Makalah dasar ilmu pendidikan: praktek pendidikan di beberapa negara
1. MAKALAH
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN
PRAKTEK PENDIDIKAN DIBEBERAPA NEGARA
Oleh Kelompok 13:
Sri Delvita (57810)
Novila Fatmasari (1102117)
Wiwi Ami Mardhana (1306639)
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
2. A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu kunci kesuksesan dengan pendidikan kualitas hidup
rakyat pada suatu negara itu dapat di lihat, Pendidikan sebagai salah satu elemen yang
sangat penting dalam mencetak generasi penerus bangsa juga masih jauh dari yang
diharapkan, Untuk mejadikan sebuah negara sebagai negara yang maju dan berhasil
dibutuhkan generasi penerus yang sehat dan berwawasan luas.
Untuk dapat mengukur sebuah negara tersebut sebagai negara maju, berkembang dan
terbelakang, dapat di ukur dari pendidikan pada negara tersebut, dengan sistem pendidikan
yang dianut oleh sebuah negara dapat dilihat bagaimana sistem dan jalannya pendidikan pada
setiap negara, dan menentukan kualitas pendidikan pada negara tersebut.
Pendidikan menjadi sebuah kajian penting dari sebuah bangsa. Negara maju,
berkembang atau negara terbelakang harus mengutamakan masalah pendidikan selain
masalah sandang dan kesehatan. Kemakmuran yang di inginkan, kesejahteraan yang menjadi
impian akan terdorong pencapaiannya jika tujuan pendidikan sebuah bangsa berorientasi pada
hal tersebut. Pendidikan menjadi bagian terpenting dalam tujuan jangka pendek ataupun
tujuan jangka panjang sebuah negara. Melalui pendidikan diharapkan sumber daya manusia
yang dihasilkan akan mampu menjawab tantangan masyarakat kedepan
Pada makalah ini akan dibahas bagaimana praktek pendidikan di beberapa negara,
yaitu negara maju, berkembang dan terbelakang
3. B. SISTEM PENDIDIKAN DIBEBERAPA NEGARA
1. Sistem Pendidikan di Negara Maju
A. Sistem Pendidikan di Jepang
Sistem pendidikan di Jepang dibangun atas empat tingkat, yaitu: pusat, perfektual
(antara Provinsi dan Kabupaten), municipal (antara Kabupaten dan Kecamatan), dan sekolah.
Sistem administrasi tersebut menerapkan kombinasi antara sentralisasi, desentralisasi,
Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management), dan partisipasi masyarakat. Di
samping itu, terdapat asosiasi-asosiasi kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua yang
mendukung pengembangan sekolah. Dalam sistem tersebut terdapat peran dan hubungan
antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, seklah, asosiasi-asosiasi tersebut, dan
masyarakat yang saling mengisi sehingga tercipta sinergi yang memungkinkan sistem
tersebut menjadi relatif efisien dan efektif. Hal ini merupakan faktor utama pencapaian mutu
pendidikan di Jepang yang relatif tinggi.
Adapun sistem pendidikan umum di Jepang ditetapkan lebih dari satu abad yang lalu dan
keberadaannya berlangsung lebih lama dari pada kebanyakan negara. Sistem pendidikan
Jepang pada dasarnya adalah Sekolah Dasar (SD) 6 (enam) tahun, Sekolah Menengah
Pertama (SMP) 3 (tiga) tahun, Sekolah Menengah Atas (SMA) 3 (tiga) tahun, Universitas 4
(empat) tahun, dan Lembaga Pendidikan Tinggi 2 (dua) tahun. Wajib belajar adalah dari SD
sampai SMP. Untuk masuk SMA dan Universitas pada dasarnya harus mengikuti ujian
masuk. Selain sekolah tersebut, ada sekolah kejuruan atau sekolah khusus yang menampung
lulusan SD atau SMP. Sekolah ini mengajarkan keterampilan khusus. Di samping beberapa
jenjang pendidikan tersebut, di Jepang juga terdapat program pendidikan prasekolah, baik
dalam bentuk Taman Kanak-Kanak (TK) maupun Play Group (PG).
Jika dilihat dari pengelola sekolah, dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu
Sekolah Negeri adalah sekolah yang dikelola pemerintah, Sekolah provinsi adalah sekolah
yang dikelola pemerintah daerah, Sekolah Swasta adalah sekolah yang dikelola badan
hukum. Sedangkan apabila dilihat dari tahun ajarannya, sekolah dimulai bulan April dan
berakhir pada bulan Maret tahun berikutnya.
Pendidikan Prasekolah
Pendidikan prasekolah dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu Kelompok Bermain (KB)
atau Play Group (PG) dan Taman Kanak-Kanak (TK).
4. Play Group (PG) adalah merupakan fasilitas yang disediakan bagi para orang tua yang
bekerja sehingga tidak dapat mengasuh anaknya di siang hari. Pendaftaran murid baru
dimulai setiap awal Januari. Permohoman untuk masuk ke PG ini dilakukan di kantor
pemerintahan setempat karena terbatasnya jumlah tempat untuk masuk ke kelompok bermain
ini.
Pendidikan Wajib
Wajib sekolah berlaku bagi anak usia 6 sampai 15 tahun, tetapi kebanyakan anak
bersekolah lebih lama dari yang diwajibkan. Tiap anak bersekolah di SD pada usia 6 tahun
hingga 12 tahun, lalu SMP hingga usia 15 tahun. Pendidikan wajib ini bersifat cuma-cuma
bagi semua anak, khususnya biaya sekolah dan buku. Untuk alat-alat pelajaran, kegiatan di
luar sekolah, piknik dan makan siang di sekolah perlu membayar sendiri. namun bagi anakanak dari keluarga yang tidak mampu mendapat bantuan khusus dari pemerintah pusat dan
daerah. Di samping itu ada juga bantuan untuk kebutuhan belajar, perawatan kesehatan, dan
lain-lain. Seorang anak yang telah tamat SD diwajibkan meneruskan pendidikannya ke
jenjang SMP. Dengan demikian, sekolah wajib ditempuh selama 9 tahun; 6 tahun di SD dan 3
tahun di SMP.
Pendidikan Menengah Atas
Ada tiga jenis SMA, yaitu: full time, part time (terutama malam hari), dan tertulis.
Sekolah menengah yang full time berlangsung selama 3 tahun, sedangkan kedua jenis sekolah
lainnya menghasilkan diploma yang setara. Bagian terbesar siswa mendapat pendidikan
menengah atas di SMA full time. Jurusan di SMA dapat dikategorikan ke dalam beberapa
jenis berdasarkan pola kurikulum, yaitu jurusan umum (akademis), pertanian, teknik,
perdagangan, perikanan, home economic, dan perawatan. Untuk masuk ke salah satu jenis
sekolah tersebut, siswa harus mengikuti ujian masuk dan membawa surat referensi dari SMP
tempat ia lulus sebelumnya
Pendidikan Tinggi
Ada tiga jenis lembaga pendidikan tinggi, yaitu: universitas, junior college (akademi),
dan technical college (akademi teknik). Di universitas terdapat pendidikan sarjana (S-) dan
pascasarjana (S-2 dan S-3). Pendidikan S-1 berlangsung selama 4 tahun, menghasilkan
5. sarjana bergelar Bachelors degree, kecuali di fakultas kedokteran dan kedokteran gigi yang
berlangsung selama 6 tahun. Pendidikan pascasarjana dibagi dalam dua kategori, yakni
Masters degree (S-2) ditempuh selama 2 tahun sesudah tamat S-1dan Doctors degree (S-3)
ditempuh selama 5 tahun.
Junior college memberikan pendidikan selama dua atau tiga tahun bagi para lulusan
SMA. Kredit yang diperlukan di junior college dapat dihitung sebagai bagian dari kredit
untuk memperoleh gelar Bachelors degree (S-1). Lulusan sekolah menengah (setingkat
SMP) dapat masuk ke technical college (akademi teknik). Pendidikan di lembaga ini
berlangsung selama 5 tahun (full time) untuk mencetak tenaga teknisi. Universitas dan junior
college memilih mahasiswanya berdasarkan hasil ujian masuk serta hasil prestasi belajar dari
SMA. Untuk sekolah negeri dan umum daerah, sejak tahun 1979 diberlakukan tes gabungan
kecakapan yang seragam, sebagai tahap pertama dari sistem ujian masuk. Tahap kedua
berupa ujian masuk universitas yang bersangkutan sebagai seleksi final.
SISTEM PENDIDIKAN DI JEPANG
Usia
28
Doctors
27
Degree (S-
26
25
3)
Fakultas
Pendidikan Tinggi
Kedokteran
24
Masters
23
Degree (S-
Kedokteran
2)
Hewan
22
Gigi/
Pendidikan Sarjana
Junior
7. B. Sistem Pendidikan di Inggris
Inggris dikenal dengan standar pendidikannya yang tinggi, sistem pendidikan Inggris
telah banyak mempengaruhi banyak negara dan adalah rumah untuk beberapa universitas
terkenal.
Sekolah Dasar
Pendidikan wajib di Inggris dimulai dari usia 5 tahun dengan sekolah dasar. Siswa naik
dari kelas 1 sampai 6 tanpa ujian, meskipun kemampuan mereka diuji di usia 7 tahun.
Penekanan ada pada belajar secara praktikal dibandingkan menghafal. Siswa belajar mata
pelajaran inti seperti Inggris, matematika dan sains, juga pelajaran dasar seperti sejarah,
geografi, musik, seni dan olahraga.
Sekolah Menengah Atas
Siswa memulai sekolah menengah pada usia 11 tahun, dimana menjadi kewajiban
untuk lima tahun berikutnya. Di setiap jenjangnya, siswa memperdalam pengetahuan mereka
pada mata pelajaran inti dan ditambah setidaknya 1 bahasa asing. Di tahun ke-4, mereka
mulai bersiap untuk mengikuti ujian-ujian yang disebut General Certificate of Secondary
Education atau GCSE. Siswa akan diuji di 9 atau 10 topik GCSE yang mereka pilih.
A-Levels di Sekolah Menengah Atas
Setelah menyelesaikan ujian GCSE, siswa sekolah menengah dapat meninggalkan
sekolah untuk bekerja, mengikuti program training di sekolah kejuruan atau teknik, atau
melanjutkan 2 tahun lagi untuk menyiapkan diri bagi ujian masuk universitas, yang dikenal
dengan "A-Levels." Secara umum, siswa yang ingin masuk ke universitas akan belajar 3-4
subyek untuk ujian A-Levels. Ini kerap dilakukan di sekolah yang dinamakan Sixth Form
Colleges. Makin tinggi nilai ujian A-Levels, makin baik peluang siswa untuk masuk ke
universitas pilihannya.
Program Sarjana
Ditingkat sarjana, siswa di Inggris dapat memilih jurusan "art" dan "sciences". Program
biasanya berlangsung selama tiga tahun dimana selama itu siswa menyelesaikan pelajaran
dan tutorial di bidang masing-masing. Siswa yang akan lulus biasanya harus mengikuti ujian
akhir. Syarat penerimaan bagi siswa internasional termasuk kefasihan bahasa Inggris (min
8. IELTS 6.0), tambahan 1 tahun sekolah menengah, dikenal dengan University Foundation
Year atau nilai A-Level.
Pasca Sarjana atau PhD
Pelajaran universitas dapat diteruskan ke tingkat pasca sarjana. Gelas pasca sarjana
tradisional biasanya dibidang "Arts" (MA) atau "Sciences" (MSc). Gelar pasca sarjana yang
makin populer adalah Masters in Business Administraion (MBA). Program Master
berlangsung selama satu sampai dua tahun dan mengharuskan ujian dan tesis untuk syarat
kelulusan. Bagi program tertentu, pengalaman dibidang riset dan bekerja dibutuhkan untuk
mengikuti program doktoral, atau PhD, yang dapat berlangsung selama empat atau lima tahun
di sekolah dan riset serta disertasi.
C. Sistem Pendidikan di Amerika Serikat
Sistem pemerintahan di AS hampir mirip dengan di Indonesia. Terdiri dari 3 lapis
pemerintahan yaitu pusat disebut Federal atau Sentral Goverment, pemerintah provinsi atau
negara bagian yang disebut State goverment dan yang ketiga pemerintah kota atau kabupaten
yang disebut Local Goverment. Ada 51 negara bagian atau state di AS, dan ada sekitar 10
sampe 30 kota/kabupaten atau disini disebut Town / City disetiap negara bagian.
Ternyata sudah menjadi kultur budaya yang sangat mengakar dalam sejarah AS bahwa
pendidikan menjadi tugas bagi keluarga dan masyarakat. oleh karena itu masyarakat tidak
mau kalau pendidikan diatur oleh pemerintah pusat, bahkan oleh pemerintah negara bagian,
bahkan oleh pemerintah lokal sekalipun. Masyarakat merasa memiliki hak yang sangat kuat
untuk menentukan sistem pendidikan seperti apa yang paling tepat untuk masyarakat mereka.
Mereka menganggap tantangan yang dihadapi oleh setiap komunitas tidaklah sama, jadi
sistem pendidikan juga tidak boleh atau tidak perlu disamakan antara satu kota dengan kota
lain, antara satu state dengan state lain.
Amerika Serikat terdiri dari berbagai orang dari negara-negar lain didunia. makanya AS
sering disebut sebagai Negri Imigran. Meskipun imigran tapi mereka diperlakukan sama.
Demokrasi dan hak setiap individu dijunjung tinggi. Keberhasilan letaknya pada individu
masing-masing bukan pada sistemnya di Indonesia kita mengenal wajib belajar SD dan SMP.
Di Amerika kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh warga sudah lama
diberlakukan. wajib belajar di AS mulai dari SD sampai SMA. Tapi pemerintah
9. menggratiskan biaya sekolah sejak TK sampai SMA untuk sekolah-sekolah negri. Untuk
sekolah swasta, pemerintahan dipusat sampai lokal tidak memberikan anggaran apapun, dan
sebaliknya sekolah itupun tidak diwajibkan mengikuti seluruh kebijakan pemerintah dibidang
pendidikan.
Pada tahun 2001 pemerintah pusat melakukan Reformasi di bidang pendidikan dengan
meluncurkan kebijakan NCLB atau No Child Left Behind atau Tak ada satupun anak yang
tertinggal dibelakang. Kebijakan ini terkait dengan mutu atau kualitas anak didik. Negara
bagian Massachusetts yang selalu terbaik dalam pendidikan telah lebih dulu mengawali
kebijakan ini pada tahun 1993. Kebijakan NCLB ini antara lain dilakukan dalam bentuk
penciptaan standar-standar mutu hasil didik dan pelaksanaan Ujian Nasional. Pemerintah
pusat memerintahkan pemerintah negara bagian untuk membuat standar pendidikan,
membuat kurikulum, membuat soal Ujian nasional dan menyelenggarakan Ujian nasional.
materi yang diujikan samapai saat ini baru Matematik dan Bahasa Inggris, tapi tahun depan
akan ditambah Sejarah AS dan IPA.
2. Sistem Pendidikan di Negara Berkembang
Negara berkembang adalah sebuah negara dengan rata-rata pendapatan yang rendah,
infrastruktur yang relatif terbelakang, dan indeks perkembangan manusia yang kurang
dibandingkan dengan norma global. . Keberhasilan pembangunan di suatu negara dapat
dijadikan acuan untuk menentukan suatu negara dikatakanmaju atau berkembang.Negara
yang sudah berhasil dalam pembangunan sering disebut dengan negara maju, sedangkan
negara yang masih sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disebut dengan negara
berkembang.
Kebijakan pendidikan di negara-negara berkembang umumnya berasal dari warisan kebijakan
pendidikan kaum kolonial. Dikatakan demikian, oleh karena negara-negara berkembang pada
saat baru pertama kali merdeka belum sempat membangun kebijakan pendidikannya sendiri
berdasarkan kebutuhan realistik rakyatnya. Kemerdekaan yang telah dicapai di bidang politik
tidak dengan sendirinya diikuti oleh kemerdekaan di bidang lainnya, lebih-lebih dibidang
pendidikan.
Achmad Icksan (1985) mengidentifikasi ciri-ciri kebijakan pendidikan yang
merupakan warisan kaum kolonial. Pertama, sifatnya yang elastis, atau lebih banyak
memberikan kesempatan kepada sekecil masyarakat dan tidak lebih banyak memberikan
10. kesempatan kepada sebagian besar masyarakat. Realitas demikian tampak mula-mula pada
awal-awal kemerdekaan terutama dalam hal kesempatan mendapatkan layanan pendidikan,
meskipun pengejawantahannya akhirnya lebih bersentuhan dengan persoalan mutu
pendidikan. Tampak sekali, bahwa layanan pendidikan yang bermutu, tetap dinikmati oleh
kalangan terbatas, sementara kalangan kebanyakan sekedar mendapatkan layanan pendidikan
yang dari segi kualitas sangat memprihatinkan. Keluhan mengenai mutu pendidikan yang
akhir-akhir ini pernah mencuat ke permukaan, agaknya dapat dilihat dari sudut pandang ini.
Kedua, berorientasi sosio-ekonomik. Orientasi sosio-ekonomik demikian, berkaitan
erat dengan jaringan ekonomi internasional di mana negara-negara maju berposisi sebagai
sentranya sementara negara-negara berkembang sekedar sebagai periferalnya. Dalam
kedudukan sebagai periferalnya, negara berkembang umumnya secara ekonomik masih tinggi
tingkat dependensinya terhadap negara maju. Bantuan-bantuan yang diberikan dalam bentuk
pinjaman bagi pelaksaan pendidikan di negara-negara berkembang, umumnya justru
memperkukuh dependensi tersebut. Jika secara ekonomik hal demikian masih bergantung dan
belum mandiri, maka dalam hal strategi pencapaian tujuan pendidikannya pun juga masih
tetap bergantung. Tidak jarang, pembaruan-pembaruan dibidang pendidikan, umumnya
dimulai dari negara maju, dan begitu dinegara maju sudah ditinggalkan, baru mulai dan
digalakkan dinegara-negara berkembang. Negara-negara berkembang seolah-olah terombangambing oleh pasang surutnya, naik turunnya dan jaya hancurnya konsep-konsep mengenai
pendidikan dinegara-negara maju.
Ketiga, liberal, rasional, individual, achievemant oriented dan Sosial alienated. Ciriciri pendidikan demikian, umumnya berbeda dan bahkan berlawanan dengan ciri-ciri
masyarakat dan nilai-nilai yang berkembang dinegara-negara berkembang. Pendidikannya
liberal, padahal masyarakatnya menjunjung tinggi nilai-nilai kolektivisme, pendidikannya
menanamkan rasionalitas, padahal masyarakat negara-negara berkembang banyak juga
mempunyai budaya-budaya yang tidak saja mengembangkan rasionalitas melainkan segi-segi
emosional dan batiniah, pendidikannya individual padahal masyarakatnya menjunjung tinggi
kesetiakawanan sosial dan gotong royong, pendidikannya achievement oriented secara sempit
sekadar prestasi akademik di kelas.
Keempat, tidak berakar pada tradisi dan budaya setempat. Hal demikian sangat
memprihatinkan, oleh karena pendidikan pada dasarnya adalah pewarisan budaya dari
11. generasi sebelumnya kepada generasi sesudahnya atau penerusnya. Oleh karena tidak berakar
pada tradisi dan budaya setempat, maka para siswanya bisa mengalami keterasingan budaya.
Kelima, berorientasi pada masyarakat kota. Ini juga sangat memprihatinkan mengingat
sebagian besar wilayah negara-negara berkembang justru terdiri dari pedesaan. Orientasi ke
kota demikian, lambat atau cepat, langsung maupun tidak langsung, bisa menjadikan
penyebab lulusan-lulusan pendidikan lebih tertarik dengan kehidupan kota ketimbang bangga
membangun desanya. Tingginya angka perpindahan penduduk ke kota-kota besar, yang
langsung menimbulkan efek-efek samping sosial, agaknya juga dapat dilihat dari sudut
pandang ini.
Haruslah disadari oleh negara berkembang sendiri, bahwa mengekspor sistem pendidikan
yang dilakukan oleh negara maju, tentu tak semata secara murni ingin membebaskan negara
berkembang dari keterbelakangan, melainkan ada misi lain, misal didapatkannya nilai tambah
mengenai beberapa hal untuk negara maju sendiri. Persyaratan-persyaratan yang dikenakan
negara-negara maju atas negara-negara berkembang atas bantuan-bantuan pendidikannya,
seringkali menempatkan negara berkembang pada posisi tak untung, sementara negara maju
sendiri masih tetap berada diatas angin. Karena itu pembangunan sistem pendidikanyang
didasarkan atas budaya, kemampuan, kebutuhan objektif negara berkembang sendiri adalah
suatu kebutuhan mendesak yang akan memberikan kejayaan kepada negara berkembang
sendiri di masa depan.
3. Sistem Pendidikan di Negara Terbelakang
Negara
terbelakang
adalah
sebuah
negara
dengan
kondisi
pembangunan,
pemerintahan dan tingkat kesejahteraan rakyat didalamnya masih buruk. Biasanya negara
terbelakang sangat mudah apabila dijajah, karena masih sangat rentan dengan tindakan
negara lain.
Dalam sistem pendidikan pada negara ini sangat memperhatinkan karena hanya
sebagian kecil dari warga negara mengenyam pendidikan, dapat dilihat juga pada
ketersediaan sekolah atau lembaga pendidikan yang masih sangat minim.
Untuk faktor ekonomi saja negara ini mengalami kemerosotan, dalam pendidikan
hanya warga negara yang memiliki uang cukup saja yang dapat menikmati bangku
12. pendidikan,
dan negara ini mendapat biaya dari bantuan negara-negara lain, karena
banyaknya krisis dan permasalahan yang melanda negara ini, kebanyakan warga negaranya
yang memiliki cukup uang memilih sekolah di negara lain.
Dengan sistem pendididkan yang bermasalah dan ditambahnya ekonomi yang rendah
mengakibatkan negara ini terbelakang, Kurangnya guru yang berkualitas. Beberapa Negara
terbelakang sangat sedikit orang-orang yang memiliki pendidikan cukise social up menjadi
guru yang kompeten, karena mereka menempati jabatan-jabatan diluar bidang pengajaran
dengan gaji dan prestise social yang tinggi.Sejak negara-negara terbelakang melakukan
ekspansi pendidikan, maka harus berusaha mendapatkan guru-guru dari Negara maju.
Walaupun hal itu bertentangan dengan watak nasionalistis,namun tampaknya itu merupakan
satu-satunya jalan keluar.Keadaan kurikulum yang tidak jelas dan sedikitnya sekolah atau
lembaga pendidikan menjadikan tingkat pendidikan rendah
13. C. KESIMPULAN
Pada setiap kondisi negara sistem pendidikan berbeda, pada sistem pendidikan
negara maju, sistem pendidikan telah berjalan baik, dan kualitas pendidikan di
negara tersebut baik dan diakui oleh dunia
Sistem pendidikan di negara berkembang masih mengalami perubahan sesuai
dengan kondisi dan tuntutan dari negara dan juga perkembangan yang dihadapi
oleh negara tersebut yang masih giatnya membangun
Pada negara terbelakang sistem pendidikan kurang tepat, juga kurangnya
ketersedian untuk sarana pendidikan yang disebabkan oleh masalah ekonomi
yang dihadapi negara ini, dan masih minimnya warga negara yang mengenyam
pendidikan.