1. Seikat Senyuman
Tersenyum ...
Sebuah kata nan bermakna indah
Memiliki beribu arti dalam manisnya
Tetapi, mengapa sulit untuk terlaksana
Berhari hari, ku mencoba untuk meraihmu
Berbulan bulan, ku kuatkan tekad batin ini
Dan sampailah pada batasku untuk berharap
Berharap pada kehampaan arti senyuman
Letih, merana dalam benak ini
Membungkam aura menuju gelapnya kalbu
Berbisik layaknya sahabat
Hingga, sebuah lilin menyala dan menghampiriku
Terubahlah roda waktu kini
Tersinari nur suci atas hatimu
Dan kusadari akan satu hal
Bahwa, seikat senyuman itu tidak untuk dicari,
Melainkan bagaimana engkau menerimanya
2. Sang Liontin Harum
Genderang menggema dalam lautan merah ibu pertiwi
Merubah sang malaikat layaknya sang lucifer
Meronta dalam kelamnya kabut
Demi menggapai sebuah kata merdeka
Dalam era pembinasaan itulah
Sang liontin hanya dapat merajut
Terdiam tanpa arah dalam rumah kaca
Terhunus api hitam bertuliskan derajat
Kabut tiada berhenti menutupi
Adat dan budaya sebagai pagar pembatas
Hak kaum liontin pun terinjak
Layaknya badut tergulai dalam kehinaan
Tangis ikut membanjiri jeritmu
Tak ada satu pun yang memperdulikanmu
Sekalipun engkau merintih dalam juluran api
Para insan berpura pura tuli kepadamu
Lemah itulah dirimu
Hanya dapat protes terhadap sang rembulan
Menerima siksaan jiwa
Karena sebuah mantra kuno itu
Seorang liontin nan menawan merubah mantra itu
Dengan wujud acolyte perkasa itu, membenihkan sebuah makna baru
Habis gelap terbitlah terang
Engkaulah Sang Liontin Harum
Usaha dan semangatmu tak pernah padam
Walau darah mengalir dalam ragamu
Walau hinaan dan cacimaki tertikam padamu
Kau tetap ingin hapuskan dinding perbedaan
Untuk selama lamanya
Kini kami telah memetik hasil jerih payahmu itu
Jasa jasamu telah menuntun kami dalam keadilan
Merasakan sebuah kebebasan yang sama dengan kaum permata
Dan memberikan arti kehidupan dalam ibu pertiwi ini
Tapi, generasi kini tak mengenal akan pedih yang engkau rasakan
Mereka hanya dapat hidup layaknya tikus dalam sebuah publik
Korupsi, Kelicikan, Nepotisme, Kolusi, kekerasan dan penindasan terhadap kaum liontin
Bagaikan seorang jahanam yang tak tahu arti kata terima kasih
3. Janganlah menangis wahai sang liontin harum
Kami para generasi baru berjanji tuk mengubah adat itu
Dalam tarian alunan melodi ini
Kami ubah gumpalan abu dalam sinaran sang bintang
Tersenyumlah ibu kartiniku
Janganlah engkau menyesal akan perjuanganmu
Sesungguhnya, terdapatlah penerus yang mewarisi arti perjuanganmu
Itulah kami, para generasi baru pembawa sangkakala
Inikah Arti Sahabat ?
Ku suarakan musik ini
Menemani dalam sebuah pelita
Tak menahu arah mata angin
Hingga engkau menuntunkannya
Berkali - kali ku terdiam dalam hina ini
Berulang - ulang ku menyesal akan hidup ini
Tetapi, engkau selalu ada
Membawa lilin untuk menerangi benih ini
Kini, engkaulah sang pencerahku
Bersamamu, ku kepakan sayap putih ini
Walau sang tsunami menerkam
Ringan rasa saat bersamamu teman
Damai yang kurasa
Melody nan rupawan terayuh merdu
Gelap pun terubah menjadi nur suci
Ketika ku bersamamu teman
Inikah arti sahabat ?
Kawan
4. Pagi ini, intan terhambur terang
Gemerlap penuhi satya cahya birahi
Menggulai hari ini dengan pesona intan
Beri semangat tuk lampau masa depan
Kenangan kan lekam malam
Terubah layaknya buntalan salju
Menguap tersiram panasnya mentari
Terubah pelangi nan menawan
Burung berkicau dalam semu pagi
Alunan seruling beri aura nan indah
Semangat penuh maju ke depan
Temani langkah kecil ini
Maka, Mundurlah dari langkah itu, kawan
Sudahilah semua kebohongan yang kau jalani selama ini
Dan jika kau ingin bertemu aku lagi
Aku akan pahami dirimu dan genggamlah jemari sutra ini
Bocah marah yang gila
Hatinya diam-diam perih membeku
Kau tahu kau tak diterima
Dan kau hancurkan dengan sebilah pisau dilukamu
5. Semua orang miliki sebuah alasan
Untuk mengatakan
Buanglah masa lalumu
Dengan gemerlap satya mentari
Sapalah hari ini bagai akhir lukamu
Harapan Semu
Kaku, terpiku malu
Badut, sosokku ketika denganmu
Hanya tersenyum melihat manismu
Layaknya boneka salju
Hargaku tuk penuhi dirimu
Hingga reruntuhan ini menjadi benakku
Polos mukamu layaknya putri tidur
Tak pahami cambuk yg kupikul demimu
Terharapkah ku di lubuk kosongmu itu ?
Tulus nuraniku tuk dirimu satu
Hanya dirimulah yang sadarkan ku kan parasnya cinta
Dan himbauku tuk jadi ajudan pelindungmu
Ingin ku kirim sinyal hati padamu
Tapi inilah aku, seorang pecundang cinta
6. Malu telah menjadi filsafahku
Hanya terharapku menunggu jeritmu
Tentangku, dari seorang pembawa pesan
Terpikirku kan hikayat rohanimu
Kau seorang pemegang salib suci atas nama Tuhanmu
Dan ku seorang pembawa tasbih dengan nama Allah di benakku
Tapi birahi ini berkata tuk gapaimu walau iman kita berbeda
Dulu, ku seorang pembawa salib layaknya dirimu
Tapi, Sang pencerah datang dan benahiku
Filsafahku tak mengenal perbedaan
Bagiku imanmu adalah imanku
Suatu perbedaan kan kutanggung hingga azabku
Harapku teruntai kertas
Bukalah kehampaan itu untuk diriku
Dan pahamilah sebuah puisi tua ini
Tentangmu, dari jeritan pilu hatiku
Tapi, bila kau isi hatimu dengan pangeran lain
Ku panjatkan irama tarian doa
Semoga kau tersenyum manis bersamanya
Dan kenanglah puisi ini
Sebagai tanda ketulusan cintaku akanmu
Bahasa Cinta
7. Saat dua pasang mata bertemu
Fana pun terasa nirvana
Hening tanpa suara, tanpa kata-kata
Khayalan dan angan-angan menyatu dalam batin
Sejalan dalam satu kata
Waktu pun terhenti tertutup kabut
Inikah arti dari bahasa cinta ?
Bila tak terucap
Seakan lidah tergumpal dan mati rasa
Namun nikmat tuk dirasa
Membawa raga ini dalam kedamainan
Pelukan asamara mengungkapkan semua
Bahwa kau lah bagian dariku tuk selamanya
Inilah arti bahasa cinta
Tanpa suara, tanpa kata-kata dan pembawa mentari
Saat hujan merintik dari awan
Lalu kulihat sang pelangi
Bias cahaya akanmu
Sungguh silau tuk di rasa
Lalu kulihat mimpi sepasang manusia
8. Bergaun putih nan rupawan ala perancis
Hanya senyum manis yg terulas
Dengan tepukan meriah bangsawan negara
Terduduk mesra dalam singgasana
Yang kuangankan bersamamu
Entah kapan bisa terwujud
Inilah harapku akan bahasa cinta
Rembulan Kenangan Lampau
Aku masih di sini untuk menanti, hentakmu
Mengapa harus kau bertanya ?
Biarkan kita hanya memiliki hanya pada masa lalu
Semua tentangmu lenyap terlelap amarah
Saat kenangan akanmu tertidur
Kau datang membawa cahaya nur dalam hatiku
Kau pun tahu semua memori akanmu telah tergantikan
Kini, izinkan ku lupakan dosa dan mantra kunomu itu
Kita terungkai akan bunga matahari dan lebah pada musim semi
Tapi, lebah itu telah berpaling pada bunga mawar yang indah rupawan
Apakah diriku begitu rendah dimatamu ?
Hingga kau dengan mudahnya datang dan lenyap dalam pandanganku
9. Cinta akan kita hanya puisi tua
Tak pantas tuk dikenang
Lupakanku adalah jalan terbaik untuk dilema ini
Selamat tinggal masa lalu
Kini, ku kan melangkah menuju ufuk semi
Terima kasih telah ajariku bagaimana bercinta
Dan ajariku bagaimana pahitnya hidup tuk dikhianati
Alphabet Curahan Hati
Andai kematianku kehidupanmu
Butaku terlelap padamu
Ciuman asammu jebakku dalam rumah kaca
Dendam pun tersabda oleh bibirku
Engganku tuk manis akanmu
Filsafah ini tuk hancurkan fanamu
Garamku ludahkan di hastratmu
Hingga hatimu terungkai dalam lautan es
Iba ku tatap kepedihanmu
Janji ini berubah biru
Kenangan akanmu jadi mimpi tidurku
Lukamu kini jadi lirik hidupku
10. Maafku terangkai bunga senja
Namun, kau hinaku dengan ucap
Onggopan air mata, melintang di matamu
Puing-puing kaca hati adalah dirimu kini
Queen of heart, julukanmu dulu
Ricuh namamu layaknya teroris
Sampai sangkala waktu menutup
Tarian tubuhmu, pedang kaum adam
Untaian hati, mengerti akanmu
Vena darah hancurkan dirimu
Waktu tuk nafasmu hanya hitungan detik
X < 0 status hidupmu
Ya Allah, beri dia keutuhan hidup
Zona hati pun kan kurelakan tuk donormu