1. Asep Irpan
28020166
VI Akuntnasi (Reguler)
Pengaruh Biaya Overhead Pabrik Terhadap Harga Pokok Produksi
Pada Distro XX
Latar Belakang Masalah
Dalam situasi bisnis saat ini, tingkat persaingan antara perusahaan distro terjadi semakin ketat. Karena, hal ini
didorong oleh sistem pasar bebas dalam dunia ekonomi sekarang ini. Pasar bebas mengharuskan setiap perusahaan untuk
dapat mengelola perusahaannya dengan baik, agar dapat bertahan dalam persaingan yang semakin ketat.
Salah satu jenis perusahaan yang semakin banyak berkembang saat ini adalah Distro. Pada awal kemunculannya,
Dadan Ketu sebutlah demikian. Terlahir di Kota Bandung pada tahun 1973. Pemilik nama ini bukanlah figur yang asing lagi
bagi mereka yang akrab dengan komunitas underground Kota Bandung di era pertengahan 90-an. Bersama 8 orang
temannya, pada sekitar tahun 96 ia berinisiatif untuk membentuk sebuah kolektif yang kini dikenal dengan nama Riotic.
Melalui ketertarikan akan satu model ideologi yang sama, komunitas ini kemudian mulai memproduksi musik rilisan mereka
sendiri, yang kemudian berkembang menjadi sebuah toko kecil yang menjual segala macam pernak-pernik dari mulai kaset,
merchandise band, t-shirt dan lain sebagainya.
Lain lagi dengan Dede, yang bersama keempat temannya mendirikan sebuah distro (2) yang bernama Anonim pada
tahun 1999. Terutama karena ketertarikan pada musik dan film, kelompok ini kemudian mulai menjual t-shirt yang dipesan
secara online melalui internet. Kini selain menjual barang-barang import, mereka juga menjual kaset-kaset underground
dan produk-produk dari label clothing lokal, yang konon kabarnya mencapai sekitar 100 label clothing yang muncul
bergantian seperti cendawan di musim hujan. Menurutnya, penjualan produk lokal meningkat jumlahnya setelah terjadi krisis
ekonomi pada tahun 1996, yang menyebabkan harga barang impor meningkat dan semakin sulit didapat.
Riotic dan Anonim, dua nama ini adalah sedikit dari deretan nama-nama seperti, Harder, Riotic, Monik Clothing,
347 Boardrider & Co., No Label Stuff, Airplane Apparel System, Ouval Research, dan lain sebagainya. Sejak pertengahan 90-
an, di Kota Bandung memang bermunculan beberapa komunitas yang menjadi produsen sekaligus pelanggan tetap beberapa
toko kecil sebutlah distro yang menjual barang-barang yang tidak ditemui di kebanyakan toko, shooping mall, dan
1
2. factory outlet yang kini juga tengah menjamur di Kota Bandung. Berbekal modal seadanya, ditambah dengan hubungan
pertemanan dan sedikit kemampuan untuk membuat dan memasarkan produk sendiri, kemunculan toko-toko semacam ini
kemudian tidak hanya menandai perkembangan scene anak muda di Kota Bandung, tetapi juga kota-kota lain semisal
Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dsb.
Pada tahun 2011 jumlah distro di kota bandung mencapai 1.200 buah. Sepuluh tahun lalu, jumlah distro di ibu kota
Provinsi Jawa Barat ini kurang dari 200. Usaha ini terbagi dua, yakni toko (penjual) dan clothing (pembuat pakaian). Distro
merupakan ikon industri kreatif yang dibanggakan warga Bandung. Selain penyerap tenaga kerja andalan, kelebihan distro
mengedepankan eksklusivitas desain dengan produk terbatas.
Toko menjual produk mode bermerek independen. Adapun clothing adalah usaha yang memproduksi produk-
produk tersebut. Setiap usaha rata-rata bisa menyerap tenaga kerja hingga 20 orang. Karena itu, hampir semua usaha
tersebut termasuk usaha kecil. Akan tetapi, seiring dengan jumlah distro yang terus bertambah, hambatan berat muncul,
yakni pembajakan. Para pemilik distro harus berjuang sendiri karena tidak ada perlindungan dari pemerintah. Seperti
bertempur di rimba raya karena hukum sulit menyentuh aksi pembajakan itu. Sementara itu, upaya menekan pembajakan
melalui penggunaan hak atas kekayaan intelektual belum sepenuhnya dapat memecahkan persoalan. Masalahnya, proses
mendapatkan hak itu bisa memakan waktu yang lama dan setiap bulan bisa satu desain keluar. Belum lagi hak untuk baju,
tas, sepatu beda. Harus didaftarkan satu-satu sehingga pendaftaran membutuhkan biaya yang cukup besar.
Menurut dosen Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, Anang Muftiadi, kontribusi industri kreatif, termasuk
distro, terhadap perekonomian Bandung terus naik. Pada tahun 2002, misalnya, kontribusi itu sebesar 12,8 persen atau
lebih tinggi daripada nasional sebesar 8,8 persen. Pada tahun 2007, kontribusi industri kreatif di Bandung meningkat
menjadi 14,5 persen dan nasional 7,5 persen.
Dalam kegiatan usahanya, distro mengelola bahan setengah jadi atau produk jadi melalui suatu proses produksi.
Dalam perusahaan, informasi yang tepat waktu, relevan, tepat guna dan dapat dipercaya sangat dibutuhkan oleh pihak
manajemen. Informasi ini akan dijadikan alat oleh manajemen dalam pengambilan keputusan yang tepat, karena perusahaan
dituntut untuk memproduksi barang yang memiliki daya saing tinggi dalam biaya seefisien mungkin.
Dalam hal ini, dibutuhkan laporan yang sangat akurat tentang biaya yang dikeluarkan selama proses produksi
dilaksanakan oleh perusahaan distro. Untuk memperoleh informasi mengenai biaya produksi ini dibutuhkan pengelolaan data
sesuai dengan teori serta prinsip akuntansi, khususnya akuntansi biaya. Akuntansi biaya dalam perusahaan bertujuan untuk
menyajikan informasi harga pokok produksi per satuan produk jadi yang diserahkan oleh bagian produksi kepada bagian
gudang. Akuntansi biaya ini digunakan untuk menghitung biaya yang dikeluarkan dari setiap proses yang dilakukan mengolah
bahan setengah jadi atau pun produk jadi.
3. Distro XX merupakan salah satu perusahaan distro dan clothing, memiliki bidang usaha yang bergerak dalam
produksi. Untuk memproduksi barang jadi itu sendiri dibutuhkan biaya yang cukup besar dan komponen biaya yang
mendapat perhatian cukup serius adalah biaya produksi. Biaya produksi ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik. Informasi biaya produksi dapat digunakan manajemen untuk menetapkan harga pokok
produksi yang nantinya akan menjadi alat bagi manajemen dalam opreasional perusahan.
Di dalam perusahaan distro, umumnya biaya overhead pabrik merupakan elemen biaya produksi yang cukup besar
karena jenisnya yang cukup banyak dan jumlahnya fluktuatif dari setiap periode. Oleh karena itu, dibutuhkan pengawasan
serta pengendalian yang lebih intensif terhadap biaya overhead pabrik ini. Selain itu, dengan adanya kenaikan BBM, TDL, dan
kenaikan biaya produksi baru maka untuk menutupi biaya produksi yang mengalami kenaikan, pengusaha cloting dan distro
akan menaikan harga produk mereka. Secara tidak langsung biaya produksi berpengaruh terhadap laba perusahaan, juga
berpengaruh dalam penentuan harga pokok produksi. Hal ini disebabkan karena banyaknya jumlah komponen dari biaya
overhead itu sendiri, sehingga perlu diperhatikan.
Dengan adanya kenaikan sejumlah bahan kaos, secara otomatis biaya produksi juga akan mengalami kenaikan.
Yang paling terasa untuk produksi kaos, harga kain naik hingga 10.000-15.000 rupiah dan biaya produksi kaos bisa naik
hingga 3.000 rupiah per kaos, menurut para pemilik distro di Bandung. Pada awal tahun 2011, harga kain Rp 70.000 per roll
naik hingga harga Rp 84.000 per roll dan diperkirakan kalau harga kain akan naik lagi. Untuk jenis katun combat mencapai
Rp 65.000 per kg. Pada tahun ini harganya sudah mencapai Rp 100.000 per kg. Selain harus menghadapi kenaikan harga
bahan baku, industri clothing juga mendapat ancaman dari maraknya produk impor setelah pemberlakukan perdagangan
bebas Asean-China (ACFTA).
Saat terjadi kenaikan harga, produsen pasti akan terkena dampak atau efeknya (baik secara langsung atau tidak).
Misalnya sebuah perusahaan FO yang memproduksi pakaian jadi, jaket, tas, topi dan asesoris lainnya, jika terjadi kenaikan
harga pada bahan baku produksi mereka seperti kain, maka dapat dipastikan proses produksi mereka akan terganggu.
Tingginya harga bahan baku tersebut membuat perusahaan harus melakukan perhitungan dan peramalan ulang mengenai
biaya produksi dan laba yang akan mereka dapatkan. Biaya produksi akan meningkat tajam seiring dengan kenaikan harga
bahan baku produksi. Dengan situasi seperti itu perusahaan akan berusaha mencari cara untuk menekan harga produksi.
Perusahaan akan menaikkan harga jual produknya sebagai solusi atas kenaikan harga bahan baku produksi, hal ini terpaksa
ditempuh oleh perusahaan meskipun akan berdampak pada penurunan tingkat penjualan produk mereka di pasaran karena
konsumen akan mencari produk sejenis dengan harga yang lebih murah.
Harga pokok produksi merupakan bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk atau pesanan atau
jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi
3
4. variabel saja. Harga pokok produksi merupakan salah satu faktor yang menentukan harga jual produk. Harga pokok produk
yang tinggi akan menghasilkan harga jual yang tinggi pula. Harga pokok produk yang tinggi akan mengurangi persentase
laba yang diinginkan.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk membahas tentang pengaruh biaya produksi terhadap
harga pokok produksi. Komponen biaya produksi yang ingin peneliti teliti adalah biaya overhead pabrik. Dengan dilakukannya
efisiensi terhadap biaya overhead pabrik maka perusahaan dapat memperkecil harga pokok produksi. Oleh karena itu,
permasalahan yang akan diteliti adalah Pengaruh Biaya Overhead Pabrik Terhadap Harga Pokok Produksi Pada Distro XX.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitian dalam hal ini adalah:
Bagaimana faktor input bahan baku berpengaruh terhadap tingkat produksi pada distro XX?
Bagaimana perkembangan biaya overhead pabrik pada distro XX?
Bagaimana perkembangan harga pokok produksi pada distro XX?
Bagaimana pengaruh biaya overhead pabrik terhadap penentuan harga pokok produksi pada distro XX?
Rumusan Masalah
Adanya kenaikan BBM, TDL, dan kenaikan biaya produksi (bahan baku) maka untuk menutupi biaya produksi yang
mengalami kenaikan, pengusaha cloting dan distro akan menaikan harga produk mereka. Secara tidak langsung biaya
produksi berpengaruh terhadap laba perusahaan, juga berpengaruh dalam penentuan harga pokok produksi. Hal ini
disebabkan karena banyaknya jumlah komponen dari biaya overhead itu sendiri.
Jadi secara garis besar, kenaikan harga (dalam hal ini kenaikan harga bahan baku produksi) lebih banyak
memberikan dampak negatif bagi para produsen karena dengan kenaikan harga bahan baku produksi, mereka dipaksa untuk
melakukan pilihan sulit seperti menaikkan harga jual produk, pengurangan kuantitas penjualan produk, dan penggunaan
bahan baku produksi dengan kualitas yang lebih rendah. Itu semua dilakukan dengan berbagai resiko, seperti menurunnya
hasil penjualan produk karena ditinggalkan konsumen, dan lain-lain. Sehingga perusahaan harus tetap melakukan itu untuk
menjaga kelangsungan hidup usaha produksinya. Masalah:
Apakah hasil produksi akan bertambah jika biaya produksi mengalami kenaikan?
Apakah ada hubungan antara kenaikan biaya produksi dengan penetapan harga pokok produksi?
5. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :
Untuk mengetahui pengaruh input bahan baku terhadap produksi distro XX.
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan biaya overhead pabrik pada distro XX.
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan harga pokok produksi pada distro XX.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh biaya overhead pabrik terhadap penentuan harga pokok produksi pada distro
XX.
Penentuan Oprasionalisasi Konsep dan Variabel
Definisi Konsep
Pada penelitian ini, definisi konsep yang digunakan adalah:
Pengertian Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi, terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Pengertian Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik adalah biaya-biaya bahan tak langsung, buruh tak langsung dan biaya-biaya pabrik lainnya
yang tidak secara mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung pada suatu pekerjaan, hasil produksi atau
tujuan biaya akhir (Usry dan Hammer, 1991 368).
Pengertian Harga Pokok Produksi
Harga Pokok Produksi adalah biaya produksi yang telah diselesaikan selama satu periode, ditambah dengan
persediaan awal barang dalam proses produksi selama tahun itu dikurangi persediaan akhir barang dalam proses.
(Soemarso S. R., Akuntansi Suatu Pengantar, 2002: 282). Biaya yang terserap terdiri dari 3 komponen yaitu :
Bahan langsung: Bahan baku yang secara nyata dipergunakan untuk membuat produk.
Upah langsung: Upah yang dibayarkan untuk membuat produk yang hitungan per unitnya dapat di tentukan
secara jelas dan tepat.
Biaya Overhead Pabrik: Biaya-biaya lainnya yang terjadi di pabrik yang sifatnya memberikan bantuan didalam
proses pembuatan produk.
5
6. X1 Y
Variabel Pengaruh Hubungan Bivariat Variabel Terpengaruh
Tipe hubungan antara variabelnya yaitu, Hubungan Asimetris Dua Variabel
Hubungan asimetris adalah hubungan yang terjadi sebagai akibat pengaruh dari
variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.
Peneliti mengelompokan variabel-variabel yang tercakup dalam judul beserta indikatornya. Ada dua indikator yang
terkait:
Variabel bebas (Independent Variabel)
Merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab bagi variabel lain (X). Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel X adalah Biaya Overhead Pabrik.
Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel independen (Y). Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel Y adalah Harga Pokok Produksi.
7. Tabel
Operasionalisasi Variabel X dan Y
Nilai Variabel
Konsep Variabel Definisi Variabel Skala
(Indikator)
Biaya Biaya biaya-biaya bahan tak langsung, Mengklasifikasikan biaya
Produksi Overhead buruh tak langsung dan biaya-biaya yang terdapat dalam BOP:
Pabrik pabrik lainnya yang tidak secara Biaya tenaga kerja tidak
mudah diidentifikasikan atau langsung
dibebankan langsung pada suatu Biaya pemeliharaan pabrik
pekerjaan, hasil produksi atau tujuan Biaya listrik
biaya akhir (Usry dan Hammer, 1991: Biaya penyusutan
368). Biaya asuransi pabrik
Biaya umum
Perhitungan Harga Biaya produksi yang telah Menganalisis data yang
Biaya Pokok diselesaikan selama satu periode, terdapat pada laporan
Produksi Produksi ditambah dengan persediaan awal keuangan
barang dalam proses produksi
selama tahun itu dikurangi
persediaan akhir barang dalam
proses. (Soemarso S. R., Akuntansi
Suatu Pengantar, 2002: 282)
DAFTAR PUSTAKA
..............., 2009. Jurnal Akuntansi, Jurusan Akuntansi: Gedung Administrasi, Politeknik Pos Indonesia, Bandung.
www.google.com
http://www.kompas.com/read/xml/2011/03/25/04480812/berjuang.di.rimba.raya 26/03/2011 KOMPAS.com
http://bandargarmen.com/2010/11/sejarah-perkembangan-distro/
7