1. TINJAUAN FARMAKOLOGI ERITROMISIN
ASAL DAN KIMIA
Eritromisin dihasilkan oleh suatu strain Erythromyces erythreus. Struktur kimia
eritromisin adalah sebagai berikut :
Zat ini berupa kristal berwarna kekuningan, larut dalam air sebanyak 2 mg / ml. Eritromisin larut
lebih baik dalam etanol atau pelarut organik.
Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam, kurang stabil pada suhu kamar tetapi
tetap stabil pada suhu rendah. Aktivitas in vitro paling besar dalam suasana alkalis. Larutan
netral eritromisin yang disimpan pada suhu kamar akan menurun potensinya dalam beberapa
hari, tetapi bila disimpan pada suhu 5oC biasanya tahan sampai beberapa minggu.
AKTIVITAS ANTI MIKROBA
Golongan makrolid menghambat sintesis protein kuman dengan jalan berikatan secara
reversibel dengan ribosom sub unit 50S dan umumnya bersifat bakteriostatik walaupun
terkadang dapat bersifat bakterisidal untuk kuman yang sangat peka.
SPEKTRUM ANTI MIKROBA
In vitro, efek terbesar eritromisin terhadap kokus gram positif seperti S. pyogenes dan S.
pneumoniae. S. viridans mempunyai kepekaan yang bervariasi terhadap eritromisin. S. aureus
hanya sebagian yang peka terhadap obat ini. Strain S. aureus yang resisten terhadap
eritromisin sering dijumpai di rumah sakit (strain nosokomial).
Batang gram positif yang peka terhadap eritromisin ialah C. perfringes. C. diphteriae dan L.
monocytogenes. Eritromisin tidak aktif terhadap kebanyakan kuman gram negatif. Namun ada
beberapa spesies yang sangat peka terhadap eritromisin yaitu N. gonorrheae, Campylobacter
jejuni, M. pneumoniae, Legionella pneumophila dan C. trachomatis. H. influenzae mempunyai
kepekaan yang bervariasi terhadap obat ini.
RESISTENSI
Resisten terhadap eritromisin terjadi melalui 3 mekanisme yang diperantarai oleh plasmid yaitu
menurunnya permeabilitas membran sel kuman, berubahnya reseptor obat pada ribosom
kuman, dan hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan oleh kuman tertentu
1/3
2. (Enterobacteriaceae). Resistensi silang terjadi antara beberapa makrolid.
FARMAKOKINETIK
Basa eritromisin diserap baik oleh usus kecil bagian atas, aktivitasnya menurun karena obat
dirusak oleh asam lambung. Untuk mencegah pengerusakan oleh asam lambung, basa
eritromisin diberi selaput yang tahan asam atau digunakan dalam bentuk ester stearat atau etil
suksinat. Adanya makanan juga menghambat penyerapan eritromisin.
Hanya 2 – 5 % eritromisin yang diekskresikan dalam bentuk aktif melalui urin. Eritromisin
mengalami pemekatan dalam jaringan hati. Kadar obat aktif dalam cairan empedu dapat
melebihi 100 kali kadar yang tercapai dalam darah.
Masa paruh eliminasi eritromisin adalah sekitar 1,5 jam. Dalam keadaan insufiensi ginjal tidak
diperlukan modifikasi dosis. Eritromisin berdifusi dengan baiknya ke berbagai jaringan tubuh
kecuali otak dan cairan serebrospinal. Pada ibu hamil, kadar eritromisin dalam sirkulasi fetus
adalah 5-20% dari kadar obat dalam sirkulasi darah ibu.
Obat ini diekskresi terutama melalu hati. Dialisisperitoneal dan hemodialisis tidak dapat
mengeluarkan eritromisin dari tubuh.
Pada ibu hamil, pemberian eritromisin stearat dapat meningkatkan sementara kadar SGOT dan
SGPT.
EFEK SAMPING DAN INTERAKSI OBAT
Efek samping yang berat akibat pemakaian eritromisin dan turunannya jarang terjadi. Reaksi
alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinifilia, dan eksantem yang cepat hilang bila
terapi dihentikan. Hepatitis kolestatik adalah reaksi kepekaan yang terutama ditimbulkan oleh
eritromisin estolat (sekarang tidak dipasarkan lagi di Indonesia). Kelainan ini biasanya
menghilang dalam beberapa hari setelah terapi dihentikan. Efek samping ini dijumpai pula pada
penggunaan eritromisin etil suksinat tetapi jarang sekali terjadi. Eritromisin oral (terutama dalam
dosis besar) sering menimbulkan iritasi saluran cerna, seperti mual, muntah, dan nyeri
epigastrium. Suntikan i.m dapat menimbulkan sakit yang sangat hebat. Pemberian 1 gram
dengan infus i.v sering disusul oleh timbulnya trombohebitis.
Eritromisin dilaporkan meningkatkan toksisitas karbamazepin, kortikosteroid, siklosporin,
digoksin, warfarin, tertenadin, astemizol, dan teofilin karena menghambat sitokrom P 450.
Kombinasi dengan tertenadin dan astemizol dapat menimbulkan aritmia jantung yang
berbahaya (torsades de pointer)
2/3