際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
JAKARTA - Sejak ditetapkan sebagai Cagar Biosfer dari UNESCO pada Juli 2012 silam,
Wakatobi semakin berupaya membangun sektor pariwisata dengan melestarikan lingkungan.
Predikat ini membuat kami saat ini lebih fokus dalam mengembangkan sektor pariwisata
dan menjaga budaya, terutama berbasis lingkungan yang bertumpu pada sumber daya laut
dengan keanekaragaman hayati yang dimiliki, kata Sudjito, Sekretaris Daerah Pemerintah
Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, kepada Okezone, usai konferensi pers Cagar
Biosfer Wakatobi dan Manfaatnya bagi Ekosistem Laut di Indonesia di Jakarta, Kamis
(6/2/2014).
Salah satu bentuk nyata pelestarian lingkungan tersebut adalah menjaga kearifan lokal
Wakatobi. Kami bersyukur masyarakat adat dilibatkan sehingga kearifan lokal yang telah
berlangsung turun-temurun kembali dikuatkan, ujar La Ode Usman Baga, Ketua Lembaga
Adat Mandati Pulau Wangi-Wangi, Ibu Kota Kabupaten Wakatobi, pada kesempatan yang
sama.
Hal serupa juga dinyatakan Jaenuddin, tokoh adat Wali Binongko, yang mengatakan bahwa
masyarakat berbondong-bondong menjaga alam dari tangan jahil manusia dengan
menerapkan hukum adat. Dengan hukum adat, semua yang salah harus bertanggung jawab.
Seperti melakukan pengeboman ikan, mereka akan dikenakan sanksi adat dikucilkan dan
dibiarkan hidup sendiri sampai mati kalau tidak mau membayar denda yang telah
ditetapkan, jelasnya.
Kabupaten Wakatobi di Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki kondisi geografis yang unik
dengan hanya tiga persen kawasannya berupa daratan. Di sinilah letak Taman Nasional
Wakatobi dengan luas 1.390 ribu hektare yang meliputi 39 pulau, 3 gosong, serta 5 atol.
Suku Bajo Miliki Kearifan Lokal Manfaatkan Laut
Wangi-wangi (ANTARA News) - Pakar kelautan dari Universitas Diponegoro Prof Dr Ir
Sahala Hutabarat Msc mengatakan, masyarakat Suku Bajo yang ada di berbagai pelosok
Indonesia memiliki kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya kelautan di sekitarnya.
"Masyarakat Suku Bajo memiliki ilmu pengetahuan sangat tinggi tentang kelautan, namun
tidak diberdayakan sehingga mereka masih hidup di bawah garis kemiskinan," katanya di
Wangi-wangi, Ibu Kota Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis.
Sahala berada di Wangi-wangi mengikuti rombongan Menteri Pertahanan (Menhan)
Purnomo Yusgiantoro bersama Ny Lis Yusgiantoro dan rombongan.
Rombongan Menhan ke wilayah itu dalam rangka menerima peserta Sail Wabatobi Belitong
2011 dan menyaksikan pernikahan massal bawah laut di Pantai Desa Sombu, Kecamatan
Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi.
Menurut Sahala, kondisi kehidupan masyarakat Suku Bajo yang ironis itu terjadi karena
selama berpuluh-puluh tahun bangsa ini merdeka dari penjajahan, komunitas Bajo hanya
dipandang sebagai obyek pembangunan yang tidak pernah dilihat potensi yang dimilikinya.
Oleh karena itu, kata dia, melalui momentum Sail Wakatobi Belitong (SWB) 2011,
masyarakat Suku Bajo yang memiliki kearifan lokal dalam mengelola sumber daya kelautan
itu, sudah saatnya diberdayakan dengan cara membina dan mendidik mereka dengan berbagai
pengetahuan sehingga bisa bangkit dari himpitan kemiskinan.
"Sudah saatnya masyarakat Suku Bajo ikut dilibatkan dalam pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya kelautan yang melimpah ruah ini, sehingga mereka bisa menikmati kehidupan
layak sama seperti suadara-saudara lainnya di Tanah Air," katanya.
Di wilayah perairan laut Wakatobi sendiri di mana sebagian masyarakat Suku Bajo hidup,
kata Sahala, memliki potensi sumber daya alam kelautan yang cukup melimpah.
Menurut hasil penelitian WWF, kata dia, di dalam perairan laut tersebut terdapat sebanyak
750 jenis terumbu karang dan 942 jenis ikan dan beragam biota laut.
"Idealnya, masyarakat Suku Bajo yang hidup di tengah sumber daya alam yang
berkelimpahan itu, hidup sejahtera, namun yang terjadi justru sebaliknya, mereka hidup tetap
miskin," katanya.
Makanya, kata dia, pemerintah terutama Pemerintak Kabupaten Wakatobi dan Pemprov
Sulawesi Tenggara seyogyanya memanfaatkan momentum SWB 2011 ini untuk mengangkat
potensi masyarakat Suku Bajo, sehingga keluarga mereka bisa hidup layak.
"Kalau potensi masyarakat Suku Bajo ini diberdayakan, tidak hanya bisa mengangkat harkat
dan masyarakat Suku Bajo sendiri, akan tetapi memberi kontribusi besar bagi pendapatan
daerah Wakatobi, bahkan pendapatan nasional," katanya. (Ant)
KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT WAKATOBI DALAM TRADISI LISAN
KABANTI
ABSTRAK
Oleh: Sumiman Udu[2]
Setiap daerah memiliki kearifan lokal dalam melindungi berbagai aset mereka. Baik
aset sember daya alam maupun aset sosial mereka. Oleh karena itu, penelusuran mengenai
kearifan lokal tersebut dapat menjembatani pemikiran pemerintah dan masyarakat dalam
pembangunan daerah di masa yang akan datang. Karena karateristik daerah akan
mempengaruhi pemerintah dalam mendekati pembangunan di daerahnya masing-masing.
Penelitian mengenai kearifan lokal masyarakat Wakatobi dalam kabanti ini dilakukan
dengan menggunakan pendekatan etnografi. Sehingga data penelitian ini adalah data
lapangan yang disajikan dengan menggunakan sudut pandang masyarakat dalam melihat
berbagai konsep kehidupan masyarakat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Wakatobi memiliki pandangan
yang positif tentang pantai, laut dan hubungan sosial. Masyarakat Wakatobi memandang laut
sebagai sumber kehidupan mereka, tempat penyelesaian masalah, tempat mencari hidup dan
tempat hidup mereka yang terakhir. Di samping itu, masyarakat Wakatobi juga memiliki
pandangan bahwa hutan adalah suatu yang penting dalam kehidupan mereka. Dan terakhir,
adalah bahwa kehidupan masyarakat Wakatobi akan terjaga dengan baik, dimana terdapatnya
batas-batas pergaulan yang jelas, antara laki-laki dan perempuan dewasa.
kata kunci: kearifan lokal, kabanti, masyarakat Wakatobi
Indahnya kearifan lokal wakatobi ( membangun politik berbasis kearifan lokal)
Diposkan oleh Marwan Pada 09.43
Dunia bagai daun kelor adalah istilah untuk menggambarkan kehdidupan gobalisasi.
Globalisasi telah menjadikan letak geografis dan waktu bukanlah penghambat dalam
berinteraksi sesama masyarakat dunia. Globalisasi telah banyak merubah pola kehdipan
manusia di berbagai bidang seperti ekonomi, politik, budaya dan lainnya. Globalisasi ditandai
dengan kemajuan IPTEK telah membawa nilai-nilai kehidupan yang baru dan kebanyakan
berbeda dengan nilai kearifan lokal wakatobi.
Gobalisasi yang selalu di identikan dengan moderenisasi atau bahkan term lain adalah
westernisasi (pembaratan). Hal ini di akibatkan karna yang menguasasi dan mendominasi
globalisasi ini adalah kebudayaan barat yang individualistis. Ideology liberalisme telah
memanfaatkan globalisasi sebagai kuda tunggangan menuju tujuan yang diinginkan.
Sehingga kehidupan masyarakat yang memiliki kearifan lokal yang begitu indah telah
terkikis dan tergantikan oleh kehidupan liberalisme yang dimiliki barat.
Inilah realitas yang terjadi di wakatobi. Berangkat dari keadaan ini maka sebagai masayarakat
wakatobi patut meraih kembali kearifan local kita milki tersebut. Tugas ini harus dilakukan
oleh segenap elemen masyarakat wakatobi. Tapi yang harusnya sangat perperan disini adalah
pemerintah yang memiliki kekuasaan dan otoritas yang tinggi bagi keberlangsungan
kehidupan wakatobi.
Tulisan ini hanya menspesifikasikan pengkajian pada kondisi politik wakatobi. Dan
mengingkan menciptakn kehidupan politik yang berbasis pada kekeluargaan (salah-satu
kearifan lokal yang kita miliki). Hal ini dilakukan karna menjelang pemilihan kepala daerah
(pilkada) wakatobi yang nantinya akan menentukan siapa nakhkoda wakatobi kedepan.
Menyoal kehidupan politik maka kita tidak bisa lepaskan dengan mesin politik demokrasi.
Demokrasi yang ada hari ini digunakan baik Indonesia dalam skala yang luas maupun
wakatobi dalam skala yang khusus telah mengadopsi demokrasi ala barat yang sekali lagi
saya tegaskan bahwa nilai yang di bawanya adalah individualistis. Sehingga kita dapat
melihat menjelang suasana pilkada 2011 kehidupan masyarakat wakatobi sangat rentan
dengan konflik. Iniah disebabkan karna ada sekat yang coba di tampilkan sehingga
menimbulkan sikap ke-akuan bukan ke-kitaan. Sikap masyarakat seperti ini disebabkan salah
satunya karna segenap elemen masyarakat terlebih pemerintah tidak menyadari dan tidak
memberikan pendidikan politik yang berbasis pada kearifan lokal yang kita miliki.
Kearifan lokal wakatobi sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan (egaliter).
Misalnya ada falasafah hidup yang ada di Tomia yaitu poasa-asa pohamba-hamba (ini
adalah sala satu contoh dan saya yakin masih banyak contoh lain baik di tomia sendiri
maupun di kecamatan lain yg ada di wakatobi tapi pasti semua menggambarkan kebersamaan
dalam hidup). Sungguh sangat berbeda dengan budaya poltik wakatobi yang mengdopsi nilai
individdualistis globalisasi. Namun masyarakat tak banyak menyadari hal ini dan
pemerintahpun hanya asik terkonsentrasi pada hal-hal lain (misalnya sibuk mempromosikan
wakatobi).
Di tengah iklim politik wakatobi yang mulai memanas, masyarakat mulai terpisah-pisah
menurut sikap politik yang dimilikinya. Namun akibat ketidak pahaman masyarakat terhadap
kearifan lokal atau kekeluargaan yang kita miliki sehingga berujung pada terputusnya tali
silaturahmi antarsesama. Masyarakat yang sebelumnya menampakan kehidupan yang
layaknya keluarga telah tergantikan oleh sikap individualistis yang terpolakan oleh system
politik yang ada. Karna sikap fanatik mendukung salah-satu kandidat, mereka rela saling
membenci.
Salah-satu yang menyebabkan ini adalah adanya money politic (politik uang) yang sangat
jauh dari karakter masyarakat. Bukankah kearifan lokal telah mengajarkan kita saling kerja
sama yang baik? Kerja sama yang tak mengharapkan imbalan. Tapi justru hal ini telah
diciderai oleh para kandidat yang tidak bersih dalam berpolitik. Sifat ini merupakan
tampakan atau indikasi-indikasi KKN yang nantinya berpotensi terjadi jika mereka terpilih.
Inilah contah kecil yang terjadi. Tentunya para pembaca labih tau lagi dan memiliki hati
nurani untuk membimbing kita melakukan hal-hal yang benar dan terbaik. Tidak menjadi
sebab dan mengkompori terjadinya konflik akibat pilkada. Oleh karna itu yang kita lakukan
bagaimana menyadarkan kepada masyarakat agar lebih memahami politik dengan baik.
Politik yang disandarkan pada nilai kearifan lokal yang kita miliki yaitu politik kekeluargaan.
Atau istilah lainnya adalah demokrasi kekeluargaan bukan demokrasi liberal ala barat yang
tidak sesuai dengan karakter masyarkat wakatobi. sehingga wakatobi akan terbangun budaya
politik yang indah dan dinamis yang tetap menjaga hubungan kekeluargaannya.

More Related Content

Similar to Wakatobi (20)

Kontribusi pemerintah dan masyarakat dalam melestarikan kebudayaan
Kontribusi pemerintah dan masyarakat dalam melestarikan kebudayaanKontribusi pemerintah dan masyarakat dalam melestarikan kebudayaan
Kontribusi pemerintah dan masyarakat dalam melestarikan kebudayaan
BabyHenry
Perubahan Sosoial Pada Masyarakat Bajo Wakatobi
Perubahan Sosoial Pada Masyarakat Bajo WakatobiPerubahan Sosoial Pada Masyarakat Bajo Wakatobi
Perubahan Sosoial Pada Masyarakat Bajo Wakatobi
Muhammad Mardhan
Transformasi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir & Pedalaman di Kalimantan
Transformasi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir & Pedalaman di KalimantanTransformasi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir & Pedalaman di Kalimantan
Transformasi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir & Pedalaman di Kalimantan
Tri Widodo W. UTOMO
(SKRIPSI) PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU BAJO DI ...
(SKRIPSI) PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU BAJO DI ...(SKRIPSI) PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU BAJO DI ...
(SKRIPSI) PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU BAJO DI ...
Sansanikhs
Makalah kebudayaan
Makalah kebudayaanMakalah kebudayaan
Makalah kebudayaan
Jaka_caniago
pegertian kota
pegertian kotapegertian kota
pegertian kota
rahayu ayu
2 DIALOG BUDAYA SEPT 2023..pptx
2 DIALOG BUDAYA SEPT 2023..pptx2 DIALOG BUDAYA SEPT 2023..pptx
2 DIALOG BUDAYA SEPT 2023..pptx
KomunitsSawerigading
Budaya masyarakat nelayan-kusnadi
Budaya masyarakat nelayan-kusnadiBudaya masyarakat nelayan-kusnadi
Budaya masyarakat nelayan-kusnadi
Dzulfikar Rizka
Pengertian keanekaragaman budaya
Pengertian keanekaragaman budayaPengertian keanekaragaman budaya
Pengertian keanekaragaman budaya
Lusi Puspita Sari
Seri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desa
Seri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desaSeri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desa
Seri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desa
Agus hariyanto
Dinamika Perubahan Budaya dan Tantangan Literasi Digital terhadap Masyarakat ...
Dinamika Perubahan Budaya dan Tantangan Literasi Digital terhadap Masyarakat ...Dinamika Perubahan Budaya dan Tantangan Literasi Digital terhadap Masyarakat ...
Dinamika Perubahan Budaya dan Tantangan Literasi Digital terhadap Masyarakat ...
Dadang Solihin
Bineka tunggal ika pendidikan pancasila.pdf
Bineka tunggal ika pendidikan pancasila.pdfBineka tunggal ika pendidikan pancasila.pdf
Bineka tunggal ika pendidikan pancasila.pdf
trisnaarief1
MAKALAH KEBUDAYAAN TINJU ADAT (ETU).docx
MAKALAH KEBUDAYAAN TINJU ADAT (ETU).docxMAKALAH KEBUDAYAAN TINJU ADAT (ETU).docx
MAKALAH KEBUDAYAAN TINJU ADAT (ETU).docx
titin786932
KARAKTERISTIK SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT.pptx
KARAKTERISTIK SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT.pptxKARAKTERISTIK SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT.pptx
KARAKTERISTIK SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT.pptx
IinPermatasari2
Makalah perubahan kebudayaan karena pengaruh dari luar
Makalah perubahan kebudayaan karena pengaruh dari luarMakalah perubahan kebudayaan karena pengaruh dari luar
Makalah perubahan kebudayaan karena pengaruh dari luar
Mara Sutan Siregar
125 globalisasi tidak merubah tradisi
125 globalisasi tidak merubah tradisi125 globalisasi tidak merubah tradisi
125 globalisasi tidak merubah tradisi
riadhi
Seri 7 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Badan Usaha Milik Desa
Seri 7 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Badan Usaha Milik DesaSeri 7 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Badan Usaha Milik Desa
Seri 7 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Badan Usaha Milik Desa
Agus hariyanto
Buku 7-bdan-usaha-milik-desa
Buku 7-bdan-usaha-milik-desaBuku 7-bdan-usaha-milik-desa
Buku 7-bdan-usaha-milik-desa
rastilah iyas
Keberagaman Budaya budaya di negara Indonesia
Keberagaman Budaya budaya di negara IndonesiaKeberagaman Budaya budaya di negara Indonesia
Keberagaman Budaya budaya di negara Indonesia
AsmayeniBakar
Kontribusi pemerintah dan masyarakat dalam melestarikan kebudayaan
Kontribusi pemerintah dan masyarakat dalam melestarikan kebudayaanKontribusi pemerintah dan masyarakat dalam melestarikan kebudayaan
Kontribusi pemerintah dan masyarakat dalam melestarikan kebudayaan
BabyHenry
Perubahan Sosoial Pada Masyarakat Bajo Wakatobi
Perubahan Sosoial Pada Masyarakat Bajo WakatobiPerubahan Sosoial Pada Masyarakat Bajo Wakatobi
Perubahan Sosoial Pada Masyarakat Bajo Wakatobi
Muhammad Mardhan
Transformasi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir & Pedalaman di Kalimantan
Transformasi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir & Pedalaman di KalimantanTransformasi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir & Pedalaman di Kalimantan
Transformasi Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir & Pedalaman di Kalimantan
Tri Widodo W. UTOMO
(SKRIPSI) PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU BAJO DI ...
(SKRIPSI) PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU BAJO DI ...(SKRIPSI) PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU BAJO DI ...
(SKRIPSI) PENDIDIKAN FORMAL DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT NELAYAN SUKU BAJO DI ...
Sansanikhs
Makalah kebudayaan
Makalah kebudayaanMakalah kebudayaan
Makalah kebudayaan
Jaka_caniago
pegertian kota
pegertian kotapegertian kota
pegertian kota
rahayu ayu
2 DIALOG BUDAYA SEPT 2023..pptx
2 DIALOG BUDAYA SEPT 2023..pptx2 DIALOG BUDAYA SEPT 2023..pptx
2 DIALOG BUDAYA SEPT 2023..pptx
KomunitsSawerigading
Budaya masyarakat nelayan-kusnadi
Budaya masyarakat nelayan-kusnadiBudaya masyarakat nelayan-kusnadi
Budaya masyarakat nelayan-kusnadi
Dzulfikar Rizka
Pengertian keanekaragaman budaya
Pengertian keanekaragaman budayaPengertian keanekaragaman budaya
Pengertian keanekaragaman budaya
Lusi Puspita Sari
Seri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desa
Seri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desaSeri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desa
Seri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desa
Agus hariyanto
Dinamika Perubahan Budaya dan Tantangan Literasi Digital terhadap Masyarakat ...
Dinamika Perubahan Budaya dan Tantangan Literasi Digital terhadap Masyarakat ...Dinamika Perubahan Budaya dan Tantangan Literasi Digital terhadap Masyarakat ...
Dinamika Perubahan Budaya dan Tantangan Literasi Digital terhadap Masyarakat ...
Dadang Solihin
Bineka tunggal ika pendidikan pancasila.pdf
Bineka tunggal ika pendidikan pancasila.pdfBineka tunggal ika pendidikan pancasila.pdf
Bineka tunggal ika pendidikan pancasila.pdf
trisnaarief1
MAKALAH KEBUDAYAAN TINJU ADAT (ETU).docx
MAKALAH KEBUDAYAAN TINJU ADAT (ETU).docxMAKALAH KEBUDAYAAN TINJU ADAT (ETU).docx
MAKALAH KEBUDAYAAN TINJU ADAT (ETU).docx
titin786932
KARAKTERISTIK SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT.pptx
KARAKTERISTIK SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT.pptxKARAKTERISTIK SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT.pptx
KARAKTERISTIK SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT.pptx
IinPermatasari2
Makalah perubahan kebudayaan karena pengaruh dari luar
Makalah perubahan kebudayaan karena pengaruh dari luarMakalah perubahan kebudayaan karena pengaruh dari luar
Makalah perubahan kebudayaan karena pengaruh dari luar
Mara Sutan Siregar
125 globalisasi tidak merubah tradisi
125 globalisasi tidak merubah tradisi125 globalisasi tidak merubah tradisi
125 globalisasi tidak merubah tradisi
riadhi
Seri 7 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Badan Usaha Milik Desa
Seri 7 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Badan Usaha Milik DesaSeri 7 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Badan Usaha Milik Desa
Seri 7 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Badan Usaha Milik Desa
Agus hariyanto
Buku 7-bdan-usaha-milik-desa
Buku 7-bdan-usaha-milik-desaBuku 7-bdan-usaha-milik-desa
Buku 7-bdan-usaha-milik-desa
rastilah iyas
Keberagaman Budaya budaya di negara Indonesia
Keberagaman Budaya budaya di negara IndonesiaKeberagaman Budaya budaya di negara Indonesia
Keberagaman Budaya budaya di negara Indonesia
AsmayeniBakar

More from EDIS BLOG (20)

DESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUM
DESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUMDESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUM
DESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUM
EDIS BLOG
Efective Communication (Communication Skill)
Efective Communication (Communication Skill)Efective Communication (Communication Skill)
Efective Communication (Communication Skill)
EDIS BLOG
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik HutanTerjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
EDIS BLOG
FAMILY THEACEA
FAMILY THEACEAFAMILY THEACEA
FAMILY THEACEA
EDIS BLOG
Makalah sosiologi hutan dan lingkungan
Makalah sosiologi hutan dan lingkunganMakalah sosiologi hutan dan lingkungan
Makalah sosiologi hutan dan lingkungan
EDIS BLOG
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
EDIS BLOG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
EDIS BLOG
Ekonomi sumber daya hutan FHIL UHO 2014 Produksi, Proses Produksi, Dan Sumber...
Ekonomi sumber daya hutan FHIL UHO 2014 Produksi, Proses Produksi, Dan Sumber...Ekonomi sumber daya hutan FHIL UHO 2014 Produksi, Proses Produksi, Dan Sumber...
Ekonomi sumber daya hutan FHIL UHO 2014 Produksi, Proses Produksi, Dan Sumber...
EDIS BLOG
Klimatologi hutan
Klimatologi hutanKlimatologi hutan
Klimatologi hutan
EDIS BLOG
KELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARAKELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARA
EDIS BLOG
RADIASI MATAHARI
RADIASI MATAHARIRADIASI MATAHARI
RADIASI MATAHARI
EDIS BLOG
KELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARAKELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARA
EDIS BLOG
HIDROLOGI HUTAN
HIDROLOGI HUTANHIDROLOGI HUTAN
HIDROLOGI HUTAN
EDIS BLOG
PENGERTIAN LIMBAH
PENGERTIAN LIMBAHPENGERTIAN LIMBAH
PENGERTIAN LIMBAH
EDIS BLOG
DIABETES MALITUS
DIABETES MALITUSDIABETES MALITUS
DIABETES MALITUS
EDIS BLOG
EPIDEMILOGI
EPIDEMILOGIEPIDEMILOGI
EPIDEMILOGI
EDIS BLOG
PENGANTAR EPIDEMILOGI
PENGANTAR EPIDEMILOGIPENGANTAR EPIDEMILOGI
PENGANTAR EPIDEMILOGI
EDIS BLOG
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
EDIS BLOG
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKATPENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT
EDIS BLOG
Tipe buah
Tipe buahTipe buah
Tipe buah
EDIS BLOG
DESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUM
DESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUMDESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUM
DESKRIPSI PALAQUIUM ABOVATUM
EDIS BLOG
Efective Communication (Communication Skill)
Efective Communication (Communication Skill)Efective Communication (Communication Skill)
Efective Communication (Communication Skill)
EDIS BLOG
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik HutanTerjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
EDIS BLOG
FAMILY THEACEA
FAMILY THEACEAFAMILY THEACEA
FAMILY THEACEA
EDIS BLOG
Makalah sosiologi hutan dan lingkungan
Makalah sosiologi hutan dan lingkunganMakalah sosiologi hutan dan lingkungan
Makalah sosiologi hutan dan lingkungan
EDIS BLOG
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KEHUTANAN PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
EDIS BLOG
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
EDIS BLOG
Ekonomi sumber daya hutan FHIL UHO 2014 Produksi, Proses Produksi, Dan Sumber...
Ekonomi sumber daya hutan FHIL UHO 2014 Produksi, Proses Produksi, Dan Sumber...Ekonomi sumber daya hutan FHIL UHO 2014 Produksi, Proses Produksi, Dan Sumber...
Ekonomi sumber daya hutan FHIL UHO 2014 Produksi, Proses Produksi, Dan Sumber...
EDIS BLOG
Klimatologi hutan
Klimatologi hutanKlimatologi hutan
Klimatologi hutan
EDIS BLOG
KELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARAKELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARA
EDIS BLOG
RADIASI MATAHARI
RADIASI MATAHARIRADIASI MATAHARI
RADIASI MATAHARI
EDIS BLOG
KELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARAKELEMBAPAN UDARA
KELEMBAPAN UDARA
EDIS BLOG
HIDROLOGI HUTAN
HIDROLOGI HUTANHIDROLOGI HUTAN
HIDROLOGI HUTAN
EDIS BLOG
PENGERTIAN LIMBAH
PENGERTIAN LIMBAHPENGERTIAN LIMBAH
PENGERTIAN LIMBAH
EDIS BLOG
DIABETES MALITUS
DIABETES MALITUSDIABETES MALITUS
DIABETES MALITUS
EDIS BLOG
EPIDEMILOGI
EPIDEMILOGIEPIDEMILOGI
EPIDEMILOGI
EDIS BLOG
PENGANTAR EPIDEMILOGI
PENGANTAR EPIDEMILOGIPENGANTAR EPIDEMILOGI
PENGANTAR EPIDEMILOGI
EDIS BLOG
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
EDIS BLOG
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKATPENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT
PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT
EDIS BLOG
Tipe buah
Tipe buahTipe buah
Tipe buah
EDIS BLOG

Wakatobi

  • 1. JAKARTA - Sejak ditetapkan sebagai Cagar Biosfer dari UNESCO pada Juli 2012 silam, Wakatobi semakin berupaya membangun sektor pariwisata dengan melestarikan lingkungan. Predikat ini membuat kami saat ini lebih fokus dalam mengembangkan sektor pariwisata dan menjaga budaya, terutama berbasis lingkungan yang bertumpu pada sumber daya laut dengan keanekaragaman hayati yang dimiliki, kata Sudjito, Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, kepada Okezone, usai konferensi pers Cagar Biosfer Wakatobi dan Manfaatnya bagi Ekosistem Laut di Indonesia di Jakarta, Kamis (6/2/2014). Salah satu bentuk nyata pelestarian lingkungan tersebut adalah menjaga kearifan lokal Wakatobi. Kami bersyukur masyarakat adat dilibatkan sehingga kearifan lokal yang telah berlangsung turun-temurun kembali dikuatkan, ujar La Ode Usman Baga, Ketua Lembaga Adat Mandati Pulau Wangi-Wangi, Ibu Kota Kabupaten Wakatobi, pada kesempatan yang sama. Hal serupa juga dinyatakan Jaenuddin, tokoh adat Wali Binongko, yang mengatakan bahwa masyarakat berbondong-bondong menjaga alam dari tangan jahil manusia dengan menerapkan hukum adat. Dengan hukum adat, semua yang salah harus bertanggung jawab. Seperti melakukan pengeboman ikan, mereka akan dikenakan sanksi adat dikucilkan dan dibiarkan hidup sendiri sampai mati kalau tidak mau membayar denda yang telah ditetapkan, jelasnya. Kabupaten Wakatobi di Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki kondisi geografis yang unik dengan hanya tiga persen kawasannya berupa daratan. Di sinilah letak Taman Nasional Wakatobi dengan luas 1.390 ribu hektare yang meliputi 39 pulau, 3 gosong, serta 5 atol. Suku Bajo Miliki Kearifan Lokal Manfaatkan Laut Wangi-wangi (ANTARA News) - Pakar kelautan dari Universitas Diponegoro Prof Dr Ir Sahala Hutabarat Msc mengatakan, masyarakat Suku Bajo yang ada di berbagai pelosok Indonesia memiliki kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya kelautan di sekitarnya. "Masyarakat Suku Bajo memiliki ilmu pengetahuan sangat tinggi tentang kelautan, namun tidak diberdayakan sehingga mereka masih hidup di bawah garis kemiskinan," katanya di Wangi-wangi, Ibu Kota Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis. Sahala berada di Wangi-wangi mengikuti rombongan Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro bersama Ny Lis Yusgiantoro dan rombongan. Rombongan Menhan ke wilayah itu dalam rangka menerima peserta Sail Wabatobi Belitong 2011 dan menyaksikan pernikahan massal bawah laut di Pantai Desa Sombu, Kecamatan Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi.
  • 2. Menurut Sahala, kondisi kehidupan masyarakat Suku Bajo yang ironis itu terjadi karena selama berpuluh-puluh tahun bangsa ini merdeka dari penjajahan, komunitas Bajo hanya dipandang sebagai obyek pembangunan yang tidak pernah dilihat potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, kata dia, melalui momentum Sail Wakatobi Belitong (SWB) 2011, masyarakat Suku Bajo yang memiliki kearifan lokal dalam mengelola sumber daya kelautan itu, sudah saatnya diberdayakan dengan cara membina dan mendidik mereka dengan berbagai pengetahuan sehingga bisa bangkit dari himpitan kemiskinan. "Sudah saatnya masyarakat Suku Bajo ikut dilibatkan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan yang melimpah ruah ini, sehingga mereka bisa menikmati kehidupan layak sama seperti suadara-saudara lainnya di Tanah Air," katanya. Di wilayah perairan laut Wakatobi sendiri di mana sebagian masyarakat Suku Bajo hidup, kata Sahala, memliki potensi sumber daya alam kelautan yang cukup melimpah. Menurut hasil penelitian WWF, kata dia, di dalam perairan laut tersebut terdapat sebanyak 750 jenis terumbu karang dan 942 jenis ikan dan beragam biota laut. "Idealnya, masyarakat Suku Bajo yang hidup di tengah sumber daya alam yang berkelimpahan itu, hidup sejahtera, namun yang terjadi justru sebaliknya, mereka hidup tetap miskin," katanya. Makanya, kata dia, pemerintah terutama Pemerintak Kabupaten Wakatobi dan Pemprov Sulawesi Tenggara seyogyanya memanfaatkan momentum SWB 2011 ini untuk mengangkat potensi masyarakat Suku Bajo, sehingga keluarga mereka bisa hidup layak. "Kalau potensi masyarakat Suku Bajo ini diberdayakan, tidak hanya bisa mengangkat harkat dan masyarakat Suku Bajo sendiri, akan tetapi memberi kontribusi besar bagi pendapatan daerah Wakatobi, bahkan pendapatan nasional," katanya. (Ant) KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT WAKATOBI DALAM TRADISI LISAN KABANTI ABSTRAK Oleh: Sumiman Udu[2] Setiap daerah memiliki kearifan lokal dalam melindungi berbagai aset mereka. Baik aset sember daya alam maupun aset sosial mereka. Oleh karena itu, penelusuran mengenai kearifan lokal tersebut dapat menjembatani pemikiran pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan daerah di masa yang akan datang. Karena karateristik daerah akan mempengaruhi pemerintah dalam mendekati pembangunan di daerahnya masing-masing. Penelitian mengenai kearifan lokal masyarakat Wakatobi dalam kabanti ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan etnografi. Sehingga data penelitian ini adalah data
  • 3. lapangan yang disajikan dengan menggunakan sudut pandang masyarakat dalam melihat berbagai konsep kehidupan masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Wakatobi memiliki pandangan yang positif tentang pantai, laut dan hubungan sosial. Masyarakat Wakatobi memandang laut sebagai sumber kehidupan mereka, tempat penyelesaian masalah, tempat mencari hidup dan tempat hidup mereka yang terakhir. Di samping itu, masyarakat Wakatobi juga memiliki pandangan bahwa hutan adalah suatu yang penting dalam kehidupan mereka. Dan terakhir, adalah bahwa kehidupan masyarakat Wakatobi akan terjaga dengan baik, dimana terdapatnya batas-batas pergaulan yang jelas, antara laki-laki dan perempuan dewasa. kata kunci: kearifan lokal, kabanti, masyarakat Wakatobi Indahnya kearifan lokal wakatobi ( membangun politik berbasis kearifan lokal) Diposkan oleh Marwan Pada 09.43 Dunia bagai daun kelor adalah istilah untuk menggambarkan kehdidupan gobalisasi. Globalisasi telah menjadikan letak geografis dan waktu bukanlah penghambat dalam berinteraksi sesama masyarakat dunia. Globalisasi telah banyak merubah pola kehdipan manusia di berbagai bidang seperti ekonomi, politik, budaya dan lainnya. Globalisasi ditandai dengan kemajuan IPTEK telah membawa nilai-nilai kehidupan yang baru dan kebanyakan berbeda dengan nilai kearifan lokal wakatobi. Gobalisasi yang selalu di identikan dengan moderenisasi atau bahkan term lain adalah westernisasi (pembaratan). Hal ini di akibatkan karna yang menguasasi dan mendominasi globalisasi ini adalah kebudayaan barat yang individualistis. Ideology liberalisme telah memanfaatkan globalisasi sebagai kuda tunggangan menuju tujuan yang diinginkan. Sehingga kehidupan masyarakat yang memiliki kearifan lokal yang begitu indah telah terkikis dan tergantikan oleh kehidupan liberalisme yang dimiliki barat. Inilah realitas yang terjadi di wakatobi. Berangkat dari keadaan ini maka sebagai masayarakat wakatobi patut meraih kembali kearifan local kita milki tersebut. Tugas ini harus dilakukan oleh segenap elemen masyarakat wakatobi. Tapi yang harusnya sangat perperan disini adalah pemerintah yang memiliki kekuasaan dan otoritas yang tinggi bagi keberlangsungan kehidupan wakatobi. Tulisan ini hanya menspesifikasikan pengkajian pada kondisi politik wakatobi. Dan mengingkan menciptakn kehidupan politik yang berbasis pada kekeluargaan (salah-satu kearifan lokal yang kita miliki). Hal ini dilakukan karna menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) wakatobi yang nantinya akan menentukan siapa nakhkoda wakatobi kedepan. Menyoal kehidupan politik maka kita tidak bisa lepaskan dengan mesin politik demokrasi. Demokrasi yang ada hari ini digunakan baik Indonesia dalam skala yang luas maupun wakatobi dalam skala yang khusus telah mengadopsi demokrasi ala barat yang sekali lagi saya tegaskan bahwa nilai yang di bawanya adalah individualistis. Sehingga kita dapat
  • 4. melihat menjelang suasana pilkada 2011 kehidupan masyarakat wakatobi sangat rentan dengan konflik. Iniah disebabkan karna ada sekat yang coba di tampilkan sehingga menimbulkan sikap ke-akuan bukan ke-kitaan. Sikap masyarakat seperti ini disebabkan salah satunya karna segenap elemen masyarakat terlebih pemerintah tidak menyadari dan tidak memberikan pendidikan politik yang berbasis pada kearifan lokal yang kita miliki. Kearifan lokal wakatobi sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan (egaliter). Misalnya ada falasafah hidup yang ada di Tomia yaitu poasa-asa pohamba-hamba (ini adalah sala satu contoh dan saya yakin masih banyak contoh lain baik di tomia sendiri maupun di kecamatan lain yg ada di wakatobi tapi pasti semua menggambarkan kebersamaan dalam hidup). Sungguh sangat berbeda dengan budaya poltik wakatobi yang mengdopsi nilai individdualistis globalisasi. Namun masyarakat tak banyak menyadari hal ini dan pemerintahpun hanya asik terkonsentrasi pada hal-hal lain (misalnya sibuk mempromosikan wakatobi). Di tengah iklim politik wakatobi yang mulai memanas, masyarakat mulai terpisah-pisah menurut sikap politik yang dimilikinya. Namun akibat ketidak pahaman masyarakat terhadap kearifan lokal atau kekeluargaan yang kita miliki sehingga berujung pada terputusnya tali silaturahmi antarsesama. Masyarakat yang sebelumnya menampakan kehidupan yang layaknya keluarga telah tergantikan oleh sikap individualistis yang terpolakan oleh system politik yang ada. Karna sikap fanatik mendukung salah-satu kandidat, mereka rela saling membenci. Salah-satu yang menyebabkan ini adalah adanya money politic (politik uang) yang sangat jauh dari karakter masyarakat. Bukankah kearifan lokal telah mengajarkan kita saling kerja sama yang baik? Kerja sama yang tak mengharapkan imbalan. Tapi justru hal ini telah diciderai oleh para kandidat yang tidak bersih dalam berpolitik. Sifat ini merupakan tampakan atau indikasi-indikasi KKN yang nantinya berpotensi terjadi jika mereka terpilih. Inilah contah kecil yang terjadi. Tentunya para pembaca labih tau lagi dan memiliki hati nurani untuk membimbing kita melakukan hal-hal yang benar dan terbaik. Tidak menjadi sebab dan mengkompori terjadinya konflik akibat pilkada. Oleh karna itu yang kita lakukan bagaimana menyadarkan kepada masyarakat agar lebih memahami politik dengan baik. Politik yang disandarkan pada nilai kearifan lokal yang kita miliki yaitu politik kekeluargaan. Atau istilah lainnya adalah demokrasi kekeluargaan bukan demokrasi liberal ala barat yang tidak sesuai dengan karakter masyarkat wakatobi. sehingga wakatobi akan terbangun budaya politik yang indah dan dinamis yang tetap menjaga hubungan kekeluargaannya.