Dokumen ini membahas konsep Ashalat al-Wujud menurut Mulla Sadra. Teori ini menyatakan bahwa wujud, bukan mahiyah, yang memiliki realitas objektif di dunia luar karena hanya wujud yang dapat mewakili realitas secara individual, sedangkan mahiyah bersifat universal. Prinsip Ashalat al-Wujud ini menjadi fondasi utama filsafat Sadra dalam menjelaskan prinsip-prinsip lain seperti gradasi wujud dan
2. PENDAHULUAN
Objek kajian dalam Filsafat Islam adalah Wujud.
Akar kata wujud adalah wajada yang bermakna
menemukan atau mengetahui sesuatu (Hans Wehr,
A Dictionary of Modern Written Arabic). Masdar
dari kata maujud yang berarti kejadian atau
peristiwa (Dictionary of Philosophical Terms).
Wujud adalah lawan dari adam (ketiadaan).
Akar kata ashalah adalah ashl yang bermakna
dasar, prinsip atau fundamentalitas (Mohsen
Gharawiyan, Pengantar Memahami Buku Daras
Filsafat Islam).
Ashalah adalah lawan dari itibari (majasi/ idealitas).
3. ISI
Apakah yang memiliki realitas objektif
(menjadi dasar) pada realitas eksternal;
wujud atau mahiyah?
Menurut Thabatabai dalam Nihayat al-
Hikmah, sebelum Suhrawardi, belum ada
pembahasan mengenai kemendasaran pada
realitas eksternal pada kitab-kitab filsafat.
Sadra mengetahui diskursus ini melalui
gurunya, Mir Damad yang berpandangan
Ashalat al-Mahiyah.
4. Mulla Sadra berpandangan bahwa yang
memiliki realitas objektif (sebagai dasar) pada
realitas eksternal adalah Wujud (Eksistensi).
Pandangan ini dikenal dengan Ashalah al-
Wujud wa Itibarat al-Mahiyah atau
Fundamentalitas Wujud dan Idealitas
Mahiyah.
Mustahil ada 2 hal yang fundamental pada
realitas eksternal.
Ashalat al-Wujud merupakan prinsip yang
paling dasar dalam filsafat Hikmah Mutaaliyah
dalam menjelaskan prinsip filosofis lainnya,
seperti gradasi wujud, gerak substansial, dll.
5. Argumentasi Ashalat al-Wujud (Mohsen
Gharawiyan, Pengantar Memahami Buku Daras
Filsafat Islam):
1) Konsep mahiyah memiliki hubungan setara dengan
wujud dan ketiadaan. Jadi, mahiyah dari segi
kemahiyahannya tidak meniscayakan wujud dan
ketiadaan, sehingga tidak bisa mewakili realitas
luar. Sedangkan wujud adalah misdaq objektif
dari realitas eksternal dan mahiyah hanya
konsepsi (itibari).
2) Dalam menjelaskan realitas eksternal, kita harus
menggunakan proposisi yang memiliki konsep
wujud karena wujud yang menjelaskan realitas
objektif di luar. Bahkan, realitas eksternal
merupakan misdaq substansial dari wujud.
6. 3) Yang menunjukkan realitas eksternal
secara objektif adalah wujud karena
memiliki individualitas (tasyakhkhus) dan
tidak bersifat universal, sementara
mahiyah bersifat universal. Jadi, wujud
adalah realitas objektif di alam eksternal
yang bersifat individual.
4) Tuhan tidak memiliki mahiyah karena Dia
adalah Wujud murni (Pemberi Wujud).
Jika mahiyah memiliki realitas objektif,
maka akan melazimkan Tuhan memiliki
mahiyah; hal ini mustahil.
7. PENUTUP
Sadra berpandangan Ashalat al-Wujud wa
Itibarat al-Mahiyyah (Fundamentalitas
Wujud dan Idealitas Mahiyah) yang mana
wujud memiliki realitas objektif pada
realitas eksternal, sedangkan mahiyah
hanya konsepsi (itibar).
Prinsip ini merupakan fondasi filsafat
Sadra.