1. PENGEMBANGAN KAWASAN CIPACING DALAM KONSTELASI RUTR JATINANGOR Disampaian Dalam Workshop Pengembangan Kawasan Cipacing Yang Diselenggarakan Oleh Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Propinsi Jawa Barat 24 MEI 2007 Oleh : WALUYO, M.Si ( Kepala Litbang Bappeda Kabupaten Sumedang )
2. PENGEMBANGAN KAWASAN DALAM KONTEKS TATA RUANG WILAYAH KAWASASAN ADALAH WILAYAH DENGAN FUNGSI UTAMA LINDUNG DAN BUDIDAYA KAWASAN ANDALAN ADALAH KAWASAN YANG DPT BERPERAN MENDORONG PERTUMBUHAN EKO BG KAWASAN ITU SENDIRI DAN KAWASAN DISEKITARNYA, SERTA DPT MEWUJUDKAN PEMERATAAN PEMANFAATAN RUANG DI DAERAH
3. KAWASAN CIPACING DALAM KONSTELASI RUTR JATINAGOR Dilihat dari konstelasi RUTR Kecamatan Jatinangor, daerah Cipacing saat ini merupakan kawasan penyangga aktifitas pertumbuhan Kawasan Jatinagor secara keseluruhan disamping daerah daerah lain disekitarnya. Daerah Cipacing termasuk daerah yg memiliki kelas kelerengan 0-3% dari 207,3 Ha lahan yang ada.
4. LANJUTAN.. Dari analisa ruang dan pemanfaatan ruang yang ada, kelas kelerengan 0-3% tersebut pemanfaatan optimum diorientasikan untuk pengembangan kawasan perdagangan, industri, pergudangan, perparkiran dan pemukiman . Dilihat dari kesesuaian berdasarkan kondisi fidik dasar daerah Cipacing hampir 206,1 Ha adalah kawasan pemukiman, perdagangan dan perindustrian, dan 1,2 Ha merupakan kawasan sempadan sungai.
5. LANJUTAN KONDISI TERSEBUT MENJADI SANGAT STRATEGIS DALAM KONSTELASI AKTIFITAS PERTUMBUHAN JATINANGOR KE DEPAN, WALAUPUN DALAM PENGEMBANGANNYA PERLU KEHATI-HATIAN.
6. KONDISI EXISTING KAWASAN PENGEMBANGAN CIPACING Merupakan kawasan pemukiman dan industri di Jatinangor yang sehamparan dengan kawasan industri rancaekek, cicalengka ( Kab Bdg ) dan cimanggung. Kawasan industri ( termasuk didalamnya home industri ) yang terkonsentrasi di koridor Jl. Raya Bandung-rancaekek- Cicalengka.
7. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN CIPACING Dari Aspek Pemanfaatan Ruang Industri Areal yang diisi oleh kegiatan industri hampir 76 Ha dengan jumlah industri 25 buah dengan penyerapan tenaga kerja 45 Ribu orang, termasuk didalamnya daerah Cipacing kenyataannya terus menunjukkan aktifitas yang dinamis, baik sarana prasarana, areal pengembangan industri termasuk areal pemukiman yang ada menunjukkan adanya manfaat ekonomi bagi daerah.
8. LANJUTAN Dengan kondisi kegiatan industri seperti itu kebijakan yang ditempuh adalah tetap mempertahankan daerah tersebut sbg kawasan industri, perdagangan dll yang eksistensinya perlu dikembangkan kedepan, dengan tetap memperhatikan potensi-potensi yang ada, serta mempertimbangkan berbagai kondisi lain yang perlu dicermati diantaranya kebutuhan akan air bersih, penaganan limbah, dan tetap meyediakan ruang terbuka hijau sehingga menjadi hamparan industri yg asri sbg kawasan yg meiliki daya tarik dan daya saing dgn kawasan industri lain yg ada.
9. LANJUTAN.. Memilih atau mengijinkan kegiatan industri baru yg tidak haus air dan mampu mendaur ulang air limbah Memberikan kompensasi pengurangan retribusi bagi keg. Industri yang mampu mendaur ulang limbah dengan teknologi yang disediakan dan mendorong kegiatan industri lainnya untuk melakukan hal yg sama.
10. LANJUTAN. Pengembangan bangunan industri tidak melebihi 60% dr lahan yg ada atau tersedia. Mengembangkan cluster home industri yang telah dan tumbuh diwilayah tersebut ( home industri senapan angin ) yang memiliki prospek cukup baik kedepan.
11. LANJUTAN Dari Aspek Ruang Permukiman Mengembangkan dan memanfaatkan ruang pemukiman daerah cipacing yang memiliki fungsi kegiatan ekonomi berbasis kerajinan yang diarahkan untuk menjadi kawasan pusat kerajinan ( home industri ) dan wisata dengan penataan khusus.
12. LANJUTAN Mengembangkan areal pemukiman pengrajin sebagai kawasan wisata yg dikembangkan dgn kerjasama dan partisipasi masy.dengan menyediakan areal kawasan wisata kerajinan kurang lebih 25 Ha. Mengembangkan jaringan pelayanan ruang publik dan jaringan jalan kolektor primer dan sekunder untuk mobolitas aktifitas ekonomi masyarakat.
13. PENGEMBANGAN KAWASAN MELALUI CLUSTER INDUSTRI Klaster industri : kelompok industri spesifik yang dihubungkan oleh jaringan mata rantai proses penciptaan/peningkatan nilai tambah ; atau jaringan dari sehimpunan industri yang saling terkait (industri inti/ core industries yang menjadi fokus perhatian, industri pendukungnya/ supporting industries , dan industri terkait/ related industries ), pihak/lembaga yang menghasilkan pengetahuan/ teknologi (termasuk perguruan tinggi dan lembaga penelitian, pengembangan dan rekayasa/litbangyasa), institusi yang berperan menjembatani/ bridging institutions (misalnya broker dan konsultan), serta pembeli, yang dihubungkan satu dengan lainnya dalam rantai proses peningkatan nilai ( value adding production chain).
14. LANJUTAN. Inti, pendukung, atau terkait sama pentingnya , bukan menunjukkan yang satu lebih penting dari yang lain; Pelaku dengan beragam skala usaha (kecil, menengah, besar) berperan pada posisi masing-masing yang paling tepat .
15. SKEMATIK MODEL GENERIK KLASTER INDUSTRI YG DIHARAPKAN Institusi Pendukung (Supporting Institutions) Industri Inti (Core Industry) Pembeli (Buyer) Industri Pemasok (Supplier Industry) Industri Terkait (Related Industry) Industri Pendukung (Supporting Industry)
16. DENGAN CIRI PENDEKATAN KLASTER INDUTRI Inclusive mencakup perusahaan baik yang berskala besar, menengah, maupun kecil, serta para pemasok dan lembaga-lembaga ekonomi pendukung. Market-driven berfokus pada upaya mempertemukan sisi permintaan dan penawaran ekonomi secara bersama untuk bekerja secara lebih efektif.
17. LANJUTAN. Collaborative sangat menekankan solusi kolaboratif pada isu-isu daerah oleh para partisipan yang termotivasi oleh interesnya masing-masing. Strategic membantu para stakeholder untuk menciptakan visi strategis daerahnya menyangkut ekonomi generasi berikutnya atas dasar kesepakatan bersama dari beragam pihak yang berbeda, dan mendorong motivasi serta komitmen untuk melakukan tindakan. Value-creating memperbaiki kedalaman (dengan pemasok yang lebih banyak) dan cakupan (dengan menarik lebih banyak industri) untuk meningkatkan pendapatan daerah.
18. MELALUI ESENSIAL: PERUBAHAN PARADIGMA KLASTER INDUSTRI SEKTORAL Himpunan Lintas Sektor Sinergi Sektor Terisolasi Keterkaitan Rantai Nilai + Sektor Terisolasi Sektor Terisolasi
19. SEHINGGA TERBENTUK KLASTER INDUSTRI DAN DAYA SAING Kemajuan Iptek, Inovasi EBP Ekonomi Jaringan Globalisasi Faktor-faktor Lokalitas Klaster Industri Antar Negara Daerah Nasional Klaster Industri Daerah
20. KLASTER INDUSTRI ~ PENDEKATAN RANTAI NILAI Akses Pengetahuan, Teknologi & Keahlian Akses Pendanaan Akses kepada Pasar Global Membangun Keterkaitan dan Infrastruktur Sistem dengan Keterkaitan yang Lemah Fokus pada Kekuatan (Potensi Terbaik Setempat) Sistem dengan Keterkaitan yang Lebih Kuat Menumbuhkembangkan Pertumbuhan & Sebaran Potensi bagi Pertumbuhan cepat Industri Besar IKM/UKM Keterangan: Fokus pada Rantai Nilai Klaster Industri dengan dukungan potensi terbaik spesifik lokal/daerah. Litbangyasa Pendanaan Demand Relung Pasar Sumber daya Supply
21. MENGAPA KLASTER INDUSTRI: KONSEP KLASTER INDUSTRI DAN KEMANFAATANNYA Manfaat Bagi Pelaku Bisnis Manfaat bagi Perguruan Tinggi/ Lembaga Litbang Manfaat Bagi Perkembangan Inovasi Manfaat bagi Pembuat Kebijakan dan Stakeholders lain Potensi Daya Saing Atas Perkembangan Kapasitas inovasi Kolaborasi Sinergis Sesuai Kompetensi MANFAAT PLATFORM KLASTER INDUSTRI Keterkaitan dan Dukungan bagi Peningkatan Rantai Nilai Tambah Peran dan Intervensi yang Lebih Tepat EKONOMI EKSTERNAL PATH DEPENDENCE LINGKUNGAN INOVASI KOMPETISI KOOPERATIF PERSAINGAN/ RIVALITAS EFISIENSI KOLEKTIF TINDAKAN KOLEKTIF Teori/ Konsep Industrial District
22. MANFAAT UMUM Pengakuan nasional dan internasional Meningkatkan produktivitas Memperbaiki infrastruktur keras dan lunak daerah Menciptakan keragaman sumber tenaga terampil yang lebih besar Aliansi strategis nasional maupun internasional Membantu mengurangi kekhawatiran persaingan antar-industri Berbagi informasi Kerjasama bisnis untuk memperkuat industrinya Mempengaruhi hubungan pemasok dan pembeli Memfasilitasi pengembangan tingkat kompetensi yang lebih tinggi Pemasaran bersama Memperoleh manfaat ekonomi dari skala (Membantu pencapaian skala ekonomi / economies of scale ) Menghimpun sumber daya kolektif Membantu pengembangan agenda bersama Meningkatkan pertambahan nilai Memungkinkan suatu kerangka bagi kolaborasi
23. MANFAAT PENDEKATAN KLASTER Keterlibatan dalam dialog konstruktif atau proses partisipatif antara pelaku bisnis, pemasok kunci, pembeli dan stakeholder kunci lain di daerah. Memperkuat keterkaitan yang saling menguntungkan antar stakeholder , seperti misalnya antara penyelenggara pendidikan dengan industri, penyedia teknologi dengan pengguna, investor dan lembaga keuangan/pembiayaan dengan perusahaan yang ada atau yang baru, dan lainnya. Pendekatan klaster dapat mencapai suatu dampak yang signifikan pada pembangunan ekonomi daerah melalui:
24. LANJUTAN Penyediaan kerangka penyediaan infrastruktur yang lebih terarah sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. Memungkinkan investasi infrastruktur informasi yang terakseskan dan mempunyai daya dongkrak (leverage impact) signifikan untuk meningkatkan kinerja klaster. Memfasilitasi penyesuaian sistem administratif layanan pemerintah daerah untuk mendorong peningkatan produktivitas klaster.
25. PERAN CLUSTER DLM MEMBANGUN KEUNGGULAN D.S DAERAH Investasi inward yang berkualitas Capaian ekspor Perusahaan yang mampu bersaing secara global Pengembangan/penumbuhan perusahaan pemula (baru) Peningkatan inovasi Perkembangan perusahaan setempat Keunggulan Daya Saing Daerah Mendorong Perkembangan Ekonomi Pengembangan infrastruktur Spin-off / spin out litbang dan pengetahuan Capaian ekspor Pasar tenaga kerja yang kompetitif Industri berbasis pengetahuan/teknologi Keterampilan tinggi Membangun Kekuatan Daerah Peningkatan Capaian dan Peningkatan Kapasitas Klaster-klaster Industri
26. CONTOH MANFAAT BAGI UKM Skala Ekonomi : Membuka peluang dan secara empiris sudah terbukti sebagai suatu alat ( means ) yang baik untuk mengatasi hambatan akibat ukuran (skala bisnis) UKM dan berhasil mengatasi persaingan dalam suatu lingkungan pasar yang semakin kompetitif . Pendekatan ini membantu upaya yang lebih fokus bagi terjalinnya jaringan bisnis, sehingga UKM individual dapat mengatasi masalah akibat ukuran (skala) dan memperbaiki posisi kompetitifnya; Akses terhadap Sumber Produktif dan Pasar : Melalui kerjasama horizontal (misalnya bersama UKM lainnya yang menempati posisi yang sama dalam mata-rantai nilai/ value chain ) secara kolektif perusahaan-perusahaan dapat mencapai skala ekonomis melampaui jangkauan perusahaan kecil individual dan dapat memperoleh pembelian input dalam skala yang ekonomis, mencapai skala optimal dalam penggunaan peralatan, dan menggabungkan kapasitas produksi untuk memenuhi order skala besar;
27. CONTOH MANFAAT BAGI UKM (lanjutan) Spesialisasi / Kompetensi : Melalui kemitraan horizontal ataupun integrasi vertikal (dengan UKM lainnya maupun dengan perusahaan besar dalam mata-rantai nilai), perusahaan-perusahaan dapat memfokuskan ke bisnis intinya dan memberi peluang ekonomi eksternal atas ketersediaan tenaga kerja yang lebih terspesialisasi; Proses Pembelajaran : Kerjasama antar-perusahaan juga memberi kesempatan tumbuhnya ruang belajar secara kolektif dimana terjadi pengembangan saling-tukar pendapat dan saling-bagi pengetahuan dalam suatu usaha kolektif untuk meningkatkan kualitas produk dan pindah ke segmen pasar yang lebih menguntungkan; Efisiensi Kolektif (dari Ekonomi Eksternal dan Tindakan Kolektif) : Selain itu, jaringan bisnis di antara perusahaan, penyediaan jasa layanan usaha (misalnya institusi pelatihan, sentra teknologi, dan sebagainya) dan perumus kebijakan lokal, dapat mendukung pembentukan suatu visi pengembangan bersama di tingkat lokal dan memperkuat tindakan kolektif untuk meningkatkan daya saing UKM.