際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
[LAPORAN KASUS]
J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 97
P2A0 Post Partum Hemorrhagic Post Partum Et Causa Inversio Uteri,
Syok Hemoragik dan Anemia Berat
Rodiani, Susianti, Gemayangsura
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Abstrak
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi setelah persalinan pervaginam melebihi 500 mL atau lebih dari
1000 mL pada seksio sesaria. Perdarahan post partum dapat disebabkan berbagai faktor salah satunya adalah tissue
contohnya inversio uteri yaing didefinisikan sebagai fundus uteri masuk ke kavum uteri bahkan ke liang vagina. Perdarahan
post partum dapat menyebabkan syok selain itu dapat menyebabkan anemia. Ny. T, P2A0, 26 tahun, datang dengan
keluhan pendarahan dari kemaluan setelah melahirkan, nyeri perut dan kemaluan Pada pemeriksaan fisik didapatkan
kesadaran compos mentis, keadaan umum tampak sakit berat, tekanan darah 80/40 mmHg, nadi 130x/m, pernapasan
28x/m, dan suhu 36,5
o
C. Kedua konjungtiva mata anemis dan tidak ikterik, KGB pada leher tidak membesar, mammae
tampak simetris dan membesar, areola hiperpigmentasi, paru-paru dan jantung dalam batas normal. Pada status obstetrik
didapatkan kesan abdomen cembung, FUT tidak teraba, kontraksi (-), perdarahan (+). Pada pemeriksaan inspekulo
didapatkan massa di liang vagina, fluor (-), fluksus (+), darah tidak aktif. Pemeriksaan penunjang didapatkan Hb: 4.1 g/dl,
leukosit: 25.500/mm
3,
Ht 12%, trombosit: 205.000 /mm
3.
Diagnosis pasien ini P2A0 post partum spontan dengan HPP ec
inversio uteri dengan syok hemoragik dan anemia berat. Penatalaksanaan, yaitu observasi tanda vital ibu dan pendarahan,
O2 10L/menit, resusitasi cairan IVFD 2 line RL 20 tetes per menit, drip 20 IU oxytocin dalam 500cc RL 20 tetes per menit
Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam IV, asam traneksamat 500 mg/ 8 jam IV,. Pada pasien ini direncanakan tindakan reposisi manual
uterus dalam narkose dan transfusi PRC sampai Hb mencapai >8 g/dL.
Kata Kunci:, anemia, inversio, perdarahan post partum, uteri, syok
Post Partum P2A0 with Hemorrhagic Post Partum Et Causa Inversio Uteri with
Hemorrhagic Shock and Severe Anemia
Abstract
Post partum hemorrhage is bleeding that occurs after vaginal delivery exceeds 500 mL or more than 1000 mL in cesarean
section. Postpartum bleeding can be caused by various factors, one of which is tissue for example inversio uteri yaing is
defined as the uterine fundus entering the uterine cavity even into the vagina. Postpartum bleeding may cause shock other
than it can cause anemia. Ms. T, P2A0, 26 years old, came with a bleeding complaint from pubic after childbirth,
abbdominal and genital pain In physical examination, the compos mentis consciousness, general condition appears severe
pain, blood pressure 80/40 mmHg, pulse 130x/m, respiration rate 28x/m, and temperature 36,5
o
C. Both conjunctival eyes
are anemic and not jaundiced, KGB in the neck is not enlarged, mammary appears symmetrical and enlarged, areola
hyperpigmentation, lungs and heart are normal. On obstetric status obtained impression of abdominal convex, FUT not
palpable, contraction (-), bleeding (+). On examination inspekulo obtained mass in the vagina, fluor (-), flux (+), blood is not
active. Investigations obtained Hb: 4.1 g / dl, leukocytes: 25.500 / mm3, Ht 12%, platelets: 205.000 /mm3. The diagnosis of
this patient is spontaneous post partum P2A0 with HPP ec inversio uteri with hemorrhagic shock and severe anemia.
Management, are observation of mother's vital signs and bleeding, O2 10L/minute, fluid resuscitation IVFD 2 line RL 20
drops per minute, drip 20 IU oxytocin in 500cc RL 20 drops per minute ceftriaxone 1 gr/12 hours IV, tranexamic acid 500
mg/8 hours IV. In these patients planned repositioning of the uterine action in narcotics and transfusion of PRC to Hb
reaches> 8 g / dL
Keyword : anemia, hemoragic post partum, inversio uteri, shock
Korespondensi: Gemayangsura, S.Ked, alamat Jl. Prof. Soemantri Brodjonegoro No. 1, HP 082376040070, e-mail
mayangsura@gmail.com
Pendahuluan
Perdarahan post partum merupakan
penyebab utama kematian ibu di seluruh dunia
dengan diperkirakan 140.000 wanita meninggal
setiap tahunnya atau disamakan dengan 1
wanita meninggal setiap 4 menit.1
Di Indonesia
selama tahun 2010-2013, perdarahan post
partum masih menjadi penyebab terbesar
kematian ibu di Indonesia diikuti dengan
hipertensi dalam kehamilan dan infeksi.2
Perdarahan post partum didefinisikan sebagai
perdarahan yang terjadi segera setelah
persalinan melebihi 500 mL pada parsalinan
pervaginam atau lebih dari 1000 mL pada
seksio sesaria.3
Inversio uteri juga merupakan penyebab
perdarahan post partum pada maternal.
Inversio uteri merupaan keadaan dimana
Gemayangsura | P2A0 Post Partum dengan Hemorrhagic Post Partum Et Causa Inversio Uteri, Syok Hemoragik dan Anemia
Berat
J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 98
fundus uteri masuk ke kavum uteri, dapat
secara mendadak atau terjadi perlahan.
Peristiwa ini jarang sekali ditemukan, terjadi
tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah
plasenta keluar. Menurut penyebabnya
inversio uteri yang tersering adalah kesalahan
dalam memimpin kala III, yaitu menekan
fundus uteri terlalu kuat dan menarik tali pusat
pada plasenta yang belum terlepas dari
inersinya.4
Berdasarkan derajat kelainannya
inversio uteri dapat dibagi dalam tiga tingkatan
berdasarkan posisinya.5
Perdarahan post partum yang masiv
dapat menyebabkan syok. Syok adalah suatu
sindroma akut yang timbul karena disfungsi
kardiovaskular dan ketidakmampuan sistem
sirkulasi memberi oksigen dan nutrien untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme organ
vital. Syok menyebabkan perfusi jaringan tidak
adekuat/hipoksia selular, metabolisme selular
abnormal, dan kerusakan homeostatis
mikrosirkulasi. Syok hipovolemik disebut juga
dengan syok preload yang ditandai dengan
menurunnya volume intravaskular oleh karena
perdarahan. Syok hipovolemik juga dapat
terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang
lain. Pada syok hipovolemik, jantung akan
tetap sehat dan kuat, kecuali jika miokard
sudah mengalami hipoksia karena perfusi yang
sangat berkurang. Syok hemoragik secara
khusus merupakan hilangnya darah secara akut
dalam jumlah yang signifikan sehingga volume
sirkulasi menjadi tidak adekuat. Kondisi
hipoperfusi pada syok hemoragik akan
menginduksi ketidakseimbangan antara jumlah
pengiriman dan kebutuhan oksigen atau
substrat yang dibutuhkan sehingga memicu
terjadinya disfungsi selular.6
Dua kategori besar dalam upaya
penanganan perdarahan postpartum adalah
Active Management of Third Stage of Labor
(AMTSL) dan penanganan setelah perdarahan
postpartum teridentifikasi.
a. Active Management of Third Stage of Labor
(AMTSL)
Penanganan klinis berdasarkan AMTSL
terdiri dari beberapa hal, yaitu pemberian
oksitosin, pengontrolan saat pelepasan
plasenta dan pemijatan segera setelah
plasenta lahir..Terdapat dua macam bentuk
penanganan klinis dari persalinan kala III,
antara lain pendekatan expectant dan
pendekatan aktif. Pendekatan expectant atau
pendekatan fisiologis mencakup, antara lain
menunggu tanda klinis pemisahan plasenta
(perubahan bentuk, ukuran uterus, penurunan
dan pemanjangan tali pusat, dan memancarnya
darah secara mendadak dari vagina) dan
membiarkan plasenta terlahirkan dengan
gravitasi atau bantuan dari stimulasi puting
susu ibu. Di sisi lain, pendekatan aktif terdiri
dari pemberian agen uterotonik, penegangan
tali pusat terkendali, penjepitan tali pusat dini,
dan pemijatan uterus setelah kelahiran
plasenta.7
b. Penanganan setelah post partum
teridentifikasi
Penanganan primer saat terdeteksi
perdarahan post partum adalah komunikasi,
resusitasi, monitoring dan inverstigasi serta
menghentikan perdarahan. Resusitasi yang
dilakukan pada pasien harus mengacu pada
Guideline ATLS. Jika perdarahan tidak
tertangani, pasien segera dipindahkan ke ruang
operasi untuk mendapat tindakan. 8,9,10
Pada pasien dengan inversio uteri,
apabila terjadi pada saat penarikan tali pusat
maka manajemen akut kegawatdaruratan
obstetrik harus segera dimulai. Penanganan
inversio uteri terdiri dari tindakan non-operatif
yaitu manual replacement dan tehnik
replacement OSullivan. Sedangkan tindakan
operatif yaitu laparotomi.10
Untuk syok, penatalaksaan yang dapat
dilakukan yaitu menentukan defisit cairan dan
segera melakukan resusitasi cairan dengan RL,
jika tidak adekuat dapat menggunakan cairan
koloid. Jika dosis maksimal cairan koloid tidak
dapat mengoreksi kondisi syok, dapat diberi
noradrenaline, selanjutnya apabila tidak
terdapat perbaikan, dapat ditambahkan
dobutamine. Terapi resusitasi cairan
dinyatakan berhasil dengan menilai perbaikan
outcome hemodinamik klinis.11
Kasus
Pada tanggal 16 Oktober 2016 pukul
13.15 WIB, Ny.T datang dengan keluhan keluar
darah dari kemaluan setelah melahirkan. Sejak
8 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien
melahirkan anak keduanya di dukun, bayi lahir
langsung menangis perempuan, berat badan
tidak ditimbang tidak diikuti dengan lahirnya
plasenta kemudian dukun tersebut memaksa
untuk menarik plasenta agar terlepas dari
Gemayangsura | P2A0 Post Partum dengan Hemorrhagic Post Partum Et Causa Inversio Uteri, Syok Hemoragik dan Anemia
Berat
J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 99
rahim. Plasenta terlepas namun diikuti oleh
perdarahan dari kemaluan yang terus menerus
dan berwarna merah segar. Pasien lalu dibawa
ke RS Haji Kamino dan kemudian dirujuk ke
RSUD H. Abdul Moeloek.
Pasien melakukan antenatal care (ANC)
di bidan 2x selama kehamilan,tidak teratur dan
dikatakan tidak ada kelainan. Pasien tidak
pernah dilakukan USG. Pasien juga tidak
pernah mendapatkan suntikan imunisasi
selama kehamilan.
Riwayat minum alkohol dan merokok
juga disangkal pasien, riwayat memelihara
binatang peliharaan disangkal, riwayat makan
makanan setengah matang/panggang
disangkal, riwayat keputihan disangkal, riwayat
minum obat-obatan lama juga disangkal.
Pasien tidak ingat tanggal haid pertama
haid terakhir (HPHT). Pasien menikah satu kali
dengan usia perkawinan 5 tahun. Kehamilan
sekarang merupakan kehamilan ke 2, dimana
kehamilan pertama pasien melahirkan anak
perempuan di dukun pada tahun 2012 dengan
berat badan lahir anak 3000 gr, anak sehat
hingga sekarang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
kesadaran compos mentis, keadaan umum
tampak sakit berat, tekanan darah 80/40
mmHg, nadi 130x/m, pernapasan 28x/m, dan
suhu 36,5o
C. Kepala tampak normocephali,
kedua konjungtiva mata anemis dan tidak
ikterik, KGB pada leher tidak membesar,
mammae tampak simetris, membesar dan
areola hiperpigmentasi, paru-paru dan jantung
dalam batas normal.
Pada status obstetrikus didapatkan
kesan abdomen cembung, FUT tidak teraba,
kontraksi (-), perdarahan (+). Pada
pemeriksaan inspekulo didapatkan massa di
liang vagina, fluor (-), fluksus (+), darah tidak
aktif.Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
hasil Hb: 4.1 g/dl, leukosit: 25.500/mm3,
Ht
12%, trombosit: 205.000 /mm3.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang maka pada
pasien ini dapat ditegakkan diagnosis P2A0 post
partum spontan dengan HPP ec inversio uteri
dengan syok hemoragik dan anemia berat.
Penatalaksanaan yang diberikan pada
pasien ini adalah observasi tanda vital ibu dan
pendarahan, O2 10L/menit, resusitasi cairan
dengan RL 40 tetes per menit, drip 20 IU
oxytocin dalam 500cc RL 20 tetes per menit,
kateter menetap catat input dan output,
pemeriksaan darah rutin dan kimia darah, R/
reposisi manual uterus dalam narkose,
transfusi 800cc PRC, ceftriaxone 1 gram/ 12
jam IV, asam traneksamat 500 mg/ 8 jam IV.
Prognosis quo ad vitam dan functionam ibu
adalah dubia ad malam.
Pembahasan
Pada kasus ini, wanita 26 tahun dengan
diagnosis P2A0 post partum spontan (di luar)
dengan HPP dini ec inversio uteri dengan syok
hipovolemik dan anemia berat. Dalam kasus
ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis ,pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang disesuaikan dengan literatur.
Diagnosis hemoragik post partum
didapatkan dari hasil anamnesis bahwa pasien
mengalami perdarahan yang keluar dari
kemaluan setelah melahirkan di dukun. Selain
itu dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-
tanda perdarahan dari kemaluan. Hemoragik
post partum yang dialami pasien menyebabkan
pasien mengalami anemia. Anemia yang
dialami pasien diketahui dari pemeriksaan fisik
yaitu konjungtiva yang anemis serta hasil dari
pemeriksaan penunjang yaitu Hb: 4.1 gr/dl.
Perdarahan post partum didefinisikan
sebagai perdarahan yang terjadi segera setelah
persalinan melebihi 500 mL pada persalinan
pervaginam atau lebih dari 1000 mL pada
seksio sesaria. 12
Anemia berat ditegakan dari
hasil pemeriksaan penunjang yaitu Hb yang
hanya mencapai 4,1gr/dl. Menurut pembagian
anemia terdiri dari anemia ringan, anemia
sedang dan anemia berat.
Diagnosis inversio uteri juga didapatkan
dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pada anamnesis didapatkan informasi bahwa
pasien memiliki riwayat melahirkan di dukun 8
jam sebelum masuk rumah sakit. Segera
setelah bayi lahir pasien mengaku tidak diikuti
dengan lahirnya plasenta sehingga dukun
tersebut memaksa untuk menarik plasenta
agar terlepas. Plasenta terlepas namun diikuti
perdarahan dari rahim. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan tanda perdarahan di kemaluan dan
tampak massa pada liang vagina.
Inversio uteri yang merupakan keadaan
dimana fundus uteri masuk ke kavum uteri,
dapat secara mendadak atau terjadi perlahan.
Pada inversio uteri bagian atas uterus
memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri
Gemayangsura | P2A0 Post Partum dengan Hemorrhagic Post Partum Et Causa Inversio Uteri, Syok Hemoragik dan Anemia
Berat
J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 100
sebelah dalam menonjol ke kavum uteri.5
Keadaan ini dapat terjadi karena dinding uteri
yang lembek atau tipis, ekspresi crede pada
waktu uterus relaksasi disertai tarikan kuat
pada tali pusat. Tarikan tali pusat pada
plasenta akreta.10
Berdasarkan derajat kelainannya inversio
uteri dapat dibagi dalam tiga tingkatan yaitu :
(1) Fundus uteri menonjol ke dalam kavum
uteri, tetapi belum keluar dari ruang tersebut;
(2) Korpus uteri yang terbalik sudah masuk ke
dalam vagina; (3) Uterus dengan vagina
semuanya terbalik, untuk sebagian besar
terletak di luar vagina.13
Pada pasien ini
tingkatan inversio uterinya adalah korpus uteri
yang terbalik sudah masuk ke dalam vagina.
Inversio uteri juga merupakan penyebab
perdarahan post partum pada maternal.
Perdarahan post partum memiliki etiologi 4T
yaitu Prinsip 4T yakni pertama Tonus,
perdarahan post partum karena atonia uterus.
Kedua, Tissue dapat berupa plasenta atau
bekuan darah yang ada. Ketiga yakni Trauma
seperti trauma peda vaginal, servikal atau
uterus. T terakhir adalah trombin, yaitu proses
koagulopati (harus disertai penyebab pasien).12
Pada pasien ini perdarahan post partum yang
diakibatkan inversio uteri berarti termasuk
dalam kategori tissue.
Tabel 1. Klasifikasi syok hemoragik6
Pada pasien ini juga didapatkan tanda-
tanda syok yaitu tekanan darah yang rendah
80/40mmHg serta nadi yang cepat yaitu
130x/menit. Syok hemoragik secara khusus
merupakan hilangnya darah secara akut dalam
jumlah yang signifikan dalam rongga dada atau
abdomen sehingga volume sirkulasi menjadi
tidak adekuat. Syok hemoragik diklasifikasikan
menjadi 4 derajat (Tabel 1).6
Hal ini akan menghasilkan proses perfusi
yang akan berdampak pada abnormalitas
distribusi aliran darah, lebih lanjut dapat
menyebabkan kegagalan multiorgan, dan
apabila proses ini tidak diintervensi maka akan
menyebabkan kematian. Manifestasi klinis dari
syok ini adalah suatu hasil, atau suatu bagian
dari respon neuroendokrin autonom terhadap
hipoperfusi seiring dengan kegagalan fungsi
organ yang diinduksi oleh disfungsi selular
tadi.6
Penatalaksanaan awal yang diberikan
pada pasien ini adalah :
- Observasi tanda vital ibu dan pendarahan
- O2 10L/min
- Resusitasi cairan
- IVFD 2 line RL xx tetes per menit
- Drip 20 IU oxytocin dalam 500cc RL xx tetes
per menit
- Kateter menetap, catat input dan output
- Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
- R/ reposisi manual uterus dalam narkose
- R/ transfusi PRC s/d Hb>8 g/dL (800cc PRC)
- Ceftriaxone inj 1 gram/ 12 jam IV
- Asam traneksamat 500 mg/ 8 jam IV
Pasien dengan kondisi mengancam
nyawa, memerlukan penilaian cepat dan
intervensi segera dan evaluasi.13
Pasien harus
dilakukan resusitasi untuk memperbaiki
hemodinamik pasien. Pasien ini masuk dalam
keadaan syok hemoragik derajat III akibat
perdarahan post partum karena inversio uteri
oleh karena itu pasien direncanakan untuk
dilakukan resusitasi cairan sampai pemberian
tranfusi darah. Penatalaksanaan yang diberikan
meliputi oksigenasi adekuat (10L/menit),
resusitasi cairan 20 ml/kg BB. Direncanakan
pula untuk dilakukan cross match dengan
target transfusi Hb > 8 mg/dl, pemeriksaan
darah lengkap, dan injeksi asam traneksamat 1
gram IV.
Langkah selanjutnya yang tak kalah
penting adalah prinsip penanganan syok antara
lain menatalaksana penyebab perdarahan atau
hilangnya cairan, mengembalikan perfusi
jaringan, segera memberi atau mengganti
volume yang hilang dan memberikan ventilasi
dan oksigenasi yang kuat. Pengembalian
volume darah dapat meningkatkan curah
Variabel Derajat
I
Derajat
II
Derajat
III
Derajat
IV
Hilang
darah
Denyut
nadi
Tekanan
darah
Pengisian
Kapiler
Nafas
Urine
(ml/h)
Status
mental
Cairan
<1000
<100
Normal
Normal
Normal
>30
Normal/
agitasi
Kristaloid
1000-
1500
>100
Menurun
Mungkin
terlambat
Ringan
20-30
Agitasi
Kristaloid
1500-2000
>120
Sangat
turun
Sering
terlambat
Takipnea
Sedang
5-20
Konfusi
Kristaloid
&
Darah
>2000
>140
Tidak
terukur
Selalu
terlambat
Takipneu
nyata/
Gagal
nafas
Anuria
Letargi,
tidak
sadar
Kristaloid
&
Darah
Gemayangsura | P2A0 Post Partum dengan Hemorrhagic Post Partum Et Causa Inversio Uteri, Syok Hemoragik dan Anemia
Berat
J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 101
jantung dan tekanan darah, menyeimbangkan
kebutuhan oksigen dan penghantaran oksigen
agar terhindar dari hipoperfusi organ. Prinsip
terapi cairan pada syok hemoragik adalah
menuju normovolemi sehingga hemodinamik
stabil; memelihara supaya tekanan koloid tetap
adekuat, memelihara keseimbangan dan
komposisi kompartemen cairan tubuh. Tujuan
penanganan tahap awal adalah untuk
mengembalikan perfusi dan oksigenasi jaringan
dengan memulihkan volume sirkulasi
intravaskuler. Terapi cairan paling penting pada
syok distributif dan syok hipovolemik, yang
paling sering terjadi pada trauma, perdarahan,
dan luka bakar. Pemberian cairan intravena
akan memperbaiki volume sirkulasi
intravaskuler, meningkatkan curah jantung dan
tekanan darah.Cairan kristaloid umumnya
digunakan sebagai terapi lini pertama, dapat
dilanjutkan dengan cairan koloid apabila cairan
kristaloid tidak adekuat atau membutuhkan
efek penyumbat untuk membantu mengurangi
perdarahan.13
Cairan kristaloid yang umum digunakan
sebagai cairan resusitasi pada syok adalah RL,
NaCl 0,9%, dan dextrose 5%. Terapi pada syok
antara lain: (1) tentukan defisit cairan; (2) atasi
syok: berikan infus RL (jika terpaksa NaCl 0,9%)
20 mL/kgBB dalam 遜 - 1 jam dan dapat diulang.
Pada syok hemoragik bisa diberikan 2-3 l dalam
10 menit. Apabila pemberian cairan kristaloid
tidak adekuat/gagal, dapat diganti dengan
cairan koloid, sepert HES, gelatin, dan albumin;
(3) bila dosis maksimal, cairan koloid tidak
dapat mengoreksi kondisi syok, dapat diberi
noradrenaline, selanjutnya apabila tidak
terdapat perbaikan, dapat ditambahkan
dobutamine; (4) sisa defisit 8 jam pertama:
50% defisit + 50% kebutuhan rutin; 16 jam
berikutnya : 50% defisit + 50% kebutuhan rutin;
(5) Apabila dehidrasi melebihi 3-5% BB, periksa
kadar elektrolit, jangan memulai koreksi defisit
kalium apabila belum ada diuresis. Terapi
resusitasi cairan dinyatakan berhasil dengan
menilai perbaikan outcome hemodinamik
klinis, seperti: 14
- MAP (mean arterial pressure)  65 mmHg
- CVP (central venous pressure) 8-12 mmHg
- Urin output 0,5 mL/kgBB/jam
- Central venous (vena cava superior) atau
mixed venous oxygen saturation 70%
- Status mental normal
Penanganan apabila terjadinya inversio
uteri sendiri meliputi :
1) Non operatif
a. Manual replacement
Pada prosedur ini digunakan relaxan uterus
(tokolitik) apabila kondisi pasien tidak stabil
akan lebih baik untuk dilakukan anestesi
umum. Setelah uterus kembali pada posisi
yang normal maka tokolitik segera dihentikan
dan dlakukan pemberian uterotonika dengan
menggunakan infus oksitosin selagi tangan
penolong tetap melakukan kompresi bimanual.
Dapat dilakukan pemberian antibiotik sebagai
agen preventif. 15
b. Tehnik replacement OSullivan
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan
cairan infus yang akan mengakibatkan tekanan
pada vagina. Pasien dalam posisi tredelenburg
untuk mengurangi traksi dan searah dengan
gravitasi. Tekanan ini akan menyebabkan
kembalinya uterus keposisi semula. Terdapat 2
metode yang dapat digunakan pada teknik ini
yaitu teknik dengan silastic ventouse cup yang
berbentuk seperri vakum untuk mendorong
uterus dan tanpa silastic ventouse cup.16
2) Operatif
Tindakan operatif laparotomi dilakukan apabila
tindakan nonoperatif gagal. Tehnik yang paling
sering digunakan adalah Huntington maupun
prosedur Haultain. Tindakan pembedahan
konservatif untuk menghentikan perdarahan
meliputi, B-lynch suture dan ligasi arteri (arteri
uterina atau arteri iliaka interna), jika tidak
berhasil maka dilakukan histerektomi total.4,17
Daftar Pustaka
1. Oyelese Y, Ananth C. Postpartum
Hemorrhage: Epidemiology, Risk Factors,
and Causes. Clinical Obstertic and
Gynecologic. 2010; 53(1):147-56.
2. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2016.
3. World Health Organization.
Recommendations for the Prevention of
Postpartum Haemorrhage. Geneva:
World Health Organization; 2012.
4. Supono. Ilmu Kebidanan Bagian Patologi.
Palembang: Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Umum Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya: Palembang; 2008.
Gemayangsura | P2A0 Post Partum dengan Hemorrhagic Post Partum Et Causa Inversio Uteri, Syok Hemoragik dan Anemia
Berat
J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 102
5. Marcel, MJ. Hemorrhagic Shock. J Obstet
Gynecol Can. 2002 ;24(6):504-11.
6. Vincent J, De Backer D. Circulatory
shock. N Engl J Med. 2013;
369(18):1726-34.
7. Winikoff B, Dabash R, Durocher J,
Darwish E, Ngoc N, Leon W, Raghavan S,
et al. Treatment of post-partum
haemorrhage with sublingual
misoprostol versus oxytocin in women
not exposed to oxytocin during labour: a
double-blind, randomised, non-
inferiority trial. Lancet. 2010;375: 210-
16.
8. Lalonde A. Prevention and treatment of
postpartum hemorrhage in low-resource
settings. Int J Gynecol Obstet.2012
;117:108-18.
9. Institute of Obstetricians and
Gynaecologists Royal College Physicians
of Ireland and Directorate of Strangy
Programmes Health Service Executive.
Clinical Practice Guideline: Prevention
and Management of Primary Postpartum
Haemorrhage. Ireland: Institute of
Obstetricians and Gynaecologists Royal
College Physicians of Ireland and
Directorate of Strangy Programmes
Health Service Executive; 2012.
10. Weisboard A, Sheppard F, Chernofsky M,
Blankenship C, Gage F, Wind G, Elster E,
et al. Emergent management of
postpartum hemorrhage for the general
and acute care surgeon. World J Emerg
Surg. 2009;4:43.
11. International Confederation of Midwives
(ICM) and International federation of
Gynecologists and Obstetricians (FIGO).
Management of the Third Stage of
Labour to Prevent Post-partum
Haemorrhage (Joint Statement).
Netherlands: Iternational Confederation
of Midwives (ICM) and International
federation of Gynecologists and
Obstetricians (FIGO); 2014.
12. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL,
Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Williams
Obstetrics 23rd edition.New York: The
McGraw-Hill Companies; 2010.
13. Leduc D, Serikas V, Lalonde A. Active
Management of the Third Labour :
Prevention and Treatment Postpartum
Haemorrhage. J Obstet Gynaecol Can.
2009 ;31(10):98093.
14. Darmawan, I. Cairan Alternatif untuk
Resusitasi Cairan: Ringer Asetat. Jakarta:
Medical Departement PT Otsuka
Indonesia.
15. Bhalla R, Wuntakal R, Odejinmi F, Khan
R. Acute Inversion of Uterus. Royal
College of Obstetricians and
Gynaecologists.2009;11:138.
16. King Edward Memorial Hospital. Clinical
Guidelines Complicatins of the Postnatal
Period. Perth: King Edward Memorial
Hospital; 2013
17. Ihama Y, Fukasawa M, Ninomiya K,
Miyazaki T. Acute Puerperal Uterine
Inversion. Forensic: Sci Med Pathol;2013.

More Related Content

1557 2270-1-pb

  • 1. [LAPORAN KASUS] J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 97 P2A0 Post Partum Hemorrhagic Post Partum Et Causa Inversio Uteri, Syok Hemoragik dan Anemia Berat Rodiani, Susianti, Gemayangsura Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Abstrak Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi setelah persalinan pervaginam melebihi 500 mL atau lebih dari 1000 mL pada seksio sesaria. Perdarahan post partum dapat disebabkan berbagai faktor salah satunya adalah tissue contohnya inversio uteri yaing didefinisikan sebagai fundus uteri masuk ke kavum uteri bahkan ke liang vagina. Perdarahan post partum dapat menyebabkan syok selain itu dapat menyebabkan anemia. Ny. T, P2A0, 26 tahun, datang dengan keluhan pendarahan dari kemaluan setelah melahirkan, nyeri perut dan kemaluan Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, keadaan umum tampak sakit berat, tekanan darah 80/40 mmHg, nadi 130x/m, pernapasan 28x/m, dan suhu 36,5 o C. Kedua konjungtiva mata anemis dan tidak ikterik, KGB pada leher tidak membesar, mammae tampak simetris dan membesar, areola hiperpigmentasi, paru-paru dan jantung dalam batas normal. Pada status obstetrik didapatkan kesan abdomen cembung, FUT tidak teraba, kontraksi (-), perdarahan (+). Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan massa di liang vagina, fluor (-), fluksus (+), darah tidak aktif. Pemeriksaan penunjang didapatkan Hb: 4.1 g/dl, leukosit: 25.500/mm 3, Ht 12%, trombosit: 205.000 /mm 3. Diagnosis pasien ini P2A0 post partum spontan dengan HPP ec inversio uteri dengan syok hemoragik dan anemia berat. Penatalaksanaan, yaitu observasi tanda vital ibu dan pendarahan, O2 10L/menit, resusitasi cairan IVFD 2 line RL 20 tetes per menit, drip 20 IU oxytocin dalam 500cc RL 20 tetes per menit Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam IV, asam traneksamat 500 mg/ 8 jam IV,. Pada pasien ini direncanakan tindakan reposisi manual uterus dalam narkose dan transfusi PRC sampai Hb mencapai >8 g/dL. Kata Kunci:, anemia, inversio, perdarahan post partum, uteri, syok Post Partum P2A0 with Hemorrhagic Post Partum Et Causa Inversio Uteri with Hemorrhagic Shock and Severe Anemia Abstract Post partum hemorrhage is bleeding that occurs after vaginal delivery exceeds 500 mL or more than 1000 mL in cesarean section. Postpartum bleeding can be caused by various factors, one of which is tissue for example inversio uteri yaing is defined as the uterine fundus entering the uterine cavity even into the vagina. Postpartum bleeding may cause shock other than it can cause anemia. Ms. T, P2A0, 26 years old, came with a bleeding complaint from pubic after childbirth, abbdominal and genital pain In physical examination, the compos mentis consciousness, general condition appears severe pain, blood pressure 80/40 mmHg, pulse 130x/m, respiration rate 28x/m, and temperature 36,5 o C. Both conjunctival eyes are anemic and not jaundiced, KGB in the neck is not enlarged, mammary appears symmetrical and enlarged, areola hyperpigmentation, lungs and heart are normal. On obstetric status obtained impression of abdominal convex, FUT not palpable, contraction (-), bleeding (+). On examination inspekulo obtained mass in the vagina, fluor (-), flux (+), blood is not active. Investigations obtained Hb: 4.1 g / dl, leukocytes: 25.500 / mm3, Ht 12%, platelets: 205.000 /mm3. The diagnosis of this patient is spontaneous post partum P2A0 with HPP ec inversio uteri with hemorrhagic shock and severe anemia. Management, are observation of mother's vital signs and bleeding, O2 10L/minute, fluid resuscitation IVFD 2 line RL 20 drops per minute, drip 20 IU oxytocin in 500cc RL 20 drops per minute ceftriaxone 1 gr/12 hours IV, tranexamic acid 500 mg/8 hours IV. In these patients planned repositioning of the uterine action in narcotics and transfusion of PRC to Hb reaches> 8 g / dL Keyword : anemia, hemoragic post partum, inversio uteri, shock Korespondensi: Gemayangsura, S.Ked, alamat Jl. Prof. Soemantri Brodjonegoro No. 1, HP 082376040070, e-mail mayangsura@gmail.com Pendahuluan Perdarahan post partum merupakan penyebab utama kematian ibu di seluruh dunia dengan diperkirakan 140.000 wanita meninggal setiap tahunnya atau disamakan dengan 1 wanita meninggal setiap 4 menit.1 Di Indonesia selama tahun 2010-2013, perdarahan post partum masih menjadi penyebab terbesar kematian ibu di Indonesia diikuti dengan hipertensi dalam kehamilan dan infeksi.2 Perdarahan post partum didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi segera setelah persalinan melebihi 500 mL pada parsalinan pervaginam atau lebih dari 1000 mL pada seksio sesaria.3 Inversio uteri juga merupakan penyebab perdarahan post partum pada maternal. Inversio uteri merupaan keadaan dimana
  • 2. Gemayangsura | P2A0 Post Partum dengan Hemorrhagic Post Partum Et Causa Inversio Uteri, Syok Hemoragik dan Anemia Berat J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 98 fundus uteri masuk ke kavum uteri, dapat secara mendadak atau terjadi perlahan. Peristiwa ini jarang sekali ditemukan, terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar. Menurut penyebabnya inversio uteri yang tersering adalah kesalahan dalam memimpin kala III, yaitu menekan fundus uteri terlalu kuat dan menarik tali pusat pada plasenta yang belum terlepas dari inersinya.4 Berdasarkan derajat kelainannya inversio uteri dapat dibagi dalam tiga tingkatan berdasarkan posisinya.5 Perdarahan post partum yang masiv dapat menyebabkan syok. Syok adalah suatu sindroma akut yang timbul karena disfungsi kardiovaskular dan ketidakmampuan sistem sirkulasi memberi oksigen dan nutrien untuk memenuhi kebutuhan metabolisme organ vital. Syok menyebabkan perfusi jaringan tidak adekuat/hipoksia selular, metabolisme selular abnormal, dan kerusakan homeostatis mikrosirkulasi. Syok hipovolemik disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan menurunnya volume intravaskular oleh karena perdarahan. Syok hipovolemik juga dapat terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Pada syok hipovolemik, jantung akan tetap sehat dan kuat, kecuali jika miokard sudah mengalami hipoksia karena perfusi yang sangat berkurang. Syok hemoragik secara khusus merupakan hilangnya darah secara akut dalam jumlah yang signifikan sehingga volume sirkulasi menjadi tidak adekuat. Kondisi hipoperfusi pada syok hemoragik akan menginduksi ketidakseimbangan antara jumlah pengiriman dan kebutuhan oksigen atau substrat yang dibutuhkan sehingga memicu terjadinya disfungsi selular.6 Dua kategori besar dalam upaya penanganan perdarahan postpartum adalah Active Management of Third Stage of Labor (AMTSL) dan penanganan setelah perdarahan postpartum teridentifikasi. a. Active Management of Third Stage of Labor (AMTSL) Penanganan klinis berdasarkan AMTSL terdiri dari beberapa hal, yaitu pemberian oksitosin, pengontrolan saat pelepasan plasenta dan pemijatan segera setelah plasenta lahir..Terdapat dua macam bentuk penanganan klinis dari persalinan kala III, antara lain pendekatan expectant dan pendekatan aktif. Pendekatan expectant atau pendekatan fisiologis mencakup, antara lain menunggu tanda klinis pemisahan plasenta (perubahan bentuk, ukuran uterus, penurunan dan pemanjangan tali pusat, dan memancarnya darah secara mendadak dari vagina) dan membiarkan plasenta terlahirkan dengan gravitasi atau bantuan dari stimulasi puting susu ibu. Di sisi lain, pendekatan aktif terdiri dari pemberian agen uterotonik, penegangan tali pusat terkendali, penjepitan tali pusat dini, dan pemijatan uterus setelah kelahiran plasenta.7 b. Penanganan setelah post partum teridentifikasi Penanganan primer saat terdeteksi perdarahan post partum adalah komunikasi, resusitasi, monitoring dan inverstigasi serta menghentikan perdarahan. Resusitasi yang dilakukan pada pasien harus mengacu pada Guideline ATLS. Jika perdarahan tidak tertangani, pasien segera dipindahkan ke ruang operasi untuk mendapat tindakan. 8,9,10 Pada pasien dengan inversio uteri, apabila terjadi pada saat penarikan tali pusat maka manajemen akut kegawatdaruratan obstetrik harus segera dimulai. Penanganan inversio uteri terdiri dari tindakan non-operatif yaitu manual replacement dan tehnik replacement OSullivan. Sedangkan tindakan operatif yaitu laparotomi.10 Untuk syok, penatalaksaan yang dapat dilakukan yaitu menentukan defisit cairan dan segera melakukan resusitasi cairan dengan RL, jika tidak adekuat dapat menggunakan cairan koloid. Jika dosis maksimal cairan koloid tidak dapat mengoreksi kondisi syok, dapat diberi noradrenaline, selanjutnya apabila tidak terdapat perbaikan, dapat ditambahkan dobutamine. Terapi resusitasi cairan dinyatakan berhasil dengan menilai perbaikan outcome hemodinamik klinis.11 Kasus Pada tanggal 16 Oktober 2016 pukul 13.15 WIB, Ny.T datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan setelah melahirkan. Sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien melahirkan anak keduanya di dukun, bayi lahir langsung menangis perempuan, berat badan tidak ditimbang tidak diikuti dengan lahirnya plasenta kemudian dukun tersebut memaksa untuk menarik plasenta agar terlepas dari
  • 3. Gemayangsura | P2A0 Post Partum dengan Hemorrhagic Post Partum Et Causa Inversio Uteri, Syok Hemoragik dan Anemia Berat J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 99 rahim. Plasenta terlepas namun diikuti oleh perdarahan dari kemaluan yang terus menerus dan berwarna merah segar. Pasien lalu dibawa ke RS Haji Kamino dan kemudian dirujuk ke RSUD H. Abdul Moeloek. Pasien melakukan antenatal care (ANC) di bidan 2x selama kehamilan,tidak teratur dan dikatakan tidak ada kelainan. Pasien tidak pernah dilakukan USG. Pasien juga tidak pernah mendapatkan suntikan imunisasi selama kehamilan. Riwayat minum alkohol dan merokok juga disangkal pasien, riwayat memelihara binatang peliharaan disangkal, riwayat makan makanan setengah matang/panggang disangkal, riwayat keputihan disangkal, riwayat minum obat-obatan lama juga disangkal. Pasien tidak ingat tanggal haid pertama haid terakhir (HPHT). Pasien menikah satu kali dengan usia perkawinan 5 tahun. Kehamilan sekarang merupakan kehamilan ke 2, dimana kehamilan pertama pasien melahirkan anak perempuan di dukun pada tahun 2012 dengan berat badan lahir anak 3000 gr, anak sehat hingga sekarang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, keadaan umum tampak sakit berat, tekanan darah 80/40 mmHg, nadi 130x/m, pernapasan 28x/m, dan suhu 36,5o C. Kepala tampak normocephali, kedua konjungtiva mata anemis dan tidak ikterik, KGB pada leher tidak membesar, mammae tampak simetris, membesar dan areola hiperpigmentasi, paru-paru dan jantung dalam batas normal. Pada status obstetrikus didapatkan kesan abdomen cembung, FUT tidak teraba, kontraksi (-), perdarahan (+). Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan massa di liang vagina, fluor (-), fluksus (+), darah tidak aktif.Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil Hb: 4.1 g/dl, leukosit: 25.500/mm3, Ht 12%, trombosit: 205.000 /mm3. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang maka pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis P2A0 post partum spontan dengan HPP ec inversio uteri dengan syok hemoragik dan anemia berat. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah observasi tanda vital ibu dan pendarahan, O2 10L/menit, resusitasi cairan dengan RL 40 tetes per menit, drip 20 IU oxytocin dalam 500cc RL 20 tetes per menit, kateter menetap catat input dan output, pemeriksaan darah rutin dan kimia darah, R/ reposisi manual uterus dalam narkose, transfusi 800cc PRC, ceftriaxone 1 gram/ 12 jam IV, asam traneksamat 500 mg/ 8 jam IV. Prognosis quo ad vitam dan functionam ibu adalah dubia ad malam. Pembahasan Pada kasus ini, wanita 26 tahun dengan diagnosis P2A0 post partum spontan (di luar) dengan HPP dini ec inversio uteri dengan syok hipovolemik dan anemia berat. Dalam kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis ,pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang disesuaikan dengan literatur. Diagnosis hemoragik post partum didapatkan dari hasil anamnesis bahwa pasien mengalami perdarahan yang keluar dari kemaluan setelah melahirkan di dukun. Selain itu dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda- tanda perdarahan dari kemaluan. Hemoragik post partum yang dialami pasien menyebabkan pasien mengalami anemia. Anemia yang dialami pasien diketahui dari pemeriksaan fisik yaitu konjungtiva yang anemis serta hasil dari pemeriksaan penunjang yaitu Hb: 4.1 gr/dl. Perdarahan post partum didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi segera setelah persalinan melebihi 500 mL pada persalinan pervaginam atau lebih dari 1000 mL pada seksio sesaria. 12 Anemia berat ditegakan dari hasil pemeriksaan penunjang yaitu Hb yang hanya mencapai 4,1gr/dl. Menurut pembagian anemia terdiri dari anemia ringan, anemia sedang dan anemia berat. Diagnosis inversio uteri juga didapatkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis didapatkan informasi bahwa pasien memiliki riwayat melahirkan di dukun 8 jam sebelum masuk rumah sakit. Segera setelah bayi lahir pasien mengaku tidak diikuti dengan lahirnya plasenta sehingga dukun tersebut memaksa untuk menarik plasenta agar terlepas. Plasenta terlepas namun diikuti perdarahan dari rahim. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda perdarahan di kemaluan dan tampak massa pada liang vagina. Inversio uteri yang merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk ke kavum uteri, dapat secara mendadak atau terjadi perlahan. Pada inversio uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri
  • 4. Gemayangsura | P2A0 Post Partum dengan Hemorrhagic Post Partum Et Causa Inversio Uteri, Syok Hemoragik dan Anemia Berat J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 100 sebelah dalam menonjol ke kavum uteri.5 Keadaan ini dapat terjadi karena dinding uteri yang lembek atau tipis, ekspresi crede pada waktu uterus relaksasi disertai tarikan kuat pada tali pusat. Tarikan tali pusat pada plasenta akreta.10 Berdasarkan derajat kelainannya inversio uteri dapat dibagi dalam tiga tingkatan yaitu : (1) Fundus uteri menonjol ke dalam kavum uteri, tetapi belum keluar dari ruang tersebut; (2) Korpus uteri yang terbalik sudah masuk ke dalam vagina; (3) Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak di luar vagina.13 Pada pasien ini tingkatan inversio uterinya adalah korpus uteri yang terbalik sudah masuk ke dalam vagina. Inversio uteri juga merupakan penyebab perdarahan post partum pada maternal. Perdarahan post partum memiliki etiologi 4T yaitu Prinsip 4T yakni pertama Tonus, perdarahan post partum karena atonia uterus. Kedua, Tissue dapat berupa plasenta atau bekuan darah yang ada. Ketiga yakni Trauma seperti trauma peda vaginal, servikal atau uterus. T terakhir adalah trombin, yaitu proses koagulopati (harus disertai penyebab pasien).12 Pada pasien ini perdarahan post partum yang diakibatkan inversio uteri berarti termasuk dalam kategori tissue. Tabel 1. Klasifikasi syok hemoragik6 Pada pasien ini juga didapatkan tanda- tanda syok yaitu tekanan darah yang rendah 80/40mmHg serta nadi yang cepat yaitu 130x/menit. Syok hemoragik secara khusus merupakan hilangnya darah secara akut dalam jumlah yang signifikan dalam rongga dada atau abdomen sehingga volume sirkulasi menjadi tidak adekuat. Syok hemoragik diklasifikasikan menjadi 4 derajat (Tabel 1).6 Hal ini akan menghasilkan proses perfusi yang akan berdampak pada abnormalitas distribusi aliran darah, lebih lanjut dapat menyebabkan kegagalan multiorgan, dan apabila proses ini tidak diintervensi maka akan menyebabkan kematian. Manifestasi klinis dari syok ini adalah suatu hasil, atau suatu bagian dari respon neuroendokrin autonom terhadap hipoperfusi seiring dengan kegagalan fungsi organ yang diinduksi oleh disfungsi selular tadi.6 Penatalaksanaan awal yang diberikan pada pasien ini adalah : - Observasi tanda vital ibu dan pendarahan - O2 10L/min - Resusitasi cairan - IVFD 2 line RL xx tetes per menit - Drip 20 IU oxytocin dalam 500cc RL xx tetes per menit - Kateter menetap, catat input dan output - Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah - R/ reposisi manual uterus dalam narkose - R/ transfusi PRC s/d Hb>8 g/dL (800cc PRC) - Ceftriaxone inj 1 gram/ 12 jam IV - Asam traneksamat 500 mg/ 8 jam IV Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan penilaian cepat dan intervensi segera dan evaluasi.13 Pasien harus dilakukan resusitasi untuk memperbaiki hemodinamik pasien. Pasien ini masuk dalam keadaan syok hemoragik derajat III akibat perdarahan post partum karena inversio uteri oleh karena itu pasien direncanakan untuk dilakukan resusitasi cairan sampai pemberian tranfusi darah. Penatalaksanaan yang diberikan meliputi oksigenasi adekuat (10L/menit), resusitasi cairan 20 ml/kg BB. Direncanakan pula untuk dilakukan cross match dengan target transfusi Hb > 8 mg/dl, pemeriksaan darah lengkap, dan injeksi asam traneksamat 1 gram IV. Langkah selanjutnya yang tak kalah penting adalah prinsip penanganan syok antara lain menatalaksana penyebab perdarahan atau hilangnya cairan, mengembalikan perfusi jaringan, segera memberi atau mengganti volume yang hilang dan memberikan ventilasi dan oksigenasi yang kuat. Pengembalian volume darah dapat meningkatkan curah Variabel Derajat I Derajat II Derajat III Derajat IV Hilang darah Denyut nadi Tekanan darah Pengisian Kapiler Nafas Urine (ml/h) Status mental Cairan <1000 <100 Normal Normal Normal >30 Normal/ agitasi Kristaloid 1000- 1500 >100 Menurun Mungkin terlambat Ringan 20-30 Agitasi Kristaloid 1500-2000 >120 Sangat turun Sering terlambat Takipnea Sedang 5-20 Konfusi Kristaloid & Darah >2000 >140 Tidak terukur Selalu terlambat Takipneu nyata/ Gagal nafas Anuria Letargi, tidak sadar Kristaloid & Darah
  • 5. Gemayangsura | P2A0 Post Partum dengan Hemorrhagic Post Partum Et Causa Inversio Uteri, Syok Hemoragik dan Anemia Berat J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 101 jantung dan tekanan darah, menyeimbangkan kebutuhan oksigen dan penghantaran oksigen agar terhindar dari hipoperfusi organ. Prinsip terapi cairan pada syok hemoragik adalah menuju normovolemi sehingga hemodinamik stabil; memelihara supaya tekanan koloid tetap adekuat, memelihara keseimbangan dan komposisi kompartemen cairan tubuh. Tujuan penanganan tahap awal adalah untuk mengembalikan perfusi dan oksigenasi jaringan dengan memulihkan volume sirkulasi intravaskuler. Terapi cairan paling penting pada syok distributif dan syok hipovolemik, yang paling sering terjadi pada trauma, perdarahan, dan luka bakar. Pemberian cairan intravena akan memperbaiki volume sirkulasi intravaskuler, meningkatkan curah jantung dan tekanan darah.Cairan kristaloid umumnya digunakan sebagai terapi lini pertama, dapat dilanjutkan dengan cairan koloid apabila cairan kristaloid tidak adekuat atau membutuhkan efek penyumbat untuk membantu mengurangi perdarahan.13 Cairan kristaloid yang umum digunakan sebagai cairan resusitasi pada syok adalah RL, NaCl 0,9%, dan dextrose 5%. Terapi pada syok antara lain: (1) tentukan defisit cairan; (2) atasi syok: berikan infus RL (jika terpaksa NaCl 0,9%) 20 mL/kgBB dalam 遜 - 1 jam dan dapat diulang. Pada syok hemoragik bisa diberikan 2-3 l dalam 10 menit. Apabila pemberian cairan kristaloid tidak adekuat/gagal, dapat diganti dengan cairan koloid, sepert HES, gelatin, dan albumin; (3) bila dosis maksimal, cairan koloid tidak dapat mengoreksi kondisi syok, dapat diberi noradrenaline, selanjutnya apabila tidak terdapat perbaikan, dapat ditambahkan dobutamine; (4) sisa defisit 8 jam pertama: 50% defisit + 50% kebutuhan rutin; 16 jam berikutnya : 50% defisit + 50% kebutuhan rutin; (5) Apabila dehidrasi melebihi 3-5% BB, periksa kadar elektrolit, jangan memulai koreksi defisit kalium apabila belum ada diuresis. Terapi resusitasi cairan dinyatakan berhasil dengan menilai perbaikan outcome hemodinamik klinis, seperti: 14 - MAP (mean arterial pressure) 65 mmHg - CVP (central venous pressure) 8-12 mmHg - Urin output 0,5 mL/kgBB/jam - Central venous (vena cava superior) atau mixed venous oxygen saturation 70% - Status mental normal Penanganan apabila terjadinya inversio uteri sendiri meliputi : 1) Non operatif a. Manual replacement Pada prosedur ini digunakan relaxan uterus (tokolitik) apabila kondisi pasien tidak stabil akan lebih baik untuk dilakukan anestesi umum. Setelah uterus kembali pada posisi yang normal maka tokolitik segera dihentikan dan dlakukan pemberian uterotonika dengan menggunakan infus oksitosin selagi tangan penolong tetap melakukan kompresi bimanual. Dapat dilakukan pemberian antibiotik sebagai agen preventif. 15 b. Tehnik replacement OSullivan Teknik ini dilakukan dengan menggunakan cairan infus yang akan mengakibatkan tekanan pada vagina. Pasien dalam posisi tredelenburg untuk mengurangi traksi dan searah dengan gravitasi. Tekanan ini akan menyebabkan kembalinya uterus keposisi semula. Terdapat 2 metode yang dapat digunakan pada teknik ini yaitu teknik dengan silastic ventouse cup yang berbentuk seperri vakum untuk mendorong uterus dan tanpa silastic ventouse cup.16 2) Operatif Tindakan operatif laparotomi dilakukan apabila tindakan nonoperatif gagal. Tehnik yang paling sering digunakan adalah Huntington maupun prosedur Haultain. Tindakan pembedahan konservatif untuk menghentikan perdarahan meliputi, B-lynch suture dan ligasi arteri (arteri uterina atau arteri iliaka interna), jika tidak berhasil maka dilakukan histerektomi total.4,17 Daftar Pustaka 1. Oyelese Y, Ananth C. Postpartum Hemorrhage: Epidemiology, Risk Factors, and Causes. Clinical Obstertic and Gynecologic. 2010; 53(1):147-56. 2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2016. 3. World Health Organization. Recommendations for the Prevention of Postpartum Haemorrhage. Geneva: World Health Organization; 2012. 4. Supono. Ilmu Kebidanan Bagian Patologi. Palembang: Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya: Palembang; 2008.
  • 6. Gemayangsura | P2A0 Post Partum dengan Hemorrhagic Post Partum Et Causa Inversio Uteri, Syok Hemoragik dan Anemia Berat J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 102 5. Marcel, MJ. Hemorrhagic Shock. J Obstet Gynecol Can. 2002 ;24(6):504-11. 6. Vincent J, De Backer D. Circulatory shock. N Engl J Med. 2013; 369(18):1726-34. 7. Winikoff B, Dabash R, Durocher J, Darwish E, Ngoc N, Leon W, Raghavan S, et al. Treatment of post-partum haemorrhage with sublingual misoprostol versus oxytocin in women not exposed to oxytocin during labour: a double-blind, randomised, non- inferiority trial. Lancet. 2010;375: 210- 16. 8. Lalonde A. Prevention and treatment of postpartum hemorrhage in low-resource settings. Int J Gynecol Obstet.2012 ;117:108-18. 9. Institute of Obstetricians and Gynaecologists Royal College Physicians of Ireland and Directorate of Strangy Programmes Health Service Executive. Clinical Practice Guideline: Prevention and Management of Primary Postpartum Haemorrhage. Ireland: Institute of Obstetricians and Gynaecologists Royal College Physicians of Ireland and Directorate of Strangy Programmes Health Service Executive; 2012. 10. Weisboard A, Sheppard F, Chernofsky M, Blankenship C, Gage F, Wind G, Elster E, et al. Emergent management of postpartum hemorrhage for the general and acute care surgeon. World J Emerg Surg. 2009;4:43. 11. International Confederation of Midwives (ICM) and International federation of Gynecologists and Obstetricians (FIGO). Management of the Third Stage of Labour to Prevent Post-partum Haemorrhage (Joint Statement). Netherlands: Iternational Confederation of Midwives (ICM) and International federation of Gynecologists and Obstetricians (FIGO); 2014. 12. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Williams Obstetrics 23rd edition.New York: The McGraw-Hill Companies; 2010. 13. Leduc D, Serikas V, Lalonde A. Active Management of the Third Labour : Prevention and Treatment Postpartum Haemorrhage. J Obstet Gynaecol Can. 2009 ;31(10):98093. 14. Darmawan, I. Cairan Alternatif untuk Resusitasi Cairan: Ringer Asetat. Jakarta: Medical Departement PT Otsuka Indonesia. 15. Bhalla R, Wuntakal R, Odejinmi F, Khan R. Acute Inversion of Uterus. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists.2009;11:138. 16. King Edward Memorial Hospital. Clinical Guidelines Complicatins of the Postnatal Period. Perth: King Edward Memorial Hospital; 2013 17. Ihama Y, Fukasawa M, Ninomiya K, Miyazaki T. Acute Puerperal Uterine Inversion. Forensic: Sci Med Pathol;2013.