際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
KETIDAKPASTIAN
Tujuan
 Mahasiswa mampu memahami dan
mengaplikasikan beberapa metode
dalam mengatasi ketidakpastian.
Pokok Bahasan
 Penalaran Non Monoton
 Probabilitas & Theorema Bayes
 Faktor Kepastian (Certainty Factor)
 Teori Dempster Shafer
 Logika Fuzzy
Penalaran Non Monoton
 Ingat kembali penalaran induktif:
 Contoh:
Premis-1 : Ikan mujair bernafas dengan insang.
Premis-2 : Ikan mas koki bernafas dengan insang.
Premis-3 : Ikan bawal bernafas dengan insang.
Konklusi : Ikan adalah hewan yang bernafas dengan insang.
 Munculnya premis baru bisa mengakibatkan gugurnya konklusi
yang sudah diperoleh.
 Misal ada premis baru
Premis-4 : Ikan paus bernafas dengan paru-paru.
 Premis tersebut, menyebabkan konklusi: Ikan adalah hewan
yang bernafas dengan insang, menjadi kurang tepat.
 Apabila kita menggunakan penalaran induktif, sangat
dimungkinkan adanya ketidakpastian.
 Suatu penalaran dimana adanya penambahan fakta
baru mengakibatkan ketidakkonsistenan disebut
dengan Penalaran Non Monotonis.
 Ciri-ciri dari Penalaran Non Monotonis adalah:
 Mengandung ketidakpastian;
 Adanya perubahan pada pengetahuan.
 Adanya penambahan fakta baru dapat mengubah konklusi
yang sudah terbentuk.
 Misalkan S adalah konklusi dari D, bisa jadi S tidak
dibutuhkan sebagai konklusi D + fakta-fakta baru.
 Sedangkan Penalaran Monotonis memiliki ciri-ciri:
 Konsisten;
 Pengetahuannya lengkap.
 Untuk mengatasi ketidakpastian pada penalaran
non monotonis, maka digunakan penalaran statistik.
Probabilitas & Theorema Bayes
 Bentuk Th. Bayes:
dengan:
p(Hi|E) = probabilitas hipotesis Hi benar jika diberikan evidence E.
p(E|Hi) = probabilitas munculnya evidence E, jika diketahui
hipotesis Hi benar.
p(Hi) = probabilitas hipotesis Hi (menurut hasil sebelumnya)
tanpa memandang evidence apapun.
n = jumlah hipotesis yang mungkin.



n
1
k
k
k
i
i
i
)
H
(
p
*
)
H
|
E
(
p
)
H
(
p
*
)
H
|
E
(
p
)
E
|
H
(
p
Contoh 
Si Ani mengalami gejala ada bintik-bintik di wajahnya.
Dokter menduga bahwa Si Ani terkena:
 Cacar, dengan:
 Probabilitas munculnya bintik-bintik di wajah, jika Si Ani terkena
cacar; p(Bintik2|Cacar) = 0,8.
 Probabilitas Si Ani terkena cacar tanpa memandang gejala
apapun; p(Cacar) = 0,4.
 Alergi, dengan
 Probabilitas munculnya bintik-bintik di wajah, jika Si Ani alergi;
p(Bintik2|Alergi) = 0,3.
 Probabilitas Si Ani terkena alergi tanpa memandang gejala
apapun; p(Alergi) = 0,7.
 Jerawat, dengan
 Probabilitas munculnya bintik-bintik di wajah, jika Si Ani
jerawatan; p(Bintik2|Jerawatan) = 0,9.
 Probabilitas Si Ani jerawatan tanpa memandang gejala apapun;
p(Jerawatan) = 0,5.
 Maka:
 Probabilitas Si Ani terkena cacar karena ada bintik-bintik di
wajahnya adalah:
 Probabilitas Si Ani terkena alergi karena ada bintik-bintik di
wajahnya adalah:
)
Jerawat
(
p
*
)
Jerawat
|
2
ik
int
B
(
p
)
Alergi
(
p
*
)
Alergi
|
2
ik
int
B
(
p
)
Cacar
(
p
*
)
Cacar
|
2
ik
int
B
(
p
)
Cacar
(
p
*
)
Cacar
|
2
ik
int
B
(
p
)
2
ik
int
B
|
Cacar
(
p



327
,
0
98
,
0
32
,
0
)
5
,
0
(
P
*
)
9
,
0
(
)
7
,
0
(
*
)
3
,
0
(
)
4
,
0
(
*
)
8
,
0
(
)
4
,
0
(
*
)
8
,
0
(
)
2
ik
int
B
|
Cacar
(
p 




)
Jerawat
(
p
*
)
Jerawat
|
2
ik
int
B
(
p
)
Alergi
(
p
*
)
Alergi
|
2
ik
int
B
(
p
)
Cacar
(
p
*
)
Cacar
|
2
ik
int
B
(
p
)
Alergi
(
p
*
)
Alergi
|
2
ik
int
B
(
p
)
2
ik
int
B
|
Alergi
(
p



214
,
0
98
,
0
21
,
0
)
5
,
0
(
P
*
)
9
,
0
(
)
7
,
0
(
*
)
3
,
0
(
)
4
,
0
(
*
)
8
,
0
(
)
7
,
0
(
*
)
3
,
0
(
)
2
ik
int
B
|
Alergi
(
p
 Probabilitas Si Ani jerawatan karena ada bintik-bintik di wajahnya
adalah:
)
Jerawat
(
p
*
)
Jerawat
|
2
ik
int
B
(
p
)
Alergi
(
p
*
)
Alergi
|
2
ik
int
B
(
p
)
Cacar
(
p
*
)
Cacar
|
2
ik
int
B
(
p
)
Jerawat
(
p
*
)
Jerawat
|
2
ik
int
B
(
p
)
2
ik
int
B
|
Jerawat
(
p



459
,
0
98
,
0
45
,
0
)
5
,
0
(
P
*
)
9
,
0
(
)
7
,
0
(
*
)
3
,
0
(
)
4
,
0
(
*
)
8
,
0
(
)
5
,
0
(
*
)
9
,
0
(
)
2
ik
int
B
|
Alergi
(
p
 Jika setelah dilakukan pengujian terhadap hipotesis, muncul satu
atau lebih evidence atau observasi baru, maka:
e = evidence lama.
E = evidence atau observasi baru.
p(H|E,e) = probabilitas hipotesis H benar jika muncul
evidence baru E dari evidence lama e.
p(H|E) = probabilitas hipotesis H benar jika diberikan
evidence E.
p(e|E,H) = kaitan antara e dan E jika hipotesis H benar.
p(e|E) = kaitan antara e dan E tanpa memandang
hipotesis apapun.
)
E
|
e
(
p
)
H
,
E
|
e
(
p
*
)
E
|
H
(
p
)
e
,
E
|
H
(
p
 Bintik-bintik di wajah merupakan gejala bahwa seseorang
terkena cacar.
 Observasi baru menunjukkan bahwa selain adanya bintik-bintik
di wajah, panas badan juga merupakan gejala orang terkena
cacar.
 Antara munculnya bintik-bintik di wajah dan panas badan juga
memiliki keterkaitan satu sama lain.
Bintik2 Panas
Cacar
Contoh 
 Si Ani mengalami gejala ada bintik-bintik di wajahnya.
 Dokter menduga bahwa Si Ani terkena cacar dengan
probabilitas terkena cacar apabila ada bintik-bintik di wajah,
p(Cacar|Bintik2), adalah 0,8.
 Ada observasi bahwa orang yang terkena cacar pasti mengalami
panas badan.
 Jika diketahui bahwa:
 probabilitas orang terkena cacar apabila panas badan,
p(Cacar|Panas), adalah 0,5;
 keterkaitan antara adanya bintik-bintik di wajah dan panas badan
apabila seseorang terkena cacar, p(Bintik2|Panas,Cacar),
adalah 0,4;
 keterkaitan antara adanya bintik-bintik di wajah dan panas
badan, p(Bintik2|Panas), adalah 0.6,
 maka
Panas)
|
p(Bintik2
Cacar)
Panas,
|
p(Bintik2
*
Panas)
|
p(Cacar
Bintik2)
Panas,
|
p(Cacar 
33
,
0
0,6
0,4
*
0,5
Bintik2)
Panas,
|
p(Cacar
Jaringan Bayes
 Pengembangan lebih jauh dari Teorema Bayes adalah dibentuknya
Jaringan Bayes.
 Gambar:
a. Munculnya pengangguran disebabkan oleh banyaknya PHK.
b. Munculnya pengangguran dapat digunakan sebagai evidence untuk
membuktikan bahwa sekarang banyak gelandangan.
c. Probabilitas terjadinya PHK jika terjadi krismon, dan probabilitas munculnya
gelandangan jika terjadi krismon.
PHK
Pengang-
guran
(a)
PHK Gelanda-
ngan
Pengang-
guran
(b)
PHK Gelanda-
ngan
Pengang-
guran
Krismon
(c)
Atribut Prob Keterangan
p(Pengangguran|PHK,Gelandangan) 0,95 Keterkaitan antara pengangguran & PHK, jika
muncul gelandangan.
p(Pengangguran|PHK,Gelandangan) 0,20 Keterkaitan antara pengangguran & PHK, jika
tidak ada gelandangan.
p(Pengangguran|PHK,Gelandangan) 0,75 Keterkaitan antara pengangguran & tidak ada
yang diPHK, jika muncul gelandangan.
p(Pengangguran|PHK,
Gelandangan)
0,40 Keterkaitan antara pengangguran & tidak ada
yang diPHK, jika tidak ada gelandangan.
p(PHK|Krismon) 0,50 Probabilitas orang diPHK jika terjadi krismon.
p(PHK|Krismon) 0,10 Probabilitas orang diPHK jika tidak terjadi
krismon.
p(Pengangguran|Krismon) 0,90 Probabilitas muncul pengangguran jika terjadi
krismon.
p(Pengangguran|Krismon) 0,30 Probabilitas muncul pengangguran jika tidak
terjadi krismon.
P(Krismon) 0,80
Faktor Kepastian (Certainty Factor)
 Certainty Factor (CF) menunjukkan ukuran
kepastian terhadap suatu fakta atau aturan.
 Notasi Faktor Kepastian:
CF[h,e] = MB[h,e]  MD[h,e]
dengan:
CF[h,e] = faktor kepastian
MB[h,e] = ukuran kepercayaan terhadap hipotesis h,
jika diberikan evidence e (antara 0 dan 1).
MD[h,e] = ukuran ketidakpercayaan terhadap hipotesis h,
jika diberikan evidence e (antara 0 dan 1).
 Ada 3 hal yang mungkin terjadi:
h
(a) (b) (c)
e1
e2
h1 h2
A
B
C
 Beberapa evidence dikombinasikan untuk menentu-
kan CF dari suatu hipotesis (a).
 Jika e1 dan e2 adalah observasi, maka:









lainnya
])
e
,
h
[
MB
1
].(
e
,
h
[
MB
]
e
,
h
[
MB
1
]
e
e
,
h
[
MB
0
]
e
e
,
h
[
MB
1
2
1
2
1
2
1









lainnya
])
e
,
h
[
MD
1
].(
e
,
h
[
MD
]
e
,
h
[
MD
1
]
e
e
,
h
[
MD
0
]
e
e
,
h
[
MD
1
2
1
2
1
2
1
Contoh 
 Si Ani menderita bintik-bintik di wajahnya. Dokter memperkirakan
Si Ani terkena cacar dengan kepercayaan, MB[Cacar,Bintik2] =
0,80 dan MD[Cacar,Bintik2] = 0,01.
 Maka:
CF[Cacar,Bintik2] = 0,80  0,01 = 0,79.
 Jika ada observasi baru bahwa Si Ani juga panas badan dengan
kepercayaan, MB[Cacar,Panas]=0,7 dan MD[Cacar,Panas]=0,08;
 Maka:
 MB[Cacar,Bintik2  Panas] = 0,8 + 0,7 * (1-0,8) = 0,94
 MD[Cacar,Bintik2  Panas] = 0,01 + 0,08 * (1-0,01) = 0,0892
 CF[Cacar,Bintik2  Panas] = 0,94  0,0892 = 0,8508
 Semula faktor kepercayaan bahwa Si Ani terkena
cacar kalau dilihat dari gejala munculnya bintik-bintik
di wajah adalah 0,79.
 Setelah muncul gejala baru yaitu panas badan,
maka faktor kepercayaan Si Ani terkena cacar
menjadi berubah (lebih besar) yaitu 0,8508.
Contoh ..
 Pada pertengahan tahun 2002, ada indikasi bahwa
turunnya devisa Indonesia disebabkan oleh
permasalahan TKI di Malaysia. Apabila diketahui:
MB[DevisaTurun,TKI] = 0,8 dan
MD[DevisaTurun,TKI] = 0,3; maka carilah berapa
CF[DevisaTurun,TKI]?
CF[DevisaTurun,TKI] = MB[DevisaTurun,TKI]-
MD[DevisaTurun,TKI] = 0,8  0,3 = 0,5.
 Ternyata pada akhir September 2002, kemarau
yang berkepanjangan mengakibatkan gagal panen
yang cukup serius, hal ini ternyata juga berdampak
pada turunnya ekspor Indonesia. Apabila diketahui:
MB[DevisaTurun,EksporTurun] = 0,75 dan
MD[DevisaTurun,EksporTurun] = 0,1; maka carilah
berapa CF[DevisaTurun,EksporTurun] dan berapa
CF[DevisaTurun,TKI  EksporTurun]?
 CF[DevisaTurun,EksporTurun] =
= MB[DevisaTurun,EksporTurun] 
MD[DevisaTurun,EksporTurun]
= 0,75  0,1
= 0,65.
 MB[DevisaTurun,TKI  EksporTurun]
= MB[DevisaTurun,TKI] +
MB[DevisaTurun,EksporTurun]*(1-MB[DevisaTurun,TKI])
= 0,8 + 0,75 * (1-0,8)
= 0,95
 MD[DevisaTurun,TKI  EksporTurun]
= MD[DevisaTurun,TKI] +
MD[DevisaTurun,EksporTurun]*(1-MD[DevisaTurun,TKI])
= 0,3 + 0,1 * (1-0,3)
= 0,37
 CF[DevisaTurun,TKI  EksporTurun]
= MB[DevisaTurun,TKI  EksporTurun]-
MD[DevisaTurun,TKI  EksporTurun]
= 0,95  0,37
= 0,58
 Isu terorisme di Indonesia pasca peristiwa Bom Bali
pada tanggal 12 Oktober 2002 ternyata juga ikut
mempengaruhi turunnya devisa Indonesia sebagai
akibat berkurangnya wisatawan asing. Apabila
diketahui: MB[DevisaTurun,BomBali] = 0,5 dan
MD[DevisaTurun,BomBali] = 0,3; maka carilah
berapa CF[DevisaTurun,BomBali] dan berapa
CF[DevisaTurun,TKI  EksporTurun  BomBali]?
 CF[DevisaTurun,BobBali] =
= MB[DevisaTurun,BomBali] 
MD[DevisaTurun,BomBali]
= 0,5  0,3
= 0,2.
 MB[DevisaTurun,TKI  EksporTurun  BomBali]
= MB[DevisaTurun,TKI  EksporTurun] +
MB[DevisaTurun,BomBali]*
(1-MB[DevisaTurun, TKI  EksporTurun])
= 0,95 + 0,5 * (1-0,95) = 0,975
 MD[DevisaTurun,TKI  EksporTurun  BomBali]
= MD[DevisaTurun,TKI  EksporTurun] +
MD[DevisaTurun,BomBali]*
(1-MD[DevisaTurun, TKI  EksporTurun])
= 0,37 + 0,3 * (1-0,37) = 0,559
 CF[DevisaTurun,TKI  EksporTurun  BomBali]
= MB[DevisaTurun,TKI  EksporTurun  BomBali]-
MD[DevisaTurun,TKI  EksporTurun  BomBali]
= 0,975  0,559 = 0,416
 CF dihitung dari kombinasi beberapa hipotesis (b).
 Jika h1 dan h2 adalah hipotesis, maka:
])
e
,
h
[
MD
],
e
,
h
[
MD
max(
]
e
,
h
h
[
MD
])
e
,
h
[
MD
],
e
,
h
[
MD
min(
]
e
,
h
h
[
MD
])
e
,
h
[
MB
],
e
,
h
[
MB
max(
]
e
,
h
h
[
MB
])
e
,
h
[
MB
],
e
,
h
[
MB
min(
]
e
,
h
h
[
MB
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
Contoh 
 Si Ani menderita bintik-bintik di wajahnya. Dokter memperkirakan Si Ani
terkena cacar dengan kepercayaan, MB[Cacar,Bintik2] = 0,80 dan
MD[Cacar,Bintik2] = 0,01.
 Maka:
CF[Cacar,Bintik2] = 0,80  0,01 = 0,79.
 Jika observasi tersebut juga memberikan kepercayaan bahwa Si Ani
mungkin juga terkena alergi dengan kepercayaan, MB[Alergi,Bintik2] =
0,4 dan MD[Alergi,Bintik2] = 0,3;
 Maka:
CF[Alergi,Bintik2] = 0,4  0,3 = 0,1.
 Untuk mencari CF[Cacar  Alergi, Bintik2] dapat diperoleh dari:
 MB[Cacar  Alergi, Bintik2] = min(0,8; 0,4) = 0,4
 MD[Cacar  Alergi, Bintik2] = min(0,01; 0,3) = 0,01
 CF[Cacar  Alergi, Bintik2] = 0,4  0,01 = 0,39
 Untuk mencari CF[Cacar  Alergi, Bintik2] dapat diperoleh dari:
 MB[Cacar  Alergi, Bintik2] = max(0,8; 0,4) = 0,8
 MD[Cacar  Alergi, Bintik2] = max(0,01; 0,3) = 0,3
 CF[Cacar  Alergi, Bintik2] = 0,8  0,3 = 0,5
 Semula faktor Kepastian bahwa Si Ani terkena
cacar dari gejala munculnya bintik-bintik di wajah
adalah 0,79.
 Faktor kepastian bahwa Si Ani terkena alergi dari
gejala munculnya bintik-bintik di wajah adalah 0,1.
 Dengan adanya gejala yang sama mempengaruhi 2
hipotesis yang berbeda ini, memberikan faktor
kepastian bahwa:
 Si Ani menderita cacar dan alergi = 0,39.
 Si Ani menderita cacar atau alergi = 0,5
 Beberapa aturan saling bergandengan,
ketidakpastian dari suatu aturan menjadi input untuk
aturan yang lainnya (c), maka:
MB[h,s] = MB[h,s] * max(0,CF[s,e])
dengan MB[h,s] adalah ukuran kepercayaan h
berdasarkan keyakinan penuh terhadap validitas s.
Aturan:
/1/
IF terjadi PHK
THEN muncul banyak pengangguran
(CF[Pengangguran,PHK]=0,9)
/2/
IF muncul banyak pengangguran
THEN muncul banyak gelandangan
(MB[Gelandangan,Pengangguran]=0,7)
Maka:
MB[Pengangguran,PHK] = (0,7)*(0,9)= 0,63
Contoh
Teori Dempster-Shafer
 Secara umum Teori Dempster-Shafer ditulis dalam suatu interval:
[Belief,Plausibility]
 Belief (Bel) adalah ukuran kekuatan evidence dalam mendukung
suatu himpunan proposisi. Jika bernilai 0 maka mengindikasikan
bahwa tidak ada evidence, dan jika bernilai 1 menunjukkan
adanya kepastian.
 Plausibility (Pl) dinotasikan sebagai:
Pl(s) = 1  Bel(s)
 Plausibility juga bernilai 0 sampai 1. Jika kita yakin akan s,
maka dapat dikatakan bahwa Bel(s)=1, dan Pl(s)=0.
 Pada teori Dempster-Shafer dikenal adanya frame of
discernment yang dinotasikan dengan . Frame ini
merupakan semesta pembicaraan dari sekumpulan
hipotesis.
 Misalkan:  = {A, F, D, B}
dengan:
A = Alergi;
F = Flu;
D = Demam;
B = Bronkitis.
 Tujuan kita adalah mengkaitkan ukuran kepercayaan
elemen-elemen .
 Tidak semua evidence secara langsung mendukung
tiap-tiap elemen.
 Sebagai contoh, panas mungkin hanya mendukung
{F,D,B}.
 Untuk itu perlu adanya probabilitas fungsi densitas
(m).
 Nilai m tidak hanya mendefinisikan elemen-elemen 
saja, namun juga semua subset-nya.
 Sehingga jika  berisi n elemen, maka subset dari 
semuanya berjumlah 2n.
 Kita harus menunjukkan bahwa jumlah semua m
dalam subset  sama dengan 1.
 Andaikan tidak ada informasi apapun untuk memilih
keempat hipotesis tersebut, maka nilai:
m{} = 1,0
 Jika kemudian diketahui bahwa panas merupakan
gejala dari flue, demam, dan bronkitis dengan m = 0,8,
maka:
m{F,D,B} = 0,8
m{} = 1  0,8 = 0,2
 Andaikan diketahui X adalah subset dari , dengan
m1 sebagai fungsi densitasnya, dan Y juga
merupakan subset dari  dengan m2 sebagai fungsi
densitasnya, maka kita dapat membentuk fungsi
kombinasi m1 dan m2 sebagai m3, yaitu:









Y
X 2
1
Z
Y
X 2
1
3
)
Y
(
m
).
X
(
m
1
)
Y
(
m
).
X
(
m
)
Z
(
m
Contoh 
 Si Ani mengalami gejala panas badan. Dari
diagnosa dokter, penyakit yang mungkin diderita
oleh Si Ani adalah flue, demam, atau bronkitis.
 Gejala-1: panas
Apabila diketahui nilai kepercayaan setelah dilakukan
observasi panas sebagai gejala dari penyakit flue, demam,
dan bronkitis adalah:
m1{F,D,B} = 0,8
m1{} = 1  0,8 = 0,2
 Sehari kemudian, Si Ani datang lagi dengan gejala yang
baru, yaitu hidungnya buntu.
 Gejala-2: hidung buntu
Kemudian diketahui juga nilai kepercayaan setelah
dilakukan observasi terhadap hidung buntu sebagai
gejala dari alergi, penyakit flue, dan demam adalah:
m2{A,F,D} = 0,9
m2{} = 1  0,9 = 0,1
m3 dapat dicari:
{A,F,D} (0,9) 2 (0,1)
{F,D,B} (0,8) {F,D} (0,72) {F,D,B} (0,08)
1 (0,2) {A,F,D} (0,18)  (0,02)
72
,
0
0
1
72
,
0
}
D
,
F
{
m3 


18
,
0
0
1
18
,
0
}
D
,
F
,
A
{
m3 


08
,
0
0
1
08
,
0
}
B
,
D
,
F
{
m3 


02
,
0
0
1
02
,
0
}
{
m3
 Gejala-3: piknik
Jika diketahui nilai kepercayaan setelah dilakukan
observasi terhadap piknik sebagai gejala dari alergi adalah:
m4{A} = 0,6
m4{} = 1  0,6 = 0,4
berapa kombinasi untuk m5 ?
 Gejala-3: piknik
Jika diketahui nilai kepercayaan setelah dilakukan observasi
terhadap piknik sebagai gejala dari alergi adalah:
m4{A} = 0,6
m4{} = 1  0,6 = 0,4
maka dapat dicari aturan kombinasi dengan nilai
kepercayaan m5
{A} (0,6)  (0,4)
{F,D} (0,72)  (0,432) {F,D} (0,288)
{A,F,D} (0,18) {A} (0,108) {A,F,D} (0,072)
{F,D,B} (0,08)  (0,048) {F,D,B} (0,032)
 (0,02) {A} (0,012)  (0,008)
231
,
0
)
048
,
0
432
,
0
(
1
012
,
0
108
,
0
}
A
{
m5 




554
,
0
)
048
,
0
432
,
0
(
1
288
,
0
}
D
,
F
{
m5 



138
,
0
)
048
,
0
432
,
0
(
1
072
,
0
}
D
,
F
,
A
{
m5 



062
,
0
)
048
,
0
432
,
0
(
1
032
,
0
}
B
,
D
,
F
{
m5 



015
,
0
)
048
,
0
432
,
0
(
1
008
,
0
}
{
m5

More Related Content

What's hot (20)

Litosfer
LitosferLitosfer
Litosfer
Alya Mulyani
Rangkuman materi bumi dan tata surya
Rangkuman materi bumi dan tata suryaRangkuman materi bumi dan tata surya
Rangkuman materi bumi dan tata surya
Travel Agency : Pulau-pulau terluar Indonesia
Kontingen garuda 345
Kontingen garuda 345Kontingen garuda 345
Kontingen garuda 345
Fari Ardining
Etika dalam bisnis internasional
Etika dalam bisnis internasionalEtika dalam bisnis internasional
Etika dalam bisnis internasional
Yesica Adicondro
Presentasi Tragedi Trisakti
Presentasi Tragedi TrisaktiPresentasi Tragedi Trisakti
Presentasi Tragedi Trisakti
Waidatin Azizah
Makalah Astronomi tentang Planet dalam Tata surya
Makalah Astronomi tentang Planet dalam Tata suryaMakalah Astronomi tentang Planet dalam Tata surya
Makalah Astronomi tentang Planet dalam Tata surya
State University of Padang
IMPLEMENTASI DARI PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PT INDOFOOD SUKSES MAK...
IMPLEMENTASI DARI PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PT INDOFOOD SUKSES MAK...IMPLEMENTASI DARI PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PT INDOFOOD SUKSES MAK...
IMPLEMENTASI DARI PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PT INDOFOOD SUKSES MAK...
elisakurniafebiningrum
Perkembangan sistem administrasi wilayah indonesia
Perkembangan sistem administrasi wilayah indonesiaPerkembangan sistem administrasi wilayah indonesia
Perkembangan sistem administrasi wilayah indonesia
sriady faisal
pembentukan pemerintahan RI
 pembentukan pemerintahan RI pembentukan pemerintahan RI
pembentukan pemerintahan RI
munir ikhwan
Bab 1 Kolonialisme dan Imperialisme Eropa di Indonesia.pptx
Bab 1 Kolonialisme dan Imperialisme Eropa di Indonesia.pptxBab 1 Kolonialisme dan Imperialisme Eropa di Indonesia.pptx
Bab 1 Kolonialisme dan Imperialisme Eropa di Indonesia.pptx
EdukasiSejarah
Benua Asia
Benua AsiaBenua Asia
Benua Asia
Annisa Wasistiana
Manajemen Risiko Operasional dan Risiko Perubahan Kurs
Manajemen Risiko Operasional dan Risiko Perubahan KursManajemen Risiko Operasional dan Risiko Perubahan Kurs
Manajemen Risiko Operasional dan Risiko Perubahan Kurs
Linda Grace Loupatty, FEB Universitas Pattimura
Potensial Sel
Potensial SelPotensial Sel
Potensial Sel
Muhammad Syahida
Bab7 distribusi binomial_poisson_dan_hipergeometrik
Bab7 distribusi binomial_poisson_dan_hipergeometrikBab7 distribusi binomial_poisson_dan_hipergeometrik
Bab7 distribusi binomial_poisson_dan_hipergeometrik
Widia Ayu Dinita
PENGANTAR EKONOMI TEKNIK MODUL 1.pptx
PENGANTAR EKONOMI TEKNIK MODUL 1.pptxPENGANTAR EKONOMI TEKNIK MODUL 1.pptx
PENGANTAR EKONOMI TEKNIK MODUL 1.pptx
ssuser58d314
1. Pengantar Astronomi.pptx
1. Pengantar Astronomi.pptx1. Pengantar Astronomi.pptx
1. Pengantar Astronomi.pptx
SabarNurohman2
7. penutupan buku besar & n s setelah penutupan
7. penutupan buku besar & n s setelah penutupan7. penutupan buku besar & n s setelah penutupan
7. penutupan buku besar & n s setelah penutupan
Syawal S.Pd
Perubahan Sosial
Perubahan SosialPerubahan Sosial
Perubahan Sosial
wanhafshah
Power point smk penjualan usaha kue
Power point smk penjualan usaha kuePower point smk penjualan usaha kue
Power point smk penjualan usaha kue
Jack Mclean
Permintaaan, penawaran
Permintaaan, penawaranPermintaaan, penawaran
Permintaaan, penawaran
heribertus Trijokos
Kontingen garuda 345
Kontingen garuda 345Kontingen garuda 345
Kontingen garuda 345
Fari Ardining
Etika dalam bisnis internasional
Etika dalam bisnis internasionalEtika dalam bisnis internasional
Etika dalam bisnis internasional
Yesica Adicondro
Presentasi Tragedi Trisakti
Presentasi Tragedi TrisaktiPresentasi Tragedi Trisakti
Presentasi Tragedi Trisakti
Waidatin Azizah
Makalah Astronomi tentang Planet dalam Tata surya
Makalah Astronomi tentang Planet dalam Tata suryaMakalah Astronomi tentang Planet dalam Tata surya
Makalah Astronomi tentang Planet dalam Tata surya
State University of Padang
IMPLEMENTASI DARI PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PT INDOFOOD SUKSES MAK...
IMPLEMENTASI DARI PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PT INDOFOOD SUKSES MAK...IMPLEMENTASI DARI PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PT INDOFOOD SUKSES MAK...
IMPLEMENTASI DARI PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PT INDOFOOD SUKSES MAK...
elisakurniafebiningrum
Perkembangan sistem administrasi wilayah indonesia
Perkembangan sistem administrasi wilayah indonesiaPerkembangan sistem administrasi wilayah indonesia
Perkembangan sistem administrasi wilayah indonesia
sriady faisal
pembentukan pemerintahan RI
 pembentukan pemerintahan RI pembentukan pemerintahan RI
pembentukan pemerintahan RI
munir ikhwan
Bab 1 Kolonialisme dan Imperialisme Eropa di Indonesia.pptx
Bab 1 Kolonialisme dan Imperialisme Eropa di Indonesia.pptxBab 1 Kolonialisme dan Imperialisme Eropa di Indonesia.pptx
Bab 1 Kolonialisme dan Imperialisme Eropa di Indonesia.pptx
EdukasiSejarah
Bab7 distribusi binomial_poisson_dan_hipergeometrik
Bab7 distribusi binomial_poisson_dan_hipergeometrikBab7 distribusi binomial_poisson_dan_hipergeometrik
Bab7 distribusi binomial_poisson_dan_hipergeometrik
Widia Ayu Dinita
PENGANTAR EKONOMI TEKNIK MODUL 1.pptx
PENGANTAR EKONOMI TEKNIK MODUL 1.pptxPENGANTAR EKONOMI TEKNIK MODUL 1.pptx
PENGANTAR EKONOMI TEKNIK MODUL 1.pptx
ssuser58d314
1. Pengantar Astronomi.pptx
1. Pengantar Astronomi.pptx1. Pengantar Astronomi.pptx
1. Pengantar Astronomi.pptx
SabarNurohman2
7. penutupan buku besar & n s setelah penutupan
7. penutupan buku besar & n s setelah penutupan7. penutupan buku besar & n s setelah penutupan
7. penutupan buku besar & n s setelah penutupan
Syawal S.Pd
Perubahan Sosial
Perubahan SosialPerubahan Sosial
Perubahan Sosial
wanhafshah
Power point smk penjualan usaha kue
Power point smk penjualan usaha kuePower point smk penjualan usaha kue
Power point smk penjualan usaha kue
Jack Mclean

Recently uploaded (20)

02_Konjugat_Bilangan_Kompleks (Unpak).pdf
02_Konjugat_Bilangan_Kompleks (Unpak).pdf02_Konjugat_Bilangan_Kompleks (Unpak).pdf
02_Konjugat_Bilangan_Kompleks (Unpak).pdf
AsepSaepulrohman4
Seleksi Penerimaan Murid Baru 2025.pptx
Seleksi Penerimaan Murid Baru  2025.pptxSeleksi Penerimaan Murid Baru  2025.pptx
Seleksi Penerimaan Murid Baru 2025.pptx
Fajar Baskoro
Rancangan Pembelajaran Semester Kartografi
Rancangan Pembelajaran Semester KartografiRancangan Pembelajaran Semester Kartografi
Rancangan Pembelajaran Semester Kartografi
khairizal2005
PPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptx
PPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptxPPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptx
PPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptx
SausanHidayahNova
RENCANA & Link2 MATERI Training_ *MANAJEMEN RISIKO BISNIS (+ ISO 31000)*.pptx
RENCANA & Link2 MATERI Training_ *MANAJEMEN RISIKO BISNIS (+ ISO 31000)*.pptxRENCANA & Link2 MATERI Training_ *MANAJEMEN RISIKO BISNIS (+ ISO 31000)*.pptx
RENCANA & Link2 MATERI Training_ *MANAJEMEN RISIKO BISNIS (+ ISO 31000)*.pptx
Kanaidi ken
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Pelatihan *"PTK 007 (Rev-5 Thn 2023) + Perhitungan...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Pelatihan *"PTK 007 (Rev-5 Thn 2023) + Perhitungan...PELAKSANAAN + Link2 MATERI Pelatihan *"PTK 007 (Rev-5 Thn 2023) + Perhitungan...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Pelatihan *"PTK 007 (Rev-5 Thn 2023) + Perhitungan...
Kanaidi ken
Organ Pencernaan dan Fungsinya Kelas 8 Fase D.pptx
Organ Pencernaan dan Fungsinya Kelas 8 Fase D.pptxOrgan Pencernaan dan Fungsinya Kelas 8 Fase D.pptx
Organ Pencernaan dan Fungsinya Kelas 8 Fase D.pptx
IrfanIdris7
PAPARAN INOPAMAS 2025 PASURUAN TAHUN 2025
PAPARAN INOPAMAS 2025 PASURUAN TAHUN 2025PAPARAN INOPAMAS 2025 PASURUAN TAHUN 2025
PAPARAN INOPAMAS 2025 PASURUAN TAHUN 2025
saichulikhtiyar274
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docxSENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
Mirza836129
PPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdf
PPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdfPPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdf
PPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdf
ListiawatiAMdKeb
SABDA Ministry Learning Center: Go Paskah: Paskah dan Sekolah Minggu bagian 1
SABDA Ministry Learning Center: Go Paskah: Paskah dan Sekolah Minggu bagian 1SABDA Ministry Learning Center: Go Paskah: Paskah dan Sekolah Minggu bagian 1
SABDA Ministry Learning Center: Go Paskah: Paskah dan Sekolah Minggu bagian 1
SABDA
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
shafiqsmkamil
SOAL LATIHAN PJOK KELAS 4 SD KURIKULUM MERDEKA
SOAL LATIHAN PJOK KELAS 4 SD KURIKULUM MERDEKASOAL LATIHAN PJOK KELAS 4 SD KURIKULUM MERDEKA
SOAL LATIHAN PJOK KELAS 4 SD KURIKULUM MERDEKA
azizwidyamukti02
1.2 Algoritma SAINS KOMPUTER TINGKATAN 4
1.2 Algoritma SAINS KOMPUTER TINGKATAN 41.2 Algoritma SAINS KOMPUTER TINGKATAN 4
1.2 Algoritma SAINS KOMPUTER TINGKATAN 4
NORMUHAMADBINYAACOBK
BHINNEKA TUGGAL IKA KEBERAGAMAN BUDAYA.pptx
BHINNEKA TUGGAL IKA KEBERAGAMAN BUDAYA.pptxBHINNEKA TUGGAL IKA KEBERAGAMAN BUDAYA.pptx
BHINNEKA TUGGAL IKA KEBERAGAMAN BUDAYA.pptx
AyeniahVivi
Kiraan Kadar Nadi Karvonen nadi mak nadi rehat
Kiraan Kadar Nadi Karvonen nadi mak nadi rehatKiraan Kadar Nadi Karvonen nadi mak nadi rehat
Kiraan Kadar Nadi Karvonen nadi mak nadi rehat
ssuser7d8dcb
keutamaanDiskusi kelompok berlangsung dengan baik, dengan setiap siswa merasa...
keutamaanDiskusi kelompok berlangsung dengan baik, dengan setiap siswa merasa...keutamaanDiskusi kelompok berlangsung dengan baik, dengan setiap siswa merasa...
keutamaanDiskusi kelompok berlangsung dengan baik, dengan setiap siswa merasa...
ssuser327180
Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Murad Maulana
Analisis Subjek Literatur Pada Disertasi Kajian Budaya dan Media (KBM) Sekola...
Analisis Subjek Literatur Pada Disertasi Kajian Budaya dan Media (KBM) Sekola...Analisis Subjek Literatur Pada Disertasi Kajian Budaya dan Media (KBM) Sekola...
Analisis Subjek Literatur Pada Disertasi Kajian Budaya dan Media (KBM) Sekola...
Murad Maulana
1. Zakat dan Zakat Fitrah Part 1_Safari Ramadhan UAS 2025.pdf
1. Zakat dan Zakat Fitrah Part 1_Safari Ramadhan UAS 2025.pdf1. Zakat dan Zakat Fitrah Part 1_Safari Ramadhan UAS 2025.pdf
1. Zakat dan Zakat Fitrah Part 1_Safari Ramadhan UAS 2025.pdf
Syarifatul Marwiyah
02_Konjugat_Bilangan_Kompleks (Unpak).pdf
02_Konjugat_Bilangan_Kompleks (Unpak).pdf02_Konjugat_Bilangan_Kompleks (Unpak).pdf
02_Konjugat_Bilangan_Kompleks (Unpak).pdf
AsepSaepulrohman4
Seleksi Penerimaan Murid Baru 2025.pptx
Seleksi Penerimaan Murid Baru  2025.pptxSeleksi Penerimaan Murid Baru  2025.pptx
Seleksi Penerimaan Murid Baru 2025.pptx
Fajar Baskoro
Rancangan Pembelajaran Semester Kartografi
Rancangan Pembelajaran Semester KartografiRancangan Pembelajaran Semester Kartografi
Rancangan Pembelajaran Semester Kartografi
khairizal2005
PPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptx
PPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptxPPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptx
PPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptx
SausanHidayahNova
RENCANA & Link2 MATERI Training_ *MANAJEMEN RISIKO BISNIS (+ ISO 31000)*.pptx
RENCANA & Link2 MATERI Training_ *MANAJEMEN RISIKO BISNIS (+ ISO 31000)*.pptxRENCANA & Link2 MATERI Training_ *MANAJEMEN RISIKO BISNIS (+ ISO 31000)*.pptx
RENCANA & Link2 MATERI Training_ *MANAJEMEN RISIKO BISNIS (+ ISO 31000)*.pptx
Kanaidi ken
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Pelatihan *"PTK 007 (Rev-5 Thn 2023) + Perhitungan...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Pelatihan *"PTK 007 (Rev-5 Thn 2023) + Perhitungan...PELAKSANAAN + Link2 MATERI Pelatihan *"PTK 007 (Rev-5 Thn 2023) + Perhitungan...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Pelatihan *"PTK 007 (Rev-5 Thn 2023) + Perhitungan...
Kanaidi ken
Organ Pencernaan dan Fungsinya Kelas 8 Fase D.pptx
Organ Pencernaan dan Fungsinya Kelas 8 Fase D.pptxOrgan Pencernaan dan Fungsinya Kelas 8 Fase D.pptx
Organ Pencernaan dan Fungsinya Kelas 8 Fase D.pptx
IrfanIdris7
PAPARAN INOPAMAS 2025 PASURUAN TAHUN 2025
PAPARAN INOPAMAS 2025 PASURUAN TAHUN 2025PAPARAN INOPAMAS 2025 PASURUAN TAHUN 2025
PAPARAN INOPAMAS 2025 PASURUAN TAHUN 2025
saichulikhtiyar274
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docxSENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
Mirza836129
PPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdf
PPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdfPPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdf
PPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdf
ListiawatiAMdKeb
SABDA Ministry Learning Center: Go Paskah: Paskah dan Sekolah Minggu bagian 1
SABDA Ministry Learning Center: Go Paskah: Paskah dan Sekolah Minggu bagian 1SABDA Ministry Learning Center: Go Paskah: Paskah dan Sekolah Minggu bagian 1
SABDA Ministry Learning Center: Go Paskah: Paskah dan Sekolah Minggu bagian 1
SABDA
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
shafiqsmkamil
SOAL LATIHAN PJOK KELAS 4 SD KURIKULUM MERDEKA
SOAL LATIHAN PJOK KELAS 4 SD KURIKULUM MERDEKASOAL LATIHAN PJOK KELAS 4 SD KURIKULUM MERDEKA
SOAL LATIHAN PJOK KELAS 4 SD KURIKULUM MERDEKA
azizwidyamukti02
1.2 Algoritma SAINS KOMPUTER TINGKATAN 4
1.2 Algoritma SAINS KOMPUTER TINGKATAN 41.2 Algoritma SAINS KOMPUTER TINGKATAN 4
1.2 Algoritma SAINS KOMPUTER TINGKATAN 4
NORMUHAMADBINYAACOBK
BHINNEKA TUGGAL IKA KEBERAGAMAN BUDAYA.pptx
BHINNEKA TUGGAL IKA KEBERAGAMAN BUDAYA.pptxBHINNEKA TUGGAL IKA KEBERAGAMAN BUDAYA.pptx
BHINNEKA TUGGAL IKA KEBERAGAMAN BUDAYA.pptx
AyeniahVivi
Kiraan Kadar Nadi Karvonen nadi mak nadi rehat
Kiraan Kadar Nadi Karvonen nadi mak nadi rehatKiraan Kadar Nadi Karvonen nadi mak nadi rehat
Kiraan Kadar Nadi Karvonen nadi mak nadi rehat
ssuser7d8dcb
keutamaanDiskusi kelompok berlangsung dengan baik, dengan setiap siswa merasa...
keutamaanDiskusi kelompok berlangsung dengan baik, dengan setiap siswa merasa...keutamaanDiskusi kelompok berlangsung dengan baik, dengan setiap siswa merasa...
keutamaanDiskusi kelompok berlangsung dengan baik, dengan setiap siswa merasa...
ssuser327180
Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Murad Maulana
Analisis Subjek Literatur Pada Disertasi Kajian Budaya dan Media (KBM) Sekola...
Analisis Subjek Literatur Pada Disertasi Kajian Budaya dan Media (KBM) Sekola...Analisis Subjek Literatur Pada Disertasi Kajian Budaya dan Media (KBM) Sekola...
Analisis Subjek Literatur Pada Disertasi Kajian Budaya dan Media (KBM) Sekola...
Murad Maulana
1. Zakat dan Zakat Fitrah Part 1_Safari Ramadhan UAS 2025.pdf
1. Zakat dan Zakat Fitrah Part 1_Safari Ramadhan UAS 2025.pdf1. Zakat dan Zakat Fitrah Part 1_Safari Ramadhan UAS 2025.pdf
1. Zakat dan Zakat Fitrah Part 1_Safari Ramadhan UAS 2025.pdf
Syarifatul Marwiyah

02.KETIDAKPASTIAN.ppt

  • 2. Tujuan Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan beberapa metode dalam mengatasi ketidakpastian.
  • 3. Pokok Bahasan Penalaran Non Monoton Probabilitas & Theorema Bayes Faktor Kepastian (Certainty Factor) Teori Dempster Shafer Logika Fuzzy
  • 4. Penalaran Non Monoton Ingat kembali penalaran induktif: Contoh: Premis-1 : Ikan mujair bernafas dengan insang. Premis-2 : Ikan mas koki bernafas dengan insang. Premis-3 : Ikan bawal bernafas dengan insang. Konklusi : Ikan adalah hewan yang bernafas dengan insang. Munculnya premis baru bisa mengakibatkan gugurnya konklusi yang sudah diperoleh. Misal ada premis baru Premis-4 : Ikan paus bernafas dengan paru-paru. Premis tersebut, menyebabkan konklusi: Ikan adalah hewan yang bernafas dengan insang, menjadi kurang tepat. Apabila kita menggunakan penalaran induktif, sangat dimungkinkan adanya ketidakpastian.
  • 5. Suatu penalaran dimana adanya penambahan fakta baru mengakibatkan ketidakkonsistenan disebut dengan Penalaran Non Monotonis. Ciri-ciri dari Penalaran Non Monotonis adalah: Mengandung ketidakpastian; Adanya perubahan pada pengetahuan. Adanya penambahan fakta baru dapat mengubah konklusi yang sudah terbentuk. Misalkan S adalah konklusi dari D, bisa jadi S tidak dibutuhkan sebagai konklusi D + fakta-fakta baru. Sedangkan Penalaran Monotonis memiliki ciri-ciri: Konsisten; Pengetahuannya lengkap. Untuk mengatasi ketidakpastian pada penalaran non monotonis, maka digunakan penalaran statistik.
  • 6. Probabilitas & Theorema Bayes Bentuk Th. Bayes: dengan: p(Hi|E) = probabilitas hipotesis Hi benar jika diberikan evidence E. p(E|Hi) = probabilitas munculnya evidence E, jika diketahui hipotesis Hi benar. p(Hi) = probabilitas hipotesis Hi (menurut hasil sebelumnya) tanpa memandang evidence apapun. n = jumlah hipotesis yang mungkin. n 1 k k k i i i ) H ( p * ) H | E ( p ) H ( p * ) H | E ( p ) E | H ( p
  • 7. Contoh Si Ani mengalami gejala ada bintik-bintik di wajahnya. Dokter menduga bahwa Si Ani terkena: Cacar, dengan: Probabilitas munculnya bintik-bintik di wajah, jika Si Ani terkena cacar; p(Bintik2|Cacar) = 0,8. Probabilitas Si Ani terkena cacar tanpa memandang gejala apapun; p(Cacar) = 0,4. Alergi, dengan Probabilitas munculnya bintik-bintik di wajah, jika Si Ani alergi; p(Bintik2|Alergi) = 0,3. Probabilitas Si Ani terkena alergi tanpa memandang gejala apapun; p(Alergi) = 0,7. Jerawat, dengan Probabilitas munculnya bintik-bintik di wajah, jika Si Ani jerawatan; p(Bintik2|Jerawatan) = 0,9. Probabilitas Si Ani jerawatan tanpa memandang gejala apapun; p(Jerawatan) = 0,5.
  • 8. Maka: Probabilitas Si Ani terkena cacar karena ada bintik-bintik di wajahnya adalah: Probabilitas Si Ani terkena alergi karena ada bintik-bintik di wajahnya adalah: ) Jerawat ( p * ) Jerawat | 2 ik int B ( p ) Alergi ( p * ) Alergi | 2 ik int B ( p ) Cacar ( p * ) Cacar | 2 ik int B ( p ) Cacar ( p * ) Cacar | 2 ik int B ( p ) 2 ik int B | Cacar ( p 327 , 0 98 , 0 32 , 0 ) 5 , 0 ( P * ) 9 , 0 ( ) 7 , 0 ( * ) 3 , 0 ( ) 4 , 0 ( * ) 8 , 0 ( ) 4 , 0 ( * ) 8 , 0 ( ) 2 ik int B | Cacar ( p ) Jerawat ( p * ) Jerawat | 2 ik int B ( p ) Alergi ( p * ) Alergi | 2 ik int B ( p ) Cacar ( p * ) Cacar | 2 ik int B ( p ) Alergi ( p * ) Alergi | 2 ik int B ( p ) 2 ik int B | Alergi ( p 214 , 0 98 , 0 21 , 0 ) 5 , 0 ( P * ) 9 , 0 ( ) 7 , 0 ( * ) 3 , 0 ( ) 4 , 0 ( * ) 8 , 0 ( ) 7 , 0 ( * ) 3 , 0 ( ) 2 ik int B | Alergi ( p
  • 9. Probabilitas Si Ani jerawatan karena ada bintik-bintik di wajahnya adalah: ) Jerawat ( p * ) Jerawat | 2 ik int B ( p ) Alergi ( p * ) Alergi | 2 ik int B ( p ) Cacar ( p * ) Cacar | 2 ik int B ( p ) Jerawat ( p * ) Jerawat | 2 ik int B ( p ) 2 ik int B | Jerawat ( p 459 , 0 98 , 0 45 , 0 ) 5 , 0 ( P * ) 9 , 0 ( ) 7 , 0 ( * ) 3 , 0 ( ) 4 , 0 ( * ) 8 , 0 ( ) 5 , 0 ( * ) 9 , 0 ( ) 2 ik int B | Alergi ( p
  • 10. Jika setelah dilakukan pengujian terhadap hipotesis, muncul satu atau lebih evidence atau observasi baru, maka: e = evidence lama. E = evidence atau observasi baru. p(H|E,e) = probabilitas hipotesis H benar jika muncul evidence baru E dari evidence lama e. p(H|E) = probabilitas hipotesis H benar jika diberikan evidence E. p(e|E,H) = kaitan antara e dan E jika hipotesis H benar. p(e|E) = kaitan antara e dan E tanpa memandang hipotesis apapun. ) E | e ( p ) H , E | e ( p * ) E | H ( p ) e , E | H ( p
  • 11. Bintik-bintik di wajah merupakan gejala bahwa seseorang terkena cacar. Observasi baru menunjukkan bahwa selain adanya bintik-bintik di wajah, panas badan juga merupakan gejala orang terkena cacar. Antara munculnya bintik-bintik di wajah dan panas badan juga memiliki keterkaitan satu sama lain. Bintik2 Panas Cacar
  • 12. Contoh Si Ani mengalami gejala ada bintik-bintik di wajahnya. Dokter menduga bahwa Si Ani terkena cacar dengan probabilitas terkena cacar apabila ada bintik-bintik di wajah, p(Cacar|Bintik2), adalah 0,8. Ada observasi bahwa orang yang terkena cacar pasti mengalami panas badan. Jika diketahui bahwa: probabilitas orang terkena cacar apabila panas badan, p(Cacar|Panas), adalah 0,5; keterkaitan antara adanya bintik-bintik di wajah dan panas badan apabila seseorang terkena cacar, p(Bintik2|Panas,Cacar), adalah 0,4; keterkaitan antara adanya bintik-bintik di wajah dan panas badan, p(Bintik2|Panas), adalah 0.6,
  • 14. Jaringan Bayes Pengembangan lebih jauh dari Teorema Bayes adalah dibentuknya Jaringan Bayes. Gambar: a. Munculnya pengangguran disebabkan oleh banyaknya PHK. b. Munculnya pengangguran dapat digunakan sebagai evidence untuk membuktikan bahwa sekarang banyak gelandangan. c. Probabilitas terjadinya PHK jika terjadi krismon, dan probabilitas munculnya gelandangan jika terjadi krismon. PHK Pengang- guran (a) PHK Gelanda- ngan Pengang- guran (b) PHK Gelanda- ngan Pengang- guran Krismon (c)
  • 15. Atribut Prob Keterangan p(Pengangguran|PHK,Gelandangan) 0,95 Keterkaitan antara pengangguran & PHK, jika muncul gelandangan. p(Pengangguran|PHK,Gelandangan) 0,20 Keterkaitan antara pengangguran & PHK, jika tidak ada gelandangan. p(Pengangguran|PHK,Gelandangan) 0,75 Keterkaitan antara pengangguran & tidak ada yang diPHK, jika muncul gelandangan. p(Pengangguran|PHK, Gelandangan) 0,40 Keterkaitan antara pengangguran & tidak ada yang diPHK, jika tidak ada gelandangan. p(PHK|Krismon) 0,50 Probabilitas orang diPHK jika terjadi krismon. p(PHK|Krismon) 0,10 Probabilitas orang diPHK jika tidak terjadi krismon. p(Pengangguran|Krismon) 0,90 Probabilitas muncul pengangguran jika terjadi krismon. p(Pengangguran|Krismon) 0,30 Probabilitas muncul pengangguran jika tidak terjadi krismon. P(Krismon) 0,80
  • 16. Faktor Kepastian (Certainty Factor) Certainty Factor (CF) menunjukkan ukuran kepastian terhadap suatu fakta atau aturan. Notasi Faktor Kepastian: CF[h,e] = MB[h,e] MD[h,e] dengan: CF[h,e] = faktor kepastian MB[h,e] = ukuran kepercayaan terhadap hipotesis h, jika diberikan evidence e (antara 0 dan 1). MD[h,e] = ukuran ketidakpercayaan terhadap hipotesis h, jika diberikan evidence e (antara 0 dan 1).
  • 17. Ada 3 hal yang mungkin terjadi: h (a) (b) (c) e1 e2 h1 h2 A B C
  • 18. Beberapa evidence dikombinasikan untuk menentu- kan CF dari suatu hipotesis (a). Jika e1 dan e2 adalah observasi, maka: lainnya ]) e , h [ MB 1 ].( e , h [ MB ] e , h [ MB 1 ] e e , h [ MB 0 ] e e , h [ MB 1 2 1 2 1 2 1 lainnya ]) e , h [ MD 1 ].( e , h [ MD ] e , h [ MD 1 ] e e , h [ MD 0 ] e e , h [ MD 1 2 1 2 1 2 1
  • 19. Contoh Si Ani menderita bintik-bintik di wajahnya. Dokter memperkirakan Si Ani terkena cacar dengan kepercayaan, MB[Cacar,Bintik2] = 0,80 dan MD[Cacar,Bintik2] = 0,01. Maka: CF[Cacar,Bintik2] = 0,80 0,01 = 0,79. Jika ada observasi baru bahwa Si Ani juga panas badan dengan kepercayaan, MB[Cacar,Panas]=0,7 dan MD[Cacar,Panas]=0,08; Maka: MB[Cacar,Bintik2 Panas] = 0,8 + 0,7 * (1-0,8) = 0,94 MD[Cacar,Bintik2 Panas] = 0,01 + 0,08 * (1-0,01) = 0,0892 CF[Cacar,Bintik2 Panas] = 0,94 0,0892 = 0,8508
  • 20. Semula faktor kepercayaan bahwa Si Ani terkena cacar kalau dilihat dari gejala munculnya bintik-bintik di wajah adalah 0,79. Setelah muncul gejala baru yaitu panas badan, maka faktor kepercayaan Si Ani terkena cacar menjadi berubah (lebih besar) yaitu 0,8508.
  • 21. Contoh .. Pada pertengahan tahun 2002, ada indikasi bahwa turunnya devisa Indonesia disebabkan oleh permasalahan TKI di Malaysia. Apabila diketahui: MB[DevisaTurun,TKI] = 0,8 dan MD[DevisaTurun,TKI] = 0,3; maka carilah berapa CF[DevisaTurun,TKI]? CF[DevisaTurun,TKI] = MB[DevisaTurun,TKI]- MD[DevisaTurun,TKI] = 0,8 0,3 = 0,5.
  • 22. Ternyata pada akhir September 2002, kemarau yang berkepanjangan mengakibatkan gagal panen yang cukup serius, hal ini ternyata juga berdampak pada turunnya ekspor Indonesia. Apabila diketahui: MB[DevisaTurun,EksporTurun] = 0,75 dan MD[DevisaTurun,EksporTurun] = 0,1; maka carilah berapa CF[DevisaTurun,EksporTurun] dan berapa CF[DevisaTurun,TKI EksporTurun]? CF[DevisaTurun,EksporTurun] = = MB[DevisaTurun,EksporTurun] MD[DevisaTurun,EksporTurun] = 0,75 0,1 = 0,65.
  • 23. MB[DevisaTurun,TKI EksporTurun] = MB[DevisaTurun,TKI] + MB[DevisaTurun,EksporTurun]*(1-MB[DevisaTurun,TKI]) = 0,8 + 0,75 * (1-0,8) = 0,95 MD[DevisaTurun,TKI EksporTurun] = MD[DevisaTurun,TKI] + MD[DevisaTurun,EksporTurun]*(1-MD[DevisaTurun,TKI]) = 0,3 + 0,1 * (1-0,3) = 0,37 CF[DevisaTurun,TKI EksporTurun] = MB[DevisaTurun,TKI EksporTurun]- MD[DevisaTurun,TKI EksporTurun] = 0,95 0,37 = 0,58
  • 24. Isu terorisme di Indonesia pasca peristiwa Bom Bali pada tanggal 12 Oktober 2002 ternyata juga ikut mempengaruhi turunnya devisa Indonesia sebagai akibat berkurangnya wisatawan asing. Apabila diketahui: MB[DevisaTurun,BomBali] = 0,5 dan MD[DevisaTurun,BomBali] = 0,3; maka carilah berapa CF[DevisaTurun,BomBali] dan berapa CF[DevisaTurun,TKI EksporTurun BomBali]? CF[DevisaTurun,BobBali] = = MB[DevisaTurun,BomBali] MD[DevisaTurun,BomBali] = 0,5 0,3 = 0,2.
  • 25. MB[DevisaTurun,TKI EksporTurun BomBali] = MB[DevisaTurun,TKI EksporTurun] + MB[DevisaTurun,BomBali]* (1-MB[DevisaTurun, TKI EksporTurun]) = 0,95 + 0,5 * (1-0,95) = 0,975 MD[DevisaTurun,TKI EksporTurun BomBali] = MD[DevisaTurun,TKI EksporTurun] + MD[DevisaTurun,BomBali]* (1-MD[DevisaTurun, TKI EksporTurun]) = 0,37 + 0,3 * (1-0,37) = 0,559 CF[DevisaTurun,TKI EksporTurun BomBali] = MB[DevisaTurun,TKI EksporTurun BomBali]- MD[DevisaTurun,TKI EksporTurun BomBali] = 0,975 0,559 = 0,416
  • 26. CF dihitung dari kombinasi beberapa hipotesis (b). Jika h1 dan h2 adalah hipotesis, maka: ]) e , h [ MD ], e , h [ MD max( ] e , h h [ MD ]) e , h [ MD ], e , h [ MD min( ] e , h h [ MD ]) e , h [ MB ], e , h [ MB max( ] e , h h [ MB ]) e , h [ MB ], e , h [ MB min( ] e , h h [ MB 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1
  • 27. Contoh Si Ani menderita bintik-bintik di wajahnya. Dokter memperkirakan Si Ani terkena cacar dengan kepercayaan, MB[Cacar,Bintik2] = 0,80 dan MD[Cacar,Bintik2] = 0,01. Maka: CF[Cacar,Bintik2] = 0,80 0,01 = 0,79. Jika observasi tersebut juga memberikan kepercayaan bahwa Si Ani mungkin juga terkena alergi dengan kepercayaan, MB[Alergi,Bintik2] = 0,4 dan MD[Alergi,Bintik2] = 0,3; Maka: CF[Alergi,Bintik2] = 0,4 0,3 = 0,1. Untuk mencari CF[Cacar Alergi, Bintik2] dapat diperoleh dari: MB[Cacar Alergi, Bintik2] = min(0,8; 0,4) = 0,4 MD[Cacar Alergi, Bintik2] = min(0,01; 0,3) = 0,01 CF[Cacar Alergi, Bintik2] = 0,4 0,01 = 0,39 Untuk mencari CF[Cacar Alergi, Bintik2] dapat diperoleh dari: MB[Cacar Alergi, Bintik2] = max(0,8; 0,4) = 0,8 MD[Cacar Alergi, Bintik2] = max(0,01; 0,3) = 0,3 CF[Cacar Alergi, Bintik2] = 0,8 0,3 = 0,5
  • 28. Semula faktor Kepastian bahwa Si Ani terkena cacar dari gejala munculnya bintik-bintik di wajah adalah 0,79. Faktor kepastian bahwa Si Ani terkena alergi dari gejala munculnya bintik-bintik di wajah adalah 0,1. Dengan adanya gejala yang sama mempengaruhi 2 hipotesis yang berbeda ini, memberikan faktor kepastian bahwa: Si Ani menderita cacar dan alergi = 0,39. Si Ani menderita cacar atau alergi = 0,5
  • 29. Beberapa aturan saling bergandengan, ketidakpastian dari suatu aturan menjadi input untuk aturan yang lainnya (c), maka: MB[h,s] = MB[h,s] * max(0,CF[s,e]) dengan MB[h,s] adalah ukuran kepercayaan h berdasarkan keyakinan penuh terhadap validitas s.
  • 30. Aturan: /1/ IF terjadi PHK THEN muncul banyak pengangguran (CF[Pengangguran,PHK]=0,9) /2/ IF muncul banyak pengangguran THEN muncul banyak gelandangan (MB[Gelandangan,Pengangguran]=0,7) Maka: MB[Pengangguran,PHK] = (0,7)*(0,9)= 0,63 Contoh
  • 31. Teori Dempster-Shafer Secara umum Teori Dempster-Shafer ditulis dalam suatu interval: [Belief,Plausibility] Belief (Bel) adalah ukuran kekuatan evidence dalam mendukung suatu himpunan proposisi. Jika bernilai 0 maka mengindikasikan bahwa tidak ada evidence, dan jika bernilai 1 menunjukkan adanya kepastian. Plausibility (Pl) dinotasikan sebagai: Pl(s) = 1 Bel(s) Plausibility juga bernilai 0 sampai 1. Jika kita yakin akan s, maka dapat dikatakan bahwa Bel(s)=1, dan Pl(s)=0.
  • 32. Pada teori Dempster-Shafer dikenal adanya frame of discernment yang dinotasikan dengan . Frame ini merupakan semesta pembicaraan dari sekumpulan hipotesis. Misalkan: = {A, F, D, B} dengan: A = Alergi; F = Flu; D = Demam; B = Bronkitis. Tujuan kita adalah mengkaitkan ukuran kepercayaan elemen-elemen . Tidak semua evidence secara langsung mendukung tiap-tiap elemen. Sebagai contoh, panas mungkin hanya mendukung {F,D,B}.
  • 33. Untuk itu perlu adanya probabilitas fungsi densitas (m). Nilai m tidak hanya mendefinisikan elemen-elemen saja, namun juga semua subset-nya. Sehingga jika berisi n elemen, maka subset dari semuanya berjumlah 2n. Kita harus menunjukkan bahwa jumlah semua m dalam subset sama dengan 1. Andaikan tidak ada informasi apapun untuk memilih keempat hipotesis tersebut, maka nilai: m{} = 1,0 Jika kemudian diketahui bahwa panas merupakan gejala dari flue, demam, dan bronkitis dengan m = 0,8, maka: m{F,D,B} = 0,8 m{} = 1 0,8 = 0,2
  • 34. Andaikan diketahui X adalah subset dari , dengan m1 sebagai fungsi densitasnya, dan Y juga merupakan subset dari dengan m2 sebagai fungsi densitasnya, maka kita dapat membentuk fungsi kombinasi m1 dan m2 sebagai m3, yaitu: Y X 2 1 Z Y X 2 1 3 ) Y ( m ). X ( m 1 ) Y ( m ). X ( m ) Z ( m
  • 35. Contoh Si Ani mengalami gejala panas badan. Dari diagnosa dokter, penyakit yang mungkin diderita oleh Si Ani adalah flue, demam, atau bronkitis. Gejala-1: panas Apabila diketahui nilai kepercayaan setelah dilakukan observasi panas sebagai gejala dari penyakit flue, demam, dan bronkitis adalah: m1{F,D,B} = 0,8 m1{} = 1 0,8 = 0,2 Sehari kemudian, Si Ani datang lagi dengan gejala yang baru, yaitu hidungnya buntu.
  • 36. Gejala-2: hidung buntu Kemudian diketahui juga nilai kepercayaan setelah dilakukan observasi terhadap hidung buntu sebagai gejala dari alergi, penyakit flue, dan demam adalah: m2{A,F,D} = 0,9 m2{} = 1 0,9 = 0,1 m3 dapat dicari: {A,F,D} (0,9) 2 (0,1) {F,D,B} (0,8) {F,D} (0,72) {F,D,B} (0,08) 1 (0,2) {A,F,D} (0,18) (0,02)
  • 38. Gejala-3: piknik Jika diketahui nilai kepercayaan setelah dilakukan observasi terhadap piknik sebagai gejala dari alergi adalah: m4{A} = 0,6 m4{} = 1 0,6 = 0,4 berapa kombinasi untuk m5 ?
  • 39. Gejala-3: piknik Jika diketahui nilai kepercayaan setelah dilakukan observasi terhadap piknik sebagai gejala dari alergi adalah: m4{A} = 0,6 m4{} = 1 0,6 = 0,4 maka dapat dicari aturan kombinasi dengan nilai kepercayaan m5 {A} (0,6) (0,4) {F,D} (0,72) (0,432) {F,D} (0,288) {A,F,D} (0,18) {A} (0,108) {A,F,D} (0,072) {F,D,B} (0,08) (0,048) {F,D,B} (0,032) (0,02) {A} (0,012) (0,008)