際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
DIVERSITAS FENOTIP SPESIES ODONATA YANG BERSIFAT PREDATOR
TERHADAP HAMA PADI PADA EKOSISTEM PERSAWAHAN
DI SULAWESI TENGAH
Oleh : Abd. Wahid
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membedakan ciri morfologi, terjadinya predasi, dan
kopulasi pada spesies odonata yang diteliti. Penelitian dilaksanakan dengan metode survai
eksploratif di lapangan dan eksperimental di laboratorium. Survai pada sentra pertanaman
padi di dua tempat yaitu Donggala dan Tolitoli. Identifikasi spesies, uji pemangsaan dan
uji kopulasi di lakukan di laboratorium. Identifikasi menggunakan buku petunjuk dari
Brooks (1997); Carter (2001); Corbet (1999); Manning (2001); Nielsen (2003); Paulson
(2003); Powel (1999); dan Silby (2001).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies Odonata yang diidentifikasi pada
ekosistem persawahan adalah Orthemis ferruginea (Fabr.), Liriothermis sp., Libellula sp.,
(Libellulidae); Aeshna sp., Anax sp., Rhionaechna multicolor (Aeshnidae); Gomphus
limnae (Gomphidae); Ephitheca spinigera (Corduliidae); dan Argia translata
(Coenagrionidae), masing-masing spesies berbeda karakter morfologinya dan tidak terjadi
kopulasi satu sama lain. Berdasarkan uji pemangsaan dan rujukan pustaka O. ferruginea,
Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera,
dapat dikategorikan sebagai predator pada ekosistem persawahan. Sedangkan A. translata
tidak bersifat predator. Spesies O. ferruginea (jantan) dan Liriothermis (betina) tidak
menunjukkan tanda kopulasi pada uji kopulasi. Betina Liriothermis tidak menghasilkan
telur sebagai akibat tidak terjadinya kopulasi. Hal yang sama tidak terjadi kopulasi pada
spesies-spesies O. ferruginea, Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae,
E. spinigera, dan A. translata yang telah dipasangkan satu sama lain, hal ini menunjukkan
bahwa odonata tersebut berbeda spesies.
Kata Kunci : Odonata, fenotif, spesies, predator, ekosistem padi sawah.
PHENOTYPE VARIABILITY ODONATA SPECIES AS PREDATORY AGAINTS
RICE PEST ON LOWLAND ECOSYSTEM IN CENTRAL SULAWESI
Abd. Wahid
The Research was conducted to identification species of Odonata, morphological
characters difference, predatory test, and copulation test. Experiment was conducted with
survey method on lowland plantation in Donggala and Tolitoli. Identification, predatory
test, and copulation test has been conduct in laboratory.
The result showed that the Odonata species as predatory on lowland plantation are
Orthemis ferruginea (Fabricius), Liriothermis sp., Libellula sp., (Libellulidae); Aeshna sp.,
Anax sp., Rhionaechna multicolor (Aeshnidae); Gomphus limnae (Gomphidae); Ephitheca
spinigera (Corduliidae); and Argia translata (Coenagrionidae). Its that different with
morphological characters and didnt copulation between species. Result of predatory test
showed that the O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R.
multicolor, G. limnae, E. spinigera, are predatory on lowland plantation. Only one species
is didnt predatory is A. translate (betina) Male O. ferruginea versus female Liriothermis
sp. didnt copulated. Female Liriothermis sp. didnt oviposition behavior. The same case
didnt copulate between species O. ferruginea, Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R.
multicolor, G. limnae, E. spinigera, and A. translata.
Keywords : Odonata, phenotype, spesies, predatory, lowland ecosystem.
PENDAHULUAN
Upaya peningkatan produktivitas dan mutu padi terus digalakkan oleh pemerintah
daerah dan petani, namun adanya gangguan hama dan penyakit merupakan salah satu
faktor sebagai kendala. Penggerek batang padi (Scircophaga innotata), wereng coklat
(Nilavarpata lugens), dan wereng hijau (Nepotettix virescens) merupakan hama padi yang
cukup serius di Indonesia (Anonim, 2001). Di Sulawesi Tengah sejak tahun 1991 tanaman
padi telah terserang penggerek batang padi, wereng coklat, dan wereng hijau. Sampai
dengan akhir tahun 2000 kerugian akibat organisme pengganggu tanaman padi ditaksir
mencapai kurang lebih 50 juta rupiah (Anonim, 2001). Sejarah serangan hama S. innotata
tercatat sejak awal tahun 1990-an. Pada musim tanam 1989/1990 luas serangan hama ini
pada 6 Kabupaten (Bekasi, Karawang, Subang, Purwokerto, Indramayu dan Cirebon)
mencapai 62.000 ha sebagian diantaranya yaitu 14.000 ha puso (Wigenasantana, 1990).
Menurut Oka (1991) serangan S. innotata pada musim tanam 1990/1991 mencapai 7.000
ha, selanjutnya Arintadisastra (1999) melaporkan serangan penggerek batang padi S.
innotata di Indonesia sampai bulan Agustus 1998 seluas 59.237 ha.
Upaya pengendalian hama tanaman padi dengan cara kimiawi ternyata kurang
berhasil, bahkan diduga cara kimiawi justru menimbulkan masalah pencemaran
lingkungan. Di Thailand dan Filiphina telah dilaporkan bahwa pengendalian cara kimiawi
telah menimbulkan fenomena resistensi serangga terhadap insektisida (Nurayati, 1999).
Pengendalian hama padi tanpa pestisida lebih dititik beratkan pada penggunaan musuh
alami seperti parasitoid dan predator. Musuh alami tersebut dapat mempengaruhi
perkembangan ke arah negatif bagi populasi hama.
Predator merupakan salah satu musuh alami yang memiliki potensi besar untuk
dikembangkan. Susanti (1998) melaporkan bahwa pemanfaatan kelompok Odonata
mempunyai prospek sebagai pengendalian hayati pada ekosistem tanaman padi. Spesies
capung yang telah dilaporkan oleh Susanti (1998) antara lain Crocothemis servilia,
Neurothemis terminata, dan Orthetrum sabina merupakan predator yang hidup pada
ekosistem tanaman padi sawah. Selain itu Corbet (1999 dalam Kirschbaum, 2005)
melaporkan bahwa di Asia Tenggara beberapa spesies Odonata seperti Arighopus cornutus
dan C. servilia merupakan predator yang dapat mengganggu perilaku penggerek batang
padi dalam meletakkan telur.
Di Indonesia penelitian tentang identifikasi jenis-jenis Capung (Ordo Odonata)
yang terdapat pada ekosistem pertanaman padi belum banyak dilaporkan khususnya pada
ekosistem pertanaman padi sawah. Pada hal informasi mengenai jenis-jenis capung ini
penting untuk diketahui, sehingga perlu dilakukan penelitian identifikasi, uji pemangsaan
dan kopulasi berbagai jenis Capung (Odonata) pada ekosistem tanaman padi sawah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis atau spesies capung (odonata) yang bersifat
predator pada hama tanaman padi di Sulawesi Tengah. Luaran penelitian ini diharapkan
diketahui ciri keragaman fenotip dan biologi serta perilaku beberapa spesies capung yang
berperan sebagai predator sebagai spesies yang berbeda.
METODE PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada areal pertanaman padi sawah di 2 kabupaten yaitu
Donggala dan Parigi Moutong sebagai daerah survai pengambilan sampel, selanjutnya
identifikasi spesies, uji pemangsaan dan uji kopulasi di lakukan di laboratorium.
2. Prosedur Penelitian
a. Survei dan pengambilan sampel serangga di lapangan
Penelitian dilaksanakan dengan metode survei eksploratif di lapangan. Lokasi
survei ditentukan pada 2 Kabupaten yaitu Donggala dan Parigi Moutong. Setiap Kabupaten
ditentukan 3 Kecamatan sebagai plot lokasi pengamatan. Luas areal untuk survei adalah 1
hektar untuk setiap lokasi, dan setiap lokasi terdiri atas 5 plot contoh. Survei dilakukan
dengan menentukan lokasi tanaman padi yang diamati (purporsive sampling). Jumlah dan
penyebaran petak pengamatan ditentukan 5 petak contoh yang terletak di tengah dan antara
perpotongan garis tengah plot dengan titik sudutnya (luas > 200 m2
) (Gambar 1).
Gambar 1. a. plot lokasi pengamatan
b1-b5. petak contoh (sampel pengamatan)
b. Identifikasi
Identifikasi dilakukan dengan mengamati bentuk morfologi larva dan imago. Hal
yang diamati adalah bentuk dan variasi caput, mata, sayap dan antena, tipe alat mulut,
toraks, tungkai dan abdomen. Identifikasi menggunakan buku petunjuk dan kunci
identifikasi tentang Ordo Odonata antara lain Brues, Melander dan Carpenter (1970);
Brooks (1997); Carter (2001); Corbet (1999); Paulson (2003); Manning (2001); Nielsen
(2003); Powel (1999); Silby (2001); dan Susanti (1998).
c. Pemeliharaan Massal serangga (capung, Odonata)
Dalam penelitian ini masing-masing sepasang capung pada stadium imago
dipisahkan menurut perbedaan ciri morfologi yang ada (diberi label sementara yaitu
A,B,C, s/d I). Capung ditempatkan masing-masing pada satu rumpun tanaman padi yang
ditanam pada pot plastik (淡=25 cm) dengan media tanah dalam kondisi tergenang air.
Imago diberi makan nyamuk dewasa yang telah dipelihara pada tempat lain. Jumlah pot
yg digunakan 10 buah untuk setiap spesies capung. Telur-telur yang telah diletakkan oleh
imago dikumpulkan dan ditempatkan pada botol selei.
d. Uji Pemangsaan
Uji pemangsaan bertujuan untuk mengetahui sifat spesies capung apakah tergolong
predator atau bukan, dengan metode uji makan. Lima ekor capung dimasukkan dalam
stoples, kemudian dalam stoples tersebut dimasukan mangsa yaitu imago penggerek batang
padi. Percobaan dirancang dalam RAL dengan ulangan 10 kali. Pengamatan dilakukan
terhadap jumlah imago yang mati karena dimangsa capung. Data yang ada dianaliasis
dengan uji F (Anova) dan apabila bermakna dilanjutkan dengan uji Duncans pada 留 =
0.05.
e. Percobaan Kopulasi
(1) Perkawinan Silang, capung spesies A dan spesies B. Imago jantan A dan imago
betina B yang baru terbentuk dimasukkan bersama dalam stoples kaca ukuran
(淡=25 cm), dipelihara dengan diberi makan imago nyamuk Culicidae, dan serangga
dibiarkan kawin. Percobaan diulang 10 kali. Apabila keduanya menghasilkan
keturunan maka dapat disimpulkan bahwa keduanya adalah spesies yang sama
karena melakukan perkawinan yang menghasilkan telur-telur fertil. Telur-telur
fertil yang dihasilkan dipelihara hingga menetas, menjadi imago untuk
diidentifikasi.
(2) Perkawinan Silang, capung spesies A dan spesies C. Imago jantan A dan imago
betina C yang baru terbentuk dimasukkan bersama dalam stoples kaca untuk
dikawin silangkan. Prosedurnya analog dengan perkawinan silang capung spesies A
dan capung spesies B.
(3). Analog Pada Metode Perkawinan Silang poin 1 dan 2 di atas, perkawinan silang
dilakukan terhadap semua spesies capung yang ditemukan (spesies A,B,C, s/d I).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Identifikasi dan Deskripsi Spesies Odonata
Berdasarkan pengamatan jenis-jenis capung (ordo Odonata) yang ditemukan pada
ekosistem tanaman padi pada dua lokasi yaitu desa Sidera Kecamatan Sigi Biromaru dan
desa Makmur Kecamatan Palolo, diketahui terdapat 5 famili yaitu Libellulidae, Aeshnidae,
Coenagronidae, Gomphidae, dan Corduliidae. Dari 5 famili tersebut telah diketahui 9
spesies capung, yang terdiri atas 8 spesies dari kelompok Dragonflies (Anisoptera) dan
satu spesies dari kelompok Damselflies (Zygoptera). Hasil identifikasi tingkat spesies
Odonata tersebut berdasarkan petunjuk yang dikemukakan oleh Paulson (1998); Garrison
(2000); Brooks (1997); Carter (2001); Corbet (1999); Paulson (2003); Manning (2001);
Mitchel et. al., (2004); Nielsen (2003); Powel (1999); Silby (2001); dan Susanti (1998).
Spesies Odonata yang teridentifikasi disajikan pada Tabel 1, sedangkan penampilan
masing-masing spesies tersebut terlihat pada Gambar Lampiran 1.
Tabel 1. Hasil identifikasi jenis-jenis Capung (Odonata) yang ditemukan
pada ekosistem tanaman padi sawah di lokasi penelitian.
No.
JenisCapung(Odonata) Gambar
(lihatLamp.Gbr.1)KelompokFamili KelompokSpesies/Jenis
 Dragonflies(Anisoptera)  
1 FamiliLibellulidae Orthemisferruginea Lamp.Gbr.1a
  Liriothermis sp. Lamp.Gbr.1b
  Libellula sp. Lamp.Gbr.1c
2 FamiliAeshnidae Aeshnasp. Lamp.Gbr.1d
  Anax sp. Lamp.Gbr.1e
  Rhionaeschnamulticolor Lamp.Gbr.1f
3 FamiliGomphidae Gomphuslimnae Lamp.Gbr.1h
4 FamiliCoduliidae Epithecaspinigera Lamp.Gbr.1i
 Damselflies(Zygoptera)  
5 FamiliCoenagrionidae Argiatranslata Lamp.Gbr.1g
Orthemis ferruginea, dengan ciri spesies tubuhnya berwarna orange kekuningan
dengan garis warna hitam pada bagian dorsal toraks hingga abdomen, kepala berwarna
orange kekuningan dengan spot berwarna abu-abu pada bagian dorsal, mata majemuk
berwarna abu-abu. Toraks berwarna orange kekuningan dengan warna hitam pada bagian
dorsal. Sayap transparan, pterostigma berwarna orange, venasi sedikit dan halus. Abdomen
berwarna orange kekuningan dan hitam. Alat genetalia berwarna abu-abu. Ciri tersebut
sesuai dengan ciri-ciri O. ferruginea yang dikemukakan Garrison (2000) & Mitchel et. al.,
(2004). Pada ruas abdomen 1-5 berwarna kuning dan ruas 6-8 berwarna hitam (Powel,
1999 dan Nielsen, 2003).
Liriothermis sp. tubuhnya berwarna biru dengan variasi coklat (kepala dan toraks),
abdomen berwarna merah metalik. Kepala berwarna biru dengan spot berwarna coklat,
mata majemuk berwarna biru. Protoraks dan mesotoraks berwarna biru, metatoraks
berwarna biru dan coklat, tungkai berwarna biru. Sayap transparan, venasi yang jelas,
pterostigma berwarna biru. Abdomen berwarna merah metalik, di bagian ujung abdomen
(alat genetalia) berwarna abu-abu. Ciri tersebut sesuai yang dikemukakan oleh (Paulson,
1998; Garrison, 2000; Mitchel et al., 2004) bahwa warna tubuh Liriothermis (Libellulidae)
biru dan variasi coklat, toraks berwarna biru dan coklat, serta abdomen berwarna merah.
Brooks (1997) dan Silby (2001) melaporkan Liriothermis sp. dengan Anal loop pada
sayap belakang menyerupai bentuk kaki dengan venasi yang jelas.
Libellula sp. warna dasar tubuhnya hijau metalik dengan variasi hitam dan coklat
(kepala, sayap, abdomen). Kepala berwarna hijau dengan spot coklat, mata majemuk
berwarna coklat. Toraks berwarna hijau variasi warna hitam terutama pangkal sayap, dan
tungkai berwarna hitam (Mitchel et al., 2004; Nielsen, 2003; Powel 1999). Ciri lain
Libellula, sayap berwarna orange transparan, venasi yang jelas, pterostigma berwarna
kuning. Abdomen berwarna hijau metalik variasi warna hitam, pada bagian ujung
abdomen/alat genetalia berwarna putih (Paulson, 1998; Silby, 2001; dan Susanti, 1998).
Aeshna sp., tubuhnya berwarna hijau dengan strip warna hitam hingga coklat,
kepala berwarna hijau dengan spot berwarna hitam, mata majemuk berwarna hijau. Toraks
berwarna hijau dengan tiga garis horizontal berwarna hitam di bagian protoraks, pada
bagian mesotoraks terdapat tiga bulatan berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam,
di bagian metatoraks terdapat tiga bulatan bentuk sabit yang ke bagian posterior makin
besar, tungkai berwarna hitam. Sayap transparan dengan pterostigma berwarna hitam.
Abdomen berwarna hitam dengan ruas yang dibatasi warna hijau kekuningan (Paulson,
1998; Garrison, 2000; dan Brooks,1997). Pada bagian ujung abdomen (alat genetalia)
berwarna kuning (Silby, 2001).
Anax sp., ciri-ciri tubuh berwarna hijau kebiruan dengan strip warna hitam hingga
coklat, kepala berwarna hijau, mata majemuk berwarna coklat (Brooks, 1997 dan Garrison,
2000). Toraks berwarna biru dengan tiga garis horizontal berwarna hitam pada bagian
lateral protoraks, tungkai berwarna hitam. Sayap transparan dengan pterostigma berwarna
hitam. Abdomen berwarna biru kehijauan dengan ruas yang dibatasi oleh warna hijau
kebiruan. Pada bagian ujung abdomen (alat genetalia) berwarna kuning (Nielsen, 2003;
Powel 1999).
Ciri Rhionaeschna multicolor, warna dasar tubuhnya coklat, kepala berwarna
coklat, mata majemuk berwarna coklat kebiruan. Toraks berwarna coklat, tungkai
berwarna hitam. Sayap transparan dengan pterostigma berwarna coklat muda (Mitchel et.
al., 2004). Abdomen berwarna coklat dengan bintik berwarna biru di bagian tepi, ruas
pertama abdomen membesar (tuber) berwarna coklat dan biru. Pada bagian ujung abdomen
bercabang dua seperti garpu (forked) berwarna hitam, alat genetalia berwarna kuning
(Nielsen, 2003; Powel 1999).
Ciri Argia translata sesuai ciri yang dikemukakan Paulson (1998). Tubuhnya
berwarna hijau kebiruan, kepala berwarna hijau gelap, mata majemuk berwarna hijau
kotor. Toraks berwarna biru kehijauan dengan tiga garis horizontal berwarna hitam pada
bagian protoraks, meso dan metatoraks, tungkai berwarna hitam. Sayap transparan
berwarna kebiru-biruan. Ciri A. translata tersebut sama dengan yang dikemukakan
Garrison (2000), Mitchel et. al., (2004). Abdomen berwarna hijau tua dengan ruas yang
dibatasi warna hijau kekuningan. Pada bagian ujung abdomen (alat genetalia) berwarna
biru terang (Nielsen, 2003; Powel 1999).
2. Uji Pemangsaan
Hasil uji pemangsaan terhadap 8 spesies yaitu O. ferruginea, Liriothermis sp.,
Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, dan E. spinigera
menunjukkan adanya sifat memangsa atau predator, sedangkan spesies A. translata
tidak menunjukkan sifat sebagai predator atau tidak memangsa inang yang diberikan.
Data hasil uji pemangsaan ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji pemangsaan tiap spesies pada Inang Penggerek Batang Padi
No. Spesies
Keterangan
Memangsa(+),TidakMemangsa()
1 Orthemisferruginea +
2 Liriothermissp. +
3 Libellulasp. +
4 Aeshnasp. +
5 Anaxsp. +
6 Rhionaeschnamulticolor +
7 Gomphuslimnae +
8 Epithecaspinigera +
9 Argiatranslata 
Capung O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp. (Libellulidae), Aeshna sp,
Anax sp., R. multicolor (Aeshnidae), G. limnae (Gomphidae), E. Spinigera (Corduliidae),
memangsa serangga yang diberikan pada uji pemangsaan. Sesuai laporan Susanti (1998)
bahwa capung ini merupakan kelompok predator, peran dan fungsinya pada ekosistem padi
belum diketahui, kecuali kelompok Libellulidae dan Aeshnidae. Sedangkan spesies A.
translata (Coenagrionidae) tidak memangsa inang yang diberikan. Manurut Laporan
Merritt dan Cummins (1996) dan Mitchell (2004) umumnya spesies dari famili
Coenagrionidae kebanyakan yang menjadi predator adalah stadium pradewasanya, belum
ada laporan tentang dewasanya.
Berdasarkan uji pemangsaan dan rujukan pustaka, capung jenis O. ferruginea,
Liriothermis sp., Libellula sp. (Libellulidae), Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor
(Aeshnidae), G. limnae (Gomphidae), E. spinigera (Corduliidae), memangsa serangga
yang diberikan pada uji pemangsaan sehingga dikategorikan sebagai predator pada
ekosistem pertanaman padi. Sedangkan capung A. translata (Coenagrionidae) tidak
bersifat sebagai predator.
3. Uji Kopulasi
Hasil uji kopulasi menunjukkan bahwa 9 spesies yang teridentifikasi yaitu O.
ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae,
E. spinigera, dan A. translata tidak memperlihatkan adanya perilaku kopulasi. Perilaku
kopulasi Odonata ditunjukkan oleh sesama spesies, misalnya pada famili Libellulidae
spesies Aeshna sp. Hasil uji kopulasi spesies disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil uji kopulasi spesies dalam famili Odonata (Capung)
No Famili Spesies
Keterangan
Kopulasi(+),Tidakberkopulasi()
1. CoenagrionidaeXAeshnidae Argiatranslata XAeshnasp.  
2. CoenagrionidaeXGomphidae Argiatranslata XG. limnae 
3. CoenagrionidaeXLibellulidae Argiatranslata XLibellula sp. 
4. CoenagrionidaeXCorduliidae Argiatranslata XE. spinigera 
5. AeshnidaeXGomphidae Anax sp.XGomphuslimnae 
6. AeshnidaeXLibellulidae R. multicolor XO. ferruginea 
7. AeshnidaeXCordiliidae Anax sp. XE. spinigera 
8. GomphidaeXCorduliidae G. limnae XE. spinigera 
9. LibellulidaeXGomphidae Liriothermis sp.XG. limnae 
Uji perkawinan spesies O. ferruginea (jantan) dan spesies Liriothermis sp (betina)
tidak menunjukkan tanda kopulasi. Betina Liriothermis sp. tidak menghasilkan telur
sebagai akibat tidak terjadinya kopulasi. Hal yang sama tidak terjadi kopulasi pada spesies-
spesies O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor,
G. limnae, E. spinigera, A. translata yang telah dipasangkan satu sama lain. Hal ini
menunjukkan bahwa spesies-spesies tersebut berbeda. Borror et. al. (1989) memberikan
definisi spesies adalah sebagai suatu kelompok atau populasi alam yang (1) mampu kawin
antara sesama dan menghasilkan keturunan yang fertil, dan (2) dalam kondisi normal
secara reproduktif terasing dari kelompok-kelompok lainnya (tidak kawin antara sesama
kelompok itu). Olehnya Mayr (1969) mengemukakan adanya sybling spesies yaitu
spesies yang mempunyai perbedaan morfologi yang jelas tetapi bukan merupakan kriteria
menentukan perbedaan spesies, namun perbedaan ditunjukkan pada penampilan biologi.
Sub spesies adalah suatu kumpulan dari populasi spesies yang mempunyai kesamaan
fenotip menempati sebagian dari daerah penyebaran spesies tersebut secara taksonomi
berbeda dengan populasi lain dari spesies tersebut.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan Borror et. al. (1989) dan Mayr (1969)
maka dapat dijelaskan bahwa 9 spesies yang diidentifikasi yaitu O. ferruginea (Fabr.),
Liriothermis sp., Libellula sp. (Libellulidae), Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor
(Aeshnidae), G. limnae (Gomphidae), E. spinigera (Corduliidae), dan A. translata
(Coenagrionidae) adalah individu yang berbeda satu sama lain (berbeda spesies)
berdasarkan hasil identifikasi secara morfologi dan pengujian kopulasi diantara dan atau
sesama spesies dalam kelompok famili Odonata.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Spesies Odonata pada ekosistem tanaman padi di Donggala dan Tolitoli telah
diidentifikasi. Berdasarkan keragaman fenotip yaitu warna tubuh, perbedaan bentuk
morfologi tubuh antara lain embelan pada abdomen, bentuk sayap dan alat genetalia.
Spesies yang telah diidentifikasi yaitu Orthemis ferruginea (Fabr.), Liriothermis sp.,
Libellula sp. (Libellulidae), Aeshna sp., Anax sp., Rhionaeschna multicolor (Aeshnidae),
Gomphus limnae (Gomphidae), Epitheca spinigera (Corduliidae), dan Argia translata
(Coenagrionidae). Berdasarkan uji pemangsaan dan rujukan pustaka maka O.
ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp. (Libellulidae), Aeshna sp., Anax sp., R.
multicolor (Aeshnidae), G. limnae (Gomphidae), E. spinigera (Corduliidae), sebagai
predator, sedangkan A. translata (Coenagrionidae) tidak bersifat sebagai predator.
2. Spesies yang diidentifikasi (9 spesies) yaitu O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp.
(Libellulidae), Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor (Aeshnidae), G. limnae (Gomphidae),
E. spinigera (Corduliidae) adalah individu yang berbeda satu sama lain (berbeda spesies)
berdasarkan penelitian identifikasi secara morfologi dan pengujian kopulasi.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian yang lebih detail tentang peranan dari masing-masing
spesies Odonata tersebut pada ekosistem tanaman padi sawah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2001. Laporan Survei Musuh-Musuh Alami Pada Ekosistem Persawahan di
Kabupaten Donggala dan Parigi Mautong. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan.
Faperta Untad.
Borror, D.J., C. Triplehorn, dan M.D. De long., 1989. An Introduction to the Study of
Insects. Eds. VI. Saunders College Publishing, New York.
Brues, C.T.; A.L.Melander; dan F.M.Carpenter. 1970. Classification of insects. Bull.
Mus. Compar. Zool. (Harvard). No. 108.
Arintadisastra, 1999. Serangan Hama dan Nimbanisasi (Azadiracchta indica). Majalah
Ekstensi Volume 9, Tahun V, Jakarta.
Brooks, 1997. Dragofly and Damselfly (Odonata).
http://www.chaparraltree.com/mn/dragonflies.shtml. Copyright 1994-2002 .
Carter, R., 2001. Dragonflies and Damselflies of Minnesota.
http://www.chaparraltree.com/mn/dragonflies.shtml. Copyright 1994-2002 Raphael
Carter. Dikunjungi 04 April 2005.
Corbet, P. S. 1999. Dragonflies: Behavior and Ecology of Odonata. Comstock Publishing
Associates, Cornell University Press. Ithaca, New York.
DeBach, P. 1964. (ed). Biological Control of Insect Pest and Weeds., 844 pp. Chapman
and Hall Ltd. London.
Doult, R. L. 1964. The Story of Biological Control Development. Pp. 10-29. In P.
DeBach (ed). Biological Control of Insects Pest and Weeds. Chapman and Hall.
London.
Ensiklopedi Indonesia, 1992. Ensiklopedi Indonesia seri FAUNA jilid 5 seri Tentang
Serangga. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta.
Garrison, R.W. (2004). A sinonimic list of new world odonata. Revised version of 14
August, 2000. 1030 Fondale St., Azusa, CA, 91702-0821, U.S.A.
Kirschbaum, K., 2005. Animal Diversity Web. Univ of Michigan Museum of Zoology
息1995-2005, The Regents of the University of Michigan and its licensors. All
rights reserved. http: //animaldiversity. ummz.umich. edu/ site/accounts/ information /
Zygoptera.html. Dikunjungi 04 April 2005
Laba, I W., 2005. Keanekaragaman Hayati Artropoda Dan Peranan Musuh Alami
Hama Utama Padi Pada Ekosistem Sawah.
http://rudyct.250x.com/sem1_012/i_w_laba.htm. Dikunjungi 04 April 2005.
Manning, J. 2001. Dragonfly. http://www.macatawa.org./-oias/dragonfly.htm.
Dikunjungi 2/24/2003. pp.1-3
Mayr, E. 1969. Principle of Systematic Zoology. McGraw-Hill. New York. 428 hal.
Mitchel, F.; D. Davids, C. Noya.; L. Stephen. 2004. Damselflies of Texas. Digital
Dragonfly Project. http://stephenville.tamu.edu/~fmitchel/damselfly/ (4
August 2005).
Nielsen E.R. 2003. The life of Dragonflies. Danish Dragonflies.
http://www.macatawa.org./-oias/dragonfl.htm. Dikunjungi 2/24/2003. pp1-5
Nurayati, A. 1999. Pengaruh Varietas Terhadap Komposisi Parasitoid Telur Penggerek
Batang Padi Scirpophaga innotata (Walker). Prosiding Seminar Ilmiah dan
Pertemuan Tahunan XI PEI, PFI, dan HPTI Sulsel, Maros.
Oka, I.N., 1998. Pengendalian Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Oka, I.N., 1991. Kajian Penanggulangan Wabah Hama Penggerek Batang Padi
Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu. Program PHT Bappenas,
Jakarta.
Paulson, D., 2003. Field Key To Adult Washington Dragonflies (Odonata). Univ. of
Puget Sound, Revised 13 November 1998.
http://www2.ups.edu/biology/museum/WAODkey.html. Dikunjungi 04 April 2005.
Powel. 1999. Bionomics of Dragonfly and Damselfly.
http://stephenville.tamu.edu/~fmitchel/dragonfly.damselfly/. Dikunjungi 2 Agustus
2005.
Riyanto, 1985. Ekologi Dasar. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia
bagian Timur, Ujung Pandang.
Silby (2001). Identification guide of Damselfly and Dragonfly from Minnesota.
http://Minneosta.tamu.edu/~fmitchel/dragonfly/. Dikunjungi 2 Agustus 2005.
Soemartono, 1992. Bercocok Tanam Padi. C.V. Yasaguna, Jakarta.
Sofro, M., 1994. Keanekaragaman Genetik. Andi Offset, Yogyakarta.
Sosromarsono, S. 1993. Membunuh Serangga dengan Serangga. Cerita tentang
Pengendalian Hayati. hlm. 33-39. Adisunarto dan Suhardjan (Penyunting). Berita
Entomologi Vol. III (I). Perhimpunan Entomologi Indonesia, 1 Oktober 1993.
Soegianto, A., 1994. Ekologi Kuantitatif Metode Analisis Populasi Komunikasi. Usaha
Nasional, Surabaya.
Susanti, S. 1998. Mengenal Capung. Seri Panduan Lapangan Wetlands International.
Puslitbang LIPI.
van Emden, H. F. 1976 Pest Control. 2nd ed. Edward Arnold. A. Division of Hodder
& Stougton. London-New York - Melbourne - Auckland. Hal. 46-81.
Wigenasantana, M.S., 1990. Keadaan Serangga Penggerek Batang Padi Putih dan Usaha
Penanggulangannya. Seminar Pengendalian Hama Penggerek Padi Putih, Bogor.
Yusuf, M. 2005. Capung Jarum, Indikator Pencemaran Air.
http://www.geocities.com/kirs_mart/art-jipa.htm. Dikunjungi 04 April 2005
Lampiran 1. Penampilan beberapa spesies Capung (Odonata) hasil identifikasi

More Related Content

Jurnal musuh alami padi

  • 1. DIVERSITAS FENOTIP SPESIES ODONATA YANG BERSIFAT PREDATOR TERHADAP HAMA PADI PADA EKOSISTEM PERSAWAHAN DI SULAWESI TENGAH Oleh : Abd. Wahid ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membedakan ciri morfologi, terjadinya predasi, dan kopulasi pada spesies odonata yang diteliti. Penelitian dilaksanakan dengan metode survai eksploratif di lapangan dan eksperimental di laboratorium. Survai pada sentra pertanaman padi di dua tempat yaitu Donggala dan Tolitoli. Identifikasi spesies, uji pemangsaan dan uji kopulasi di lakukan di laboratorium. Identifikasi menggunakan buku petunjuk dari Brooks (1997); Carter (2001); Corbet (1999); Manning (2001); Nielsen (2003); Paulson (2003); Powel (1999); dan Silby (2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies Odonata yang diidentifikasi pada ekosistem persawahan adalah Orthemis ferruginea (Fabr.), Liriothermis sp., Libellula sp., (Libellulidae); Aeshna sp., Anax sp., Rhionaechna multicolor (Aeshnidae); Gomphus limnae (Gomphidae); Ephitheca spinigera (Corduliidae); dan Argia translata (Coenagrionidae), masing-masing spesies berbeda karakter morfologinya dan tidak terjadi kopulasi satu sama lain. Berdasarkan uji pemangsaan dan rujukan pustaka O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, dapat dikategorikan sebagai predator pada ekosistem persawahan. Sedangkan A. translata tidak bersifat predator. Spesies O. ferruginea (jantan) dan Liriothermis (betina) tidak menunjukkan tanda kopulasi pada uji kopulasi. Betina Liriothermis tidak menghasilkan telur sebagai akibat tidak terjadinya kopulasi. Hal yang sama tidak terjadi kopulasi pada spesies-spesies O. ferruginea, Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, dan A. translata yang telah dipasangkan satu sama lain, hal ini menunjukkan bahwa odonata tersebut berbeda spesies. Kata Kunci : Odonata, fenotif, spesies, predator, ekosistem padi sawah. PHENOTYPE VARIABILITY ODONATA SPECIES AS PREDATORY AGAINTS RICE PEST ON LOWLAND ECOSYSTEM IN CENTRAL SULAWESI Abd. Wahid The Research was conducted to identification species of Odonata, morphological characters difference, predatory test, and copulation test. Experiment was conducted with survey method on lowland plantation in Donggala and Tolitoli. Identification, predatory test, and copulation test has been conduct in laboratory. The result showed that the Odonata species as predatory on lowland plantation are Orthemis ferruginea (Fabricius), Liriothermis sp., Libellula sp., (Libellulidae); Aeshna sp., Anax sp., Rhionaechna multicolor (Aeshnidae); Gomphus limnae (Gomphidae); Ephitheca spinigera (Corduliidae); and Argia translata (Coenagrionidae). Its that different with morphological characters and didnt copulation between species. Result of predatory test showed that the O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, are predatory on lowland plantation. Only one species is didnt predatory is A. translate (betina) Male O. ferruginea versus female Liriothermis
  • 2. sp. didnt copulated. Female Liriothermis sp. didnt oviposition behavior. The same case didnt copulate between species O. ferruginea, Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, and A. translata. Keywords : Odonata, phenotype, spesies, predatory, lowland ecosystem. PENDAHULUAN Upaya peningkatan produktivitas dan mutu padi terus digalakkan oleh pemerintah daerah dan petani, namun adanya gangguan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor sebagai kendala. Penggerek batang padi (Scircophaga innotata), wereng coklat (Nilavarpata lugens), dan wereng hijau (Nepotettix virescens) merupakan hama padi yang cukup serius di Indonesia (Anonim, 2001). Di Sulawesi Tengah sejak tahun 1991 tanaman padi telah terserang penggerek batang padi, wereng coklat, dan wereng hijau. Sampai dengan akhir tahun 2000 kerugian akibat organisme pengganggu tanaman padi ditaksir mencapai kurang lebih 50 juta rupiah (Anonim, 2001). Sejarah serangan hama S. innotata tercatat sejak awal tahun 1990-an. Pada musim tanam 1989/1990 luas serangan hama ini pada 6 Kabupaten (Bekasi, Karawang, Subang, Purwokerto, Indramayu dan Cirebon) mencapai 62.000 ha sebagian diantaranya yaitu 14.000 ha puso (Wigenasantana, 1990). Menurut Oka (1991) serangan S. innotata pada musim tanam 1990/1991 mencapai 7.000 ha, selanjutnya Arintadisastra (1999) melaporkan serangan penggerek batang padi S. innotata di Indonesia sampai bulan Agustus 1998 seluas 59.237 ha. Upaya pengendalian hama tanaman padi dengan cara kimiawi ternyata kurang berhasil, bahkan diduga cara kimiawi justru menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Di Thailand dan Filiphina telah dilaporkan bahwa pengendalian cara kimiawi telah menimbulkan fenomena resistensi serangga terhadap insektisida (Nurayati, 1999). Pengendalian hama padi tanpa pestisida lebih dititik beratkan pada penggunaan musuh
  • 3. alami seperti parasitoid dan predator. Musuh alami tersebut dapat mempengaruhi perkembangan ke arah negatif bagi populasi hama. Predator merupakan salah satu musuh alami yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Susanti (1998) melaporkan bahwa pemanfaatan kelompok Odonata mempunyai prospek sebagai pengendalian hayati pada ekosistem tanaman padi. Spesies capung yang telah dilaporkan oleh Susanti (1998) antara lain Crocothemis servilia, Neurothemis terminata, dan Orthetrum sabina merupakan predator yang hidup pada ekosistem tanaman padi sawah. Selain itu Corbet (1999 dalam Kirschbaum, 2005) melaporkan bahwa di Asia Tenggara beberapa spesies Odonata seperti Arighopus cornutus dan C. servilia merupakan predator yang dapat mengganggu perilaku penggerek batang padi dalam meletakkan telur. Di Indonesia penelitian tentang identifikasi jenis-jenis Capung (Ordo Odonata) yang terdapat pada ekosistem pertanaman padi belum banyak dilaporkan khususnya pada ekosistem pertanaman padi sawah. Pada hal informasi mengenai jenis-jenis capung ini penting untuk diketahui, sehingga perlu dilakukan penelitian identifikasi, uji pemangsaan dan kopulasi berbagai jenis Capung (Odonata) pada ekosistem tanaman padi sawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis atau spesies capung (odonata) yang bersifat predator pada hama tanaman padi di Sulawesi Tengah. Luaran penelitian ini diharapkan diketahui ciri keragaman fenotip dan biologi serta perilaku beberapa spesies capung yang berperan sebagai predator sebagai spesies yang berbeda.
  • 4. METODE PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada areal pertanaman padi sawah di 2 kabupaten yaitu Donggala dan Parigi Moutong sebagai daerah survai pengambilan sampel, selanjutnya identifikasi spesies, uji pemangsaan dan uji kopulasi di lakukan di laboratorium. 2. Prosedur Penelitian a. Survei dan pengambilan sampel serangga di lapangan Penelitian dilaksanakan dengan metode survei eksploratif di lapangan. Lokasi survei ditentukan pada 2 Kabupaten yaitu Donggala dan Parigi Moutong. Setiap Kabupaten ditentukan 3 Kecamatan sebagai plot lokasi pengamatan. Luas areal untuk survei adalah 1 hektar untuk setiap lokasi, dan setiap lokasi terdiri atas 5 plot contoh. Survei dilakukan dengan menentukan lokasi tanaman padi yang diamati (purporsive sampling). Jumlah dan penyebaran petak pengamatan ditentukan 5 petak contoh yang terletak di tengah dan antara perpotongan garis tengah plot dengan titik sudutnya (luas > 200 m2 ) (Gambar 1). Gambar 1. a. plot lokasi pengamatan b1-b5. petak contoh (sampel pengamatan) b. Identifikasi Identifikasi dilakukan dengan mengamati bentuk morfologi larva dan imago. Hal yang diamati adalah bentuk dan variasi caput, mata, sayap dan antena, tipe alat mulut, toraks, tungkai dan abdomen. Identifikasi menggunakan buku petunjuk dan kunci
  • 5. identifikasi tentang Ordo Odonata antara lain Brues, Melander dan Carpenter (1970); Brooks (1997); Carter (2001); Corbet (1999); Paulson (2003); Manning (2001); Nielsen (2003); Powel (1999); Silby (2001); dan Susanti (1998). c. Pemeliharaan Massal serangga (capung, Odonata) Dalam penelitian ini masing-masing sepasang capung pada stadium imago dipisahkan menurut perbedaan ciri morfologi yang ada (diberi label sementara yaitu A,B,C, s/d I). Capung ditempatkan masing-masing pada satu rumpun tanaman padi yang ditanam pada pot plastik (淡=25 cm) dengan media tanah dalam kondisi tergenang air. Imago diberi makan nyamuk dewasa yang telah dipelihara pada tempat lain. Jumlah pot yg digunakan 10 buah untuk setiap spesies capung. Telur-telur yang telah diletakkan oleh imago dikumpulkan dan ditempatkan pada botol selei. d. Uji Pemangsaan Uji pemangsaan bertujuan untuk mengetahui sifat spesies capung apakah tergolong predator atau bukan, dengan metode uji makan. Lima ekor capung dimasukkan dalam stoples, kemudian dalam stoples tersebut dimasukan mangsa yaitu imago penggerek batang padi. Percobaan dirancang dalam RAL dengan ulangan 10 kali. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah imago yang mati karena dimangsa capung. Data yang ada dianaliasis dengan uji F (Anova) dan apabila bermakna dilanjutkan dengan uji Duncans pada 留 = 0.05. e. Percobaan Kopulasi (1) Perkawinan Silang, capung spesies A dan spesies B. Imago jantan A dan imago betina B yang baru terbentuk dimasukkan bersama dalam stoples kaca ukuran (淡=25 cm), dipelihara dengan diberi makan imago nyamuk Culicidae, dan serangga dibiarkan kawin. Percobaan diulang 10 kali. Apabila keduanya menghasilkan
  • 6. keturunan maka dapat disimpulkan bahwa keduanya adalah spesies yang sama karena melakukan perkawinan yang menghasilkan telur-telur fertil. Telur-telur fertil yang dihasilkan dipelihara hingga menetas, menjadi imago untuk diidentifikasi. (2) Perkawinan Silang, capung spesies A dan spesies C. Imago jantan A dan imago betina C yang baru terbentuk dimasukkan bersama dalam stoples kaca untuk dikawin silangkan. Prosedurnya analog dengan perkawinan silang capung spesies A dan capung spesies B. (3). Analog Pada Metode Perkawinan Silang poin 1 dan 2 di atas, perkawinan silang dilakukan terhadap semua spesies capung yang ditemukan (spesies A,B,C, s/d I). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Identifikasi dan Deskripsi Spesies Odonata Berdasarkan pengamatan jenis-jenis capung (ordo Odonata) yang ditemukan pada ekosistem tanaman padi pada dua lokasi yaitu desa Sidera Kecamatan Sigi Biromaru dan desa Makmur Kecamatan Palolo, diketahui terdapat 5 famili yaitu Libellulidae, Aeshnidae, Coenagronidae, Gomphidae, dan Corduliidae. Dari 5 famili tersebut telah diketahui 9 spesies capung, yang terdiri atas 8 spesies dari kelompok Dragonflies (Anisoptera) dan satu spesies dari kelompok Damselflies (Zygoptera). Hasil identifikasi tingkat spesies Odonata tersebut berdasarkan petunjuk yang dikemukakan oleh Paulson (1998); Garrison (2000); Brooks (1997); Carter (2001); Corbet (1999); Paulson (2003); Manning (2001); Mitchel et. al., (2004); Nielsen (2003); Powel (1999); Silby (2001); dan Susanti (1998).
  • 7. Spesies Odonata yang teridentifikasi disajikan pada Tabel 1, sedangkan penampilan masing-masing spesies tersebut terlihat pada Gambar Lampiran 1. Tabel 1. Hasil identifikasi jenis-jenis Capung (Odonata) yang ditemukan pada ekosistem tanaman padi sawah di lokasi penelitian. No. JenisCapung(Odonata) Gambar (lihatLamp.Gbr.1)KelompokFamili KelompokSpesies/Jenis Dragonflies(Anisoptera) 1 FamiliLibellulidae Orthemisferruginea Lamp.Gbr.1a Liriothermis sp. Lamp.Gbr.1b Libellula sp. Lamp.Gbr.1c 2 FamiliAeshnidae Aeshnasp. Lamp.Gbr.1d Anax sp. Lamp.Gbr.1e Rhionaeschnamulticolor Lamp.Gbr.1f 3 FamiliGomphidae Gomphuslimnae Lamp.Gbr.1h 4 FamiliCoduliidae Epithecaspinigera Lamp.Gbr.1i Damselflies(Zygoptera) 5 FamiliCoenagrionidae Argiatranslata Lamp.Gbr.1g Orthemis ferruginea, dengan ciri spesies tubuhnya berwarna orange kekuningan dengan garis warna hitam pada bagian dorsal toraks hingga abdomen, kepala berwarna orange kekuningan dengan spot berwarna abu-abu pada bagian dorsal, mata majemuk berwarna abu-abu. Toraks berwarna orange kekuningan dengan warna hitam pada bagian dorsal. Sayap transparan, pterostigma berwarna orange, venasi sedikit dan halus. Abdomen berwarna orange kekuningan dan hitam. Alat genetalia berwarna abu-abu. Ciri tersebut sesuai dengan ciri-ciri O. ferruginea yang dikemukakan Garrison (2000) & Mitchel et. al., (2004). Pada ruas abdomen 1-5 berwarna kuning dan ruas 6-8 berwarna hitam (Powel, 1999 dan Nielsen, 2003). Liriothermis sp. tubuhnya berwarna biru dengan variasi coklat (kepala dan toraks), abdomen berwarna merah metalik. Kepala berwarna biru dengan spot berwarna coklat, mata majemuk berwarna biru. Protoraks dan mesotoraks berwarna biru, metatoraks berwarna biru dan coklat, tungkai berwarna biru. Sayap transparan, venasi yang jelas, pterostigma berwarna biru. Abdomen berwarna merah metalik, di bagian ujung abdomen (alat genetalia) berwarna abu-abu. Ciri tersebut sesuai yang dikemukakan oleh (Paulson,
  • 8. 1998; Garrison, 2000; Mitchel et al., 2004) bahwa warna tubuh Liriothermis (Libellulidae) biru dan variasi coklat, toraks berwarna biru dan coklat, serta abdomen berwarna merah. Brooks (1997) dan Silby (2001) melaporkan Liriothermis sp. dengan Anal loop pada sayap belakang menyerupai bentuk kaki dengan venasi yang jelas. Libellula sp. warna dasar tubuhnya hijau metalik dengan variasi hitam dan coklat (kepala, sayap, abdomen). Kepala berwarna hijau dengan spot coklat, mata majemuk berwarna coklat. Toraks berwarna hijau variasi warna hitam terutama pangkal sayap, dan tungkai berwarna hitam (Mitchel et al., 2004; Nielsen, 2003; Powel 1999). Ciri lain Libellula, sayap berwarna orange transparan, venasi yang jelas, pterostigma berwarna kuning. Abdomen berwarna hijau metalik variasi warna hitam, pada bagian ujung abdomen/alat genetalia berwarna putih (Paulson, 1998; Silby, 2001; dan Susanti, 1998). Aeshna sp., tubuhnya berwarna hijau dengan strip warna hitam hingga coklat, kepala berwarna hijau dengan spot berwarna hitam, mata majemuk berwarna hijau. Toraks berwarna hijau dengan tiga garis horizontal berwarna hitam di bagian protoraks, pada bagian mesotoraks terdapat tiga bulatan berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam, di bagian metatoraks terdapat tiga bulatan bentuk sabit yang ke bagian posterior makin besar, tungkai berwarna hitam. Sayap transparan dengan pterostigma berwarna hitam. Abdomen berwarna hitam dengan ruas yang dibatasi warna hijau kekuningan (Paulson, 1998; Garrison, 2000; dan Brooks,1997). Pada bagian ujung abdomen (alat genetalia) berwarna kuning (Silby, 2001). Anax sp., ciri-ciri tubuh berwarna hijau kebiruan dengan strip warna hitam hingga coklat, kepala berwarna hijau, mata majemuk berwarna coklat (Brooks, 1997 dan Garrison, 2000). Toraks berwarna biru dengan tiga garis horizontal berwarna hitam pada bagian lateral protoraks, tungkai berwarna hitam. Sayap transparan dengan pterostigma berwarna
  • 9. hitam. Abdomen berwarna biru kehijauan dengan ruas yang dibatasi oleh warna hijau kebiruan. Pada bagian ujung abdomen (alat genetalia) berwarna kuning (Nielsen, 2003; Powel 1999). Ciri Rhionaeschna multicolor, warna dasar tubuhnya coklat, kepala berwarna coklat, mata majemuk berwarna coklat kebiruan. Toraks berwarna coklat, tungkai berwarna hitam. Sayap transparan dengan pterostigma berwarna coklat muda (Mitchel et. al., 2004). Abdomen berwarna coklat dengan bintik berwarna biru di bagian tepi, ruas pertama abdomen membesar (tuber) berwarna coklat dan biru. Pada bagian ujung abdomen bercabang dua seperti garpu (forked) berwarna hitam, alat genetalia berwarna kuning (Nielsen, 2003; Powel 1999). Ciri Argia translata sesuai ciri yang dikemukakan Paulson (1998). Tubuhnya berwarna hijau kebiruan, kepala berwarna hijau gelap, mata majemuk berwarna hijau kotor. Toraks berwarna biru kehijauan dengan tiga garis horizontal berwarna hitam pada bagian protoraks, meso dan metatoraks, tungkai berwarna hitam. Sayap transparan berwarna kebiru-biruan. Ciri A. translata tersebut sama dengan yang dikemukakan Garrison (2000), Mitchel et. al., (2004). Abdomen berwarna hijau tua dengan ruas yang dibatasi warna hijau kekuningan. Pada bagian ujung abdomen (alat genetalia) berwarna biru terang (Nielsen, 2003; Powel 1999). 2. Uji Pemangsaan Hasil uji pemangsaan terhadap 8 spesies yaitu O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, dan E. spinigera menunjukkan adanya sifat memangsa atau predator, sedangkan spesies A. translata tidak menunjukkan sifat sebagai predator atau tidak memangsa inang yang diberikan. Data hasil uji pemangsaan ditunjukkan pada Tabel 2.
  • 10. Tabel 2. Hasil uji pemangsaan tiap spesies pada Inang Penggerek Batang Padi No. Spesies Keterangan Memangsa(+),TidakMemangsa() 1 Orthemisferruginea + 2 Liriothermissp. + 3 Libellulasp. + 4 Aeshnasp. + 5 Anaxsp. + 6 Rhionaeschnamulticolor + 7 Gomphuslimnae + 8 Epithecaspinigera + 9 Argiatranslata Capung O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp. (Libellulidae), Aeshna sp, Anax sp., R. multicolor (Aeshnidae), G. limnae (Gomphidae), E. Spinigera (Corduliidae), memangsa serangga yang diberikan pada uji pemangsaan. Sesuai laporan Susanti (1998) bahwa capung ini merupakan kelompok predator, peran dan fungsinya pada ekosistem padi belum diketahui, kecuali kelompok Libellulidae dan Aeshnidae. Sedangkan spesies A. translata (Coenagrionidae) tidak memangsa inang yang diberikan. Manurut Laporan Merritt dan Cummins (1996) dan Mitchell (2004) umumnya spesies dari famili Coenagrionidae kebanyakan yang menjadi predator adalah stadium pradewasanya, belum ada laporan tentang dewasanya. Berdasarkan uji pemangsaan dan rujukan pustaka, capung jenis O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp. (Libellulidae), Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor (Aeshnidae), G. limnae (Gomphidae), E. spinigera (Corduliidae), memangsa serangga yang diberikan pada uji pemangsaan sehingga dikategorikan sebagai predator pada ekosistem pertanaman padi. Sedangkan capung A. translata (Coenagrionidae) tidak bersifat sebagai predator. 3. Uji Kopulasi Hasil uji kopulasi menunjukkan bahwa 9 spesies yang teridentifikasi yaitu O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae,
  • 11. E. spinigera, dan A. translata tidak memperlihatkan adanya perilaku kopulasi. Perilaku kopulasi Odonata ditunjukkan oleh sesama spesies, misalnya pada famili Libellulidae spesies Aeshna sp. Hasil uji kopulasi spesies disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil uji kopulasi spesies dalam famili Odonata (Capung) No Famili Spesies Keterangan Kopulasi(+),Tidakberkopulasi() 1. CoenagrionidaeXAeshnidae Argiatranslata XAeshnasp. 2. CoenagrionidaeXGomphidae Argiatranslata XG. limnae 3. CoenagrionidaeXLibellulidae Argiatranslata XLibellula sp. 4. CoenagrionidaeXCorduliidae Argiatranslata XE. spinigera 5. AeshnidaeXGomphidae Anax sp.XGomphuslimnae 6. AeshnidaeXLibellulidae R. multicolor XO. ferruginea 7. AeshnidaeXCordiliidae Anax sp. XE. spinigera 8. GomphidaeXCorduliidae G. limnae XE. spinigera 9. LibellulidaeXGomphidae Liriothermis sp.XG. limnae Uji perkawinan spesies O. ferruginea (jantan) dan spesies Liriothermis sp (betina) tidak menunjukkan tanda kopulasi. Betina Liriothermis sp. tidak menghasilkan telur sebagai akibat tidak terjadinya kopulasi. Hal yang sama tidak terjadi kopulasi pada spesies- spesies O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, A. translata yang telah dipasangkan satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa spesies-spesies tersebut berbeda. Borror et. al. (1989) memberikan definisi spesies adalah sebagai suatu kelompok atau populasi alam yang (1) mampu kawin antara sesama dan menghasilkan keturunan yang fertil, dan (2) dalam kondisi normal secara reproduktif terasing dari kelompok-kelompok lainnya (tidak kawin antara sesama kelompok itu). Olehnya Mayr (1969) mengemukakan adanya sybling spesies yaitu spesies yang mempunyai perbedaan morfologi yang jelas tetapi bukan merupakan kriteria menentukan perbedaan spesies, namun perbedaan ditunjukkan pada penampilan biologi. Sub spesies adalah suatu kumpulan dari populasi spesies yang mempunyai kesamaan fenotip menempati sebagian dari daerah penyebaran spesies tersebut secara taksonomi berbeda dengan populasi lain dari spesies tersebut.
  • 12. Berdasarkan definisi yang dikemukakan Borror et. al. (1989) dan Mayr (1969) maka dapat dijelaskan bahwa 9 spesies yang diidentifikasi yaitu O. ferruginea (Fabr.), Liriothermis sp., Libellula sp. (Libellulidae), Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor (Aeshnidae), G. limnae (Gomphidae), E. spinigera (Corduliidae), dan A. translata (Coenagrionidae) adalah individu yang berbeda satu sama lain (berbeda spesies) berdasarkan hasil identifikasi secara morfologi dan pengujian kopulasi diantara dan atau sesama spesies dalam kelompok famili Odonata. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Spesies Odonata pada ekosistem tanaman padi di Donggala dan Tolitoli telah diidentifikasi. Berdasarkan keragaman fenotip yaitu warna tubuh, perbedaan bentuk morfologi tubuh antara lain embelan pada abdomen, bentuk sayap dan alat genetalia. Spesies yang telah diidentifikasi yaitu Orthemis ferruginea (Fabr.), Liriothermis sp., Libellula sp. (Libellulidae), Aeshna sp., Anax sp., Rhionaeschna multicolor (Aeshnidae), Gomphus limnae (Gomphidae), Epitheca spinigera (Corduliidae), dan Argia translata (Coenagrionidae). Berdasarkan uji pemangsaan dan rujukan pustaka maka O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp. (Libellulidae), Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor (Aeshnidae), G. limnae (Gomphidae), E. spinigera (Corduliidae), sebagai predator, sedangkan A. translata (Coenagrionidae) tidak bersifat sebagai predator. 2. Spesies yang diidentifikasi (9 spesies) yaitu O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp. (Libellulidae), Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor (Aeshnidae), G. limnae (Gomphidae),
  • 13. E. spinigera (Corduliidae) adalah individu yang berbeda satu sama lain (berbeda spesies) berdasarkan penelitian identifikasi secara morfologi dan pengujian kopulasi. B. Saran Perlu dilakukan penelitian yang lebih detail tentang peranan dari masing-masing spesies Odonata tersebut pada ekosistem tanaman padi sawah. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2001. Laporan Survei Musuh-Musuh Alami Pada Ekosistem Persawahan di Kabupaten Donggala dan Parigi Mautong. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Faperta Untad. Borror, D.J., C. Triplehorn, dan M.D. De long., 1989. An Introduction to the Study of Insects. Eds. VI. Saunders College Publishing, New York. Brues, C.T.; A.L.Melander; dan F.M.Carpenter. 1970. Classification of insects. Bull. Mus. Compar. Zool. (Harvard). No. 108. Arintadisastra, 1999. Serangan Hama dan Nimbanisasi (Azadiracchta indica). Majalah Ekstensi Volume 9, Tahun V, Jakarta. Brooks, 1997. Dragofly and Damselfly (Odonata). http://www.chaparraltree.com/mn/dragonflies.shtml. Copyright 1994-2002 . Carter, R., 2001. Dragonflies and Damselflies of Minnesota. http://www.chaparraltree.com/mn/dragonflies.shtml. Copyright 1994-2002 Raphael Carter. Dikunjungi 04 April 2005. Corbet, P. S. 1999. Dragonflies: Behavior and Ecology of Odonata. Comstock Publishing Associates, Cornell University Press. Ithaca, New York. DeBach, P. 1964. (ed). Biological Control of Insect Pest and Weeds., 844 pp. Chapman and Hall Ltd. London. Doult, R. L. 1964. The Story of Biological Control Development. Pp. 10-29. In P. DeBach (ed). Biological Control of Insects Pest and Weeds. Chapman and Hall. London. Ensiklopedi Indonesia, 1992. Ensiklopedi Indonesia seri FAUNA jilid 5 seri Tentang Serangga. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta. Garrison, R.W. (2004). A sinonimic list of new world odonata. Revised version of 14 August, 2000. 1030 Fondale St., Azusa, CA, 91702-0821, U.S.A. Kirschbaum, K., 2005. Animal Diversity Web. Univ of Michigan Museum of Zoology 息1995-2005, The Regents of the University of Michigan and its licensors. All rights reserved. http: //animaldiversity. ummz.umich. edu/ site/accounts/ information / Zygoptera.html. Dikunjungi 04 April 2005
  • 14. Laba, I W., 2005. Keanekaragaman Hayati Artropoda Dan Peranan Musuh Alami Hama Utama Padi Pada Ekosistem Sawah. http://rudyct.250x.com/sem1_012/i_w_laba.htm. Dikunjungi 04 April 2005. Manning, J. 2001. Dragonfly. http://www.macatawa.org./-oias/dragonfly.htm. Dikunjungi 2/24/2003. pp.1-3 Mayr, E. 1969. Principle of Systematic Zoology. McGraw-Hill. New York. 428 hal. Mitchel, F.; D. Davids, C. Noya.; L. Stephen. 2004. Damselflies of Texas. Digital Dragonfly Project. http://stephenville.tamu.edu/~fmitchel/damselfly/ (4 August 2005). Nielsen E.R. 2003. The life of Dragonflies. Danish Dragonflies. http://www.macatawa.org./-oias/dragonfl.htm. Dikunjungi 2/24/2003. pp1-5 Nurayati, A. 1999. Pengaruh Varietas Terhadap Komposisi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Scirpophaga innotata (Walker). Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan XI PEI, PFI, dan HPTI Sulsel, Maros. Oka, I.N., 1998. Pengendalian Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Oka, I.N., 1991. Kajian Penanggulangan Wabah Hama Penggerek Batang Padi Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu. Program PHT Bappenas, Jakarta. Paulson, D., 2003. Field Key To Adult Washington Dragonflies (Odonata). Univ. of Puget Sound, Revised 13 November 1998. http://www2.ups.edu/biology/museum/WAODkey.html. Dikunjungi 04 April 2005. Powel. 1999. Bionomics of Dragonfly and Damselfly. http://stephenville.tamu.edu/~fmitchel/dragonfly.damselfly/. Dikunjungi 2 Agustus 2005. Riyanto, 1985. Ekologi Dasar. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia bagian Timur, Ujung Pandang. Silby (2001). Identification guide of Damselfly and Dragonfly from Minnesota. http://Minneosta.tamu.edu/~fmitchel/dragonfly/. Dikunjungi 2 Agustus 2005. Soemartono, 1992. Bercocok Tanam Padi. C.V. Yasaguna, Jakarta. Sofro, M., 1994. Keanekaragaman Genetik. Andi Offset, Yogyakarta. Sosromarsono, S. 1993. Membunuh Serangga dengan Serangga. Cerita tentang Pengendalian Hayati. hlm. 33-39. Adisunarto dan Suhardjan (Penyunting). Berita Entomologi Vol. III (I). Perhimpunan Entomologi Indonesia, 1 Oktober 1993. Soegianto, A., 1994. Ekologi Kuantitatif Metode Analisis Populasi Komunikasi. Usaha Nasional, Surabaya. Susanti, S. 1998. Mengenal Capung. Seri Panduan Lapangan Wetlands International. Puslitbang LIPI.
  • 15. van Emden, H. F. 1976 Pest Control. 2nd ed. Edward Arnold. A. Division of Hodder & Stougton. London-New York - Melbourne - Auckland. Hal. 46-81. Wigenasantana, M.S., 1990. Keadaan Serangga Penggerek Batang Padi Putih dan Usaha Penanggulangannya. Seminar Pengendalian Hama Penggerek Padi Putih, Bogor. Yusuf, M. 2005. Capung Jarum, Indikator Pencemaran Air. http://www.geocities.com/kirs_mart/art-jipa.htm. Dikunjungi 04 April 2005 Lampiran 1. Penampilan beberapa spesies Capung (Odonata) hasil identifikasi