Umar bin Abdul-Aziz adalah khalifah Bani Umayyah yang berkuasa dari tahun 717 sampai 720. Ia bukan keturunan khalifah sebelumnya melainkan ditunjuk langsung oleh khalifah sebelumnya, Sulaiman. Umar dikenal akan kesederhanaannya dan keadilannya dalam memerintah, mengembalikan kejayaan Islam seperti zaman Khulafaur Rasyidin. Ia juga menerima surat dari Raja Sriwijaya.
1 of 6
Downloaded 87 times
More Related Content
Umar bin abdul aziz
1. Umar bin Abdul-Aziz
Filed under: Cendikianwan Muslim Leave a comment
19/03/2011
1 Vote
Umar bin Abdul-Aziz (bahasa Arab: ,惺惘 惡 惺惡惆 悋惺慍慍bergelar Umar II, lahir pada tahun
63 H / 682 Februari 720; umur 3738 tahun)[1] adalah khalifah Bani Umayyah yang
berkuasa dari tahun 717 (umur 3435 tahun) sampai 720 (selama 23 tahun). Tidak
seperti khalifah Bani Umayyah sebelumnya, ia bukan merupakan keturunan dari khalifah
sebelumnya, tetapi ditunjuk langsung, dimana ia merupakan sepupu dari khalifah
sebelumnya, Sulaiman.
Keluarga
Ayahnya adalah Abdul-Aziz bin Marwan, gubernur Mesir dan adik dari Khalifah Abdul-
Malik. Ibunya adalah Ummu Asim binti Asim. Umar adalah cicit dari Khulafaur Rasyidin
kedua Umar bin Khattab, dimana umat Muslim menghormatinya sebagai salah seorang
Sahabat Nabi yang paling dekat.
Silsilah
Umar dilahirkan sekitar tahun 682. Beberapa tradisi menyatakan ia dilahirkan di
Madinah, sedangkan lainnya mengklaim ia lahir di Mesir. Umar dibesarkan di Madinah,
di bawah bimbingan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak.
Kisah Umar bin Khattab berkaitan dengan kelahiran Umar II
Menurut tradisi Muslim Sunni, silsilah keturunan Umar dengan Umar bin Khattab terkait
dengan sebuah peristiwa terkenal yang terjadi pada masa kekuasaan Umar bin Khattab.
Khalifah Umar sangat terkenal dengan kegiatannya beronda pada malam hari di
sekitar daerah kekuasaannya. Pada suatu malam beliau mendengar dialog seorang
anak perempuan dan ibunya, seorang penjual susu yang miskin.
Kata ibu Wahai anakku, segeralah kita tambah air dalam susu ini supaya
terlihat banyak sebelum terbit matahari
Anaknya menjawab Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin
melarang kita berbuat begini
Si ibu masih mendesak Tidak mengapa, Amirul Mukminin tidak akan tahu.
2. Balas si anak Jika Amirul Mukminin tidak tahu, tapi Tuhan Amirul Mukminin
tahu.
Umar yang mendengar kemudian menangis. Betapa mulianya hati anak gadis itu.
Ketika pulang ke rumah, Umar bin Khattab menyuruh anak lelakinya, Asim
menikahi gadis itu.
Kata Umar, Semoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin Islam yang
hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan Ajam.
Asim yang taat tanpa banyak tanya segera menikahi gadis miskin tersebut.
Pernikahan ini melahirkan anak perempuan bernama Laila yang lebih dikenal
dengan sebutan Ummu Asim. Ketika dewasa Ummu Asim menikah dengan
Abdul-Aziz bin Marwan yang melahirkan Umar bin Abdul-Aziz.
Kehidupan awal
682 715
Umar dibesarkan di Madinah, di bawah bimbingan Ibnu Umar, salah seorang periwayat
hadis terbanyak. Ia tinggal di sana sampai kematiannya ayahnya, dimana kemudian ia
dipanggil ke Damaskus oleh Abdul-Malik dan menikah dengan anak perempuannya
Fatimah. Ayah mertuanya kemudian segera meninggal dan ia diangkat pada tahun 706
sebagai gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid I
715 715: era Al-Walid I
Tidak seperti sebagaian besar penguasa pada saat itu, Umar membentuk sebuah dewan
yang kemudian bersama-sama dengannya menjalankan pemerintahan provinsi. Masa di
Madinah itu menjadi masa yang jauh berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, dimana
keluhan-keluhan resmi ke Damaskus berkurang dan dapat diselesaikan di Madinah,
sebagai tambahan banyak orang yang berimigrasi ke Madinah dari Iraq, mencari
perlindungan dari gubernur mereka yang kejam, Al-Hajjaj bin Yusuf. Hal tersebut
menyebabkan kemarahan Al-Hajjaj, dan ia menekan al-Walid I untuk memberhentikan
Umar. al-Walid I tunduk kepada tekanan Al-Hajjaj dan memberhentikan Umar dari
jabatannya. Tetapi sejak itu, Umar sudah memiliki reputasi yang tinggi di Kekhalifahan
Islam pada masa itu.
Pada era Al-Walid I ini juga tercatat tentang keputusan khalifah yang kontroversial untuk
memperluas area di sekitar masjid Nabawi sehingga rumah Rasulullah ikut direnovasi.
Umar membacakan keputusan ini di depan penduduk Madinah termasuk ulama mereka,
Said Al Musayyib sehingga banyak dari mereka yang mencucurkan air mata. Berkata
Said Al Musayyib: Sungguh aku berharap agar rumah Rasulullah tetap dibiarkan
seperti apa adanya sehingga generasi Islam yang akan datang dapat mengetahui
bagaimana sesungguhnya tata cara hidup beliau yang sederhana[2]
715 717: era Sulaiman
3. Umar tetap tinggal di Madinah selama masa sisa pemerintahan al-Walid I dan kemudian
dilanjutkan oleh saudara al-Walid, Sulaiman. Sulaiman, yang juga merupakan sepupu
Umar selalu mengagumi Umar, dan menolak untuk menunjuk saudara kandung dan
anaknya sendiri pada saat pemilihan khalifah dan menunjuk Umar.
Kedekatan Umar dengan Sulaiman
Sulaiman bin Abdul-Malik merupakan sepupu langsung dengan Umar. Mereka berdua
sangat erat dan selalu bersama. Pada masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul-Malik,
dunia dinaungi pemerintahan Islam. Kekuasaan Bani Umayyah sangat kukuh dan stabil.
Suatu hari, Sulaiman mengajak Umar ke markas pasukan Bani Umayyah.
Sulaiman bertanya kepada Umar Apakah yang kau lihat wahai Umar bin Abdul-
Aziz? dengan niat agar dapat membakar semangat Umar ketika melihat kekuatan
pasukan yang telah dilatih.
Namun jawab Umar, Aku sedang lihat dunia itu sedang makan antara satu
dengan yang lain, dan engkau adalah orang yang paling bertanggung jawab dan
akan ditanyakan oleh Allah mengenainya.
Khalifah Sulaiman berkata lagi Engkau tidak kagumkah dengan kehebatan
pemerintahan kita ini?
Balas Umar lagi, Bahkan yang paling hebat dan mengagumkan adalah orang
yang mengenali Allah kemudian mendurhakai-Nya, mengenali setan kemudian
mengikutinya, mengenali dunia kemudian condong kepada dunia.
Jika Khalifah Sulaiman adalah pemimpin biasa, sudah barang tentu akan marah dengan
kata-kata Umar bin Abdul-Aziz, namun beliau menerima dengan hati terbuka bahkan
kagum dengan kata-kata itu.
Menjadi khalifah
Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 716. Ia di baiat
sebagai khalifah pada hari Jumat setelah salat Jumat. Hari itu juga setelah ashar, rakyat
dapat langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah baru ini. Khalifah Umar, masih
satu nasab dengan Khalifah kedua, Umar bin Khattab dari garis ibu.
Zaman pemerintahannya berhasil memulihkan keadaan negaranya dan mengkondisikan
negaranya seperti saat 4 khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin) memerintah.
Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tak kalah dengan 4 khalifah pertama itu.
Gajinya selama menjadi khalifah hanya 2 dirham perhari[3] atau 60 dirham perbulan.
Karena itu banyak ahli sejarah menjuluki beliau dengan Khulafaur Rasyidin ke-5.
Khalifah Umar ini hanya memerintah selama tiga tahun kurang sedikit. Menurut riwayat,
beliau meninggal karena dibunuh (diracun) oleh pembantunya.
Sebelum menjabat
4. Menjelang wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan bernama Raja bin Haiwah menasihati
beliau, Wahai Amirul Mukminin, antara perkara yang menyebabkan engkau dijaga di
dalam kubur dan menerima syafaat dari Allah di akhirat kelak adalah apabila engkau
tinggalkan untuk orang Islam khalifah yang adil, maka siapakah pilihanmu?. Jawab
Khalifah Sulaiman, Aku melihat Umar Ibn Abdul Aziz.
Surat wasiat diarahkan supaya ditulis nama Umar bin Abdul-Aziz sebagai penerus
kekhalifahan, tetapi dirahasiakan darai kalangan menteri dan keluarga. Sebelum wafatnya
Sulaiman, beliau memerintahkan agar para menteri dan para gubernur berbaiah dengan
nama bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat tersebut.
Naiknya Umar sebagai Amirul Mukminin
Seluruh umat Islam berkumpul di dalam masjid dalam keadaan bertanya-tanya, siapa
khalifah mereka yang baru. Raja Ibn Haiwah mengumumkan, Bangunlah wahai Umar
bin Abdul-Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini.
Umar bin Abdul-Aziz bangkit seraya berkata, Wahai manusia, sesungguhnya jabatan
ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah dahulu denganku dan tanpa pernah aku
memintanya, sesungguhnya aku mencabut baiah yang ada dileher kamu dan pilihlah
siapa yang kalian kehendaki.
Umat tetap menghendaki Umar sebagai khalifah dan Umar menerima dengan hati yang
berat, hati yang takut kepada Allah dan tangisan. Segala keistimewaan sebagai khalifah
ditolak dan Umar pulang ke rumah.
Ketika pulang ke rumah, Umar berfikir tentang tugas baru untuk memerintah seluruh
daerah Islam yang luas dalam kelelahan setelah mengurus jenazah Khalifah Sulaiman bin
Abdul-Malik. Ia berniat untuk tidur.
Pada saat itulah anaknya yang berusia 15 tahun, Abdul-Malik masuk melihat ayahnya
dan berkata, Apakah yang sedang engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?.
Umar menjawab, Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak
saudaramu dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan seperti ini.
Jadi apa engkau akan buat wahai ayah?, Tanya anaknya ingin tahu.
Umar membalas, Ayah akan tidur sebentar hingga masuk waktu zuhur,
kemudian ayah akan keluar untuk salat bersama rakyat.
Apa pula kata anaknya apabila mengetahui ayahnya Amirul Mukminin yang baru Ayah,
siapa pula yang menjamin ayah masih hidup sehingga waktu zuhur nanti sedangkan
sekarang adalah tanggungjawab Amirul Mukminin mengembalikan hak-hak orang yang
dizalimi Umar ibn Abdul Aziz terus terbangun dan membatalkan niat untuk tidur, beliau
memanggil anaknya mendekati beliau, mengucup kedua belah mata anaknya sambil
berkata Segala puji bagi Allah yang mengeluarkan dari keturunanku, orang yang
menolong aku di atas agamaku
Pemerintahan Umar bin Abdul-Aziz
5. Hari kedua dilantik menjadi khalifah, beliau menyampaikan khutbah umum. Dihujung
khutbahnya, beliau berkata Wahai manusia, tiada nabi selepas Muhammad saw dan
tiada kitab selepas alQuran, aku bukan penentu hukum malah aku pelaksana hukum
Allah, aku bukan ahli bidah malah aku seorang yang mengikut sunnah, aku bukan orang
yang paling baik dikalangan kamu sedangkan aku cuma orang yang paling berat
tanggungannya dikalangan kamu, aku mengucapkan ucapan ini sedangkan aku tahu aku
adalah orang yang paling banyak dosa di sisi Allah Beliau kemudian duduk dan
menangis Alangkah besarnya ujian Allah kepadaku sambung Umar Ibn Abdul Aziz.
Beliau pulang ke rumah dan menangis sehingga ditegur isteri Apa yang Amirul
Mukminin tangiskan? Beliau mejawab Wahai isteriku, aku telah diuji oleh Allah
dengan jawatan ini dan aku sedang teringat kepada orang-orang yang miskin, ibu-ibu
yang janda, anaknya ramai, rezekinya sedikit, aku teringat orang-orang dalam tawanan,
para fuqara kaum muslimin. Aku tahu mereka semua ini akan mendakwaku di akhirat
kelak dan aku bimbang aku tidak dapat jawab hujah-hujah mereka sebagai khalifah
kerana aku tahu, yang menjadi pembela di pihak mereka adalah Rasulullah saw
Isterinya juga turut mengalir air mata.
Umar Ibn Abdul Aziz mula memeritah pada usia 36 tahun sepanjang tempoh 2 tahun 5
bulan 5 hari. Pemerintahan beliau sangat menakjubkan. Pada waktu inilah dikatakan tiada
siapa pun umat Islam yang layak menerima zakat sehingga harta zakat yang menggunung
itu terpaksa diiklankan kepada sesiapa yang tiada pembiayaan untuk bernikah dan juga
hal-hal lain.
Surat dari Raja Sriwijaya
Tercatat Raja Sriwijaya pernah dua kali mengirimkan surat kepada khalifah Bani
Umayyah. Yang pertama dikirim kepada Muawiyah I, dan yang ke-2 kepada Umar bin
Abdul-Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (860-940) dalam karyanya
Al-Iqdul Farid. Potongan surat tersebut berbunyi:[4]
Dari Rajadiraja; yang adalah keturunan seribu raja kepada Raja Arab yang tidak
menyekutukan tuhan-tuhan yang lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada
Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar
tanda persahabatan; dan saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat
mengajarkan Islam kepada saya, dan menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya.
Hari-hari terakhir Umar bin Abdul-Aziz
Umar bin Abdul-Aziz wafat disebabkan oleh sakit akibat diracun oleh pembantunya.
Umat Islam datang berziarah melihat kedhaifan hidup khalifah sehingga ditegur oleh
menteri kepada isterinya, Gantilah baju khalifah itu, dibalas isterinya, Itu saja
pakaian yang khalifah miliki.
Apabila beliau ditanya Wahai Amirul Mukminin, tidakkah engkau mau mewasiatkan
sesuatu kepada anak-anakmu?
6. Umar Abdul Aziz menjawab: Apa yang ingin kuwasiatkan? Aku tidak memiliki apa-
apa
Mengapa engkau tinggalkan anak-anakmu dalam keadaan tidak memiliki?
Jika anak-anakku orang soleh, Allah lah yang menguruskan orang-orang soleh. Jika
mereka orang-orang yang tidak soleh, aku tidak mau meninggalkan hartaku di tangan
orang yang mendurhakai Allah lalu menggunakan hartaku untuk mendurhakai Allah
Pada waktu lain, Umar bin Abdul-Aziz memanggil semua anaknya dan berkata: Wahai
anak-anakku, sesungguhnya ayahmu telah diberi dua pilihan, pertama : menjadikan kamu
semua kaya dan ayah masuk ke dalam neraka, kedua: kamu miskin seperti sekarang dan
ayah masuk ke dalam surga (kerana tidak menggunakan uang rakyat). Sesungguhnya
wahai anak-anakku, aku telah memilih surga. (beliau tidak berkata : aku telah memilih
kamu susah)
Anak-anaknya ditinggalkan tidak berharta dibandingkan anak-anak gubernur lain yang
kaya. Setelah kejatuhan Bani Umayyah dan masa-masa setelahnya, keturunan Umar bin
Abdul-Aziz adalah golongan yang kaya berkat doa dan tawakkal Umar bin Abdul-Aziz.
sumber : wikipedia indonesia