2. LATAR BELAKANG TEORI
Media richness dikembangkan oleh
Daft dan Lengel pada tahun 1984.
Media richness theory atau teori
kekayaan media muncul berdasarkan
teori yang telah ada sebelumnya yaitu
teori kontingensi media.
Media richness theory pada awalnya
dikembangkan terutama untuk
menggambarkan dan mengevaluasi
media komunikasi dalam organisasi.
4. LATAR BELAKANG TOKOH
Richard L. Daft :
Memegang gelar B.S. dari University of Nebraska, MBA dari
University of Chicago, dan Ph.D. dari University of Chicago.
Dia telah membuat kontribusi penting untuk studi tentang
perilaku organisasi dan desain organisasi, dan menulis
beberapa buku di bidang ini.
Dia mengembangkan dan mengelola Pusat Perubahan
Kepemimpinan di Owen Graduate School of Management,
Universitas Vanderbilt, di mana ia juga menjabat sebagai Dekan
Associate Program Akademik. Dia adalah anggota dari
Academy of Management.
5. LATAR BELAKANG TOKOH
Robert H. Lengel
Associate Dean untuk Pendidikan Eksekutif di University of Texas di
San Antonio. Dalam kapasitas ini ia mengarahkan program MBA
eksekutif dan Pusat Professional Excellence yang didirikannya. Seorang
konsultan handal yang telah banyak menangani berbagai organisasi
dan perusahaan. Dia adalah rekan penulis, dengan Richard L. Daft,
Fusion Kepemimpinan.
6. ASUMSI DASAR
orang-orang ingin menanggulangi kesalahan/kerancuan dan ketidak-
pastian di dalam organisasi
Media memiliki berbagai pilihan yang biasanya digunakan organisasi
agar komunikasi bekerja dengan lebih baik untuk tugas tugas
tertentu.
7. PENGERTIAN TEORI
Media richness didefenisikan sebagai
kapasitas pengangkutan informasi yang
mungkin atau respons respons umpan balik
pada suatu medium, yang meliputi
komunikasi nonverbal, ragam isyarat,
informasi ekuivikal, proksimitas fisik, dan
status (daft, lengel ; 1984).
Kesempurnaan digambarkan sebagai potensi
media tersebut dalam menyampaikan
informasi.
8. MEDIA RICHNESS
Teori kesempurnaan media atau media richness
menempatkan media paada suatu rangkaian berdasar
pada kesempurnaan mereka. Sebagai contoh,
percaakaapan face to face adalah media yang paling
kaya. Pengirim menerima umpan balik segera atas
seberapa baik penerima dalam mendengar dan
memahami pesan tersebut.
9. TEORI
Daft and Lengel mengusulkan empat kriteria untuk menilai media,
kaya atau tidaknya media yaitu :
Kesegeraan (immediacy) / the speed of feedback
Keragaman isyarat (multiple cues) / kapasitas untuk
menghantarkan berbagai bentuk simbol
Variasi bahasa (language variety)
Tingkat hubungan personal / the degree of personal focus
10. Immediacy
Immediacy atau the speed of feedback adalah
kemampuan media untuk menyediakan informasi
secara berkala dan memungkinkan umpan balik secara
cepat. Kriteria ini sangat penting bagi proses komunikasi
karena terjadinya penundaan dapat menyebabkan isu
penting menjadi tidak tepat lagi.
11. multiple cues
Multiple cues atau keragaman isyarat mengacu pada
kemampuan untuk mengomunikasikan pesan melalui
pendekatan yang berbeda beda, tidak hanya verbal namun
juga informasi yang bersifat non-verbal (ekspresi wajah,
gerak tubuh).
12. language variety
language variety atau keberagaman bahasa bahasa
menunjukkan kemampuan penggunaan kata yang berbeda
untuk meningkatkan pemahaman, yaitu pada variasi cara
dalam menyampaikan ide dan konsep melalui simbol bahasa.
Apakah bahasa yang digunakan merupakan bahasa natural
atau bahasa baku
13. personal focus
Fokus personal merupakan Kemampuan media untuk
mengantarkan perasaan personal dan emosi dari pihak-
pihak yang berkomunkasi.
15. MODEL MEDIA
RICHNESSDalam artikel mereka 1989, Daft dan Lengel mengatakan
bahwa media yang lebih kaya, lebih cocok untuk
informasi yang samar-samar, pesan non-rutin,
sementara media yang lebih miskin lebih baik cocok untuk
tegas, pesan rutin yang dapat dipahami lansung.
Media paling kaya yaitu face to face. Media tersebut
cocok untuk menyampaikan pesan penting, pesan yang
dikhawatirkan menimbulkan keambiguan, yang
membutuhkan pemahaman yang lebih dalam. Seperti
kegiatan negosiasi, lobbying, permohonan maaf,
wawancara kerja.
16. MODEL MEDIA
RICHNESS
Semakin keatas, semakin kaya medianya.
Semakin kaya suatu media, semakin efektif komunikasi yang
terjadi.
Pada tingkat terbawah merupakan unaddressed document seperti
memo. Memo tidak cocok digunakan untuk menyapaikan pesan
penting karena pesan tidak jelas. Media yang miskin atau kurus ini
lebih cocok menyampaikan informasi umum yang tidak penting dan
tidak diperlukan feedback yang jelas.
22. Analisis kasus
Mengapa pihak Malaysia menggunakan media conference ?
1. Pesan yang disampaikan sangat penting
2. Menurut media richness pesan yang penting memerlukan
media yang kaya untuk menyampaikan pesan agar
pesan yang disampaikan dapat lansung dengan jelas
ditangkap oleh komunikan dan tidak salah dalam
menginterpretasikan pesan.
23. Analisa aspek
immediacy
Dilihat dari aspek immediacy atau speed of feedback, media
conference ini jelas dapat memberi kesempatan untuk umpan balik
yang lansung. Dalam media conference, media dapat bertanya
secara lansung pada menteri tranportasi Malaysia tentang
informasi terbaru yang diberikan pihak Malaysia. Pihak Malaysia pun
dapat menjelaskan apa yang didapat dan apa yang belum didapat.
Ini jelas dapat meminimalisir ketidakjelasan informasi yang
diberikan jika dibandingkan hanya melalui press release atau via
twitter maupun media lainnya. Jika menggunakan media email
misalnya kepada para media, feedbacknya pasti akan tertunda.
Ketidakjelasan dan kerancuan informasi akan melebar. Semakin lebar
informasi, semakin susah untuk mencari kejelasannya.
24. Aspek multiple cues
Selanjutnya adalah aspek multiple cues atau keragaman
isyarat, dalam media conference, jelas dapat dilihat
bagaimana pihak Malaysia menyampaikan informasi.
Dalam media conference (video) terlihat jelas bahwa
pemberi informasi menggunakan intonasi yang lemah,
tidak terlihat sedikitpun amarah ataupun kegembiraan.
Pemberi informasi jelas merasakan kesedihan yang
dialami oleh keluarga korban. Di dalam video pun, terlihat
jelas ekspresi kesedihan yang mendalam dari keluarga
korban MH 307.
25. Aspek language variety
Begitupun dengan variasi bahasa, media conference
menyediakan variasi bahasa yang digunakan. Baik itu dari pihak
Malaysia mapun dari pihak media.
Dapat dipastikan antara bahasa media dan bahasa menteri
transportasi yang berbeda. Pihak media menggunakan bahasa
yang tajam, yang menyerang agar pihak Malaysia dapat
memberikan informasi sejelas mungkin.
Berbeda dengan PM Malaysia, bahasa yang digunakan harus
tetap santun karena akan berdampak pada citra PM sendiri
bahkan bisa membahayakan citra Malaysia di mata dunia jika PM
Malaysia tidak menjaga bahasanya.
26. Aspek personal focus
Personal focus atau fokus personal bisa dirasakan
di media conference.
Dalam kasus ini, media conference memungkinkan
pihak yang berkomunikasi bertemu secara personal
lansung pada saat komunikasi itu berlansung. Kedua
belah pihak dapat merasakan emosi satu sama lain.
29. Memiliki
ketertarikan pada teori
teori komunikasi
interpersonal dan
retorika.
Hilda irma Suri,
Mahasiswa Fakultas Ilmu
komunikasi, UNPAD
2012. Lahir pada tanggal
3 Juli, 1994, di ranah
Minangkabau, Padang,
Sumbar. Menyukai dunia
fashion, MC, dan menulis.
Selama belajar teori komunikasi bersama dosen yang telah
berkaliber internasional saya merasa sangat beruntung.
Banyak ilmu yang saya dapatkan, yang lansung bisa
diterapkan di kehidupan sehari hari. One thing that we
should know is everything has their own theory.