Tes psikologi telah berkembang sejak zaman kuno untuk mengukur kemampuan individu. Tes-tes awal dikembangkan di Eropa dan Amerika pada abad ke-19 untuk menilai fungsi intelektual dan kepribadian. Tes Binet dan Stanford-Binet memperkenalkan konsep umur mental dan IQ. Perang dunia 1 dan 2 mendorong pengembangan tes kelompok dan tes potensial khusus. Saat ini, teori item dan komputer memungkinkan pengembangan tes yang lebi
1 of 7
Download to read offline
More Related Content
Tugas psikodiagnostik sejarah tes
1. Tugas Psikodiagnostik
Sejarah Tes
Afifah Hasani 46112010085
Dewi Puji Astuti 46112010056
Fitrah Viyanty 46112010096
Syifa Rahmah 46112010087
Vidya Tiara 46112010070
Fakultas Psikologi 2012
Universitas Mercu Buana
2. Pengertian Tes
Kegiatan pengukuran psikologis sering disebut juga tes.Tes adalah kegiatan mengamati atau
mengumpulkan sampel tingkah laku yang dimiliki individu secara sistematis dan terstandar. Tes
psikologi pada dasarnya adalah alat ukur yang objektif dan dibakukan atas sample perilaku tertentu.
Tes-tes psikologi mirip dengan tes-tes dalam ilmu-ilmu lainnya, sejauh observasi dibuat atas sample
yang kecil namun dapat dipilih secara hati-hati atas perilaku individu.1
Hasil tes sangat dipengaruhi
oleh faktor situasional seperti kecemasan akan suasana tes itu sendiri, kesehatan, keberadaan
lingkungan fisik misalnya ramai, panas dan sebagainya. Hasil tes yang diambil pada suatu saat,
belum tentu akan sama jika tes dilakukan lagi pada beberapa waktu kemudian walaupun ini
merupakan isu reliabililtas. Hasil tes belum tentu menggambarkan kondisi psikologis individu dalam
segala konteks.2
Plato dan Aristoteles menulis tentang perbedaan individu mengenai kemampuan dan
temperament hampir 2500 tahun lalu, bahkan orang bijaksana ini didahului dengan sistem ujian yang
digunakan di Cina kuno. Sejak dulu, sistem ujian untuk menjadi pegawai negeri telah dilaksanakan
oleh kerajaan cina dalam menentukan para pejabat pemerintah yang layak melaksanakan tugasnya.
Sistem ini, yang mengharuskan para pejabat diuji setiap tiga tahun untuk mengetahui kecakapan
mereka dalam musik, memanah, berkuda, menulis, aritmatika, ritual, upacara umum dan pribadi, terus
dilanjutkan oleh para penguasa cina berikutnya dengan menambahkan hukum sipil, masalah militer,
pertanian, penghasilan, geografi, komposisi karangan dan puisi. (Green,1991). Itu semua dalam
bentuk ujian lisan bukan tertulis. Selama abad ke 19 pemerintah inggris, prancis dan german
mengikuti contoh ujian pegawai negeri seperti sistem cina awal.3
Awal Gerakan Testing Psikologis
Pada awalnya, pengukuran psikologi umumnya di pengaruhi oleh ilmu fisiologi dan fisika. Oleh
karena itu tidak mengherankan jika pengukuran dalam ilmu ini mempengaruhi juga pengukuran dalam
psikologi. Karya-karya tokoh dalam bidang psikofisika umumnya mencari hukum-hukum umum
(generalisasi). Baru kemudian, terutama karena pengaruh Galton, gerakan testing yang
mengutamakan ciri-ciri individual menjadi berkembang.4
Orang yang dianggap mempunyai kontribusi penting dalam gerakan testing psikologi adalah
seorang ahli psikologi Amerika, James McKeen Cattell. Disertasinya di Universitas Leipzig mengenai
1
Anastasi Anne, Urbina Susana. (2007). Tes Psikologi. Jakarta: PT.Indeks
2
Pengukuran Psikologi http://www.psychologymania.net/2010/09/pengukuran-psikologi.html Terakhir diakses 5
September 2013
3
Marnat-Groth Gary, Aiken Lewis R. (2008). Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi. Indonesia: PT.Macanan Jaya
Cemerlang
4
Pengukuran Psikologi http://www.psychologymania.net/2010/09/pengukuran-psikologi.html Terakhir diakses 5
September 2013
3. perbedaan individual dalam waktu reaksi. Dia sempat kontak dengan Galton sehingga minatnya
terhadap perbedaan individual semakin kuat. Dia sependapat dengan Galton bahwa ukuran fungsi
intelektual dapat dicapai melalui tes diskriminasi sensoris dan waktu reaksi.
Tes yang dikembangkan di Eropa pada akhir abad XIX cenderung meliputi fungsi yang lebih
kompleks. Salah satu contohnya adalah tes Kraepelin. Tes Kraepelin berupa penggunaan operasi-
operasi arithmatik yang sederhana dirancang untuk mengukur pengaruh latihan, ingatan dan
kerentanan terhadap kelelahan dan distraksi. Awalnya tes ini dirancang untuk mengukur karakteristik
pasien-pasien psikiatris. Oleh mahasiswa kraepelin, menyusun tes persepsi, ingatan, asosiasi dan
fungsi motorik guna meneliti interrelasi fungsi-fungsi psikologis. Ebbinghaus mengembangkan tes
komputasi aritmatik, luas ingatan, dan pelengkapan kalimat.
Pada saat itu, di Prancis, Binet dan Henri mengajukan kritik terhadap tes yang ada pada saat
itu terlalu sensoris, berkonsentrasi pada kemampuan khusus. Mereka menyatakan bahwa dalam
pengukuran fungsi-fungsi yang lebih kompleks, presisi kurang perlu karena perbedaan individual
dalam fungsi yang lebih besar. Yang diperlukan adalah tes yang mengukur fungsi yang lebih luas,
seperti ingatan, imajinasi, perhatian, pemahaman, kerentanan terhadap sugesti, apresiasi estetik, dan
lain-lain.Gagasan inilah yang akhirnya menuntun dikembangkannya tes Binet, yang kemudian menjadi
sangat terkenal.
Binet dan Tes Intelegensi
Seperti penjelasan diatas, Binet menyusun alat tes. Tes yang disusun oleh Binet dan Simon
tahun 1905 disebut menghasilkan skala Binet-Simon. Skala ini terkenal dengan nama skala 1905.
Skala ini pada awalnya untuk mengukur dan mengidentifikasi anak-anak yang terbelakang agar
mereka mendapatkan pendidikan yang memadai. Skala ini terdiri dari 30 soal disusun dari yang paling
mudah ke yang paling sukar.
Pada skala versi kedua tahun 1908, jumlah soal ditambah. Soal-soal itu dikelomokkan menurut
jenajng umur berdasar atas kinerja 300 orang anak normal berumur 3 sampai 13 tahun. Skor seorang
anak pada seluruh perangkat tes dapat dinyatakan sebagai jenjang mental (mental level) sesuai
dengan umur normal yang setara dengan kinerja anak yang bersangkutan. Dalam berbagai adaptasi
dan terjemahan istilah jenjang mental diganti dengan umur mental (mental age), dan istilah inilah yang
kemudian menjadi popular.
Revisi skala ketiga skala Binet-Simon diterbitkan tahun 1911, beberapa bulan setelah Binet
meninggal mendadak. Pada tahun 1912, dalam Kongres Psikologi Internasional di Genewa, William
Stern, seorang ahli psikologi Jerman, mengusulkan konsep koefisien Intelegensi yaitu IQ = MA/CA.
Konsep ini yang dipakai dalam skala Binet yang direvisi di Universitas Stanford, yang terkenal dengan
nama Skala Stanford-Binet yang diterbitkan tahun 1916, kemudian revisinya tahun 1937 dan revisi
selanjutnya tahun 1960. Skala Stanford-Binet inilah yang selanjutnya diadaptasikan kedalam berbagai
4. bahasa dan digunakan secara luas dimana-mana. Kecuali itu skalaStanford-Binet juga menjadi model
Pengembangan berbagai tes intelegensi lain.
Testing Kelompok
Tes Binet yang dijelaskan diatas adalah merupakan tes individual, artinya tes yang harus
diberikan per orang. Karena kebutuhan yang makin mendesak, maka dikembangkanlah tes kelompok.
Hal ini di latar belakangi pada saat perang dunia I, kebutuhan akan tes kelompok ini sangat
dibutuhkan untuk tes calon tentara. Maka, komite psikologi yang diketuai Robert M. Yankes,
menyusun instrument yang dapat mengklasifikasi individu tetapi diberikan secara kelompok. Dalam
konteks semacam ini, tes intelgensi kelompok yang pertama dikembangkan. Di dlam tugas ini para
ahli psikologi militer menghimpun semua tes yang ada, terutama tes intelegensi kelompok kaya Otis
yang belum dipublikasikan. Tes itu di susun Otis waktu dia menjadi mahasiswa Terman di Stanford.
Dalam karya Otis itulah format pilihan ganda dan lain-lain format tes objektif mulai digunakan.
Tes yang dikembangkan oleh ahli psikologi dalam militer itu kemudian terkenal dengan nama
Army Alpha dan Army Beta. Setelah perang berakhir maka tes-tes tersebut dilepaskan untuk umum.
Dan ini lalu mendorong pengembangan dan penggunaan tes kelompok secara luas. Karena
optimisme yang berlebihan, maka penggunaan tes kelompok itu seringkali didasarkan pada sikap na誰f,
dan ini ternyata merugikan perkembangan testing psikologi.
Pengukuran Potensial Intelektual
Walaupun tes intelegensi dirancang untuk fungsi-fungsi intelektual yang luas ragamnya guna
mengestimasikan taraf intelektual umum individu, namun segera nyata bahwa liputan tes intelegensi
itu sangat terbatas. Tidak semua fungsi penting tercakup. Dalam kenyataannya kebanyakan tes
intelegensi terutama mengukur kemampuan verbal, dan dalam kada lebih sedikit kemampuan
menangani relasi-relasi numeric, simbolik dan abstrak. Didalam praktek diperlukan instrument yang
dapat mengukur kemampuan-keampuan khusus, misalnya kemampuan mekanik, kemampuan klrikal,
bahkan bakat music. Karena desakan kebutuhan praktis dalam berbagai bidang misalnya dalam
bidang bimbingan dan konseling, dalam pemilihan program studi, dalam penempatan karyawan,
dalam analisis klinis, dan sebagainya, maka upaya pengembangan tes potensial individu khusus itu
dilakukan. Dalam pada itu dapat dimamfaatkannya metode analisis factor mempercepat laju upaya ini.
Hal lain yang perlu dicatat adalah kontribusi pada psikolog militer Amerika selama Perang Dunia II.
Kebanyakan penelitian di kalangan militer didasarkan pada analisis factor dan diarahkan kepada
pengembangan multiple aptitude test batteries.
5. Tes Hasil Belajar
Pada waktu para ahli psikolog sibuk mengembangkan tes intelegensi dan tes potensial
khusus, ujian-ujian tradisional di sekolah-sekolah mengalami perbaikan teknis. Terjadi pergeseran dari
bentuk esai ke ujian tes objektif. Pelopor perubahan ini adalah penerbitan The Achievement Testpada
tahun 1923. Dengan tes ini dapat dibuat perbandingan beberapa sekolah pada sejumlah mata
pelajaran dengan menggunakan satu norma. Karakteristik yang demikian itu merupakan penerapan
tes hasil belajar baku yang berlaku sampai sekarang.
Tes Proyektif
Pada awal abad XX kelompok psikiater dan psikolog yang berlatar belakang Psikologi Dalam
di Eropa berupaya mengembangkan instrument yang dapat digunakan untuk mengungkapkan isi batin
yang tidak disadari. Seperti telah diketahui, bahwa dalam Psikologi Dalam (terutama aliran Freudian
dan Jungian) ada kelompok proyeksi sebagai salah satu bentuk mekanisme pertahanan. Dalam
mekanisme pertahanan individu secara tidak sengaja menempatkan isi batin sendiri pada objek di luar
dirinya dan menghayatinya sebagai karakteristik objek yang diluar dirinya itu. Berdasar atas konsep
inilah tes proyeksi itu disusun.
Pelopor upaya ini adalah Herman Rorschach, seorang psikiater dari Swiss. Selama 10 tahun
(1912 1922) Herman Rorschach mencobakan sejumlah besar gambar-gambar tak berstruktur untuk
mengungkapkan isi batin tertekan pada pasiens-pasiennya. Dari sejumlah besar gambar-gambar
tersebut akhirnya dipilih 10 gambar yang dibakukan, dan perangkat inilah yang kemudian terkenal
dengan nama Tes Rorschach. Setelah itu sejumlah upaya dilakukan untuk mengembangkan tes
proyektif yang lain, dan hasilnya antara lain Holtzman Inkbold Technique, Themaatic Apperception
Test, Tes Rumah Pohon dan Orang, Tes Szondi, dan yang sejenisnya.5
Pelopor pengetesan dan pemeriksaan psikologi lainnya adalah Charles Spearman pada teori
tes, Edward Thorndike pada pengetesan prestasi, Lewis Terman pada pengetesan kecerdasan,
Robert woodward dan Herman Roschach pada pengetesan kepribadian dan E.K.Strong,Jr pada
pengukuran minat.6
Perkembangan Tes Saat Ini
Banyak orang yang telah memberikan sumbangan terhadap teori dan praktik pengetesan
psikologi dan pendidikan sejak perang dunia kedua. Satu perkembangan utama berupa metode
inofatif pengembangan tes. Terutama, teori respon item (item-response theory = IRT) yang
memungkinkan para penyusun test untuk memahami hubungan antara respons terhadap masing-
5
Suryabrata Sumadi. (2005). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: C.V Andi Offset
6
Marnat-Groth Gary, Aiken Lewis R. (2008). Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi. Indonesia: PT.Macanan Jaya
Cemerlang
6. masing item dan antisipasi terhadap tingkat kesulitan berdasarkan teori test. Teori ini dan teknik lain
telah sangat bergantung pada komputer. Teknologi computer juga mempermudah pembuatan skor,
saran inofatif untuk prestasi, pemeriksaan online, dan interpredtasi naratif tentang makna skor
individu.
Isu utama lain, menimbulkan tantangan yang mengarah pada pengetesan. Tantangan hukum
mengakibatkan adanya perundang-undangan pada test bagi karyawan, lulusan, dan penggunaan
pada berbagai kelompok etnik. Para penyusun test dan juga para praktisi merespon tantangan ini
dengan mengadakan penelitian ekstensif di bidang tersebut seperti , biastest, penyusunan test bebas
budaya, pertahanan diri tuntutan hukum, penyusunan pedoman yang etis dan praktis.7
7
Marnat-Groth Gary, Aiken Lewis R. (2008). Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi. Indonesia: PT.Macanan Jaya
Cemerlang
7. Daftar Pustaka
Anastasi Anne, Urbina Susana. (2007). Tes Psikologi. Jakarta: PT.Indeks
Marnat-Groth Gary, Aiken Lewis R. (2008). Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi. Indonesia:
PT.Macanan Jaya Cemerlang
Suryabrata Sumadi. (2005). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: C.V Andi Offset
http://www.psychologymania.net/2010/09/pengukuran-psikologi.html