1. DISTOSIA KELAINAN
TENAGA(HIS)
By : Kelompok 1
Alfinda Brilian P. (02.12.053)
Anies Fitriatus S. (02.12.055)
Ari Susanti (02.12.056)
Christina Oktavia (02.12.058)
Deszy Rachmawati (02.12.059)
Diana Camelia F. (02.12.061)
Faraida Arvilla (02.12.067)
Inayatul Faiqoh (02.12.074)
Irma Intan W. (02.12.075)
Ita Suci (02.12.076)
Khusnul Amami A. (02.12.078)
Lisa Purnama (02.12.080)
Nadhiroh (02.12.085)
Nicky Hidayatun N. (02.12.086)
Nofi Handayani (02.12.087)
Nuraini Wahidha (02.12.090)
Rihana Fitri (02.12.093)
2. Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan.
Distosia karena kelainan tenaga his yang tidak
normal,baik kekuatan maupun sifatnya,sehingga
menghambat kelancaran persalinan.
Etiologi
Kelainan his sering dijumpai pada primigravida tua
sedangkan inersia uteri sering dijumpai pada
multigravida dan grandemulti,factor-fakor, emosi dan
kekuatan memegang peran penting, salah pimpinan
persalinan pada kala II atau salah pemberian obat
obatan seperti oksitosin juga dapat berpengaruh.
3. Penanganan
Distosia kelainan tenaga/his bila dijumpai pada permulaan
persalinan lakukan evaluasi secara keseluruhan untuk mencari
sebab-sebabnya.
darah diukur tiap 4 jam
denyut jantung janin dicatat tiap setengah jam dalam kala I
dan lebih sering dalam kala II.
diberikan infuse cairan glokosa 5% dan larutan isotonic secara
intravena berganti-ganti.Bila his menyebabkan rasa sakit yang
berlebihan diberikan injeksi pethidin 50 mg,pada permulaan kala
I dapat diberikan 10 mg moruin.
berikan antibiotic secukupnya apalagi kalau ketuban sudah lama
pecah.
5. 1.His Hipotonik
Adalah his yang sifatnya lebih lama timbulnya lebih
singkat dan lebih jarang dibandingkan dengan his yang
normal.
His Hipotonik disebut juga inersia uteri, yang dibagi atas
2 keadaan yaitu inersi uteri primer dan inersia uteri
sekunder.
Pada Fase Laten diagnosis akan lebihsulit tetapi bila
sebelumnya telah ada kontraksi (His) yang kuat dan lama
maka diagnosis ini adan lebih mudah ditegakkan.
6. Jenis His Hipotonik/Inersia Uteri
1. Inersia uteri primer
Kelemahan his timbul sejak dari permulaan persalinan.hal
ini harus dibedakan dengan his pendahulu yang juga lemah
dan kadang-kadang menjadi hilang(false labour).
2. Inersia uteri sekunder
Kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat
dan teratur dan dalam waktu yang lama.
His pernah cukup kuat tetapi kemudian melemah
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada
pembukaan, bagian terendah terdapat kaput dan
mungkin ketuban telah pecah
7. Penanganan Inersia Uteri
1. Periksa keadaan servik, presentasi dan posisi janin,
turunnya bagian terbawah janin dan keadaan panggul
kemudian buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan
yang akan dikerjakan.
2. Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500cc dektrosa
5% dimulai dengan 12 tetes permenit, dinaikan setiap 10-
15 menit sampai 40-50 tetes permenit.
3. Berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya
dapat diulang lagi pemberian oksitosin drips.
8. Lanjutan.
3. Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis,
maka sebaiknya dilakukan seksio sesarea.
4. Bila semua his kuat tetapi kemudianterjadi inersia uteri
sekunder, ibu lemah, dan partus telah berlangsung lebih
dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi, tidak
ada gunanya memberikan oksitosin drips, sebaiknya
partus segera diselesaikan sesuai dengan hasil
pemeriksaan dan indikasi obstetric lainnya (ekstraksi
vakum atau forsep, atau seksio sesarea.).
9. 2.HIS HIPERTONIK
His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his
yang terlalu kuat dan terlalu sering.
Sifat hisnya,normal,tonus otot diluar his yang
biasa. Kelainanya terletak pada kekuatan his.
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien
menyebabkan persalinan berlangsung cepat(<3 jam
disebut partus presipitatus) dan asfiksia intrauteri
sampai kematian janin dalam rahim.
10. Lanjutan..
Partus Presipitatus, merupakan akibat dari His Hipertonik yang
menyebabkan :
1. Terjadinya persalinan tidak pada tempatnya
2. Terjadinya trauma janin karena tidak terdapat persiapan
dalam persalinan.
3. Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan
perdarahan dan inversion uteri.
Bahaya bagi ibu adalah terjadinya perlukaan yang luas pada
jalan lahir,khususnya serviks uteri,vagina dan perineum .
Bahaya bagi bayi adalah terjadi pendarahan dalam tengkorak
karena mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat.
11. Penanganan
Berikan obat seperti morpin, luminal. Kemudian
jika janin tidak lahir dalam waktu dekat (4-6
jam), bila ada tanda-tanda obstruksi lakukan
SC, bila terjadi partus presipitatus tidak
banyak yang dilakukan karena proses persalinan
terjadi tiba-tiba dan cepat.
12. 3. His yang tidak Terkoordinasi
His yang tidak terkoordinasi adalah his yang
berubah-ubah ,his ini disebut accordinat
hypertonic uterine contraction tonus otot
meningkat diluar his dan kontraksinya tidak
berlangsung seperti biasa karena tidak ada
sinkronisasi antara kontraksinya.Tidak adanya
koordinasi antara kontraksi bagian atas ,tengah
dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam
mengadakan pembukaan atau penegeluaran janin
dalam rahim.
13. Penyebab His yang tidak
Terkoordinasi
1. Faktor usia penderita relative tua
2. Pimpinan persalinan
3. Karena induksi persalinan dengan oksitosin
4. Rasa takut dan cemas
14. Penanganan
Berikan (sedative dan analgesic) seperti morpin,
petidin dan valium apabila persalinan sudah
berlangsung lama dan berlarut-larut laukakan
EK, Porsep/SC