1. Dokumen tersebut membahas prinsip inklusi-eksklusi dalam menghitung banyaknya obyek yang memenuhi beberapa sifat tertentu.
2. Bentuk umum prinsip inklusi-eksklusi ditulis sebagai rumus yang menghitung jumlah obyek tanpa sifat tertentu berdasarkan jumlah obyek dengan berbagai kombinasi sifat.
3. Beberapa contoh penerapan prinsip inklusi-eksklusi untuk
Dokumen ini membahas sistem persamaan diferensial (SPD) linier orde pertama, termasuk pengertian, bentuk umum, contoh, hubungannya dengan persamaan diferensial orde tinggi, dan cara menyelesaikan SPD homogen dan non-homogen. SPD dapat ditulis sebagai sistem persamaan yang saling terkait yang menggambarkan hubungan antar fungsi tak diketahui. Metode eliminasi dan substitusi digunakan untuk menyelesaikan SPD homogen berkoefisien
1. Dokumen tersebut membahas tentang struktur aljabar khususnya grup simetri dan grup siklik.
2. Grup simetri adalah grup dari semua permutasi dari himpunan unsur, sedangkan grup siklik adalah grup yang dibangkitkan oleh satu elemen yang disebut generator.
3. Dokumen tersebut juga menjelaskan definisi, contoh, dan teorema-teorema terkait grup simetri dan grup siklik.
Dokumen tersebut membahas tentang fungsi kompleks yang mencakup fungsi elementer seperti fungsi linear, bilinear, eksponen, dan trigonometri. Dokumen ini ditulis oleh Irena Adiba dari Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA Universitas Pendidikan Indonesia.
1. Dokumen membahas tentang kemungkinan solusi persamaan binomial dan multinomial dengan syarat-syarat tertentu.
2. Terdapat rumusan teorema dan contoh soal untuk menghitung jumlah kemungkinan solusi persamaan tersebut menggunakan kombinasi dan koefisien binomial.
3. Dibahas pula ekspansi persamaan binomial menggunakan koefisien binomial sesuai teorema binomial.
This document contains exercises and solutions related to monotone sequences, convergent subsequences, and the Bolzano-Weierstrass theorem from an introduction to real analysis course. It includes 4 problems examining properties of specific sequences, showing whether they are bounded/monotone and finding their limits, as well as examples of an unbounded sequence with a convergent subsequence and sequences that diverge. The solutions provide detailed proofs of the properties of each sequence using induction and algebraic manipulations.
This document contains solutions to exercises on intervals from a real analysis course. It addresses 8 problems involving properties of intervals, boundedness, and intersections of nested intervals. The solutions show that:
1) Two closed intervals are equal if and only if they have the same left and right endpoints.
2) A set is bounded if and only if it is contained within a closed, bounded interval.
3) The intersection of a nested sequence of closed intervals is equal to the intersection of their endpoints.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang teori bilangan dan konsep pembagian bilangan bulat;
(2) Terdapat definisi dan teorema-teorema yang menjelaskan relasi antara bilangan yang membagi bilangan lain;
(3) Beberapa contoh soal dan pembahasan juga disajikan untuk membuktikan teorema-teorema tersebut.
Fungsi kontinu seragam pasti kontinu biasa tetapi fungsi kontinu biasa tidak selalu kontinu seragam. Fungsi kontinu seragam memiliki sifat bahwa batas fungsi sama dengan nilai fungsi.
Teorema 3.5 membuktikan bahwa jika a membagi b dan b membagi a, maka a sama dengan b atau sama dengan -b. Teorema 3.6 membuktikan bahwa jika a membagi b dengan a dan b bilangan positif, maka a kurang dari atau sama dengan b. Teorema 3.7 membuktikan bahwa jika a membagi b dan b tidak sama dengan nol, maka mutlak a kurang dari atau sama dengan mutlak b. Teorema 3.
Mrv 4.1 fitriana & fatmala yunita ruang n- euclidisNunink Apriani
油
Dokumen tersebut membahas tentang ruang vektor dan operasi-operasi dasar yang terkait di dalamnya, seperti penjumlahan vektor, perkalian skalar, hasil kali dalam, norma Euclides, dan jarak Euclides antar vektor. Definisi, teorema, dan contoh soal juga diberikan untuk memperjelas pemahaman konsep-konsep tersebut.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang ruang vektor umum, ruang bagian, dan beberapa contohnya. Ruang vektor didefinisikan sebagai himpunan dengan operasi penjumlahan vektor dan perkalian skalar yang memenuhi 10 sifat tertentu. Ruang bagian adalah ruang vektor yang merupakan bagian dari ruang vektor lain dengan operasi yang sama.
Dokumen ini membahas operasi-operasi dasar pada matriks seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian bilangan real dengan matriks, perkalian matriks, determinan, minor, kofaktor, adjoint, dan invers matriks. Juga dibahas penyelesaian persamaan linier menggunakan matriks.
Dokumen tersebut membahas tentang matriks, relasi, dan fungsi. Secara singkat, dibahas definisi matriks dan jenis-jenis matriks seperti matriks persegi, diagonal, identitas, dan lainnya. Kemudian dibahas operasi-operasi pada matriks seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian matriks dengan skalar dan matriks, serta determinan matriks.
Dokumen tersebut membahas tentang fungsi kompleks yang mencakup fungsi elementer seperti fungsi linear, bilinear, eksponen, dan trigonometri. Dokumen ini ditulis oleh Irena Adiba dari Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA Universitas Pendidikan Indonesia.
1. Dokumen membahas tentang kemungkinan solusi persamaan binomial dan multinomial dengan syarat-syarat tertentu.
2. Terdapat rumusan teorema dan contoh soal untuk menghitung jumlah kemungkinan solusi persamaan tersebut menggunakan kombinasi dan koefisien binomial.
3. Dibahas pula ekspansi persamaan binomial menggunakan koefisien binomial sesuai teorema binomial.
This document contains exercises and solutions related to monotone sequences, convergent subsequences, and the Bolzano-Weierstrass theorem from an introduction to real analysis course. It includes 4 problems examining properties of specific sequences, showing whether they are bounded/monotone and finding their limits, as well as examples of an unbounded sequence with a convergent subsequence and sequences that diverge. The solutions provide detailed proofs of the properties of each sequence using induction and algebraic manipulations.
This document contains solutions to exercises on intervals from a real analysis course. It addresses 8 problems involving properties of intervals, boundedness, and intersections of nested intervals. The solutions show that:
1) Two closed intervals are equal if and only if they have the same left and right endpoints.
2) A set is bounded if and only if it is contained within a closed, bounded interval.
3) The intersection of a nested sequence of closed intervals is equal to the intersection of their endpoints.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang teori bilangan dan konsep pembagian bilangan bulat;
(2) Terdapat definisi dan teorema-teorema yang menjelaskan relasi antara bilangan yang membagi bilangan lain;
(3) Beberapa contoh soal dan pembahasan juga disajikan untuk membuktikan teorema-teorema tersebut.
Fungsi kontinu seragam pasti kontinu biasa tetapi fungsi kontinu biasa tidak selalu kontinu seragam. Fungsi kontinu seragam memiliki sifat bahwa batas fungsi sama dengan nilai fungsi.
Teorema 3.5 membuktikan bahwa jika a membagi b dan b membagi a, maka a sama dengan b atau sama dengan -b. Teorema 3.6 membuktikan bahwa jika a membagi b dengan a dan b bilangan positif, maka a kurang dari atau sama dengan b. Teorema 3.7 membuktikan bahwa jika a membagi b dan b tidak sama dengan nol, maka mutlak a kurang dari atau sama dengan mutlak b. Teorema 3.
Mrv 4.1 fitriana & fatmala yunita ruang n- euclidisNunink Apriani
油
Dokumen tersebut membahas tentang ruang vektor dan operasi-operasi dasar yang terkait di dalamnya, seperti penjumlahan vektor, perkalian skalar, hasil kali dalam, norma Euclides, dan jarak Euclides antar vektor. Definisi, teorema, dan contoh soal juga diberikan untuk memperjelas pemahaman konsep-konsep tersebut.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang ruang vektor umum, ruang bagian, dan beberapa contohnya. Ruang vektor didefinisikan sebagai himpunan dengan operasi penjumlahan vektor dan perkalian skalar yang memenuhi 10 sifat tertentu. Ruang bagian adalah ruang vektor yang merupakan bagian dari ruang vektor lain dengan operasi yang sama.
Dokumen ini membahas operasi-operasi dasar pada matriks seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian bilangan real dengan matriks, perkalian matriks, determinan, minor, kofaktor, adjoint, dan invers matriks. Juga dibahas penyelesaian persamaan linier menggunakan matriks.
Dokumen tersebut membahas tentang matriks, relasi, dan fungsi. Secara singkat, dibahas definisi matriks dan jenis-jenis matriks seperti matriks persegi, diagonal, identitas, dan lainnya. Kemudian dibahas operasi-operasi pada matriks seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian matriks dengan skalar dan matriks, serta determinan matriks.
Matriks adalah susunan elemen-elemen dalam bentuk baris dan kolom. Terdapat beberapa jenis matriks seperti matriks diagonal, matriks identitas, matriks segitiga atas/bawah, matriks transpose, matriks simetris, dan matriks nol-satu. Dua buah matriks dapat dijumlahkan dan dikalikan jika ukurannya sama, dengan memperhatikan sifat-sifat operasi matriks. Matriks juga dapat d
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar matriks, termasuk pengertian, notasi, ordo, jenis-jenis, dan operasi-operasi matriks seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dengan skalar dan antar matriks, serta determinan dan invers matriks persegi ordo 2x2.
Determinan matriks dapat diperoleh dengan mendekomposisikan matriks menjadi matriks segitiga bawah dan atas. Metode Doolittle adalah salah satu cara untuk melakukan dekomposisi tersebut dengan elemen diagonal matriks atas bernilai 1. Determinan diperoleh dari perkalian elemen diagonal matriks hasil dekomposisi. Makalah ini membahas cara menentukan determinan matriks dengan menggunakan metode Doolittle.
Teks tersebut membahas tentang matriks dan determinan. Matriks didefinisikan sebagai susunan bilangan berbentuk persegi yang terdiri atas baris dan kolom, sedangkan determinan adalah nilai karakteristik suatu matriks bujur sangkar. Determinan diperlukan untuk menentukan apakah suatu matriks singular atau tidak.
Dokumen tersebut membahas tentang materi pelajaran matriks di SMA, mulai dari pengertian matriks, jenis-jenis matriks, operasi-operasi pada matriks seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian skalar dan matriks, transpose matriks, determinan matriks ordo 2x2 dan 3x3, sifat-sifat determinan, konsep invers matriks, dan penyelesaian persamaan linear menggunakan invers matriks.
1. Dokumen tersebut membahas tentang matriks dan determinan.
2. Matriks adalah susunan bilangan berbentuk persegi yang terdiri atas baris dan kolom.
3. Determinan merupakan nilai karakteristik untuk setiap matriks bujur sangkar.
Dokumen tersebut membahas tentang matriks dan determinan. Matriks adalah susunan bilangan berbentuk persegi yang terdiri atas baris dan kolom, sedangkan determinan adalah nilai karakteristik untuk setiap matriks bujur sangkar. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa operasi pada matriks seperti penjumlahan, perkalian, dan transposisi serta beberapa jenis matriks khusus seperti matriks diagonal dan matriks satuan.
Dokumen tersebut membahas tentang materi matriks pada kelas XI SMA, meliputi pengertian matriks, notasi matriks, jenis matriks, operasi-operasi dasar pada matriks seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian skalar dan perkalian matriks, serta transformasi titik dan garis menggunakan matriks.
Aljabar linear mempelajari sistem persamaan linear, vektor, dan transformasi linear. Metode penting dalam aljabar linear antara lain penyelesaian persamaan linear menggunakan matriks, operasi matriks seperti penjumlahan dan perkalian matriks, konsep balikan matriks, dan konsep vektor dalam ruang Euklide.
1. Dokumen tersebut membahas tentang determinan matriks dan eigenvektor, termasuk definisi, rumus, dan contoh perhitungan determinan matriks berukuran 1x1, 2x2, dan 3x3 serta sifat-sifatnya.
2. Dibahas pula definisi minor, kofaktor, ekspansi Laplace, teorema-teorema yang berkaitan dengan operasi baris elementer terhadap determinan matriks.
3. Contoh perhitungan determinan matriks disertai pen
Determinan hasil dekomposisi dengan cara crout pada matriks bujur sangkarBAIDILAH Baidilah
油
Tesis ini membahas tentang determinan matriks hasil dekomposisi dengan metode Crout pada matriks bujur sangkar. Metode ini merupakan cara yang mudah untuk menentukan nilai determinan suatu matriks karena dapat mengurai matriks menjadi dua matriks segitiga atas dan bawah. Penentuan nilai determinan didapat dari hasil kali elemen diagonal matriks hasil dekomposisi.
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan IndonesiaDadang Solihin
油
Tujuan penyusunan naskah masukan untuk peta jalan strategis keangkasaan Indonesia ini adalah untuk meningkatkan kedaulatan dan pemanfaatan wilayah angkasa Indonesia dalam rangka memperkuat Ketahanan Nasional dan Visi Indonesia Emas 2045.
MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025BangZiel
油
Materi ini membahas hukum bacaan Mad (panjang) dalam ilmu tajwid, yang terjadi ketika ada huruf mad (悋, , ) dalam bacaan Al-Qur'an. Pembahasan mencakup jenis-jenis mad, hukum bacaan, serta panjangnya dalam harakat.
Info PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training "Teknik Perhitungan dan Verifikasi T...Kanaidi ken
油
bagi Para Karyawan *PT. Tri Hasta Karya (Cilacap)* yang diselenbggarakan di *Hotel H! Senen - Jakarta*, 24-25 Februari 2025.
-----------
Narasumber/ Pemateri Training: Kanaidi, SE., M.Si., cSAP., CBCM
HP/Wa Kanaidi: 0812 2353 284,
e-mail : kanaidi63@gmail.com
----------------------------------------
Restrukturisasi dan Redistribusi Ekonomi melalui Danantara: Pesimis atau Opti...Dadang Solihin
油
Dari perspektif optimis, Danantara dapat menjadi pilar utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Dengan manajemen profesional dan tata kelola yang transparan, lembaga ini berpotensi mengoptimalkan pemanfaatan aset negara secara lebih produktif.
Energy Efficiency & Sustainable Maintenance _Training *Proactive BUILDING MAI...Kanaidi ken
油
Menentukan generalized invers Mariks 3 x 3
1. 1
MENENTUKAN GENERALIZED INVERSE PADA MATRIKS
DENGAN MENGGUNAKAN ATURAN PENDIAGONALAN MATRIKS
Feralia Goretti Situmorang
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
feraliagoretti@yahoo.com
Abstrak
Suatu matriks mempunyai invers apabila matriks tersebut non-singular dan
bujur sangkar. Namun, apabila matriks tersebut singular atau tidak bujur sangkar,
inversnya masih dapat ditentukan dengan generalized inverse. Pada makalah ini
akan dibahas bagaimana menentukan generalized inverse pada matriks 3 3
dengan menggunakan aturan pendiagonalan matriks. Matriks akan mempunyai
generalized inverse apabila dalam proses pengerjaan tidak dibutuhkan invers dari
suatu elemen atas yang tidak mempunyai invers terhadap perkalian. Adapun
generalized inverse yang diperoleh adalah tidak tunggal.
Kata kunci: Bilangan Bulat, Matriks, Generalized Inverse
1. PENDAHULUAN
Matriks merupakan salah satu materi pada aljabar, permasalahan pada
matriks tidak terlalu asing bagi mahasiswa karena matriks sudah dipelajari pada
saat di bangku sekolah menengah. Pada aplikasi matematika perhitungan matriks
merupakan suaatu topik yang penting dan dapat digunakan dalam memecahkan
berbagai persoalan, contohnya menyelesaikan sistem permasalahan linier,
persamaan diferensial, numerik dan lain sebagainya.
Pada perhitungan matriks terdapat beberapa operasi matriks, antara lain
penjumlahan matriks, perkalian matriks, determinan dari matriks dan menentukan
invers dari matriks. Suatu matriks mempunyai invers apabila matriks itu
merupakan matriks bujur sangkar dan non singular. Dengan kata lain bahwa
hanya matriks bujur sangkar dan non singular yang memiliki invers.
Berdasarkan jurnal yang berjudul A Generalized Inverse for Matrices
karangan R. Penrose (1954) bahwasanya bukan hanya matriks bujur sangkar yang
mempunyai invers, tetapi matriks yang tidak bujur sangkar atau singular juga
mempunyai invers yang disebut generalized inverse.
2. 2
Generalized inverse telah banyak dibahas dan diteliti diantaranya, Jeff Gill
and King dalam jurnal yang berjudul What is the Generalized Inverse of a
Matrix? yang telah membahas mengenai menentukan generalized inverse pada
matriks. Selanjutnya, I.A Adetunde, dkk (2010) pada jurnal yang berjudul On
The Generalized Inverse of a Matrix yang membahas tentang menentukan
generalized inverse pada matriks singular dan matriks bujur sangkar serta
penerapannya pada sistem persamaan linear. Selanjutnya penelitian yang sudah
dilakukan oleh Desi Murnita (2012), yakni tentang Penyelesaian Invers Matriks
Menggunakan Metode Generalized Inverse, yang membahas bagaimana
menentukan generalized inverse dari matriks yang tidak bujur sangkar berukuran
dan matriks bujur sangkar yang berukuran yang singular.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik menulis makalah dengan judul
Menentukan Generalized Inverse pada Matriks 3 3 dengan Menggunakan
Aturan Pendiagonalan Matriks. Pada Makalah ini akan bermanfaat untuk
mengetahui tentang Generalized Inverse pada Matriks.
Berdasarkan uraian diatas makalah ini memiliki tujuan yang mana
pembaca dapat menentukan Generalized Inverse pada Matriks dengan
Menggunakan Aturan Pendiagonalan Matriks.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Matriks
Matriks mempunyai peranan yang penting di dalam matematika.
Pentingnya peranan matriks ini dapat dilihat begitu banyaknya penggunaan
matriks pada berbagai bidang antara lain aljabar, statistika, numerik, persamaan
differensial dan lain-lain. Adapun defenisi dari suatu matriks dijelaskan sebagai
berikut :
Definisi 2.1.1 Sebuah matriks adalah susunan segiempat siku-siku dari
bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan tersebut dinamakan entri dalam matriks.
Ukuran dari matriks dinyatakan dalam bentuk jumlah baris (horizontal) dan
jumlah kolom (vertikal) yang memuatnya. (Anton, 2000)
3. 3
Bentuk umum suatu matriks adalah sebagai berikut :
= [
11 12
21 22
1 2
1
2
]
Matriks di atas mempunyai ukuran m baris dan n kolom dan dinotasikan dengan
. Secara singkat sebuah matriks A dapat dinotasikan sebagai berikut:
= []
atau = []
.
Definisi 2.1.2 Suatu matriks yang banyaknya dan kolomnya sama ( m =
n ), yang dinotasikan dengan Ann , disebut matriks bujur sangkar. (Anton, 2000)
=
[
11 12 1
21
1
22
2
2
]
Definisi 2.1.3 Leon (2001)Misalkan dengan semua entri pada
diagonalnya adalah satu dan nol, selainnya disebut matriks identitas ,
dinotasikan dengan:
= [
1 0
0 1
0 0
0
0
1
]
dengan kata lain, = () dimana = 1 untuk = dan = 0 untuk .
Definisi 2.1.4 Anton (2000) Matriks segitiga atas adalah matriks bujur
sangkar yang semua entri dibawah diagonal utamanya adalah nol atau = 0
untuk suatu > .
[
11 12
0 22
0 0
0 0 0
1
2
].
Matriks segitiga bawah adalah matriks bujur sangkar yang semua entri di
atas diagonal utamanya adalah nol atau aij = 0 untuk suatu i < j.
[
11 0 0
21 22 0
1 2
0
0
0
]
Definisi 2.1.5 Suatu matriks bujur sangkar disebut singular apabila
det () = 0. Jika det () 0 maka A disebut nonsingular. Matriks yang singular
4. 4
tidak mempunyai invers. Sedangkan matriks nonsingular mempunyai invers.
(Suryadi HS, 1991)
2.2 Invers Matriks
Definisi Jika adalah sebuah matriks bujur sangkar, dan jika sebuah
matriks yang berukuran sama bisa didapatkan sedemikian sehingga 基 = 巨=I ,
maka disebut bisa dibalik dan disebut invers dari . (Anton, 2000)
2.3 Sifat-sifat Invers
Definisi 2.3.1 Jika A adalah matriks bujur sangkar, dan jika diperoleh
matriks 癌1
sehingga 基癌1
= 癌1
= , maka dikatakan dapat dibalik
( invertible ) dan 癌1
disebut invers dari . (Anton, 2000)
Definisi 2.3.2 Jika adalah matriks bujur sangkar, maka definisi dari
pangkat bilangan bulat tak negatif dari A adalah 0
= dan
= 癌 ( >
0), Selanjutnya, jika A dapat dibalik maka definisi dari pangkat bilangan bulat
negatif dari A adalah 1
= ( 1)
= 癌1
癌1
癌1
癌1
癌1
. (Anton, 2000)
2.4 Determinan
Definisi 2.4.1 Misalkan adalah matriks kuadrat. Fungsi determinan
dinyatakan oleh det () sebagai jumlah semua hasil kali elementer bertanda dari
.
3. PEMBAHASAN
3.1 Generarlized Inverse
Selama ini yang diketahui matriks yang memiliki invers adalah matriks
bujur sangkar dan non singular. Akan tetapi bila diberikan permasalahan untuk
matriks yang tidak bujur sangkar atau singular, maka kita dapat menentukan
invers dari matriks tersebut yang dinamakan generalized inverse.
Definisi 2.5 Otero (1998): Jika adalah matriks berukuran , maka
G adalah generalized inverse dari A dengan ukuran matriks apabila
berlaku 基咋 = . Adapun matriks G ini tidak tunggal.
Ada dua cara yang digunakan untuk menemukan generalized inverse dari
sebuah matriks yaitu :
5. 5
1. Aturan algoritma.
2. Aturan pendiagonalan matriks.
3.2 Aturan Pendiagonalan Matriks Suryana (1971) :
1. Diketahui matriks sembarang A yang berukuran n x n.
2. Akan dicari matriks P dan matriks Q. Matriks P dicari dengan
menggunakan operasi elementer baris, sedangkan matriks Q dicari
dengan menggunakan operasi elementer kolom.
3. Setelah didapatkan matriks P dan matriks Q, akan ditentukan matriks
yaitu = P A Q.
4. Kemudian akan dicari invers dari matriks .
5. Selanjutnya akan ditentukan matriks G yaitu G = Q
P. G
adalah generalized inverse dari matriks A.
3.3 Menentukan Generalized Inverse pada Matriks Menggunakan
Aturan Pendiagonalan Matriks
Contoh : Akan ditentukan generalized inverse dari matriks A dengan ordo
3 x 3 dengan menggunakan aturan pendiagonalan matriks, yaitu :
= [
4 1 2
1 1 5
3 1 3
]
Penyelesaian :
Sebelum masuk kedalam langkah langkah menentukan generalized
inverse, maka dilihat dulu bahwa matriks A memiliki determinan 0 atau tidak, jika
tidak nol maka bisa dilakukan pencarian dengan invers biasa namun jika sama
dengan nol maka dicari dengan aturan pendiagonalan. Mencari determinan
dengan metode sarrus :
Det A = (12+15+2) (3+20+6)
= 0
Selanjutnya mencari generalized inverse dengan menggunakan aturan
pendiagonalan matriks adalah sebagai berikut :
1. Diketahui matriks A ordo 3 x 3. Akan di cari matriks P dan matriks
Q dengan melakukan operasi baris elementer dan operasi kolom
elementer. Untuk matriks P dicari dengan operasi elementer baris:
10. 10
G2 = [
1 1 1
6 6 5
1 1 1
] [
1 0 0
0
1
2
0
0 0 0
] [
1 1/2 3/2
0 1 0
0 3 1
]
= [
0 0 0
0 3/2 5/2
0 1/2 1/2
]
Sehingga G2 adalah generalized inverse dari matriks A yaitu:
G2 = [
0 0 0
0 3/2 5/2
0 1/2 1/2
]
Untuk membuktikan G2 adalah generalized inverse dari matriks A
apabila berlaku 基2 = A
基2 = [
4 1 2
1 1 5
3 1 3
] [
0 0 0
0 3/2 5/2
0 1/2 1/2
] = [
0 1/2 3/2
0 1 0
0 0 0
]
基2 = [
0 1/2 3/2
0 1 0
0 0 0
] [
4 1 2
1 1 5
3 1 3
] = [
4 1 2
1 1 5
3 1 3
]
Jadi terbukti bahwa G2 adalah generalized inverse dari matriks A.
Karena matriks G tidak tunggal maka untuk mencari G3 dapat
dilakukan dengan langkah langkah yang sama.
4. KESIMPULAN
1. Generalized inverse dari sebuah matriks A adalah sebarang matriks G
yang memenuhi persamaan AGA = A.
2. Menentukan generalized inverse dari suatu matriks A dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu :
a. Aturan Pendiagonalan Matriks
b. Aturan Algoritma
3. Generalized inverse dari sebuah matriks bersifat tidak tunggal
11. 11
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Ben-Israel, N.E. Greville, Thomas. 1973. Generalized Inverse Theory and
Application. Second Edition, Canadian Mathematical Society Societe
mathematique du canada.
Anton, Howard dan Rorres, Chriss. 2004. Aljabar Linear Elementer Versi
Aplikasi Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.
Anton, Howard. 2000. Dasar-dasar Aljabar Linier, Jilid 1. Interaksara. Batam
Center.
Murnita, Desi. 2012. Penyelesaian Invers Matriks Menggunakan Metode
Generalized Inverse. Skripsi. UIN SUSKA RIAU. Pekanbaru.
Otero,J. 1998. Generalized Inverse matrices and the Gauss-Markov Theorema,
Seccion Departamental de Astronomia y Geodesia Universidad
Complutense de Madrid. Publicacion num 192.
Munir, Rinaldi. 2005. Matematika Diskrit. Edisi ketiga. Informatika Bandung.
Bandung.
Suryana. Generalized Inverses Matrices. Disarikan dari Linear Models oleh
Searle. S. R, John Wiley & Sons 1971. Inc: New York 1-7.
12. 12
LAMPIRAN PERTANYAAN
1. PERTANYAAN NOVI SURYANI
Apakah generalized invers lebih mudah dari metode sebelumnya?
JAWABAN:
Sebenarnya Generalized invers hanya untuk mencari invers dari matriks
singgular (determinannya sama dengan nol) dan matriks m n, karena pada
matriks tersebut jika dicari dengan metode biasa tidak memiliki invers maka
digunakan aturan pendiagonalan dan aturan algorima untuk mencari inversnya,
nah inversnya itu dinamakan Generalized invers (dijawab waktu persentasi)
2. PERTANYAAN ROGAYAH
Generalized invers untuk matriks bukan bujur sangkar sedangkan di
contohnya yang diberikan matriks n n, apakah untuk pendiagonalan
matriks ini hanya untuk matriks n n?
JAWABAN:
Iya di pendiagonalan hanya matriks n n, tetapi matriks n n yang
determinannya sama dengan nol (singgular) untuk yang m n,
menggunakan aturan algoritma, seperti berikut :
( dijawab waktu persentasi)
13. 13
3. PERTANYAAN DR.ELY SUSANTI, S.PD., M.PD.
1. Apa itu Generalized invers?
JAWAB : Generalized invers adalah invers dari matriks singgular
(determinannya sama dengan nol) dan matriks m n (dijawab waktu
persentasi)
2. Saran, coba dibuktikan terlebih dahulu jika mariks tersebut adalah
singgular
JAWAB : Sudah diperbaiki di penyelesaiannya
3. Apakah Generalized invers itu sama dengan A-1?
JAWAB : Iya sama, karena jika matriks A A1
A = A, begitu juga
A G A = A, sehingga dapat disimpulkan G = A1
(dijawab waktu
persentasi)