ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada kisaran suhu 20-
30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di atas 30°C menyebabkan ikan mengalami stres yang
biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna (Trubus Edisi 425, 2005). Oksigen terlarut pada air
yang ideal adalah 5-7 ppm. Jika kurang dari itu maka resiko kematian dari ikan akan semakin
tinggi. Namun tidak semuanya seperti itu, ada juga beberapa ikan yang mampu hidup suhu yang
sangat ekstrim. Salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan kehidupan
organisme perairan termasuk ikan, dimana secara fisiologis salinitas berkaitan erat dengan
penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut. Nybakken (1988), sebagian besar biota laut bersifat
poikilometrik (suhu tubuh dipengaruhi lingkungan) sehingga suhu merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme.
Menurut Laevastu dan Hela (1970), pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam proses
metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan
renang, serta dalam rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas
terlihat selama pemijahan.
Volume air dan konsentrasi dalam fluida internal tubuh ikan dipengaruhi oleh konsentrasi
garam pada lingkungan lautnya. Untuk beradaptasi pada keadaan ini ikan melakukan proses
osmoregulasi, organ yang berperan dalam proses ini adalah insang dan ginjal. Osmoregulasi
memerlukan energi yang jumlahnya tergantung pada perbedaan konsentrasi garam yang ada
antara lingkungan eksternal dan fluida dalam tubuh ikan. Toleransi dan preferensi salinitas dari
organisme laut bervariasi tergantung tahap kehidupannya, yaitu telur, larva, juvenil, dan dewasa.
Salinitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan reproduksi pada beberapa
ikan dan distribusi berbagai stadia hidup. (Reddy, 1993).
Dapat disimpulkan, Osmoregulasi merupakan upaya hewan air dalam mengontrol
keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme
pengaturan tekanan osmosis. Untuk organisme akuatik, proses tersebut digunakan sebagai
langkah dalam menyeimbangkan tekanan osmosis antara substansi dalam tubuhnya dengan
lingkungan melalui sel yang permeabel. Dengan demikian, semakin jauh perbedaan tekanan
osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan
untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, hingga batas toleransi yang dimilikinya
3.
Osmoregulasi pada ikan air tawar (stenohyalin) melibatkan pengambilan ion dari
lingkungan untuk membatasi kehilangan ion. Air akan masuk ke tubuh ikan karena kondisi
tubuhnya hipertonik, sehingga ikan banyak mengeksresikan air dan menahan ion. Pada ikan air
tawar tekanan osmosis merupakan konsentrasi garam dan substansi lain dalam darah harus lebih
tinggi dari air disekitarnya oleh karena perbedaan dalam konsentrasi tersebut pada ikan air tawar
air akan terdorong melalui permukaan tubuh dan insang secara aktif untuk kemudian diambil
garam-garamnya dan dikeluarkan sebagai urine yang banyak ( Romimohtarto, 1999).
.

More Related Content

Titip yah

  • 1. Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada kisaran suhu 20- 30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di atas 30°C menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna (Trubus Edisi 425, 2005). Oksigen terlarut pada air yang ideal adalah 5-7 ppm. Jika kurang dari itu maka resiko kematian dari ikan akan semakin tinggi. Namun tidak semuanya seperti itu, ada juga beberapa ikan yang mampu hidup suhu yang sangat ekstrim. Salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan kehidupan organisme perairan termasuk ikan, dimana secara fisiologis salinitas berkaitan erat dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut. Nybakken (1988), sebagian besar biota laut bersifat poikilometrik (suhu tubuh dipengaruhi lingkungan) sehingga suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Menurut Laevastu dan Hela (1970), pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas terlihat selama pemijahan. Volume air dan konsentrasi dalam fluida internal tubuh ikan dipengaruhi oleh konsentrasi garam pada lingkungan lautnya. Untuk beradaptasi pada keadaan ini ikan melakukan proses osmoregulasi, organ yang berperan dalam proses ini adalah insang dan ginjal. Osmoregulasi memerlukan energi yang jumlahnya tergantung pada perbedaan konsentrasi garam yang ada antara lingkungan eksternal dan fluida dalam tubuh ikan. Toleransi dan preferensi salinitas dari organisme laut bervariasi tergantung tahap kehidupannya, yaitu telur, larva, juvenil, dan dewasa. Salinitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan reproduksi pada beberapa ikan dan distribusi berbagai stadia hidup. (Reddy, 1993). Dapat disimpulkan, Osmoregulasi merupakan upaya hewan air dalam mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmosis. Untuk organisme akuatik, proses tersebut digunakan sebagai langkah dalam menyeimbangkan tekanan osmosis antara substansi dalam tubuhnya dengan lingkungan melalui sel yang permeabel. Dengan demikian, semakin jauh perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, hingga batas toleransi yang dimilikinya
  • 2. 3. Osmoregulasi pada ikan air tawar (stenohyalin) melibatkan pengambilan ion dari lingkungan untuk membatasi kehilangan ion. Air akan masuk ke tubuh ikan karena kondisi tubuhnya hipertonik, sehingga ikan banyak mengeksresikan air dan menahan ion. Pada ikan air tawar tekanan osmosis merupakan konsentrasi garam dan substansi lain dalam darah harus lebih tinggi dari air disekitarnya oleh karena perbedaan dalam konsentrasi tersebut pada ikan air tawar air akan terdorong melalui permukaan tubuh dan insang secara aktif untuk kemudian diambil garam-garamnya dan dikeluarkan sebagai urine yang banyak ( Romimohtarto, 1999). .