ditulis oleh Angga Nugraha, ST
alumni Teknik Sipil dan Lingkungan
Tulisan ini mengenai tata cara pengetesan core drill pada pekerjaan jalan beraspal untuk mengukur ketebalan lapisan aspal tersebut.
1 of 6
Downloaded 140 times
More Related Content
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspal
1. Angga Nugraha, ST - email : angganugraha.sil47@gmail.com - website : angganugraha.com
Tes Core Drill pada Pekerjaan Jalan Aspal
Oleh : Angga Nugraha, ST
Alumni Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, IPB
Email : angganugraha.sil47@gmail.com
Website : angganugraha.com
Hai Salam Semangat !.
Kali ini saya akan membahas mengenai cara-cara pekerjaan pengetesan dengan
Core Drill (Beton Inti) pada pekerjaan perkerasan jalan campuran aspal. Tes Core
Drill ini adalah sebuah pengetesan yang dilakukan dengan cara membor / melubangi
lapisan jalan aspal menggunakan mesin bor berdiameter 4 atau 6. Tujuan dari
pengetesan ini adalah untuk mengukur ketebalan lapisan jalan aspal secara langsung
dilapangan dan juga sampel hasil bor ini juga akan digunakan untuk dihitung berat isi
/ kepadatannya di laboratorium, sehingga pekerjaan perkerasan aspal ini dapat
diketahui apakah pekerjaan yang telah dilaksanakan dilapangan sudah sesuai dengan
ketebalan rencana pekerjaan awal dan memiliki kepadatan yang sesuai dengan
persyaratan dokumen kontrak atau tidak. Sehingga kualitas pekerjaan perkerasan jalan
aspal ini diharapkan dapat memiliki kualitas pekerjaan yang baik sehingga dapat tahan
lama dan tidak cepat rusak.
Apabila mengacu pada Dokumen Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 2),
Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga. Pekerjaan Core
Drill ini dilakukan dengan menggunakan alat mesin bor berdiamater 4 (Apabila
lapisan campuran beraspal tersebut tersusun dari campuran aspal dan agregat batu-
batuan berdiameter 1). Sedangan alat mesin bor berdiameter 6 (Digunakan apabila
agregat-agregat penyusun campuran aspal tersebut memiliki jenis agregat paling besar
> 1). Adapun jumlah sampel dan jarak pengeboran ini dilakukan sebanyak minimum
6 sampel / 200 m (dalam satu lajur). Namun biasanya, dilapangan jarak dan jumlah
pengukuran ini dapat berbeda-beda dan dilakukan secara acak sesuai dengan
persetujuan dari pihak pengawas maupun owner pekerjaan jalan tersebut.
Hal yang paling sering dilakukan adalah, apabila pekerjaan jalan beraspal tersebut
akan di tes dalam satu lajur jalan utuh, maka jarak pengetesan dilakukan per 50 m
dengan sistem selang-seling / zigzag. Apabila hanya setengah lajur, maka dilakukan
per 100m tanpa selang-seling / zigzag. Seperti terlihat pada gambar 1 dan 2.
Sebetulnya pengetesan ini dapat dilakukan sebanyak-banyaknya sampai dirasa
pengukuran tersebut dapat mewakili nilai rata-rata ketebalan pekerjaan jalan beraspal
tersebut.
Adapun jarak titik-titik pengetesan pemboran tersebut harus dilakukan dengan
jarak minimum dari tepi jalan selebar 30 cm, seperti pada gambar berikut :
2. Angga Nugraha, ST - email : angganugraha.sil47@gmail.com - website : angganugraha.com
30 cm dari tepi
30 cm dari tepi
Area yang dapat
di core drill
Area yang dapat
di core drill
Satu Lajur Penuh
Setengah Lajur
Jalan yang sudah di Aspal
Keterangan :
Gambar 1. Jarak Titik Tes Core Drill pada Satu Lajur Penuh
Sumber Gambar : digambar sendiri
50 m
(Jarak Core Drill) 50 m
(Jarak Core Drill)
50 m
(Jarak Core Drill)
Titik Tes Core Drill
Jalan yang belum di Aspal
30 cm dari tepi
Area yang dapat
di core drill
Satu Lajur Penuh
Setengah Lajur
Jalan yang sudah di Aspal
Keterangan :
Gambar 2. Jarak Titik Tes Core Drill pada Setengah Lajur
Sumber Gambar : digambar sendiri
100 m
(Jarak Core Drill)
Titik Tes Core Drill
100 m
(Jarak Core Drill)
30 cm dari
tepi
3. Angga Nugraha, ST - email : angganugraha.sil47@gmail.com - website : angganugraha.com
Adapun alat-alat yang diperlukan dalam tes core drill ini adalah :
1. Mesin Core Drill
2. Air
3. Pencapit Aspal
4. Jangka Sorong
5. Tipe-X / Marker
6. Kertas + Pulpen / alat tulis lainnya
7. Rambu Jalan
8. Campuran Aspal (campurannya harus sama sesuai dengan aspal yang di bor)
9. Alat Pemadat (Stamper)
10. Kompor + Gas
11. Foto (untuk Dokumentasi)
12. Mobil (untuk mengangkut semua alat tes)
Adapun cara-cara pengujiannya adalah sebagai berikut :
1. Tentukan area jalan yang akan di Tes (titik STA mana yang akan di tes dan
panjang serta banyaknya jumlah sampel yang akan diambil)
2. Pasang rambu jalan (yang mendandakan bahwa di titik tersebut sedang dilakukan
pengetesan, sehingga dapat menghindari terjadinya kecelakaan lalu litas)
3. Letakkan mesin bor tepat diatas titik lokasi tes
4. Masukkan air ke mesin bor (agar saat pengeboran, mata pisau bor tidak cepat aus
dan tidak cepat rusak)
5. Nyalakan mesin bor
6. Mulai bor titik tersebut secara perlahan sampai pada titik dasar lapisan aspal
tersebut (diusahakan pengeboran ini harus tegak lurus, agar hasil yang didapat
baik dan tidak hancur)
7. Tarik mata pisau bor keatas
8. Gunakan pencapit aspal untuk mengambil lapisan aspal yang sudah di bor
9. Ukur ketebalan lapisan aspal yang sudah diangkat tersebut menggunakan jangka
sorong (ukur di 3 sisi, kemudian rata-ratakan hasilnya, maka itulah hasil tebal
lapisan aspal di titik tersebut)
10. Nyalakan kompor gas, dan kemudian panaskan serta goring campuran aspal baru
yang sudah dipersiapkan sebelumnya (campuran aspal ini digunakan untuk
menutup lubang aspal hasil bor tersebut)
11. Masukkan campuran aspal tersebut menjadi 3 lapis, perlapis ditumbuk dengan
menggunakan alat pemadat (stamper), tujuannya agar lubang hasil tambalan
tersebut kembali seperti semula, rata, dan tetap padat sehingga dapat menghindari
kerusakan pada titik tersebut di kemudian hari.
12. Dokumentasikan pengetesan di area tersebut (terutama saat pengukuran ketebalan
lapisan aspal yang dusah di bor tersebut menggunakna jangka sorong)
4. Angga Nugraha, ST - email : angganugraha.sil47@gmail.com - website : angganugraha.com
13. Beri tanda pada sampel tersebut (yang terdiri dari Nama STA, jenis lapisan aspal,
dan tanggal pengetesan)
14. Ulangi langkah 2 s/d langkah 13 pada titik berikutnya
15. Sampel-sampel tersebut disimpan, dan nanti harus dibawa ke laboratorium untuk
dilaksanakan pengetesan lanjutan pada sampel tersebut (yaitu pengukuran nilai
kepadatan lapisan aspal aktual di lapangan)
Gambar 3. Mesin bor diletakkan diatas lapisan aspal
kemudian dialiri air diatas mesin bor tersebut
Gambar 4. Proses Pemboran
Gambar 5. Pengukuran ketebalan lapisan aspal
hasil bor dengan jangka sorong
Gambar 6. Penambalan jalan bekas pengeboran
menggunakan campuran aspal baru dan dilakukan
pemadatan hingga jalan rata dan padat kembali
seperti semula
5. Angga Nugraha, ST - email : angganugraha.sil47@gmail.com - website : angganugraha.com
Hasil sampel tersebut, diberikan tanda nama menggunakan tipe-x / marker,
untuk memudahkan identitas sampel tersebut dalam pengetesan lanjutan di
laboratorium yaitu untuk pengetesan uji kepadatan (density), materi ini akan dibahas
pada artikel berikutnya.
Adapun standar ketebalan lapisan aspal berdasarkan Dokumen Spesifikasi
Umum 20120 (Revisi 2) pada setiap jenis lapisan aspal adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Tebal Minimum Berbagai Tipe Lapisan Campuran Beraspal
Jenis Campuran Simbol
Tebal
Minimum
(cm)
Toleransi
Ketebalan
(cm)
Tebal
Minimum
dengan
Toleransi
Hasil
pengukuran
Core Drill
(cm)
Latasir Kelas A SS-A 1,5 0,2 1,3
Latasir Kelas B SS-B 2,0 0,2 1,8
Lataston Lapis Aus HRS-WC 3,0 0,3 2,7
Lapis Pondasi HRS-Base 3,5 0,3 3,2
Laston Lapis Aus AC-WC 4,0 0,3 3,7
Lapis Antara AC-BC 6,0 0,4 5,6
Lapis Pondasi AC-Base 7,5 0,5 7,0
Tipe Aspal : AC-
WC
Lokasi : STA 10+200
Tgl Tes : 12 Des 2014
Gambar 7. Contoh Penamaan Sampel pada Uji Core Drill
6. Angga Nugraha, ST - email : angganugraha.sil47@gmail.com - website : angganugraha.com
Apabila hasil pengukuran tes core drill di lapangan tidak memenuhi nilai
standar ketebalan sesuai dengan tabel 1, maka titik-titik lokasi yang tidak memenuhi
syarat tersebut harus dibongkar dan di aspal ulang, atau dapat dilakukan dengan cara
dilapisi kembali sampai memiliki ketebalan minimum standar yang sudah disyaratkan
seperti pada tabel 1.
Adapun contoh penyajian data hasil pengujian core drill adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Contoh Penyajian Data Hasil Tes Core Drill
Dari contoh tabel 2, bahwa lapisan yang di tes core drill adalah lapisan AC-
WC, apabila mengacu pada tabel 1, maka tebal minimum lapisan AC-WC yang
dipasang dilapangan adalah 4 cm, sedangkan untuk tebal minimum dengan toleransi
pada setiap hasil pengukuran core drill adalah sebesar 3,7 cm. Pada tabel 2, dari 6
sampel yang di tes, untuk sampel 1,2,4,5,6 masih masuk kategori tebal minimum
dengan toleransi, sehingga status lapisan aspal yang di tes di titik tersebut masih
memenuhi syarat. Sedangan pada sampel 3, lapisan tersebut memiliki nilai dibawah
standar minimum dengan toleransi, sehingga status ketebalan lapisan di lokasi
tersebut tidak memenuhi syarat. Hal ini menyebabkan, bahwa pada titik tersebut perlu
dilakukan pembongkaran dan pelapisan aspal baru, atau dengan cara melapisi kembali
lapisan tersebut hingga memiliki ketebalan 4 cm.
No
Sampel Jenis Aspal
AC-WC
Ketebalan (cm)
Status
Lokasi Posisi
Ukuran
1
Ukuran
2
Ukuran
3
Rata-
Rata
1 STA 9+050 Kiri 3,8 3,9 3,8 3.83 Oke
2 STA 9+100 Kanan 4,1 4,0 4,0 4.03 Oke
3 STA 9+150 Kiri 3,6 3,7 3,6 3.63
Not
Oke
4 STA 9+200 Kanan 3,9 4,0 4,1 4,00 Oke
5 STA 9+250 Kiri 3,8 3,9 3,8 3,83 Oke
6 STA 9+300 Kanan 4,2 4,1 4,1 4.13 Oke