Makalah ini membahas mengenai pentingnya meningkatkan profesionalitas guru sekolah dasar dalam pembelajaran pendidikan seni musik. Guru diharapkan dapat merancang pembelajaran seni musik yang menarik dan sesuai dengan perkembangan peserta didik. Selain itu, guru perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam bidang seni musik agar dapat mengajarkannya dengan baik. Dengan demikian, diharapkan siswa d
Buku pegangan-guru-ips-smp-kelas-8-kurikulum-2013Aceng Abady
油
Buku ini memberikan petunjuk bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS kelas VIII di sekolah menengah pertama. Buku ini terdiri dari dua bagian yaitu petunjuk umum dan petunjuk khusus yang membahas tentang kompetensi, materi, pendekatan, dan langkah-langkah pembelajaran IPS serta penilaian hasil belajar siswa.
Silabus ini membahas kompetensi yang akan dikembangkan dalam pembelajaran Sejarah Indonesia di SMA/SMK, yang mencakup kemampuan memahami peristiwa sejarah Indonesia, menganalisis faktor-faktor penyebab peristiwa, dan menghubungkan peristiwa sejarah dengan kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan politik masa kini.
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (buku guru) Indah Rohmatullah
油
Buku ini memberikan panduan bagi guru PPKn kelas XI dalam melaksanakan proses pembelajaran PPKn berdasarkan Kurikulum 2013. Buku ini menjelaskan kompetensi yang harus dibentuk, model pembelajaran, dan penilaian serta memberikan contoh langkah pembelajaran untuk setiap bab materi PPKn kelas XI.
Dokumen tersebut membahas mengenai perkembangan kurikulum Pendidikan Seni Visual di Malaysia sejak zaman penjajahan British hingga kini. Ia menyoroti beberapa perubahan kurikulum yang terjadi seiring dengan laporan dan komite yang dibentuk untuk meninjau sistem pendidikan negara. Kurikulum PSV telah mengalami beberapa kali penyemakan untuk menyesuaikan dengan falsafah pendidikan kebangsaan serta keperluan murid dan masyarakat p
Panduan ini membahas tentang Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk meningkatkan kompetensi literasi peserta didik. GLS melibatkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan mulai dari tingkat pusat hingga satuan pendidikan dan masyarakat. Tujuannya agar peserta didik, khususnya SD, menjadi insan berbudaya literasi untuk meningkatkan mutu pendidikan dan daya saing SDM Indonesia
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya dengan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara bersama-sama. Kurikulum 2013 menekankan pada penguasaan pengetahuan terlebih dahulu, diikuti keterampilan, dan kemudian sikap. Struktur kurikulum 2013 untuk SMP/MTs terdiri dari beberapa mata pelajaran inti dan muatan lokal serta menambah jam belaj
Kurikulum 2013 membawa perubahan signifikan pada empat elemen utama, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, struktur kurikulum, dan proses pembelajaran. Perubahan-perubahan ini bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengedepankan pengembangan soft skills dan hard skills siswa secara seimbang.
Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...regiandira739
油
Penelitian ini dilaksanakan dengan cara studi pustaka dan pemungutan angket. Sasaran penelitiannya adalah siswa-siswi SMA yang sekolahnya menerapkan kurikulum 2013, salah satunya adalah SMAN 1 Majalengka.
1. Silabus mata pelajaran Sejarah Indonesia kelas X membahas kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
2. Materi pokok pembelajaran meliputi Sejarah Indonesia Zaman Praaksara, Zaman Hindu-Buddha, dan Zaman Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia.
3. Penilaian dilakukan dengan observasi, portofolio, tes tertulis/
Silabus mata pelajaran Bahasa Jepang di SMA/MA ini membahas tentang kompetensi yang ingin dicapai peserta didik yaitu kemampuan berbahasa Jepang dasar, materi pembelajaran yang meliputi memperkenalkan diri, lingkungan sekolah dan rumah, serta kegiatan sehari-hari, dan kerangka pengembangan kurikulum untuk kelas X, XI dan XII."
Surat keputusan ini mengangkat tim Gerakan Literasi Sekolah SDN 1 Cisewu yang terdiri dari 6 orang untuk melaksanakan program literasi di sekolah selama tahun pelajaran 2017/2018. Tim ini akan bertanggung jawab langsung kepada kepala sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan literasi di sekolah.
Bahan bacaan 1.1 rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulumk辰単x K谷y単奪
油
Teks tersebut membahas tentang kurikulum di Indonesia, mulai dari konsep dasar kurikulum, perkembangan kurikulum di Indonesia sejak tahun 1947 hingga Kurikulum 2013, serta pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan kurikulum operasional yang dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi agar sekolah memiliki otonomi dalam mengembangkan kurikulum sesuai kondisi daer
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di Indonesia. 2. KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh masing-masing satuan pendidikan dengan memperhatikan standar nasional tetapi disesuaikan dengan kondisi sekolah. 3. Prinsip-prinsip pengembangan KTSP antara lain relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, dan efektivitas.
This document contains a job performance evaluation form for a merchandise assistant. It includes sections to rate the assistant's performance on various factors like administration, communication, teamwork, and decision making. It also includes spaces for noting the employee's strengths, areas for improvement, and signatures from the employee and evaluator. Additional pages provide sample performance review phrases and guidelines for evaluating an employee's attitude, creativity, decision making, and other skills. The full document allows a manager to conduct a thorough performance review of a merchandise assistant.
The document lists the date and fruit eaten each day from January 1, 2015 to March 10, 2015. For each of the 70 days listed, the fruit eaten was an apple.
Dokumen tersebut membahas mengenai perkembangan kurikulum Pendidikan Seni Visual di Malaysia sejak zaman penjajahan British hingga kini. Ia menyoroti beberapa perubahan kurikulum yang terjadi seiring dengan laporan dan komite yang dibentuk untuk meninjau sistem pendidikan negara. Kurikulum PSV telah mengalami beberapa kali penyemakan untuk menyesuaikan dengan falsafah pendidikan kebangsaan serta keperluan murid dan masyarakat p
Panduan ini membahas tentang Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk meningkatkan kompetensi literasi peserta didik. GLS melibatkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan mulai dari tingkat pusat hingga satuan pendidikan dan masyarakat. Tujuannya agar peserta didik, khususnya SD, menjadi insan berbudaya literasi untuk meningkatkan mutu pendidikan dan daya saing SDM Indonesia
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya dengan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara bersama-sama. Kurikulum 2013 menekankan pada penguasaan pengetahuan terlebih dahulu, diikuti keterampilan, dan kemudian sikap. Struktur kurikulum 2013 untuk SMP/MTs terdiri dari beberapa mata pelajaran inti dan muatan lokal serta menambah jam belaj
Kurikulum 2013 membawa perubahan signifikan pada empat elemen utama, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, struktur kurikulum, dan proses pembelajaran. Perubahan-perubahan ini bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengedepankan pengembangan soft skills dan hard skills siswa secara seimbang.
Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...regiandira739
油
Penelitian ini dilaksanakan dengan cara studi pustaka dan pemungutan angket. Sasaran penelitiannya adalah siswa-siswi SMA yang sekolahnya menerapkan kurikulum 2013, salah satunya adalah SMAN 1 Majalengka.
1. Silabus mata pelajaran Sejarah Indonesia kelas X membahas kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
2. Materi pokok pembelajaran meliputi Sejarah Indonesia Zaman Praaksara, Zaman Hindu-Buddha, dan Zaman Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia.
3. Penilaian dilakukan dengan observasi, portofolio, tes tertulis/
Silabus mata pelajaran Bahasa Jepang di SMA/MA ini membahas tentang kompetensi yang ingin dicapai peserta didik yaitu kemampuan berbahasa Jepang dasar, materi pembelajaran yang meliputi memperkenalkan diri, lingkungan sekolah dan rumah, serta kegiatan sehari-hari, dan kerangka pengembangan kurikulum untuk kelas X, XI dan XII."
Surat keputusan ini mengangkat tim Gerakan Literasi Sekolah SDN 1 Cisewu yang terdiri dari 6 orang untuk melaksanakan program literasi di sekolah selama tahun pelajaran 2017/2018. Tim ini akan bertanggung jawab langsung kepada kepala sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan literasi di sekolah.
Bahan bacaan 1.1 rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulumk辰単x K谷y単奪
油
Teks tersebut membahas tentang kurikulum di Indonesia, mulai dari konsep dasar kurikulum, perkembangan kurikulum di Indonesia sejak tahun 1947 hingga Kurikulum 2013, serta pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan kurikulum operasional yang dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi agar sekolah memiliki otonomi dalam mengembangkan kurikulum sesuai kondisi daer
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di Indonesia. 2. KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh masing-masing satuan pendidikan dengan memperhatikan standar nasional tetapi disesuaikan dengan kondisi sekolah. 3. Prinsip-prinsip pengembangan KTSP antara lain relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, dan efektivitas.
This document contains a job performance evaluation form for a merchandise assistant. It includes sections to rate the assistant's performance on various factors like administration, communication, teamwork, and decision making. It also includes spaces for noting the employee's strengths, areas for improvement, and signatures from the employee and evaluator. Additional pages provide sample performance review phrases and guidelines for evaluating an employee's attitude, creativity, decision making, and other skills. The full document allows a manager to conduct a thorough performance review of a merchandise assistant.
The document lists the date and fruit eaten each day from January 1, 2015 to March 10, 2015. For each of the 70 days listed, the fruit eaten was an apple.
Este documento presenta una introducci坦n a los conceptos b叩sicos de la computaci坦n. Explica que la computaci坦n es el estudio de los fen坦menos relacionados con los computadores, mientras que la inform叩tica es el procesamiento autom叩tico de informaci坦n usando computadores. Define un computador como un dispositivo electr坦nico capaz de procesar informaci坦n a partir de instrucciones en un programa. Tambi辿n destaca algunos mitos sobre la capacidad de los computadores y resume brevemente la historia del desarrollo de los computadores desde sus or鱈genes hasta la actualidad.
Este documento trata sobre la termodin叩mica en el proceso de corte de metales. Explica conceptos como la velocidad de corte, profundidad de corte y velocidad de avance. Tambi辿n describe c坦mo la energ鱈a generada en el corte se convierte en calor y c坦mo esto afecta la temperatura de la herramienta y la pieza. Finalmente, enfatiza la importancia de la seguridad industrial al realizar este proceso para evitar lesiones por desprendimiento de virutas.
The document advertises a publick house run by Col. Ebenezer Crafts in 1771 that provides food, drink and lodging. It also announces the 26th annual harvest festival to be held at the publick house.
Numerical Solution of Nth - Order Fuzzy Initial Value Problems by Fourth Orde...IOSR Journals
油
In this paper, a numerical method for Nth - order fuzzy initial value problems (FIVP) based on
Seikkala derivative of fuzzy process is studied. The fourth order Runge-Kutta method based on Centroidal Mean
(RKCeM4) is used to find the numerical solution and the convergence and stability of the method is proved. This
method is illustrated by solving second and third order FIVPs. The results show that the proposed method suits
well to find the numerical solution of Nth order FIVPs.
Feng Guo successfully completed an online Coursera course in Introduction to Interactive Programming in Python from Rice University with distinction. The course taught students the basics of interactive programming in Python by having them build simple interactive games. The certificate was signed by four instructors from Rice University's Computer Science department.
Utilizando una l叩mpara LED de 1 vatio, 4 ordenadores se conectaron a Internet a trav辿s de la tecnolog鱈a Li-Fi, que permite flujos de datos de hasta 150Mb por segundo usando la luz visible en lugar de ondas electromagn辿ticas como el Wi-Fi. El Li-Fi funciona mediante impulsos de luz visible que transmiten informaci坦n de un emisor a receptores luminosos como m坦viles y c叩maras. Las desventajas son que no funciona bajo luz solar directa, no atraviesa paredes y solo funciona con la luz
Federal Gift and Estate Tax - Understanding the TaxSaul Kobrick
油
Part I of this series helps explain federal gift and estate tax while Part II offers suggestions for strategies that can reduce or eliminate the tax. Learn more about federal gift and estate tax in this presentation.
Esta documento describe varias herramientas para crear publicaciones y materiales educativos digitales de forma sencilla, incluyendo Cuadernia que permite crear cuadernos digitales con informaci坦n y actividades multimedia, Tikatok para crear libros virtuales con im叩genes y textos, y Letterpop para crear boletines electr坦nicos utilizando plantillas e im叩genes. Tambi辿n menciona aplicaciones como Pancho y la m叩quina de hacer cuentos para crear cuentos interactivos, Calam辿o y Issuu para convertir documentos a formatos digitales,
On 留-characteristic Equations and 留-minimal Polynomial of Rectangular MatricesIOSR Journals
油
In this paper, we study rectangular matrices which satisfy the criteria of the Cayley-Hamilton
theorem for a square matrix.Various results on characteristic polynomials, characteristic equations,
eigenvalues and 留-minimal polynomial of rectangular matrices are proved.
AMS SUBJECT CLASSIFICATION CODE: 17D20(粒,隆).
El documento habla sobre los virus inform叩ticos, definidos como programas que se copian autom叩ticamente sin permiso y alteran el funcionamiento del ordenador. Explica que los virus tienen tres m坦dulos principales: reproducci坦n, ataque y defensa. Tambi辿n describe las cinco generaciones de virus y sus caracter鱈sticas comunes como ser da単inos, auto-reproductores y subrepticios.
Veronica Townsend is seeking a progressive job that provides growth opportunities. She has a bachelor's degree in business management and work experience as an assistant manager and teacher at a learning academy, as well as an in-store shopper. Her skills include time management, communication, organization, and proficiency in Microsoft Office.
Makalah ini membahas penerapan sistem pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran seni musik di sekolah dasar untuk meningkatkan makna pembelajaran. Secara garis besar, sistem ini dirancang untuk menggali, menghubungkan, dan menerapkan makna melalui pengalaman siswa. Jurnal ini menawarkan alternatif penerapan sistem pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran seni musik agar tujuan pendidikan seni tercapai dengan baik.
Konsep pembelajaran seni terpadu (lengkap) ok 1saeful_4h13
油
Dokumen tersebut membahas konsep rencana pembelajaran seni rupa di sekolah dasar dengan pendekatan terpadu. Pembelajaran terpadu dimaksudkan untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran melalui tema atau topik tertentu. Pembelajaran seni rupa dapat dilaksanakan secara terpadu dengan memperhatikan unsur-unsur substansial seni seperti kreativitas, apresias
Dokumen tersebut membahas karakteristik mata pelajaran Seni Budaya SMP/MTs. Tujuannya adalah menumbuhkembangkan kepekaan rasa estetika dan artistik serta sikap kritis, apresiatif, dan kreatif pada peserta didik. Lingkup materinya meliputi seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Pendekatan yang digunakan adalah terpadu, yang mengintegrasikan pengetahuan, apresiasi, kreasi
Dokumen tersebut merupakan panduan teknis penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) di sekolah dasar sesuai dengan kurikulum 2013. Panduan ini memberikan penjelasan mengenai pengertian, komponen, dan proses penyusunan RPP untuk mendukung implementasi kurikulum 2013 di sekolah dasar.
Buku panduan guru IPS kelas VII ini memberikan panduan mengenai pengembangan materi dan model pembelajaran IPS sesuai dengan kurikulum 2013. Buku ini membahas latar belakang, ruang lingkup, dan tujuan pendidikan IPS untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang baik.
9. 157
SEMINAR NASIONAL Seni Pertunjukan dan Pendidikan Seni
Universitas Negeri Semarang, 31 Oktober 2015. ISBN 978-602-73437-0-2
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS TEKNOLOGI TANPA
PERENCANAAN YANG MELAHIRKAN BIAS PERSEPSI GURU
TERHADAP PERAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN SENI DAN
BUDAYA DI SEKOLAH
Yos Sudarman, S.Pd., M.Pd.
Dosen Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat
sudarmanmisterjejet@gmail.com
ABSTRAK
Lahirnya persepsi guru terhadap penggunaan media dalam pembelajaran, pada
awalnya sering dibangun oleh rendahnya kemampuan guru dalam
mengoperasikan media tersebut di dalam kelas. Namun demikian, di luar dari
faktor internal guru tersebut, sesungguhnya ada efek yang berpengaruh di luar diri
si-guru secara eksternal, yang menyebabkan persepsinya dalam pemanfatan
media dalam pembelajaran menjadi bias atau menyimpang. Artinya ada faktor
kebijakan sekolah dan faktor keterampilan guru yang melahirkan novelty effect,
costly effect, dan skill effect yang telah mempengaruhi perilaku guru dalam
memperlakukan media. Meskipun Pelajaran seni dan budaya menurut KTSP adalah
pelajaran yang sarat dengan penggunaan media pembelajaran, baik dalam arti
hadware maupun software-nya. Namun karean adanya ketida-efektfan di atas,
telah menyebabkan guru mempunyai persepsi keliru dan enggan untuk
menggunakan media. Sehingga jalan terbaik yang ditempuhnya adalah kembali
kepada penggunaan metode pembelajaran dengan cara-cara yang lama, yang dulu
sudah biasa ia lakukan di kelas.
KATA KUNCI: Bias Persepsi; Penggunaan Media; Pembelajaran Seni dan Budaya
PENDAHULUAN
Cukup jelas sudah, bahwasanya dengan dirilisnya sikap pemerintah
sebagaimana termaktub dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
Nomor 160 Tahun 2014 tentang pemberlakuan kembali Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006 berbarengan dengan Kurikulum 2013 (K13), telah
10. 158
menunjukkan kepada semua insan pendidik di negeri tercinta ini, bahwa
pemerintah yang sekarang tetap menganggap bahwa KTSP adalah kurikulum yang
matching dan reasonable dengan kondisi pendidikan Indonesia terkini. Tentunya
banyak pertimbangan yang melatarbelakangi munculnya keputusan semiflashback
semacam ini, selain dapat diduga karena pertimbangan politis, pemerintah masih
memandang perlu untuk melanjutkan kinerja kurikulum berlabel kurikulum
operasional pendidikan yang berlandaskan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) ini, agar pelaksanaan pendidikan tetap menyesuaikan dengan kondisi
satuan pendidikan, potensi daerah, dan keanekaragaman sosial budaya. Alhasil
sustainable impact dari keputusan itu adalah terus berlanjutnya tugas sekolah dan
pendidik untuk mengimplementasi pendidikan dengan kegiatan pembelajaran
yang sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Di lain pihak, meskipun kesan dikotomi antara KTSP dan K13 tetap ada, isi
dari peraturan pemerintah itu tidak bermaksud memarginalisasi atau
mengenyampingkan eksistensi Kurikulum 2013 (K13) yang sudah terlanjur
diterapkan di sekolah, terutama pada sekolah-sekolah yang pernah berposisi
sebagai pioneer-maker dalam pelaksanaan K13 selama tiga semester. Artinya,
bagi sekolah yang tetap berkomitmen melanjutkan K13, peluang itu tetap terbuka
seraya menunggu hasil evaluasi menyeluruh K13 oleh pemerintah. Hasil evaluasi
dimaksud tentunya akan mencerminkan sikap resmi pemerintah yang diprakarsai
Kabinet Indonesia Hebat khususnya, termasuk kesepahaman yang dirajut dari
diskusi antar akademisi, praktisi, dan pemerhati pendidikan pada umumnya, untuk
menjawab pertanyaan Apakah K13 masih relevan untuk dilanjutkan atau tidak.
Kemudian daripada itu, sehubungan dengan sebuah tajuk rencana nan
rancak yang disematkannya di KSTP, yaitu kurikulum yang aspiraitf dengan
keanekaragaman sosial budaya, maka esensi Pendidikan Seni dan Budaya
terutamanya di SMP dan SMA, secara implisit telah menjelma menjadi salah satu
bidang studi pelakon utama untuk pengejawantahan nilai-nilai idealisme Satu
Nusa Satu Bangsa. Sehingga tak terbantahkan lagi jika Pendidikan Seni dan
Budaya di sekolah saat ini menjadi koheren dan layak berada di garis komando
terdepan untuk menyukseskan estafet pendidikan berwawasan integrasi nasional
bercorak kearifan lokal (local wisdom), persatuan dalam ke-bhineka-an (unity in
diversity), multikultural berbasis pluralitas (multicultural based on the pluralism),
dan sebagainya. Meskipun tema rekonstruksi sosial yang diusung KTSP cukup luas,
namun orientasi terhadap nilai-nilai filosofis yang hendak dituju dalam kurikulum
ini, menurut sebagian analis pendidikan sudah sejalan dengan hakikat perumusan
tujuan kurikulum dalam suatu pengembangan kurikulum. Sebagaimana yang
pernah dinyatakan oleh Sukmadinata (1999: 103) bahwa Tujuan kurikulum dapat
dirumuskan berdasarkan, pertama, perkembangan tuntutan, kebutuhan, dan
kondisi masyarakat; dan kedua, tujuan didasari oleh pemikiran-pemikiran dan
terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah negara.
11. 159
Merefleksi diri terhadap kewenangan dan tanggung jawab yang diemban
guru, khususnya pada pendidikan seni dan budaya yang dikaitkan dengan tugas
mulia di atas, maka dengan kegiatan belajar seni berbasis budaya yang dipimpin
oleh guru di kelas, menyebabkan siswa mampu mentransformasi nilai-nilai
persatuan bersendikan keragaman budaya melalui pelajaran seni dan pelajaran
budaya yang diterimanya. Guru seyogianya menjadi figur intelek yang mampu
meng-ingarso suntolodo peserta didik, khususnya terhadap pelahiran sikap arif
dan berperilaku bijak dalam menghargai kekayaan seni dan budaya di daerahnya
dan di daerah lain. Implikasi dari semua harapan itu, bisa mendorong guru untuk
senantiasa melaksanakan berbagai komponen pembelajaran berlandaskan KTSP
dimaksud, misalnya bagaimana guru dapat: (1) merumuskan tujuan belajar yang
bermakna; (2) pengembangkan materi pelajaran yang kontekstual; (3)
menggunakan metode pembelajaran yang tepat-guna; (4) penggunaan sumber
belajar yang membantu; dan (5) melaksanakan penilaian yang terukur.
Dari kelima komponen belajar yang dapat menopang pelaksanaan
pembelajaran Seni dan Budaya sesuai KTSP tersebut, tulisan ini akan mencoba
memberi sorotan pada satu komponen pembelajaran saja, yaitu pada penggunaan
sumber belajar berupa media pembelajaran, yang selama ini dianggap dapat
memberi dukungan terhadap lancarnya pembelajaran seni dan budaya di kelas.
Dikaitkan dengan KD (Kompetensi Dasar) dan indikator pembelajaran yang sudah
biasa dinyatakan guru dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), maka
penulis punya kesan tersediri tentang masalah penggunaan media dalam pelajaran
seni dan budaya di sekolah. Patut diingat kembali, bahwa satu di antara sekian
banyak isu yang mengemuka dalam wacana publik, yang akhirnya menjadi salah
satu masalah yang melatarbelakangi lahirnya kurikulum KTSP di tahun 2006
dulunya adalah tentang kekurangan sumber belajar berupa media pelajaran
kesenian, yang serta-merta dituduhkan sebagai kelemahan dari kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 sebelumnya.
Saat KTSP 2006 telah dirilis dan diberlakukan, wacana ideal tentang
penggunaan media dalam pembelajaran juga belum tercapai. Dalam asumsi
penulis, konstelasi penggunaan media dalam pembelajaran seni budaya di sekolah
malah bertambah runyam dan serampangan. Jika pada awalnya guru sepakat
bahwa media merupakan alat bantu pembelajaran, yaitu seperangkat peralatan
berbasis teknologi yang selayaknya difungsikan untuk membantu aktivitas guru
dan peran mengajarnya, justru karena terjadinya bias persepsi menyebabkan
fungsi media dianggap dapat menggantikan peran guru dalam mengajar.
Meskipun para ahli hingga supervisor pendidik telah berulangkali mengingatkan,
agar gurulah yang mengambil peran utama mengajar di kelas, tetap saja di banyak
sekolah, justru media memperlemah fungsi guru dalam mengajar. Akhirnya
muncul preseden di pihak lain, bahwa sesungguhnya penggunaan media dalam
pembelajaran tidak selamanya berkorelasi dengan peningkatan kinerja guru dalam
mengajar.
12. 160
PEMBAHASAN
Adapun masalah defisiensi media pembelajaran secara kuantitas pada
awalnya dituduhkan ke KBK sebagai sebuah kekurangan, ternyata masalah itu
sekarang semakin melebar hingga menjadi salah titik lemah yang terus membelit
kinerja guru Seni dan Budaya dalam KTSP. Jika pertanyaan awalnya adalah,
Bagaimana guru bisa mengapresiasi dan mengekspresikan keberagaman seni
dan budaya yang ada di daerah kita atau di daerah lain kepada siswa, jika media
belajar yang bisa membuktikan keberadaan seni dan budaya itu tidak ada?.
Penulis menilai bahwa pertanyaan ini adalah sebuah pertanyaan kunci dalam
pembelajaran seni dan budaya di KTSP, karena trademark KTSP itu adalah
pembelajaran bermakna secara konteks yang butuh media untuk apresiasi dan
media untuk berekspresi di bidang seni dan budaya. Namun sayangnya,
pertanyaan-pertanyaan kunci yang telah membidani lahirnya KTSP itu, dijawab
oleh pemerintah dan termasuk oleh pengambang sumber belajar, dan pengelola
anggaran pendidikan secara naif. Andaikata medianya yang tidak ada di sekolah,
sialakan manfaatkan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) untuk membeli
media dimaksud. Jika sekolah tidak memiliki media audiovisual misalnya, maka
sekolah itu direkomendasikan untuk membeli DCD-player, laptop, LCD, dan
sebagainya.
Mencermati kondisi di lapangan, khususnya pada pihak-pihak yang
berurusan langsung dengan kegiatan belajar mengajar di kelas, khususnya pada
posisi guru yang selain mengajar juga berposisi sebagai user (pengguna) media,
maka kerap terjadi situasi dan kondisi pembelajaran yang out of sync between the
performance of teachers in teaching to treat behavioral learning media. Artinya,
tidak singkron antara kinerja guru dalam mengajar dengan perilaku guru
memperlakukan media pembelajaran. Dengan keadaan pengunaan media yang
serampangan, telah menyebabkan guru terjepak pada posisi serba salah, yaitu not
right man and not right place (orang yang tidak tepat pada tempat yang tidak
tepat). Hal senada juga telah dikritisi oleh Joyce, B., et al bahwa In terms of media
usage, in addition to the creativity of teacher, instructional considerations also
become one of the decisive factors. Often teachers are using instructional media
improvise without consideration of the learning (instructional consideration). There
are times when a teacher use the advanced media, solely because the media is
available at the school, although it is not really necessary in the learning.
Inaccuracy utilization of instructional media awful lot going on in schools/college,
among other things because things relating to novelty effects, costly effect, and
skills effect of teacher Sebagaimana yang diartikan Budiningsih (2005) terungkap
bahwa dalam hal pemanfaatan media, selain kreativitas guru, pertimbangan
instruksional juga menjadi salah satu faktor yang menentukan. Seringkali guru
menggunakan media pembelajaran seadanya tanpa pertimbangan pembelajaran
(instructional consideration). Ada kalanya guru menggunakan media canggih,
semata-mata karena media tersebut tersedia di sekolah, walaupun sesungguhnya
tidak diperlukan dalam pembelajaran. Ketidaktepatan pemanfaatan media
13. 161
pembelajaran banyak sekali terjadi di sekolah/perguruan tinggi, antara lain karena
hal-hal yang berkaitan dengan novelty effect, costly effect, dan skill effect of
teacher.
Dari kutipan di atas, tergambar bagi kita bahwa paling tidak ada tiga bentuk
persepsi yang akhirnya mengiringi cara pandang pihak sekolah, yang akhirnya juga
berkembang menjadi persepsi guru dalam memaknai suatu penggunaan media
dalam pembelajaran. Inilah yang penulis maksud dengan bias persepsi atau
pesepsi meyimpang dalam hal cara pandang guru khususnya dalam penggunaan
media dalam pembelajaran pada umunya, atau pada pelajaran seni budaya pada
khususnya. Ketiga bias persepsi dalam penggunaan media dimaksud adalah: (1)
Movelty Effect; (2) costly effect; dan (3) skills of teacher. Ketiga masalah bias
persepsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Novelty Effect; Penggunaan Media Sekedar Menggunakan yang Baru
Mencermati kutipan di atas, bahwa ada kalanya guru menggunakan media
canggih, semata-mata karena media tersebut tersedia di sekolah, walaupun
sesungguhnya tidak diperlukan dalam pembelajaran merupakan suatu bentuk
bias persepsi karena hanya ingin menggunakan media yang sudah tersedia apalagi
media itu perlu dicoba dalam pembelajaran karena kondisinya yang masih baru.
Dihubungkan dengan hakikat media pembelajaran dalam KTSP, yang dimaksud
media itu sebenarnya bukan pada hardware (perangkat keras)-nya, melainkan
ketersediaan media dari sisi software (perangkat lunbak)-nya. Dengan kata lain,
guru seni dan budaya tidak sertamerta dituntut untuk manpu memanfaatkan
banyak media di kelas ketika melaksanakan Proses Belajar Mengajar (PBM). Sebab
untuk beberapa sesi pembelajaran yang masih bergantung pada metode ceramah,
diskusi, dan tanya jawab misalnya, terkadang media tidak diperlukan. Sesuatu
yang keliru dan mubazir sekiranya sekolah hanya memperbanyak hardware media
dari aspek kuantitas semata seperti memperbanyak jumlah laptop, LCD, tape
recorder, dan sebagainya, namun tidak menyediakan software-nya secara
berkualitas. Padahal pertanyaan tentang media yang harus dijawab oleh guru
dalam KTSP itu adalah seberapa mampu ia berinisiatif dan lebih kreatif dalam
menelusuri, mengumpulkan, menyeleksi, menggunakan, dan mengelola berbagai
isi (content) dari sumber (source) pembelajaran seni dan budaya yang dapat
diperbantukan dengan dengan peralatan media. Jadi guru semestinya lebih
banyak memikirkan content (isi) media dari source (sumber) yang tepat itu sebagai
software-nya, daripada sekedar mampu menggunakan banyak media sebagai
hardware-nya. Untuk apa laptop dan LCD yang banyak dari segi jumlah, kalau isi
pelajaran yang akan diproyeksikan dengan kedua sistem multimedia-audivisual
tidak dapat menjelaskan isi pelajaran. Untuk apa tape recorder disediakan dalam
beberapa unit, kalau kaset tari yang hendak diputar itu tidak ada.
14. 162
2. Costly Effect; Penggunaan Media Sekedar Penyerapan Anggaran yang Mahal
Dengan memperhatikan ketersediaan anggaran pendidikan yang
didistribusikan ke sekolah yang hampir memadai, pembelian perangkat keras
media kerap menjadi salah satu alasan bagi sekolah, agar dana yang diterima bisa
terserap sepenuhnya atau termanfaatkan. Pendek kata, ketimbang dana itu
dikembalikan ke pemerintah, alangkah baiknya dibelanjakan dengan sesuatu yang
berwujud barang atau media. Namun karena tidak adanya kejelasan dari sisi
planning to use of the budget atau perencanaan penggunaan anggaran yang jelas,
menyebabkan terbukanya pintu pemborosan di sana-sini. Mungkin guru tidak
memerlukan sebuah item media tertentu pada saat ini, namun sekolah tetap
menyediakannya, hanya karena kebutuhan untuk penyerapan anggaran bisa
terpenuhi. Karena media itu belum diperlukan, alhasil media itu sekedar menjadi
benda pajangan atau disimpan di gudang. Beberapa tahun kemudian media
barulah media itu dimanfaatkan. Namun sayang, teknologinya media yang
digunakan itu sudah ketinggalan, atau tidak macthing lagi dengan teknologi yang
berkembang sekarang.
Ada banyak kasus di beberapa sekolah di Sumatera Barat khususnya, yang
telah terlanjur membeli kamera video dengan media penyimpanan berbasis
teknologi cassette minidivi. Saat dibeli sekitar tahun 2003, guru belum
memanfaatkanya dalam pelajaran seni dan budaya di sekolah, dengan alasan tidak
ada tenaga teknis dan juga belum diperlukan. Namun pada saat KTSP
diberlakukan, di mana guru diharapkan lebih kreatif menemukan, mengumpulkan
atau membuat sendiri content media melalui perekaman dengan kamera video,
misalnya untuk rekaman peliputan pertunjukan musik dan tari, ternyata teknologi
cassette minidivi yang diusung kamera yang dibeli tahun 2003 tersebut sudah jauh
ketinggalan dengan kamera video berbasis memory sitick. Dengan ketimpangan
teknologi seperti itu, akhirnya guru urung untuk menafaatkan media rekam video
berbasis pita kaset tadi, yang teknologinya seudah ketinggalan. Karena adanya
kesulitan transfer data mididivi ke file AVI/mpeg/mp4 yang memerlukan proses
capture dengan komputer yang tidak lagi tersedia di pasaran, menyebabkan guru
hanya melakukan perekaman menggunakan movable camera yang tersedia di HP,
yang kualitas videonya tentu lebih rendah dari kualitas rekaman visual hasil record
video dari camera video yang diharapkan semula.
Berdasarkan contoh masalah di atas, masalah pemanfaatan media dalam
pembelajaran selalu saja mencuat ke permukaan meskipun dalam kontek yang
berbeda. Kalau dulu (sebelum KTSP), mungkin medianya yang tidak tersedia secara
hardware, belakangan setelah adanya KTSP, justru guru kurang inisiatif untuk lebih
kreatif dalam menggunakannya media tersebut. Jadi menurut penulis, apapun
kurikulum yang diberlakukan di sekolah, masalah penggunaan media tetap saja
masalah inti yang mengemuka, yang tidak akan pernah terselesaikan dengan baik,
jika tidak diiringi dengan perencanaan yang tepat.
15. 163
3. Skill Effect; Penggunaan Media menurut Keterampilan Guru
Dari sekian banyak sumber materi pelajaran tentang seni dan budaya
yang bisa diapresiasi dan diekspresikan guru dan siswa di kelas, pada prinsipnya
meaningfull learning atau pembelajaran yang bermakna itu, bukan terletak pada
runtutnya olahan materi pada kegiatan belajar teori atau semaraknya musik, tari,
lakon, dan corak pada kegiatan belajar praktek. Makna belajar seni dan budaya
yang sebenar-benarnya justru terakomodir pada pencapaian kemampuan siswa
yang sanggup mengekstraksi kembali berbagai pengalaman estetis tentang nilai-
nilai seni dan budaya yang dapat ia ketahui, renungi, pahami, kembangkan, dan
untuk mereka aplikasikan dalam kehidupan yang nyata, baik sebagai insan pribadi
maupun sebagai warga masyarakat.
Menyadari sepenuhnya ruang lingkup yang begitu macroscopic dalam
pembelajaran seni dan budaya di KTSP, patut dimaklumi jika ada guru di sekolah
yang kurang paham sekaligus kurang percaya diri dalam menangani kegiatan
belajar mengajar seni di kelas. Alasan yang dikemukakan amat beragam, mulai dari
yang bersifat teknis berwujud keterampilan maupun non-teknis berwujud
pemahaman. Secara teknis, sebagian guru mengeluhkan sulitnya menemukan
sumber-sumber materi pelajaran selain cerita buku, yang bisa membantunya
menjelaskan isi pelajaran nun jauh di sana alias materi pelajaran yang berada
jauh dari lokasi siswa belajar.
Meskipun dengan setengah terpaksa atau dipaksa, akhirnya guru tetap
mencari dan menemukan sumber materi ajar, baik dengan atau tanpa perantara
oranglain, keterbatasan pengetahuan tentang indentifikasi dan operasionalisasi
media, misalnya dalam penggunaan peralatan audiovisual untuk tujuan presentasi
dan pengolahan materi pembelajaran, menyebabkan guru terperosok ke
lingkungan pembelajaran yang kerapkali melahirkan sikap gagu, membisu, dan
kurang interaktif. Meskipun tetap berusaha tampil percaya diri di depan siswanya,
tampilan guru yang terlihat khawatir dalam mengoperasionalkan media tetap
tidak bisa disembunyikan. Tingkah guru yang terkesan sok jago dalam meg-
handle media malahan mengundang perilaku siswa mulai dari decak tawa hingga
bisik-bisik, dan diam. Kondisi belajar yang terlihat latah dan sedikit norak ini, pada
akhirnya membawa guru pada situasi pembelajaran yang tidak confort (nyaman)
dengan media yang ia operasionalkan. Jika kondisi ini terus berulang dan berulang
terus, dapat dibayangkan jika muara persepsi guru akan menjustifikasi diri dengan
sikap pasif berujung masa bodo atau no-commernt dengan media. Alih-alih tidak
ingin merasa dipermalukan oleh kesulitan dan mengoperasikan media di depan
kelas, akhirnya guru kembali ke penggunaan metode pembelajaran cara lama
yang jelas tidak interaktif dan sulit berkembang.
16. 164
PENUTUP
Memperkarakan masalah persepsi guru terhadap penggunaan media
yang kerap kali bias atau menyimpang pada pembelajaran di kelas, tidak
sembuanya bersumber dari ketidakmampuan guru memanfaatkan media
pembelajaran sebagaimana yang dituntut oleh kurikulum. Ada faktor lain yang
berada di luar diri si-guru, yang telah memberikan efek pengaruh terhadap wujud
perilaku guru dalam memperlakukan media di kelas.
Pelajaran seni dan budaya menurut KTSP adalah pelajaran yang sarat
dengan penggunaan media pembelajaran, baik dalam arti hadware maupun
software-nya. Namun karean adanya efek penggunaan media yang baru,
penyerapan anggran, dan keterbatasan keterampilan guru, kerap menyebabkan
guru enggan menggunakan media, dan kembali kepada penggunaan metode
pembelajaran dengan cara-cara yang lama dan biasa ia lakukan di kelas.
DAFTAR RUJUKAN
Bell, A., Joyce, M., & Rivers, D. 1999. Advanced level media. London: Hodder &
Stoughton.
Budiningsih, Asri. 2005. Pengembangan Sumber Belajar. Makalah Seminar dan
Lokakarya Pembelajaran Inovatif dan Partisipatif, Direktorat Ketenagaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Hotel Millenium, Jakarta 4-6
Nopember 2007.
Danim, Sudarwan. 2008. Media Komunikasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta,
Indonesia.
Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara, Jakarta,
Indonesia.
Heinich R., Molenda M., and Russell J.D. 1982. Instructional Media, and The New
Technologies of Instruction. John Wiley & Sons, Inc, Canada, USA.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 160 Tahun 2014 tentang
Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1999. Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor
179342/MPK/KR/2014 tentang Penjelasan Pelaksanaan Kurikulum 2013.