際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
ASHALAT AL-WUJUD
Oleh: Wa Ode Zainab ZT
2014
PENDAHULUAN
 Objek kajian dalam Filsafat Islam adalah Wujud.
 Akar kata wujud adalah wajada yang bermakna
menemukan atau mengetahui sesuatu (Hans Wehr,
A Dictionary of Modern Written Arabic). Masdar
dari kata maujud yang berarti kejadian atau
peristiwa (Dictionary of Philosophical Terms).
 Wujud adalah lawan dari adam (ketiadaan).
 Akar kata ashalah adalah ashl yang bermakna
dasar, prinsip atau fundamentalitas (Mohsen
Gharawiyan, Pengantar Memahami Buku Daras
Filsafat Islam).
Ashalah adalah lawan dari itibari (majasi/ idealitas).
ISI
Apakah yang memiliki realitas objektif
(menjadi dasar) pada realitas eksternal;
wujud atau mahiyah?
 Menurut Thabatabai dalam Nihayat al-
Hikmah, sebelum Suhrawardi, belum ada
pembahasan mengenai kemendasaran pada
realitas eksternal pada kitab-kitab filsafat.
 Sadra mengetahui diskursus ini melalui
gurunya, Mir Damad yang berpandangan
Ashalat al-Mahiyah.
 Mulla Sadra berpandangan bahwa yang
memiliki realitas objektif (sebagai dasar) pada
realitas eksternal adalah Wujud (Eksistensi).
 Pandangan ini dikenal dengan Ashalah al-
Wujud wa Itibarat al-Mahiyah atau
Fundamentalitas Wujud dan Idealitas
Mahiyah.
 Mustahil ada 2 hal yang fundamental pada
realitas eksternal.
Ashalat al-Wujud merupakan prinsip yang
paling dasar dalam filsafat Hikmah Mutaaliyah
dalam menjelaskan prinsip filosofis lainnya,
seperti gradasi wujud, gerak substansial, dll.
 Argumentasi Ashalat al-Wujud (Mohsen
Gharawiyan, Pengantar Memahami Buku Daras
Filsafat Islam):
1) Konsep mahiyah memiliki hubungan setara dengan
wujud dan ketiadaan. Jadi, mahiyah dari segi
kemahiyahannya tidak meniscayakan wujud dan
ketiadaan, sehingga tidak bisa mewakili realitas
luar. Sedangkan wujud adalah misdaq objektif
dari realitas eksternal dan mahiyah hanya
konsepsi (itibari).
2) Dalam menjelaskan realitas eksternal, kita harus
menggunakan proposisi yang memiliki konsep
wujud karena wujud yang menjelaskan realitas
objektif di luar. Bahkan, realitas eksternal
merupakan misdaq substansial dari wujud.
3) Yang menunjukkan realitas eksternal
secara objektif adalah wujud karena
memiliki individualitas (tasyakhkhus) dan
tidak bersifat universal, sementara
mahiyah bersifat universal. Jadi, wujud
adalah realitas objektif di alam eksternal
yang bersifat individual.
4) Tuhan tidak memiliki mahiyah karena Dia
adalah Wujud murni (Pemberi Wujud).
Jika mahiyah memiliki realitas objektif,
maka akan melazimkan Tuhan memiliki
mahiyah; hal ini mustahil.
PENUTUP
 Sadra berpandangan Ashalat al-Wujud wa
Itibarat al-Mahiyyah (Fundamentalitas
Wujud dan Idealitas Mahiyah) yang mana
wujud memiliki realitas objektif pada
realitas eksternal, sedangkan mahiyah
hanya konsepsi (itibar).
 Prinsip ini merupakan fondasi filsafat
Sadra.

More Related Content

Ashalat al wujud-inab

  • 1. ASHALAT AL-WUJUD Oleh: Wa Ode Zainab ZT 2014
  • 2. PENDAHULUAN Objek kajian dalam Filsafat Islam adalah Wujud. Akar kata wujud adalah wajada yang bermakna menemukan atau mengetahui sesuatu (Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic). Masdar dari kata maujud yang berarti kejadian atau peristiwa (Dictionary of Philosophical Terms). Wujud adalah lawan dari adam (ketiadaan). Akar kata ashalah adalah ashl yang bermakna dasar, prinsip atau fundamentalitas (Mohsen Gharawiyan, Pengantar Memahami Buku Daras Filsafat Islam). Ashalah adalah lawan dari itibari (majasi/ idealitas).
  • 3. ISI Apakah yang memiliki realitas objektif (menjadi dasar) pada realitas eksternal; wujud atau mahiyah? Menurut Thabatabai dalam Nihayat al- Hikmah, sebelum Suhrawardi, belum ada pembahasan mengenai kemendasaran pada realitas eksternal pada kitab-kitab filsafat. Sadra mengetahui diskursus ini melalui gurunya, Mir Damad yang berpandangan Ashalat al-Mahiyah.
  • 4. Mulla Sadra berpandangan bahwa yang memiliki realitas objektif (sebagai dasar) pada realitas eksternal adalah Wujud (Eksistensi). Pandangan ini dikenal dengan Ashalah al- Wujud wa Itibarat al-Mahiyah atau Fundamentalitas Wujud dan Idealitas Mahiyah. Mustahil ada 2 hal yang fundamental pada realitas eksternal. Ashalat al-Wujud merupakan prinsip yang paling dasar dalam filsafat Hikmah Mutaaliyah dalam menjelaskan prinsip filosofis lainnya, seperti gradasi wujud, gerak substansial, dll.
  • 5. Argumentasi Ashalat al-Wujud (Mohsen Gharawiyan, Pengantar Memahami Buku Daras Filsafat Islam): 1) Konsep mahiyah memiliki hubungan setara dengan wujud dan ketiadaan. Jadi, mahiyah dari segi kemahiyahannya tidak meniscayakan wujud dan ketiadaan, sehingga tidak bisa mewakili realitas luar. Sedangkan wujud adalah misdaq objektif dari realitas eksternal dan mahiyah hanya konsepsi (itibari). 2) Dalam menjelaskan realitas eksternal, kita harus menggunakan proposisi yang memiliki konsep wujud karena wujud yang menjelaskan realitas objektif di luar. Bahkan, realitas eksternal merupakan misdaq substansial dari wujud.
  • 6. 3) Yang menunjukkan realitas eksternal secara objektif adalah wujud karena memiliki individualitas (tasyakhkhus) dan tidak bersifat universal, sementara mahiyah bersifat universal. Jadi, wujud adalah realitas objektif di alam eksternal yang bersifat individual. 4) Tuhan tidak memiliki mahiyah karena Dia adalah Wujud murni (Pemberi Wujud). Jika mahiyah memiliki realitas objektif, maka akan melazimkan Tuhan memiliki mahiyah; hal ini mustahil.
  • 7. PENUTUP Sadra berpandangan Ashalat al-Wujud wa Itibarat al-Mahiyyah (Fundamentalitas Wujud dan Idealitas Mahiyah) yang mana wujud memiliki realitas objektif pada realitas eksternal, sedangkan mahiyah hanya konsepsi (itibar). Prinsip ini merupakan fondasi filsafat Sadra.