1. TINJAUAN SEJARAH SENI RUPA
MODERN INDONESIA
A. Masa Rintisan
Masa rintisan sejarah seni rupa indonesia dimulai oleh Raden Saleh Syarif Bustaman
( Terbaya, 1814 -1880 ), putra keluarga bangsawan pribumi mampu melukis gaya/bicara
barat ( alat, media, teknik ) yang natural dan romantis. Mendapat bimbingan dari pelukis
belgia Antonio Payen, pelukis belanda A. Schelfhouf dan C. Kruseman di Den Haag.
Berkeliling dan pernah tinggal di Negara-Negara Eropa.
Ciri-ciri karya Raden Saleh :
Bergaya natural dan romantisme
Kuat dalam melukis potret dan binatang
Pengaruh romantisme eropa terutama dari Declaroix
Pengamatan yang sangat baik pada binatang dan alam
Berikut merupakan karya Raden Saleh :
Hutan terbakar
Perkelahian antara hidup dan mati
Pangeran Diponegoro
Pemburu Banteng di Jawa
Potret para Bangsawan
B. Masa Indonesia Jelita ( Indie Mooi )
Pada masa ini muncul pelukis pelukis muda yang memiliki konsep berbeda dengan
masa perintisan, yaitu melukis keelokan dan keindahan alam Indonesia. Keadaan ini
ditandai pula dengan datangnya para pelukis luar/barat atau sebagian ada yang
menetap dan melukis keindahan alam Indonesia. Berikut para pelukis Indonesia Molek :
Abdullah Suriosubroto ( 1878 1941 )
2. Mas Pirngadi ( 1875 1936 )
Wakidi
Basuki Abdullah
Henk Ngantung, Lee Man Fong
Rudolf Bonnet (Bld), Walter Spies (Bel), Romuldo Locatelli, Lee Mayer
(Jerman) dan W.G. Hofker
Berikut ciri ciri lukian :
Pengambilan objek alam yang indah
Tidak mencerminkan nilai nilai jiwa yang merdeka
Kemahiran teknik melukis tidak dibarengi degan penonjolan nilai spiritual
Menonjolkan nada erotis dalam melukis manusia
C. Masa Cita Nasional
Bangkitanya kesadaran nasionalyang dipelopori oleh Boedi Oetomo pada Th.1908.
Seniman S. Sudjojono, Surono, Abd. Salam, Agus Djajasumita medirikan PERSAGI
(Persatuan Ahli Gambar Indonesia). Perkumpulan pertama di Jakarta ini, berupaya
mengimbangi lembaga kesenian asing Kunstring yang mampu menghimpun lukisan-
lukisan bercorak modern. PERSAGI berupaya mencari dan menggali nilai-nilai yang
mencerminkan kepribadian Indonesia yang sebenarnya.
Hasil karya pada masa ini selalu mencerminkan :
Memetingkan nilai nilai psikologis
Tema perjuangan rakyat
Tidak terikat pada objek alam yang nyata
Memiliki kepribadian Indonesia
Disadari oleh semangat dan keberanian
Karya karya seni lukis masa PERSAGI antara lain :
Agus Djajasumita : Barata Yudha, Arjuna Wiwaha, Nirwana, Dalam Taman
Nirwana
S. Sudjojono: Djongkatan, Didepan Kelambu Terbuka, Mainan, Cap Go meh.
3. Otto Djaya: Penggodaan, Wanita Impian
D. Masa Pendudukan Jepang
1. Cita PERSAGI masih melekat pada para pelukis, serta menyadari pentingnya seni
lukis untuk kepentingan revolusi.
2. Pemerintah Jepang mendirikan KEIMIN BUNKA SHIDOSO, lembaga kesenian
Indonesia Jepang ini pada dasarnya lebih mengarah pada kegiatan propaganda
Jepang.
3. Tahun 1943 berdiri PUTERA ( Pusat Tenaga Rakyat ) oleh Bung Karno, Bung
Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH Mas Mansur. Tujuannya adalah
memperhatikan dan memperkuat perkembangan seni dan budaya. Khususnya
dalam seni lukis yang dikelola oleh S. Sudjojono dan Affandi, selanjutnya
bergabung pelukis Handera, Sudarso, Barli, Wahdi, dan sebagainya.
Hasil karya mereka mencerminkan melanjutkan cerminan dari masa cita
nasional.
E. Masa Setelah Kemerdekaan
Setelah Jepang keluar dari bumi Indonesia, dunia seni lukis mendapat angin
segar. Masa kemerdekaan benar benar mendapat kebebasan yang sesungguhnya. Hal
ini ditandai dengan munculnya berbagai kelompok atau perkumpulan seniman yaitu
antara lain :
1. Pada tahun 1946 berdiri SIM (Seniman Indonesia Muda) yang sebelumnya
bernama Seniman masyarakat. Dipimpin oleh S. Sudjojono, anggotanya :
Affandi, Sudarso, Gunawan, Abdus Salam, Trubus dan sebagainya.
2. Pada tahun 1947 berdiri perkumpulan pelukis rakyatyang dipimpin oleh Affandi
dan Hendra yang keluar dari perkumpulan SIM. Anggota dari pelukis rakyat
antara lain : Hendra, Sasongko, Kusnadi dan sebagainya.
3. Pada tahun 1948 berdiri perkumpulan yang memberikan kursus menggambar,
yaitu Prabangkara. Selanjutnya para tokoh SIM, Pelukis rakyat dkk. merumuskan
pendirian lembaga pendidikan Akademi Seni Rupa.Tokoh perintisan lembaga
tersebut antara lain S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Djayengasmoro, Kusnadi,
Sindusisworo dan lain-lain
4. Pada tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambaryang
dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarja dibantu oleh Muhtar Apin, Ahmad Sadali,
Sudjoko, Edi Kanta Subraka dan lain-lain.
5. Pada tahun 1959 Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar berubah menjadi jurusan
Seni Rupa pada Institut Teknologi Bandung.
F. Masa Pendidikan Formal
Pada masa ini ditandai dengan lebih mantap berdirinya pendidikan formal :
1. Berdirinya ASRI( Akademi Seni Rupa Indonesia ) Tanggal 18 Januari 1948 di
Yogyakarta dengan direktur R.J. Katams.
2. Perguruan Tinggi Guru Gambar(sekarang jurusan seni rupa ITB) yang dipelopori
oleh Prof. Syafei Sumarja di Bandung.
4. 3. Guru gambar pada tingkat sekolah-sekolah menengah menuntut terbentuknya
jurusan seni rupa pada perguruan tinggi Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikanyang terbesar di Indonesia.
Dari Masa Pendidikan Formal lahir pelukis-pelukis akademisseperti:Widayat,
Bagong Kusudiharjo, Edhi Sunarso, Saptoto, G. Sidharta, Abas Alibasyah, Hardi, Sunarto,
Siti Rulyati, Mulyadi, Irsam, Arief Sudarsono, Agus Dermawan, Aming Prayitno, dan
lainnya (Yogyakarta). Popo Iskandar, Achmad Sadali, But Muchtar, Srihadi, A.D. Pirous,
Hariadi, Kabul Suadi, Sunaryo, Jim Supangat, Pandu Sadewa, T. Sutanto. (Bandung).
G. Masa Seni Rupa Baru Indonesia
Pada sekitar tahun 1974, perkembangan seni rupa Indonesia disemarakkan oleh
munculnya seniman-seniman muda yang berlatar belakang berbeda, yaitu seniman yang
mendapatkan pendidikan formal dan otodidak sama-sama mencetuskan aliran yang
tidak dapat dikelompokkan pada aliran/corak yang sudah ada dan merupakan corak
baru dalam kancah seni rupa Indonesia.
Kesenian yang diciptakan berlandaskan pada konsep :
Tidak membedakan disiplin seni
Mengutamakan ekspresi
Menghilangkan sikap mengkhususkan cipta seni tertentu
Mengedepankan kreatifitas dan serta baru
Bersifat eksperimental
Berikut para pelopor masa Indonesia Baru
Jim Supangkat
Nyoman Nuarta
S. Primka
Dede Eri Supria
Redha Sorana dan sebagainya.