep biaya minimum efficient scale (MES) dari sebuah pabrik. MES ini didefinisikan
sebagai tingkat output dimana LRAC adalah minimum. MES akan terdapat pada titik
minimum kurva LRAC yang berbentuk U (output Q*
dalam Gambar 7.5 dan 7.6) dan pada sudut
kurva LRAC yang berbentuk L.
Pada umumnya persaingan cenderung akan lebih keras di dalam industri-industri dimana
MES-nya sangat kecil jika dibandingkan dengan permintaan industri secara total karena
kecilnya faktor penghalang untuk memasuki industri tersebut, misalnya persyaratan investasi
modal dan tenaga kerja terlatih. Persaingan tidak akan begitu keras jika MES cukup besar
karena faktor penghalang untuk memasuki pasar cenderung cukup kuat sehingga membatasi
jumlah pesaing potensial. Untuk mengamati pengaruh persaingan pada suatu tingkat MES
tertentu, kita harus selalu memperhatikan ukuran industri secara keseluruhan. Dalam industri-
industri yang cukup besar, jumlah pesaing yang sangat besar dan efisien bisa muncul. Dalam
keadaan seperti itu, walaupun MES cukup besar secara absolut, tetapi MES tersebut bisa
sangat kecil secara relatif, dan persaingan yang keras masih mungkin terjadi. Lebih jauh
lagi, jika kerugian biaya operasi yang kecil dari ukuran MES pabrik-pabrik itu secara relatif
kecil, maka kadang-kadang akan ada akibat-akibat anti persaingan. Dengan kata lain, pengarah
halangan dari MES tersebut tergantung pada ukuran MES pabrik tersebut dibandngkan dengan
permintaan industri secara total.
13. TEORI BIAYA OLEH KELOMPOK 1 13
Dosen : Hj. Dian A.S. Parawansa, SE.,M.Si., Phd
BAB III
KESIMPULAN
Hubungan-hubungan biaya memainkan peran kunci dalam hampir semua keputusan
manajerial. Konsep-konsep biaya menunjukkan hubungan antara fungsi biaya dengan fungsi
produksi dan beberapa hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Walaupun konsep biaya
relevan berbeda-beda untuk suatu keadaan dengan keadaan lainnya, tetapi ada beberapa
hubungan yang umum ditemui dalam analisis biaya tersebut. Pertama, biaya relevan biasanya
didasarkan pada konsep penggunaan alternatif. Biaya relevan suatu sumberdaya ditentukan
oleh nilainya dalam penggunaan alternatif yang terbaik. Kedua, biaya relevan dari sebuah
keputusan hanya mencakup biaya-biaya yang dipengaruhi oleh tindakan yang sedang
dilakukan. Inilah yang disebut dengan biaya inkremental. Jika satu biaya tertentu tidak
berubah dengan adanya suatu tindakan, maka biaya inkremental yang relevan adalah sama
dengan nol.
Penggunaan konsep biaya relevan membutuhkan suatu informasi tentang hubungan biaya
atau output dari sebuah perusahaan atau fungsi biayanya. Fungsi biaya tersebut ditentukan
oleh fungsi produksi dan fungsi penawaran input yang digunakan perusahaan tersebut, di
mana fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara input dan output dan harga-harga
input mengubah hubungan fisik tersebut menjadi fungsi biaya atau output. Dua fungsi biaya
yang utama yang digunakan dalam pembuatan keputusan-keputusan manajerial adalah fungsi
biaya jangka pendek yang digunakan dalam keputusan-keputusan sehari-hari dan fungsi biaya
jangka panjang yang digunakan untuk tujuan-tujuan perencanaan. Jangka pendek adalah
periode waktu di mana beberapa sarana produksi sebuah perusahaan tidak bisa diubah, dan
jangka panjang adalah periode waktu yang cukup panjang yang memungkinkan perusahaan
untuk mengubah sistem produksinya secara penuh melalui penambahan, pengurangan atau
penggantian asset-asetnya.
.
14. TEORI BIAYA OLEH KELOMPOK 1 14
Dosen : Hj. Dian A.S. Parawansa, SE.,M.Si., Phd
DAFTAR PUSTAKA
Salvatore, D. 2005. Ekonomi Manajerial Buku 2. Edisi 5. Terjemahan Ichsan Setyo Budi.
Jakarta: Salemba Empat
Soeharno. 2007. Ekonomi Manajerial. Yogyakarta: Andi.
http://blog.ub.ac.id/parlist/2013/05/19/makalah-ekonomi-manajerial-teori-biaya/ (Diakses
pada tanggal 15 April 2017)
http://elearning.upnjatim.ac.id/courses/EKONOMIMANAJERIAL/document/Ekonomi_Man
ajerial_(.pdf)/BAB_6.pdf?cidReq=EKONOMIMANAJERIAL (Diakses pada tanggal 15
April 2017)