Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai gejala serangan hama pada tanaman, perilaku pemakanan berbagai jenis serangga hama, dan metode untuk mengestimasi kerugian hasil akibat serangan hama.
1 of 31
Downloaded 95 times
More Related Content
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
2. Pengenalan gejala dan tanda-tanda serangga,
tungau dan hama lainnya
Lokasi kerusakan pd
tanaman akibat
aktivitas pemakanan
oleh serangga dan
tipe kerusakannya
penting diketahui
oleh kita
Kutu daun
uret
Pengorok daun
Daun sobek2
Kutu sisik
3. Gejala serangan vs Perilaku Pemakanan
Serangga pengunyah :
- Memakan jaringan tanaman seperti daun, bunga, pucuk
dan ranting/batang
- Indikasi kerusakan : pinggiran daun sobek dan atau
berlubang, mengelupas dan adanya korok (lubang)
- Larva/imago kumbang, ulat, belalang, dll
- Kerusakan yang disebabkan dapat digunakan untuk
identifikasi serangga hama dan stadia serangga tersebut
4. Gejala serangan vs Perilaku Pemakanan
Kerusakan serangga pengunyah:
- Daun gundul dimakan oleh ulat secara bergerombol dan
menyisakan tulang daun
- Sebagian daun hilang oleh belalang atau ulat
- Permukaan daun rusak/terkelupas oleh thrips, larva
kumbang, keong
- Korokan pada daun oleh ulat pengorok (leafminer)
- Gerekan pada ranting dan cabang oleh ulat dan larva
kumbang. Biasanya terdapat kotoran coklat pada lubang
gerekan
- Tanaman kerdil karena perakaran dimakan larva kumbang
(uret)
5. Gejala serangan vs Perilaku Pemakanan
Kerusakan serangga pengunyah:
- Daun terlipat/bersatu pada tan kacang dan kapas karena
adanya ulat Lamprosema indicata dan ulat Sylepta sp
memakan jaringan daun dari dalam lipatan itu
- Daun menggulung pada tan pisangkarena ada ulat Erionota
thrax
- Pucuk dan bunga kacang panjang rusak dimakan ulat
Maruca testulalis menyebabkan produksi turun
- Bibit/tanaman sayuran terpotong karena ulat tanah
Agrotis ipsilon
6. Gejala serangan vs Perilaku Pemakanan
Serangga pengisap :
- Serangga mengisap cairan tanaman menggunakan alat
mulut yang disebut cucuk atau probosis
- Yang termasuk ke dalam serangga pengisap adalah aphid,
kutu sisik, kutu dompolan (mealy bugs), kepik, wereng dan
thrips
- Gejala yang ditimbulkan : bintik kuning, perubahan warna,
layu, layu, tanaman lemah dan embun madu. Embun madu
ialah kotoran asal kutu sisik, kutu dompolan dan wereng
- Serangga pengisap tertentu mengeluarkan toksin yang dpt
menyebabkan tanaman jadi sakit. Kerusakan itu dinamakan
toksemia atau fitotoksemia.
7. Gejala serangan vs Perilaku Pemakanan
Kerusakan serangga pemakan bagian dalam :
- Larva makan kayu/batang atau bagian tanaman lain
(bunga, buah) dari dalam, disebut penggerek. Akibatnya
kerusakan batang, tanaman roboh, ranting patah, bunga
rusak, buah rusak dan jatuh.
- Puru (gall) , terjadi karena adanya ZPT yang merangsang
pertumbuhan sel secara berlebihan. Adanya puru tsb
menguntungkan:cairan bergizi tinggi, dan bersifat protektif
- Jenis serangga yang terlibat: wereng Psyllid, lalat Cecido-
myiidae, kutu Aphididae, kutu Aleyroididae dan thrips
8. Gejala serangan vs Perilaku Pemakanan
Kerusakan serangga pengisap :
- Bintik daun (kuning atau coklat) akibat tusukan serangga
yang mengeluarkan toksin. Disebabkan oleh aphid, wereng
daun, kepik Helopetis
- Daun menggulung/keriting karena terjadinya malformasi
jaringan, disebabkan oleh serangan aphid
- Daun/pucuk dan bunga layu karena serangan kepik
- Daun membentuk puru karena serangan aphid, kutu sisik
- Buah mati prematur dan gugur karena kutu dompolan dan
kutu sisik
- Akar , ranting lemah dan mati mengering karena serangan
kutu dompolan dan kutu sisik
9. Gejala serangan vs Perilaku Pemakanan
Kerusakan pada produk penyimpanan (stored products):
- Serangga hama menyebabkan penurunan kuantitas dan
kualitas produk tanaman (bahan makanan)
- Penurunan kuantitas : hilangnya bahan makanan karena
dimakan untuk pertumbuhan dan perkembangan serangga
- Penurunan kualitas : adanya urine, sisa tubuh dan feses,
dan perubahan warna dan bau akan menurunkan kualitas
bahan makanan
- Beberapa jenis hama : Sitophilus oryzae, Oryzaephillus
surinamensis, Tribolium castaneum, Stegobium paniceum,
Callosobruchus sinensis adalah contoh seranngga hama
perusak produk penyimpanan
10. Gejala serangan vs Perilaku Pemakanan
Serangga penular/vektor dan pembawa:
- Serangga hama tertentu menjadi penular (vector) patogen
virus yang menyebabkan penyakit tanaman
- Kutudaun Aphis spp, kutu kebul Bemisia tabaci, wereng
hijau dan wereng batang coklat menjadi vektor penting
pada tanaman budidaya
- Beberapa jenis serangga hama menjadi pembawa (carrier)
patogen (virus, mikoplasma, bakteri, jamur). Serangga tsb
membawa patogen pada bagian tubuhnya (alat mulut,
tungkai) dan menularkannya ke tanaman lain.
11. Gangguan hama terhadap hasil
Hama dapat menyebabkan kerugian dengan cara sbb:
1. Pertanaman muda: benih/bibit rusak akibat serangan hama
2. Luas area fotosintetik : berkurang akibat pemakanan hama
daun (ulat, kumbang, belalang)
3. Pengambilan air/hara : terganggu akibat serangan hama akar,
rayap dan penggerek batang
4. Translokasi hasil fotosintesis : terganggu akibat serangan
penggerek batang, berbagai jenis kutu dll
5. Organ penyimpanan : rusak akibat serangan penggerek umbi,
tukus dll
6. Organ reproduksi: rusak akibat serangan lalat buah, kepik,
kutu dll
12. Kehilangan hasil adalah pengurangan produk tanaman, baik
kuantitas maupun kuantitasnya oleh hama.
Dua tipe kerusakan (damage) yang menyebabkan kehilangan:
1. Kerusakan langsung: kerusakan yang berpengaruh langsung
terhadap produk ekonomis (digunakan). Contoh : kerusakan
pada buah dan daun yang dijual/dikonsumsi langsung.
Kerusakan dapat menurunkan nilai ekonominya.
2. Kerusakan tidak langsung : kerusakan yang tidak langsung
berpengaruh terhadap produk ekonomis. Contoh : kerusakan
pada daun tanaman tertentu tidak langsung menurunkan nilai
ekonomi buah yang dihasilkan tanaman.
Kehilangan Hasil (Losses)
13. Metode Pendugaan Kehilangan Hasil
Evaluasi kerusakan akibat hama sangat membantu dalam
menentukan status ekonomi suatu hama, penetapan ambang
ekonomi dan aras luka ekonomi, efektivitas pengendalian,
evaluasi verietas yg ditanam, peranan berbagai hama.
Asesmen kerusakan akibat hama melibatkan :
1. Penemuan kerusakan pada tanaman
2. Penentuan identitas hama dan penilaian awal keseriusan
3. Penentuan pengaruh terhadap tanaman dan seluruh produksi,
melibatkan penelitian hubungan antara populasi hama dan
pengaruhnya
4. Pengukuran pengaruh lokal dan nasional terhadap produksi dan
manajemen.
14. Metode Pendugaan Kehilangan Hasil
Hubungan populasi hama dan Kerusakan:
Secara umum ada dua tipe hubungan serangan hama dan hasil,
yaitu tipe 1 dan tipe 2. Tipe 1 terjadi pada serangan serangga
vektor penyakit dan tipe 2 terjadi pada serangan serangga
hama dimana tanaman msh mampu mentoleransi kerusakan
Rendah Tinggi Rendah TinggiSerangan Serangan
Gambar 1 Gambar 2Gambar 1
16. Metode Pendugaan Kehilangan Hasil
Hubungan populasi hama dan Kerusakan (pengembangan):
Gambar 3
A. Hub garis lurus kerusakan langsung
B. Hub. Bentuk S atau sigmoid
C. Hub logaritmik
D. Kehilangan hasil cepat pd serangan rendah : serangga vektor; cosmetic
damage
E. Peningkatan hasil : toleransi tinggi
F. Tidak ada hubungan
17. Metode Pendugaan Kehilangan Hasil
Teknik eksperimental dalam penetapan kehilangan hasil oleh
serangga hama:
1. Perbandingan hasil di lapangan dengan tingkat serangan
yang berbeda pada kondisi alami. Keuntungan cara ini : a.
Respon hasil tanaman thdp serangan hama tepat sesuai
kondisi lapangan; b. Tidak ada pengaruh samping pestisida; c.
Tidak ada interferensi; d. Penyebaran hama alami.
2. Eksklusi hama dengan penghalang mekanis, membanding-
kan hasil secara langsung. Tanaman dikandangkan, kemudian
serangga diinfestasikan pada tanaman dengan tingkat
populasi berbeda.
18. Metode Pendugaan Kehilangan Hasil
Keuntungan cara infestasi buatan ini adalah infestasi dapat
dikendalikan dan faktor lain dapat dibuang.
3. Eksklusi hama, atau pengurangan populasi hama dengan dg
menggunakan pestisida, membandingkan hasil secara
langsung. Cara ini dpt digunakan dengan infestasi buatan,
percobaan kurungan dan cara-cara lain.
Keuntungan cara ini ialah populasi dpt dikendalikan, sdgkn
kelemahannya : pestisida mengurangi hasil (jika bersifat
fitotoksik), mempengaruhi hama lain, pestisida dpt
membunuh/menolak parasitoid, yg mempengaruhi populasi
hama, adanya layangan (drift) yg dpt mempengaruhi plot lain.
19. Metode Pendugaan Kehilangan Hasil
4. Kajian kerusakan yang disimulasikan
Kerusakan hama dpt disimulasikan dengan simulasi kerusakan
buatan. Salah satunya adalah membuang daun dg tingkat yg
berbeda. Hasil kegiatan diatas dapat dibandingkan dengan
kontrol.
20. Ekonomi pengendalian hama
Bionomik : kajian tentang hubungan antara jumlah hama, respon
tanaman thd perlukaan, dan bentuk kehilangan ekonomi yd dpt
dijadikan dasar dalam membuat keputusan.
Hubungan antara kepadatan populasi hama dan keuntungan yang
diperoleh dari tindakan pengendalian dinyatakan melalui nilai
ambang yang dinamakan aras luka ekonomi (ALE) dan ambang
ekonomi (AE).
Kerusakan ekonomi. Adalah jumlah perlukaan/tingkat kerusakan
yang dijadikan bahan pertimbangan untuk pengendalian buatan
(pestisida).
Batas kerusakan, ambang kerusakan. Batas kerusakan ialah aras
terendah perlukaan yang dapat dikendalikan. Aras ini terjadi
sebelum kehilangan ekonomi.
21. Ekonomi pengendalian hama
Batas kerusakan,ambang kerusakan. Batas kerusakan ialah aras
terendah perlukaan yang dapat dikendalikan. Aras ini terjadi
sebelum kehilangan ekonomi. Jika dinyatakan dg istilah hasil,
kehilangan ekonomi dicapai pd ambang perolehan, yg tiada lain
adalah batas kerusakan. Untuk komoditas yang bernilai tinggi,
batas kerusakan dekat sekali dg ambang perolehan.
Aras luka ekonomi. Ialah tingkat populasi terendah yg menyebab-
kan kerusakan ekonomi. ALE ini menjadi nilai dasar yg dapat
menentukan apakah status hama itu destruktif atau potensial.
Ambang ekonomi, ambang aksi. AE berbeda dengan ALE dalam
praktik. AE ialah kepadatan populasi yg tindakan pengendalian
dpt dilakukan untuk mencegah peningkatan populasi yg
merugikan secara ekonomi. Jadi AE berkaitan dg waktu tindakan
22. Ekonomi pengendalian hama
Prosedur penentuan nilai ambang :
1. Menghitung rasio cost benefit
2. Menetapkan hubungan antara serangan hasil tanaman,
menggunakan analisis regresi
3. Menghitung nilai ALE menggunakan metode Pedigo (1989).
Ambang pendapatan (AP) : nilai/ukuran penting dalam pengelolaan
hama. Nilai tsb dinyatakan dengan jumlah hasil yg dapat
dipanen berkenaan dengan kegatan pengendalian.
Ambang pendapatan (AP) = biaya manajemen (Rp/ha)/nilai produk
(Rp/kg) = ......kg/ha
23. Ekonomi pengendalian hama
Contoh, biaya aplikasi pestisida untuk mempertahankan populasi
aphid 50 ekor/tan pada mustard Rp 450.000 per ha, harga biji
mustard Rp 15.000/kg; ambang pendapatan Rp 450.000/Rp
15.000 = 30 per kg. Ini artinya peningkatan hasil atau
pendapatan 30 kg per ha untuk aplikasi pestisida dianggap
ekonomis.
ALE = ambang pendapatan/kehilangan hasil setiap serangga;
Contoh, jika AP = 30 kg per ha dan kerusakan per aphid 1,5 kg per
ha, maka ALE =30/1,5 = 20 +50 (aras dasar) = 70 aphid per tan.
Dengan demikian, jika dalam pengambilan sampel ditemukan
aphid >70 ekor/tan., maka perlu dilakukan aplikasi pestisida.
24. Ekonomi pengendalian hama
ALE dapat dirumuskan sbb:
ALE = C/VIDK
C= biaya pengendalian (Rp/ha); V= harga produk (Rp/ton);
I = Kerusakan tanaman (persen defoliasi /serangga); D= kehilangan hasil (ton);
K=proporsi pengurangan populasi karena aplikasi pestisida
Jika C= Rp 300.000; V=Rp 150.000/ton; I= 0,01 (1 persen); D= 0,05
ton/100 serangga; K= 0,8 (80 persen); maka :
ALE = C/VIDK = 300.000/(150.000 x 0,01 x 0,05 x 0,8)
= 7500 serangga/ha atau 0,75 serangga/m2
Berikut ini contoh nilai ambang ekonomi
27. Penggunaan ambang ekonomi dalam praktik
pengendalian
1. Tanpa menggunakan nilai ambang; menggunakan sistem
kalender (penjadwalan). Alasan : kerusakan hama tdk dapat
disembuhkan begitu hama terdeteksi; adanya serangga hama yg
beran sbg vektor; kegiatan pengamatan tdk bisa dilakukan.
2. Ambang nominal. Ini berdasarkan pengalaman petani, petugas
dan peneliti; bersifat statis. Ada yang dinamakan Ambang Rasa,
krn ambang ini berbasis perasaan petani.
3. Ambang sederhana. Ambang ini berbasis hasil penelitian, dgn
memasukkan harga produk, biaya pengendalian, besar
kehilangan dan berat hasil.
4. Ambang konprehensif. Ambang ini memperhatikan kondisi
ekosistem dan dinamikanya, termasuk respon tanaman dan
tingkat parasitasi.
28. Pengambilan sampel dalam program
pemantauan hama
Proses pengambilan sampel memerlukan teknik tertentu
tergantung pada jenis tanaman, jenis hama dan luasan
pertanaman.
Teknik pengamatan dan pengambilan sampel harus praktis dan
dapat dipercaya.
Faktor yg mempengaruhi kegiatan tersebut :
1. Sifat dan keterampilan petrugas pengamat: perlu pelatihan
khusus; pembuatan buku petunjuk dan standarisasi tabel
pengamatan.
2. Keadaan lingkungan setempat: berkaitan dg kegiatan serangga
(siang atau malam) dan kondisi iklim.
3. Sifat sebaran spasial hama: tergantung dari karakter populasi
hama : reguler, random, mengelompok
29. Pengambilan sampel dalam program
pemantauan hama
Metode pengambilan sampel :
1. Metode mutlak. Dinyatakan dlm jumlah individu per satuan unit
permukaan tanah atau habitat serangga yg diamati. Jumlah individu
per tanaman dpt dikonversikan pada unit permukaan tanah. Jika
dlm 1 m2
terdapat tanaman padi 16 rumpun dan pada 1 rumpun
ada 10 ekor wereng, maka dlm luasan 1 m2
terdapat 160 ekor
wereng
2. Metode nisbi. Umumnya menggunakan perangkap serangga
(jebakan, lampu), jala ayun (insect net) dan pengisap (D-vac).
3. Metode indeks populasi. Biasanya menggunakan bekas yang
ditinggalkan atau digunakan hama. Misalnya kotoran, kokon,
dan sarang. Selanjutnya menginterpretasikannya.
30. Pengambilan sampel dalam program
pemantauan hama
Penyusunan program pengambilan sampel :
1. Penentuan unit sampel : satuan luas, satuan volume, bagian
tanaman/tanaman, jumlah serangga/satuan waktu,
bentuk/stadia hama.
2. Penentuan interval sampel: jarak/interval pengamatan tgt pd
jenis tanaman, tingkat tumbuh tanaman, siklus hidup hama,
tujuan pengambilan sampel, cuaca dan SDM
3. Penentuan ukuran sampel: dipengaruhi oleh varians (distribusi
data sampel) dan biaya pengambilan sampel.
4. Disain pengambilan sampel : acak sederhana, pola acak
berlapis, pola sistematik.
5. Mekanisme pengambilan sampel : pengamatan/penghitungan
langsung dan tdk langsung.
31. Pengambilan sampel dalam program
pemantauan hama
Pengambilan sampel secara beruntun (sequential sampling):
dianggap hemat biaya, waktu dan tenaga. Teknik sequential
sampling membutuhkan informasi lengkap tentang karakter
hama dan pemencaran hama di pertanaman.