ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
Tindakan Kelas sebagai Alternatif Pembelajaran
                         Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)1

                             I Nyoman Merdhana
                               IKIP Singaraja



1.         Pengantar

    Pengajaran      bahasa      Indonesia    untuk
orang   asing   perlu       mendapat    perhatian
kita semua, kalau kita ingin menjadikan
bahasa Indonesia           sebagai bahasa yang
mempunyai     tempat       di  mata   dunia.   Kita
berharap semoga bahasa Indonesia kelak
bisa    menjadi         bahasa      dunia     yang
berdampingan dengan bahasa-bahasa dunia
lainnya.   Untuk      mencapai     tujuan     yang
mulia  ini  tentu     perlu     dukungan    semua
pihak. Suatu pekerjaan besar seperti itu
tidaklah cukup dibebankan kepada pihak
tertentu     saja.       Para    peminat     perlu
melibatkan     diri    secara     langsung     dan
bersungguh-sungguh.           Pemikiran-pemikiran
para   pakar     dan      para   praktisi    perlu
dimanfaatkan untuk menemukan strategi
yang      benar       dan      tepat      tentang
pembelajaran bahasa Indonesia                untuk
orang    asing   ini.   Pustaka-pustaka       yang
menguraikan        tentang         pembelajaran
bahasa Indonesia untuk orang asing ini
belum banyak, baik berupa buku acuan
maupun      buku      pelajaran.       Pentingnya
pustaka-pustaka        ini   mengingat    demikian
banyaknya          kursus-kursus           bahasa
Indonesia      untuk         orang    asing      ini.
Profesionalisme yang dimiliki dalam bidang
pembelajaran       bahasa      Indonesia     untuk
orang     asing     ini     belumlah     memadai.
Pengajar-pengajarnya                  kebanyakan

1
    Makalah disajikan pada Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Orang Asing
    (KIPBIPA) di Grand Bali Beach Hotel Bali-Indonesia, 1-3 Oktober 2001
berlatar      belakang      pendidikan     bahasa
Inggris.   Hanya    saja    mereka   kebetulan
sebagai penutur asli bahasa Indonesia.
Bahkan    yang   lebih   menyedihkan       adalah
pengajar-pengajar          Bahasa      Indonesia
untuk orang asing , selanjutnya disingkat
BIPA,  ini  berlatar     belakang      pendidikan
jurusan     Bahasa      Inggris     murni      dari
Fakultas Sastra. Mereka ini tentu belum
banyak        tahu       tentang         strategi
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai
bahasa        asing,       berbeda         dengan
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai
bahasa kedua bagi masyarakat Indonesia.
Ada beberapa kursus-kursus BIPA yang
pengajarnya        berasal      dari      jururan
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
Kendala     yang     mereka     hadapi     adalah
persoalan bahasa pengantar. Pengajar ini
belum banyak yang fasih dan terampil
dalam   berbahasa      Inggris.   Hal    ini  akan
menyulitkan bagi mahasiswa atau peserta
kursus untuk memahami yang dimaksudkan
oleh pengajarnya. Pengajar ini memang
mempunyai kelebihan banyak tahu tentang
seluk    beluk      bahasa     Indonesia       baik
secara structural maupun praktis. Jenis
pengajar     ini  juga    tidak   banyak      tahu
bagaimana     model    pembelajaran        bahasa
sebagai bahasa asing. Orang dari jurusan
bahasa    Inggris      banyak    tahu     tentang
strategi    pembelajaran       bahasa      sebagai
bahasa asing , hanya saja bukan bahasa
Indonesia, melainkan bahasa Inggris yang
mempunyai karakteristik tersendiri. Bagi
pengajar     bahasa     Inggris    yang      dalam
pendidikannya mendapat mata kuliah minor
bahasa      Indonesia       barangkali        tidak
terlalu sulit. Hanya adakalanya orang
asing itu minta agar mereka diajar oleh
orang          yang     berlatar        belakang
pendidikan     bahasa      Indonesia.       Mudah-
mudahan     di   perguruan      tinggi    baik    di
jurusan      bahasa     Inggris     maupun        di
jurusan       bahasa      Indonesia         mau
menawarkan      mata   kuliah       pengajaran
bahasa Indonesia untuk orang asing ini.
Saya    sendiri   sebagai    orang       bahasa
Indonesia    banyak  mengalami        kesulitan
dalam    pengajaran   BIPA    ini.   Untungnya
mahasiswa saya berasal dari mahasiswa
yang  telah     pernah    menerima       kursus
bahasa Indonesia di negaranya. Berbeda
dengan rekan-rekan dari bahasa Inggris
yang     telah    memperoleh         pendidikan
tentang     pengajaran     bahasa       Inggris
sebagai     bahasa    asing.       Teori    dan
pengalaman ini mereka transfer ke dalam
pengajaran BIPA.     Akhirnya pengalaman
juga    yang    banyak    bermanfaat        bagi
pengajar BIPA.

  2.   Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing

    Pengajaran Bahasa Indonesia           sebagai
bahasa asing belum banyak diperkenalkan
bagi mahasiswa. Belum banyak ditemukan
tulisan     yang     menguraikan         tentang
pengajaran     bahasa      Indonesia      sebagai
bahasa      asing.     Pengajaran         bahasa
Indonesia    sebagai    bahasa    asing    dilihat
dari     latar      belakang        kebahasaan
pembelajar. Bagi penutur bahasa Inggris
atau pun bahasa Prancis            tentu akan
lebih  sulit   belajar      bahasa     Indonesia
dibandingkan dengan       anak-anak Bali atau
orang   Jawa   belajar      bahasa    Indonesia,
karena     adanya    keserumpunan         bahasa.
Bahasa Bali, Jawa, Sasak, Sunda adalah
bahasa    yang   serumpun      dengan     bahasa
Indonesia      Keserumpunan          ini     akan
memfasilitasi      pembelajaran.         Berbeda
dengan bahasa yang tidak serumpun , akan
terasa adanya kesulitan dalam belajar.
Pembelajar          akan        memanfaatkan
kompetensi          linguistiknya           untuk
mempelajari     bahasa      baru.   Kompetensi
linguistik   yang     dimiliki  tentu      sesuai
dengan bahasa pertamanya. Dalam hal ini
pada   bahasa    pembelajar    akan  banyak
muncul    interferensi   baik  yang  berifat
struktural,      leksikal,    maupun   yang
bersifat fonologis. Bila ini tidak ditangani
besar kemungkinan bentuk bahasa ini akan
memfosil,     menjadi    kebiasaan    dalam
berbahasa. Berdasarkan teori-teori yang
dikemukakan dalam pembelajaran bahasa
Inggris    sebagai  bahasa    kedua  maupun
sebagai bahasa asing. Barangkali teori-
teori ini bisa diadaptasi untuk pengajaran
bahasa Indonesia sebagai bahasa asing.



  3. Penelitian Tindakan Kelas dalam Pembelajaran Bahasa untuk Orang Asing

    Penelitian         tindakan           banyak
diterapkan dalam dunia kedokteran dalam
menangani        pasien.      Jenis    penelitian
tindakan     ini  juga    banyak   dimanfaatkan
dalam     dunia        sosial   dan    keamanan.
Penelitian ini tergolong jenis penelitian
praktis    .Penelitian     tindakan   merupakan
suatu    bentuk       penelaahan    atau    inkuiri
melalui refleksi diri yang dilakukan oleh
peserta      kegiatan     pendidikan    tertentu
(misalnya guru, dan atau kepala sekolah)
dalam         situasi      sosial      (termasuk
pendidikan)            untuk         memperbaiki
rasionalitas        dan     kebenaran       serta
keabsahan        dari  (praktik-praktik    social
atau kependidikan yang mereka lakukan
sendiri, (b) pemahaman mereka mengenai
praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi
kelembagaan tempat praktik-praktik itu
dilaksanakan.          Penelitian   tindakan    ini
bertujuan untuk menanggulangi masalah
atau    kesulitan       dalam   pendidikan     dan
pengajaran,          melaksanakan        program
pelatihan, memberikan pedoman bagi guru,
untuk     perbaikan        suasana         sistem
keseluruhan           sekolah,      dan       juga
memasukkan      unsur-unsur       pembaharuan
dalam sistem pendidikan dan pengajaran.
    Dalam        pembelajaran              bahasa
Indonesia    untuk      orang    asing,       perlu
memanfaatkan jenis penelitian ini untuk
menangani masalah atau kesulitan yang
dihadapi   dalam      pembelajaran         bahasa.
Melalui pembelajaran dengan penelitian
tindakan kelas ini guru diharapkan dapat
memecahkan masalah atau kesulitan yang
dihadapinya,  mengingat      latar      belakang
kebahasaan yang dimiliki oleh pembelajar
sangat   berbeda.     Keberbedaan      ini    tentu
memerlukan     adanya     penanganan       khusus
oleh guru. Dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia    dengan      penelitian      tindakan
kelas    kepada    penutur     asing      ini   ada
beberapa prosedur yang harus ditempuh.
Kegiatan ini merupakan proses pengkajian
melalui   system      daur   ulang.      Kegiatan
diawali    dari    perencanaan,         kemudian
pelaksanaan      tindakan      yang       disertai
dengan kegiatan observasi dan evaluasi,
selanjutnya     refleksi. Kemudian kembali
lagi mulai dari perencanaan, tindakan dan
observasi     dan       seterusnya          sampai
diperoleh    jawaban       atau    hasil       yang
optimal     atau       berhasil      menemukan
tindakan yang tepat untuk memperbaiki
kinerjanya.
    Prosedur kerja pembelajaran dengan
penelitian   tindakan      kelas    ini    diawali
dengan refleksi awal. Refleksi awal ini
diawali dengan merumuskan gagasan umum
mengenai perlunya melakukan perbaikan
atau      peningkatan        mutu          kinerja
pembelajaran. Hal ini didasari oleh data
awal      yang        ditemukan,        misalnya
pembelajar       sulit     membentuk           kata
berdasarkan     afiks.   Data   awal      ini   bisa
diperoleh berdasarkan pengamatan, atau
berdasarkan tes diagnostik. Berdasarkan
gagasan    umum   ini   guru  mengidentifikasi
wilayah permasalahan. Dalam hal ini kita
mengadakan         spesifikasi         terhadap
permasalahan.      Selanjutnya       ditentukan
tema    kepeduliannya      terhadap          yang
memerlukan           peningkatan            mutu.
Adakalanya dalam pelaksanaan kegiatan
langsung     mulai   dari   tindakan,     dengan
harapan    kelak   muncul     suatu    masalah.
Berawal     dari     masalah     ini    diadakan
refleksi     untuk      selanjutnya        dibuat
perencanaannya.
    Pembelajaran bahasa Indonesia untuk
orang asing dengan model pembelajaran
dengan tindakan kelas dapat dilakukan
secara     kelompok       atau     suatu      tim.
Pembelajaran       dengan      tim    ini    akan
menguntungkan         sebab   dalam     bekerja
secara     tim   ini    kita    dapat      saling
mengoreksi     dan    secara     bersama-sama
menemukan             dan          memecahkan
permasalahan      yang     dihadapi.       Dalam
pelaksanaannya di kelas salah seorang
sebagai pelaksana tindakan sedang yang
lain sebagai pemantau. Dengan demikian.
Kelemahan-kelemahan          yang     diperbuat
oleh pelaksana tindakan ini dapat dilihat
oleh     pemantau        yang     selanjutnya
dijadikan bahan diskusi untuk perbaikan
tindakan.    Tanpa     adanya     keterlibatan
orang    lain,  kelemahan-kelemahan           kita
tidak bisa kita temukan. Bahkan mungkin
kita selalu merasa benar saja. Sebaiknya
pembelajaran dengan tindakan kelas ini
dilakukan secara bertim.




4.   Proses Pembelajaran dengan Penelitian Tindakan Kelas

Proses  pembelajaran   bahasa Indonesia
untuk orang asing ini dengan penelitian
tindakan kelas ini selengkapnya  dapat
digambarkan sebagai berikut.
                  (   RA                                )
                                              
                 (            :   →    SM    )→   TK      →
    PU           TI       O          R1    PK
                   (      GU                                )
                                                    

    RA = Refleksi Awal; GU= Gagasan Umum ;
    SM = Spesifikasi Masalah; TK = Tema
    Kepedulian;
    PU = Perencanaan umum ; T1 = Tindakan
    Pertama;      O =  Observasi  ;  R1  =
    Refleksi Pertama ;   PK = Perencanaan
    Kembali

    a. Refleksi Awal

    Pada   refleksi      awal   ini   dirumuskan
gagasan    umum     dari  permasalahan        yang
dihadapi. Permasalahan yang dihadapi ini
selanjutnya           dispesifikasi          untuk
memudahkan penanganannya. Bahkan juga
dapat    diadakan      prioritas     penanganan.
Untuk    memperoleh        gambaran       tentang
spesifikasi    permasalahan           adakalanya
dilakukan      dengan       mengadakan         tes
diagnostik.   Melalui      tes   ini   guru    bisa
melihat       spesifikasi         permasalahan,
misalnya     seorang       pembelajar         asing
belum    bisa   menyampaikan         laporan     isi
bacaan. Si pembelajar asing ini diberikan
tes     diagnostik        untuk       mengetahui
kelemahan        atau       kesulitan         yang
dihadapinya      dalam        memahami         dan
melaporkan      isi    bacaan      itu.   Mungkin
hambatannya      terletak      pada     kesulitan
kosa kata, atau mungkin karena adanya
struktur    yang     sulit.  Berdasarkan       tes
diagnostik       ini       bisa        ditentukan
hambatannya.          Dengan          mengetahui
hambatannya       itu selanjutnya dicarikan
cara pemecahannya dengan pertimbangan-
pertimbangan       teoretis     atau       intuitif.
Selanjutnya            ditentukan             tema
kepeduliannya       berdasarkan     hasil
diagnosis   tadi.   Berdasarkan     tema
kepeduliannya  ini selanjutnya  diadakan
perencanaan umum tentang tindakan yang
akan dilakukan, termasuk juga observasi
dan evaluasinya.

    b. Perencanaan Tindakan

    Pada tahap perencanaan tindakan         ini,
guru perlu melihat kembali analisis awal
yang telah dilakukan. Dalam merancang
suatu kegiatan untuk meningkatkan mutu
kinerja pembelajaran tindakan apa yang
akan   diambil   dengan    mempertimbangkan
keadaan    dan     suasana    subjektif    dan
objektif. Dalam merencanakan tindakan ini
perlu   mempertimbangkan       secara    jelas
dan   khusus     sesuai   dengan    spesifikasi
permasalahan yang telah ditemukan dari
analisis  awal    tadi  . Agar    pelaksanaan
tindakan   berjalan      dengan    baik  perlu
pula   mempertimbangkan        hal-hal    yang
tidak  boleh    dilakukan   dan    yang  boleh
dilakukan dan yang wajib dilakukan. Pada
tahap perencanaan ini hal-hal yang perlu
dilakukan    adalah    merumuskan      rencana
kegiatan   itu   yang    meliputi   perumusan
tema       kepedulian        kita,      tujuan
pembelajaran,      tahap   kegiatan,   rencana
observasi,    lumbar     evaluasi,   penyiapan
alat pelajaran, jenis kegiatan yang akan
dilakukan,    pihak-pihak    yang     terlibat,
setting kegiatan, dan skenario kegiatan.
Semua aspek ini harus dirumuskan secara
jelas untuk memonitor kegiatan tindakan
yang akan dilaksanakan.

    c. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

    Pada  tahap   pelaksanaan  tindakan
awal ini guru berperan secara maksimal
di kelas sesuai dengan rencana kegiatan
yang     telah     dirumuskan.    Dalam
melaksanakan         tindakan       ini    guru     bisa
bekerja        secara      bertim.        Bila     guru
melaksanakan         tindakan      secara       bertim,
salah seorang di antara mereka bertugas
sebagai     pelaksana       tindakan       sedangkan
yang     lain   bertugas      sebagai       pemantau.
Guru pemantau ini akan mencatat semua
peristiwa yang terjadi selama tindakan
berlangsung,        baik    peristiwa       di   dalam
kelas maupun peristiwa yang terjadi di
luar kelas yang dapat mengganggu atau
mendukung         pelaksanaan tindakan kelas
ini.  Namun apabila pelaksanaan tindakan
ini tidak memungkinkan untuk dilaksanakan
secara bertim, ini berarti guru bertugas
merangkap        sekaligus     berperan         sebagai
pelaksana         tindakan            dan       sebagai
pemantau tindakan. Dalam hal ini guru
harus mampu menghafal dan mengingat
segala peristiwa yang terjadi di kelas
maupun      di   luar   kelas.     Begitu       selesai
tindakan     guru    perlu     membuat         catatan
tentang semua peristiwa yang terjadi dan
yang dialami di dalam kelas selama dia
melaksanakan tindakan itu, Catatan yang
memuat       tentang       kelemahan-kelemahan
dan keunggulan-keunggulan yang terjadi
merupakan        bahan   yang     kelak      dijadikan
dasar untuk refleksi berikutnya.                   Pada
tindakan        berikutnya        akan        diadakan
perbaikan-perbaikan           atas        kelemahan-
kelemahan        yang   telah     terjadi       selama
tindakan     pertama      itu.   Setelah        selesai
guru       melaksanakan            tindakan         dan
observasi, selanjutnya guru mengadakan
evaluasi           terhadap             keberhasilan
pembelajaran.         Gambaran hasil evaluasi
ini    bisa     dimanfaatkan         untuk       bahan
refleksi        selanjutnya.         Mungkin        ada
beberapa       siswa   yang     memperoleh         nilai
kurang. Guru perlu menganalisis mengapa
siswa    tertentu      mendapat        nilai    rendah,
apakah      soalnya      terlalu         sulit,    atau
memang      kemampuan        siswa     pada     bidang-
bidang tertentu masih lemah. Dalam hal
ini mungkin diperlukan adanya wawancara
dengan    siswa    tersebut.   Kelemahan-
kelemahan    ini nantinya dijadikan bahan
refleksi selanjutnya untuk menemukan
tindakan yang tepat sampai ditemukannya
formula yang tepat dalam meningkatkan
hasil pembelajaran. Demikian seterusnya
terjadi daur ulang yang berkelanjutan.



    d. Refleksi

    Setelah        dilaksanakan           tindakan
pertama     tadi       yang     disertai    dengan
observasi    dan    evaluasi      hasil   belajar
siswa,   selanjutnya         diadakan     refleksi
kembali   terhadap       hal-hal     yang    telah
terjadi.  Catatan-catatan          observasi dan
nilai  evaluasi     itu   sangat      bermanfaat
untuk      dijadikan        pegangan         dalam
melaksanakan          tindakan         berikutnya.
Tindakan       berikutnya           dilaksanakan
berdasarkan        hasil        refleksi      yang
dilakukan. Refleksi yang dilakukan tentu
bertolak     dari     pelaksanaan         tindakan
terdahulu.        Data-data          pelaksanaan
tindakan   terdahulu       ini  sudah    tertuang
dalam    catatan      observasi.     Pada    tahap
refleksi   ini guru      berusaha      menemukan
masalah-masalah           atau       keunggulan-
keunggulan yang telah dilakukan dalam
tindakan   pertama       tadi.    Hasil   evaluasi
juga   perlu     dimanfaatkan        guru    untuk
merefleksikan,         menemukan          formula
perbaikan (revisi) tindakan.



  5. Penutup

   Pembelajaran      bahasa      Indonesia
dengan  penelitian   tindakan    kelas   ini
sangat    efektif      digunakan     untuk
pembelajar      asing.      Pada      jenis
pembelajaran ini   lebih menekankan pada
focus-fokus tertentu yang memerlukan
penanganan.   Ini  berarti  pembelajaran
benar-benar       berusaha      mengobati
hambatan-hambatan    yang  dihadapi  oleh
pembelajar, bukan pembelajaran dengan
membabi buta, hantam krama, tapi benar-
benar      berdasarkan        perhitungan
kebutuhan   pembelajaran   dalam   rangka
meningkatkan mutu pembelajaran.



Daftar Bacaan

Abimanyu, Soli, dkk. 1995. Penelitian Praktis untuk
Perbaikan Pengajaran. Jakarta:                             Depdikbud
Dirjen Dikti.

Natawidjaja,             Rochman.            1997.       Konsep      Dasar
Penelitian       Tindakan      (Action       Research).       Bandung:
Depdikbud           IKIP Bandung




Tindakan Kelas sebagai Salah Satu Alternatif Pengajaran Menyimak dalam PBIPA

                      Nyoman Merdhana

                IKIP Negeri Singaraja, Bali

                                   Abstrak
Salah satu aspek keterampilan yang
perlu disajikan dalam pengajaran Bahasa
Indonesia untuk orang asing (PBIPA)
adalah keterampilan menyimak.
Pengajaran menyimak dalam PBIPA ini
salah satu cara yang bisa ditempuh
adalah melalui penelitian tindakan kelas
(action research) seperti yang dikembangkan
Carr & Kemmis (1986) dan juga Hopkins
(1985). Penelitian tidakan kelas
selanjutnya disebut tindakan kelas.
Tindakan kelas adalah suatu bentuk
pengajaran penelitian atua inkuiri
melalui refleksi diri yang dilakukan oleh
perserta pendidikan tertentu (misalnya
guru, siswa, dan atau kepala sekolah)
untuk memperbaiki rasionalitas dan
kebenaran serta keabsahan dari
pemahaman, kegiatan, dan situasi berbagai
kegiatan, yaiture feleksi awal =
perencanaan = tindakan = observasi =
refleksi = dan seterusnya hingga
mencapai hasil yang memuaskan.

Dengan prosedur ini mahasiswa (siswa)
perlu dites terlebih dahulu mengenai tes
diagnosis untuk menemukan masalah yang
perlu dibina atau dikembangkan. Dari hasil
tes ini direncanakan tindakan yang akan
dipilih dengan pertimbangan yang matang.
Selanjutnya diadakan tindakan dan
observasi selama tindakan berlangsung.
Yang mengoservasi bisa dilakukan oleh
orang lain atau dilakukan oleh guru
sendiri. Kemudian dilakukan evaluasi. Hasil
evaluasi dan hasil observasi ini
selanjutnya dijadikan bahan refleksi,
apakah perlu ada perbaikan atau tidak.
Untuk melengkapi data evalausi dan
observasi ini, bisa juga dilakukan
wawancara kepada siswa. Demikian
seterusnya, dilakukan tindakan melalui
beberapa sirklus. Model pembelajaran ini
bisa juga diterapkan untuk bidang ajaran
lainnya.




Motivasi Belajar dan Teori Atribusi—
Sekilas Pandang

Wati sedang berjuang untuk menemukan
suatu alasan untuk nilai jelek yang ia
peroleh. Ia tidak menghendaki untuk
mengubah persepsi diri sebagai siswa yang
pandai. Ia mengatribusikan atau
mengaitkan kinerja buruk itu dengan
gurunya, dengan mata pelajaran, atau
dengan siswa lain—faktor-faktor
eksternal yang tidak dapat ia kontrol.
Atau bila ia mengakui bahwa kinerja
buruknya itu karena kesalahan sendiri, ia
memberikan alasan bahwa hal tersebut
karena kelengahannya sendiri, kelemahan
motivasi atau atensi (minat) sesaat
berkaitan dengan unit pelajaran itu.

Teori atribusi yang dipaparkan oleh
Graham, 1991; Hunterdan Baker, 1989;
Weiner, 1992, 1994, berusaha untuk
memahami atau penjelasan seperti itu.
Khususnya apabila dikaitkan dengan
keberhasilan dan kegagalan. Weiner
menyatakan bahwa sebagian besar
penjelasan untuk berhasil dan gagal
memiliki tiga karakteristik yaitu: (1)
apakah penyebab itu dipandang sebagai
internal (berada dalam diri siswa itu
sendiri) atau eksternal; (2) apakah
penyebab itu dipandang sebagai stabil
atau tidak stabil; (3) apakah penyebab itu
dipersepsi sebagai dapat dikontrol atau
tidak. Seperti pada teori disonan kognitif,
asumsi utama dari teori atribusi adalah
bahwa orang akan berupaya
mempertahankan gambaran diri positif,
Covington, 1984. Oleh karena itu pada
saat seorang siswa berhasil dalam suatu
kegiatan, siswa tersebut cenderung
menghubungkan keberhasilan itu dengan
upaya atau kemampuannya; tetapi pada
saat siswa tersebut gagal, mereka akan
percaya bahwa kegagalan itu dikarenakan
faktor-faktor yang tidak dapat dia
kontrol, Vispoel dan Austin, 1995. Telah
terbukti apabila sekelompok siswa diberi
tugas dan kemudian diberitahukan bahwa
siswa tersebut gagal atau berhasil,
siswa yang diberitahu mereka gagal akan
mengatakan bahwa kegagalan mereka
dikarenakan nasib jelek, sedangkan siswa
yang diberitahu bahwa mereka berhasil
akan menghubungkan keberhasilan mereka
dengan keterampilan atau kepintaran
mereka, Forsyth, 1986.




                    ABSTRAK

    Berdasarkan     hasil  analisis      ulangan
harian siswa-siswa Kelas 1 SMPN 4 Danau
Panggang pada bahan kajian Pengukuran
dan   Gerak    pada    semester        1   tahun
pelajaran     2005/2006,     tampak        bahwa
mayoritas    siswa    mengalami       kesulitan
pada perhitungan matematis.         Kebanyakan
siswa-siswa yang belum berhasil mencapai
batas    ketuntasan     minimal      disebabkan
karena        ketidakmampuan              mereka
menyelesaikan    soal-soal     ulangan      yang
diberikan    pada    tahapan       perhitungan
matematisnya.    Penanganan       masalah      ini
menjadi    urgen    karena    hampir       semua
materi pelajaran fisika menuntut siswa
untuk    dapat    melakukan       perhitungan-
perhitungan       matematis.          Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar fisika siswa
Kelas I SMPN 4 Danau Panggang melalui
penerapan     hasil   task  analysis    (analisis
tugas)    pada    bahan    kajian   Gaya   dan
Tekanan; serta bahan kajian Energi. PTK
dilakukan dengan dua siklus. Penerapan
hasil analisis tugas dilakukan setelah
dilakukan     tes     diagnostik   kemampuan
matematis prasyarat siswa. Jika ≥ 25%
siswa (≥ 6 orang) mengalami kesulitan
atau    belum     menguasai      keterampilan
tersebut maka guru memberikan bimbingan
dan pelatihan secara klasikal. Jika ≤ 6
orang   siswa    yang    mengalami   kesulitan
atau    belum     menguasai      keterampilan
tersebut maka guru memberikan bimbingan
dan   pelatihan     secara    individual   dan
penggunaan tutor sebaya kepada siswa
yang    mengalami       kesulitan.    Penilaian
dilakukan terhadap hasil belajar siswa
dalam ulangan harian setiap akhir bahan
kajian.    Hasil   penelitian    menunjukkan
terjadi peningkatan hasil belajar fisika
siswa   di   mana    untuk   soal-soal    yang
berhungan dengan perhitungan matematis
rata-rata skor pada siklus I adalah 7,60
sedangkan rata-rata skor ulangan harian
(seluruh soal) adalah 7,74. Pada siklus
II rata-rata skor untuk soal-soal yang
berhubungan         dengan       keterampilan
matematis,    rata-rata    skor   adalah   8,60
sedangkan untuk rata-rata skor ulangan
harian (seluruh soal) adalah 8,50.

    Kata kunci: Task Analysis (Analisis Tugas).

More Related Content

Tindakan kelas sebagai alternatif pembelajaran

  • 1. Tindakan Kelas sebagai Alternatif Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)1 I Nyoman Merdhana IKIP Singaraja 1. Pengantar Pengajaran bahasa Indonesia untuk orang asing perlu mendapat perhatian kita semua, kalau kita ingin menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang mempunyai tempat di mata dunia. Kita berharap semoga bahasa Indonesia kelak bisa menjadi bahasa dunia yang berdampingan dengan bahasa-bahasa dunia lainnya. Untuk mencapai tujuan yang mulia ini tentu perlu dukungan semua pihak. Suatu pekerjaan besar seperti itu tidaklah cukup dibebankan kepada pihak tertentu saja. Para peminat perlu melibatkan diri secara langsung dan bersungguh-sungguh. Pemikiran-pemikiran para pakar dan para praktisi perlu dimanfaatkan untuk menemukan strategi yang benar dan tepat tentang pembelajaran bahasa Indonesia untuk orang asing ini. Pustaka-pustaka yang menguraikan tentang pembelajaran bahasa Indonesia untuk orang asing ini belum banyak, baik berupa buku acuan maupun buku pelajaran. Pentingnya pustaka-pustaka ini mengingat demikian banyaknya kursus-kursus bahasa Indonesia untuk orang asing ini. Profesionalisme yang dimiliki dalam bidang pembelajaran bahasa Indonesia untuk orang asing ini belumlah memadai. Pengajar-pengajarnya kebanyakan 1 Makalah disajikan pada Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Orang Asing (KIPBIPA) di Grand Bali Beach Hotel Bali-Indonesia, 1-3 Oktober 2001
  • 2. berlatar belakang pendidikan bahasa Inggris. Hanya saja mereka kebetulan sebagai penutur asli bahasa Indonesia. Bahkan yang lebih menyedihkan adalah pengajar-pengajar Bahasa Indonesia untuk orang asing , selanjutnya disingkat BIPA, ini berlatar belakang pendidikan jurusan Bahasa Inggris murni dari Fakultas Sastra. Mereka ini tentu belum banyak tahu tentang strategi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing, berbeda dengan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua bagi masyarakat Indonesia. Ada beberapa kursus-kursus BIPA yang pengajarnya berasal dari jururan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Kendala yang mereka hadapi adalah persoalan bahasa pengantar. Pengajar ini belum banyak yang fasih dan terampil dalam berbahasa Inggris. Hal ini akan menyulitkan bagi mahasiswa atau peserta kursus untuk memahami yang dimaksudkan oleh pengajarnya. Pengajar ini memang mempunyai kelebihan banyak tahu tentang seluk beluk bahasa Indonesia baik secara structural maupun praktis. Jenis pengajar ini juga tidak banyak tahu bagaimana model pembelajaran bahasa sebagai bahasa asing. Orang dari jurusan bahasa Inggris banyak tahu tentang strategi pembelajaran bahasa sebagai bahasa asing , hanya saja bukan bahasa Indonesia, melainkan bahasa Inggris yang mempunyai karakteristik tersendiri. Bagi pengajar bahasa Inggris yang dalam pendidikannya mendapat mata kuliah minor bahasa Indonesia barangkali tidak terlalu sulit. Hanya adakalanya orang asing itu minta agar mereka diajar oleh orang yang berlatar belakang pendidikan bahasa Indonesia. Mudah- mudahan di perguruan tinggi baik di jurusan bahasa Inggris maupun di
  • 3. jurusan bahasa Indonesia mau menawarkan mata kuliah pengajaran bahasa Indonesia untuk orang asing ini. Saya sendiri sebagai orang bahasa Indonesia banyak mengalami kesulitan dalam pengajaran BIPA ini. Untungnya mahasiswa saya berasal dari mahasiswa yang telah pernah menerima kursus bahasa Indonesia di negaranya. Berbeda dengan rekan-rekan dari bahasa Inggris yang telah memperoleh pendidikan tentang pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Teori dan pengalaman ini mereka transfer ke dalam pengajaran BIPA. Akhirnya pengalaman juga yang banyak bermanfaat bagi pengajar BIPA. 2. Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing belum banyak diperkenalkan bagi mahasiswa. Belum banyak ditemukan tulisan yang menguraikan tentang pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dilihat dari latar belakang kebahasaan pembelajar. Bagi penutur bahasa Inggris atau pun bahasa Prancis tentu akan lebih sulit belajar bahasa Indonesia dibandingkan dengan anak-anak Bali atau orang Jawa belajar bahasa Indonesia, karena adanya keserumpunan bahasa. Bahasa Bali, Jawa, Sasak, Sunda adalah bahasa yang serumpun dengan bahasa Indonesia Keserumpunan ini akan memfasilitasi pembelajaran. Berbeda dengan bahasa yang tidak serumpun , akan terasa adanya kesulitan dalam belajar. Pembelajar akan memanfaatkan kompetensi linguistiknya untuk mempelajari bahasa baru. Kompetensi linguistik yang dimiliki tentu sesuai
  • 4. dengan bahasa pertamanya. Dalam hal ini pada bahasa pembelajar akan banyak muncul interferensi baik yang berifat struktural, leksikal, maupun yang bersifat fonologis. Bila ini tidak ditangani besar kemungkinan bentuk bahasa ini akan memfosil, menjadi kebiasaan dalam berbahasa. Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua maupun sebagai bahasa asing. Barangkali teori- teori ini bisa diadaptasi untuk pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. 3. Penelitian Tindakan Kelas dalam Pembelajaran Bahasa untuk Orang Asing Penelitian tindakan banyak diterapkan dalam dunia kedokteran dalam menangani pasien. Jenis penelitian tindakan ini juga banyak dimanfaatkan dalam dunia sosial dan keamanan. Penelitian ini tergolong jenis penelitian praktis .Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu (misalnya guru, dan atau kepala sekolah) dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan dari (praktik-praktik social atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka mengenai praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi kelembagaan tempat praktik-praktik itu dilaksanakan. Penelitian tindakan ini bertujuan untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam pendidikan dan pengajaran, melaksanakan program pelatihan, memberikan pedoman bagi guru, untuk perbaikan suasana sistem keseluruhan sekolah, dan juga
  • 5. memasukkan unsur-unsur pembaharuan dalam sistem pendidikan dan pengajaran. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk orang asing, perlu memanfaatkan jenis penelitian ini untuk menangani masalah atau kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa. Melalui pembelajaran dengan penelitian tindakan kelas ini guru diharapkan dapat memecahkan masalah atau kesulitan yang dihadapinya, mengingat latar belakang kebahasaan yang dimiliki oleh pembelajar sangat berbeda. Keberbedaan ini tentu memerlukan adanya penanganan khusus oleh guru. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan penelitian tindakan kelas kepada penutur asing ini ada beberapa prosedur yang harus ditempuh. Kegiatan ini merupakan proses pengkajian melalui system daur ulang. Kegiatan diawali dari perencanaan, kemudian pelaksanaan tindakan yang disertai dengan kegiatan observasi dan evaluasi, selanjutnya refleksi. Kemudian kembali lagi mulai dari perencanaan, tindakan dan observasi dan seterusnya sampai diperoleh jawaban atau hasil yang optimal atau berhasil menemukan tindakan yang tepat untuk memperbaiki kinerjanya. Prosedur kerja pembelajaran dengan penelitian tindakan kelas ini diawali dengan refleksi awal. Refleksi awal ini diawali dengan merumuskan gagasan umum mengenai perlunya melakukan perbaikan atau peningkatan mutu kinerja pembelajaran. Hal ini didasari oleh data awal yang ditemukan, misalnya pembelajar sulit membentuk kata berdasarkan afiks. Data awal ini bisa diperoleh berdasarkan pengamatan, atau berdasarkan tes diagnostik. Berdasarkan gagasan umum ini guru mengidentifikasi wilayah permasalahan. Dalam hal ini kita
  • 6. mengadakan spesifikasi terhadap permasalahan. Selanjutnya ditentukan tema kepeduliannya terhadap yang memerlukan peningkatan mutu. Adakalanya dalam pelaksanaan kegiatan langsung mulai dari tindakan, dengan harapan kelak muncul suatu masalah. Berawal dari masalah ini diadakan refleksi untuk selanjutnya dibuat perencanaannya. Pembelajaran bahasa Indonesia untuk orang asing dengan model pembelajaran dengan tindakan kelas dapat dilakukan secara kelompok atau suatu tim. Pembelajaran dengan tim ini akan menguntungkan sebab dalam bekerja secara tim ini kita dapat saling mengoreksi dan secara bersama-sama menemukan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi. Dalam pelaksanaannya di kelas salah seorang sebagai pelaksana tindakan sedang yang lain sebagai pemantau. Dengan demikian. Kelemahan-kelemahan yang diperbuat oleh pelaksana tindakan ini dapat dilihat oleh pemantau yang selanjutnya dijadikan bahan diskusi untuk perbaikan tindakan. Tanpa adanya keterlibatan orang lain, kelemahan-kelemahan kita tidak bisa kita temukan. Bahkan mungkin kita selalu merasa benar saja. Sebaiknya pembelajaran dengan tindakan kelas ini dilakukan secara bertim. 4. Proses Pembelajaran dengan Penelitian Tindakan Kelas Proses pembelajaran bahasa Indonesia untuk orang asing ini dengan penelitian tindakan kelas ini selengkapnya dapat digambarkan sebagai berikut.
  • 7.  ( RA )    (  : → SM )→ TK  → PU  TI  O  R1  PK  ( GU )   RA = Refleksi Awal; GU= Gagasan Umum ; SM = Spesifikasi Masalah; TK = Tema Kepedulian; PU = Perencanaan umum ; T1 = Tindakan Pertama; O = Observasi ; R1 = Refleksi Pertama ; PK = Perencanaan Kembali a. Refleksi Awal Pada refleksi awal ini dirumuskan gagasan umum dari permasalahan yang dihadapi. Permasalahan yang dihadapi ini selanjutnya dispesifikasi untuk memudahkan penanganannya. Bahkan juga dapat diadakan prioritas penanganan. Untuk memperoleh gambaran tentang spesifikasi permasalahan adakalanya dilakukan dengan mengadakan tes diagnostik. Melalui tes ini guru bisa melihat spesifikasi permasalahan, misalnya seorang pembelajar asing belum bisa menyampaikan laporan isi bacaan. Si pembelajar asing ini diberikan tes diagnostik untuk mengetahui kelemahan atau kesulitan yang dihadapinya dalam memahami dan melaporkan isi bacaan itu. Mungkin hambatannya terletak pada kesulitan kosa kata, atau mungkin karena adanya struktur yang sulit. Berdasarkan tes diagnostik ini bisa ditentukan hambatannya. Dengan mengetahui hambatannya itu selanjutnya dicarikan cara pemecahannya dengan pertimbangan- pertimbangan teoretis atau intuitif. Selanjutnya ditentukan tema
  • 8. kepeduliannya berdasarkan hasil diagnosis tadi. Berdasarkan tema kepeduliannya ini selanjutnya diadakan perencanaan umum tentang tindakan yang akan dilakukan, termasuk juga observasi dan evaluasinya. b. Perencanaan Tindakan Pada tahap perencanaan tindakan ini, guru perlu melihat kembali analisis awal yang telah dilakukan. Dalam merancang suatu kegiatan untuk meningkatkan mutu kinerja pembelajaran tindakan apa yang akan diambil dengan mempertimbangkan keadaan dan suasana subjektif dan objektif. Dalam merencanakan tindakan ini perlu mempertimbangkan secara jelas dan khusus sesuai dengan spesifikasi permasalahan yang telah ditemukan dari analisis awal tadi . Agar pelaksanaan tindakan berjalan dengan baik perlu pula mempertimbangkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan dan yang boleh dilakukan dan yang wajib dilakukan. Pada tahap perencanaan ini hal-hal yang perlu dilakukan adalah merumuskan rencana kegiatan itu yang meliputi perumusan tema kepedulian kita, tujuan pembelajaran, tahap kegiatan, rencana observasi, lumbar evaluasi, penyiapan alat pelajaran, jenis kegiatan yang akan dilakukan, pihak-pihak yang terlibat, setting kegiatan, dan skenario kegiatan. Semua aspek ini harus dirumuskan secara jelas untuk memonitor kegiatan tindakan yang akan dilaksanakan. c. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Pada tahap pelaksanaan tindakan awal ini guru berperan secara maksimal di kelas sesuai dengan rencana kegiatan yang telah dirumuskan. Dalam
  • 9. melaksanakan tindakan ini guru bisa bekerja secara bertim. Bila guru melaksanakan tindakan secara bertim, salah seorang di antara mereka bertugas sebagai pelaksana tindakan sedangkan yang lain bertugas sebagai pemantau. Guru pemantau ini akan mencatat semua peristiwa yang terjadi selama tindakan berlangsung, baik peristiwa di dalam kelas maupun peristiwa yang terjadi di luar kelas yang dapat mengganggu atau mendukung pelaksanaan tindakan kelas ini. Namun apabila pelaksanaan tindakan ini tidak memungkinkan untuk dilaksanakan secara bertim, ini berarti guru bertugas merangkap sekaligus berperan sebagai pelaksana tindakan dan sebagai pemantau tindakan. Dalam hal ini guru harus mampu menghafal dan mengingat segala peristiwa yang terjadi di kelas maupun di luar kelas. Begitu selesai tindakan guru perlu membuat catatan tentang semua peristiwa yang terjadi dan yang dialami di dalam kelas selama dia melaksanakan tindakan itu, Catatan yang memuat tentang kelemahan-kelemahan dan keunggulan-keunggulan yang terjadi merupakan bahan yang kelak dijadikan dasar untuk refleksi berikutnya. Pada tindakan berikutnya akan diadakan perbaikan-perbaikan atas kelemahan- kelemahan yang telah terjadi selama tindakan pertama itu. Setelah selesai guru melaksanakan tindakan dan observasi, selanjutnya guru mengadakan evaluasi terhadap keberhasilan pembelajaran. Gambaran hasil evaluasi ini bisa dimanfaatkan untuk bahan refleksi selanjutnya. Mungkin ada beberapa siswa yang memperoleh nilai kurang. Guru perlu menganalisis mengapa siswa tertentu mendapat nilai rendah, apakah soalnya terlalu sulit, atau memang kemampuan siswa pada bidang-
  • 10. bidang tertentu masih lemah. Dalam hal ini mungkin diperlukan adanya wawancara dengan siswa tersebut. Kelemahan- kelemahan ini nantinya dijadikan bahan refleksi selanjutnya untuk menemukan tindakan yang tepat sampai ditemukannya formula yang tepat dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Demikian seterusnya terjadi daur ulang yang berkelanjutan. d. Refleksi Setelah dilaksanakan tindakan pertama tadi yang disertai dengan observasi dan evaluasi hasil belajar siswa, selanjutnya diadakan refleksi kembali terhadap hal-hal yang telah terjadi. Catatan-catatan observasi dan nilai evaluasi itu sangat bermanfaat untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan berikutnya. Tindakan berikutnya dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan. Refleksi yang dilakukan tentu bertolak dari pelaksanaan tindakan terdahulu. Data-data pelaksanaan tindakan terdahulu ini sudah tertuang dalam catatan observasi. Pada tahap refleksi ini guru berusaha menemukan masalah-masalah atau keunggulan- keunggulan yang telah dilakukan dalam tindakan pertama tadi. Hasil evaluasi juga perlu dimanfaatkan guru untuk merefleksikan, menemukan formula perbaikan (revisi) tindakan. 5. Penutup Pembelajaran bahasa Indonesia dengan penelitian tindakan kelas ini sangat efektif digunakan untuk pembelajar asing. Pada jenis
  • 11. pembelajaran ini lebih menekankan pada focus-fokus tertentu yang memerlukan penanganan. Ini berarti pembelajaran benar-benar berusaha mengobati hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pembelajar, bukan pembelajaran dengan membabi buta, hantam krama, tapi benar- benar berdasarkan perhitungan kebutuhan pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. Daftar Bacaan Abimanyu, Soli, dkk. 1995. Penelitian Praktis untuk Perbaikan Pengajaran. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Natawidjaja, Rochman. 1997. Konsep Dasar Penelitian Tindakan (Action Research). Bandung: Depdikbud IKIP Bandung Tindakan Kelas sebagai Salah Satu Alternatif Pengajaran Menyimak dalam PBIPA Nyoman Merdhana IKIP Negeri Singaraja, Bali Abstrak
  • 12. Salah satu aspek keterampilan yang perlu disajikan dalam pengajaran Bahasa Indonesia untuk orang asing (PBIPA) adalah keterampilan menyimak. Pengajaran menyimak dalam PBIPA ini salah satu cara yang bisa ditempuh adalah melalui penelitian tindakan kelas (action research) seperti yang dikembangkan Carr & Kemmis (1986) dan juga Hopkins (1985). Penelitian tidakan kelas selanjutnya disebut tindakan kelas. Tindakan kelas adalah suatu bentuk pengajaran penelitian atua inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh perserta pendidikan tertentu (misalnya guru, siswa, dan atau kepala sekolah) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan dari pemahaman, kegiatan, dan situasi berbagai kegiatan, yaiture feleksi awal = perencanaan = tindakan = observasi = refleksi = dan seterusnya hingga mencapai hasil yang memuaskan. Dengan prosedur ini mahasiswa (siswa) perlu dites terlebih dahulu mengenai tes diagnosis untuk menemukan masalah yang perlu dibina atau dikembangkan. Dari hasil tes ini direncanakan tindakan yang akan dipilih dengan pertimbangan yang matang. Selanjutnya diadakan tindakan dan observasi selama tindakan berlangsung. Yang mengoservasi bisa dilakukan oleh orang lain atau dilakukan oleh guru sendiri. Kemudian dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi dan hasil observasi ini selanjutnya dijadikan bahan refleksi, apakah perlu ada perbaikan atau tidak. Untuk melengkapi data evalausi dan observasi ini, bisa juga dilakukan wawancara kepada siswa. Demikian seterusnya, dilakukan tindakan melalui beberapa sirklus. Model pembelajaran ini
  • 13. bisa juga diterapkan untuk bidang ajaran lainnya. Motivasi Belajar dan Teori Atribusi— Sekilas Pandang Wati sedang berjuang untuk menemukan suatu alasan untuk nilai jelek yang ia peroleh. Ia tidak menghendaki untuk mengubah persepsi diri sebagai siswa yang pandai. Ia mengatribusikan atau mengaitkan kinerja buruk itu dengan gurunya, dengan mata pelajaran, atau dengan siswa lain—faktor-faktor eksternal yang tidak dapat ia kontrol. Atau bila ia mengakui bahwa kinerja buruknya itu karena kesalahan sendiri, ia memberikan alasan bahwa hal tersebut karena kelengahannya sendiri, kelemahan motivasi atau atensi (minat) sesaat berkaitan dengan unit pelajaran itu. Teori atribusi yang dipaparkan oleh Graham, 1991; Hunterdan Baker, 1989; Weiner, 1992, 1994, berusaha untuk memahami atau penjelasan seperti itu. Khususnya apabila dikaitkan dengan keberhasilan dan kegagalan. Weiner menyatakan bahwa sebagian besar penjelasan untuk berhasil dan gagal memiliki tiga karakteristik yaitu: (1) apakah penyebab itu dipandang sebagai internal (berada dalam diri siswa itu sendiri) atau eksternal; (2) apakah penyebab itu dipandang sebagai stabil atau tidak stabil; (3) apakah penyebab itu dipersepsi sebagai dapat dikontrol atau tidak. Seperti pada teori disonan kognitif, asumsi utama dari teori atribusi adalah bahwa orang akan berupaya mempertahankan gambaran diri positif, Covington, 1984. Oleh karena itu pada
  • 14. saat seorang siswa berhasil dalam suatu kegiatan, siswa tersebut cenderung menghubungkan keberhasilan itu dengan upaya atau kemampuannya; tetapi pada saat siswa tersebut gagal, mereka akan percaya bahwa kegagalan itu dikarenakan faktor-faktor yang tidak dapat dia kontrol, Vispoel dan Austin, 1995. Telah terbukti apabila sekelompok siswa diberi tugas dan kemudian diberitahukan bahwa siswa tersebut gagal atau berhasil, siswa yang diberitahu mereka gagal akan mengatakan bahwa kegagalan mereka dikarenakan nasib jelek, sedangkan siswa yang diberitahu bahwa mereka berhasil akan menghubungkan keberhasilan mereka dengan keterampilan atau kepintaran mereka, Forsyth, 1986. ABSTRAK Berdasarkan hasil analisis ulangan harian siswa-siswa Kelas 1 SMPN 4 Danau Panggang pada bahan kajian Pengukuran dan Gerak pada semester 1 tahun pelajaran 2005/2006, tampak bahwa mayoritas siswa mengalami kesulitan pada perhitungan matematis. Kebanyakan siswa-siswa yang belum berhasil mencapai batas ketuntasan minimal disebabkan karena ketidakmampuan mereka menyelesaikan soal-soal ulangan yang diberikan pada tahapan perhitungan matematisnya. Penanganan masalah ini menjadi urgen karena hampir semua materi pelajaran fisika menuntut siswa untuk dapat melakukan perhitungan- perhitungan matematis. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa Kelas I SMPN 4 Danau Panggang melalui penerapan hasil task analysis (analisis
  • 15. tugas) pada bahan kajian Gaya dan Tekanan; serta bahan kajian Energi. PTK dilakukan dengan dua siklus. Penerapan hasil analisis tugas dilakukan setelah dilakukan tes diagnostik kemampuan matematis prasyarat siswa. Jika ≥ 25% siswa (≥ 6 orang) mengalami kesulitan atau belum menguasai keterampilan tersebut maka guru memberikan bimbingan dan pelatihan secara klasikal. Jika ≤ 6 orang siswa yang mengalami kesulitan atau belum menguasai keterampilan tersebut maka guru memberikan bimbingan dan pelatihan secara individual dan penggunaan tutor sebaya kepada siswa yang mengalami kesulitan. Penilaian dilakukan terhadap hasil belajar siswa dalam ulangan harian setiap akhir bahan kajian. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar fisika siswa di mana untuk soal-soal yang berhungan dengan perhitungan matematis rata-rata skor pada siklus I adalah 7,60 sedangkan rata-rata skor ulangan harian (seluruh soal) adalah 7,74. Pada siklus II rata-rata skor untuk soal-soal yang berhubungan dengan keterampilan matematis, rata-rata skor adalah 8,60 sedangkan untuk rata-rata skor ulangan harian (seluruh soal) adalah 8,50. Kata kunci: Task Analysis (Analisis Tugas).