2. Nama Anggota :
1. Amanda Fahira
2. Andi M Ridwan
3. Farhanul Hidayatullah
4. Ilham Afif Falari
5. Lidya Nurul Agustin
3. Trikora adalah Tiga Komando Rakyat, artinya tiga perintah
yang harus dilaksanakan rakyat Indonesia untuk
membebaskan Irian Barat.
Dalam mempersiapkan kekuatan militer untuk merebut Irian
Barat. Pemerintah Republik Indonesia mencari bantuan
senjata kepada luar negeri. Pada mulanya pembelian senjata
diharapkan berasal dari Negara-negara Barat terutama pada
negara Amerika Serikat. Namun harapan itu tidak terwujud
kemudian pemerintah mengalihkan pembelian senjata kepada
Negara-negara komunis dibawah pimpinan Uni Soviet. Pada
bulan Desember 1960. Misi Indonesia dibawah pimpinan
Menteri Keamanan nasional /KASAD A.H Nasution pergi ke
Moskow. Misi ini berhasil mengadakan perjanjian pembelian
senjata.
4. Belanda mulai menyadari bahwa jika irian barat tidak
dserahkan secara damai kepada Indonesia maka Indonesia
akan berusaha membebaskannya secara militer (Operasi
Militer) pada tanggal 19 Desember Presiden Soekarno
mengeluarkan surat dalam rangka perjuangan pembebasan
irian barat yang dikenal dengan nama Tri Komando Rakyat
(Trikora).
Isi Trikora adalah sebagai berikut :
1. Gagalkan pembentukan “Negara Papua“ buatan Belanda
Kolonial.
2. Kibarkan Sang Saka Merah Putih di Irian Barat Tanah Air
Indonesia.
3. Bersiaplah untuk Mobilisasi Umum guna mempertahankan
kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa.
5. Dengan dikeluarkannya Trikora maka mulailah konfrontasi total
terhadap Belanda dan pada bulan Januari 1962 pemerintah
membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang
berkedudukan di Makasar. Adapun tugas pokok dari Komando
Mandala Pembebasan Irian Barat ini adalah Pengembangan operasi-
operasi Militer dengan tujuan pengembangan wilayah Irian Barat ke
dalam kekuasaan negara Republik Indonesia. Sebagai Panglima
Komando Mandala adalah Mayor Jenderal Soeharto.
Sebelum Komando Mandala melakukan operasi sudah dilakukan
penyusupan ke Irian Barat. Pada tanggal 15 Januari 1962 ketika
waktu menunjukkan pukul 12.15 di angkasa terlihat dua buah
pesawat terbang pada ketinggian 3000 kaki melintasi formasi patroli
ALRI. Diperkirakan pesawat tersebut adalah milik Belanda jenis
Neptune dan Firefly. Waktu itu terlihat juga dua buah kapal perusak
yang sedang melepaskan tembakan ke arah Kapal Motor Torpedo
Boat (MTB) yang disitu pula para pejabat tinggi dari Markas Besar
Angkatan Laut yaitu Komodor Yos Sudarso.
6. Dalam insiden di Laut Aru tersebut Kepala Staf Angkatan
Laut, Laksamana Pertama (Komodor) Yos Sudarso, bersama
Komandan KRI Macan Tutul, Kapten (Laut) Wiratno, dan
beberapa Prajurit Tentara Nasional Indonesia–Angkatan
Laut (TNI–AL) gugur sebagai pahlawan. Sebelum gugur
Komodor Yos Sudarso sempat mengucapkan pesan terakhir
“Kobarkan Semangat Pertempuran“
Adapun operasi–operasi yang direncanakan Komando
Mandala di Irian Barat dibagi dalam Tiga Fase, yakni
sebagai berikut :
1. Fase Infiltrasi (Sampai akhir 1962)
Memasukkan 10 kompi ke sekitar sasaran–sasaran tertentu
untuk menciptakan daerah bebas de facto. Kesatuan–
Kesatuan ini harus dapat mengembangkan penguasaan
wilayah dengan membawa serta rakyat Irian Barat dalam
Perjuangan Fisik untuk membebaskan wilayah tersebut.
7. 2. Fase Eksploitasi (Mulai awal 1963)
Mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan,
menduduki semua pos pertahanan musuh yang penting.
3. Fase Konsolidasi (Mulai awal 1964)
Mengadakan kekuasaan Republik Indonesia secara mutlak di
seluruh Irian Barat (Sekarang Papua).
Selanjutnya antara bulan Maret sampai Agustus 1962
Komando Mandala melakukan operasi–operasi pendaratan
baik melalui laut maupun udara.Beberapa operasi tersebut
adalah Operasi Banteng di Fak–Fak dan Kaimana. Operasi
Srigala di sekitar Sorong dan Teminabuan, Operasi Naga di
Merauke, serta Operasi Jatayu di Sorong, Kaimana, dan
Merauke. Selain itu juga direncanakan serangan terbuka
merebut Irian Barat (Sekarang Papua) dengan operasi
Jayawijaya.