[Ringkasan]
Teks tersebut membahas tentang sistem pertanian tradisional masyarakat Kampung Naga dalam budayanya. Sistem pertanian padi sawah masih sangat sederhana dan terikat pada adat istiadat leluhur, di mana proses penanaman padi meliputi pengolahan lahan, pembenihan, panen dan lainnya dilakukan sesuai tradisi dan diiringi upacara ritual. Walaupun sistem pertanian tradisional, hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani
Skripsi ini menganalisis usaha peternakan kambing di Kenagarian Saok Laweh, Kabupaten Solok. Analisis mencakup aspek teknis seperti jenis kambing, performa reproduksi, pakan, dan sistem pemeliharaan, serta aspek ekonomi seperti biaya, pendapatan, dan rasio cost-benefit. Hasilnya menunjukkan bahwa usaha peternakan kambing di daerah tersebut masih tradisional tetapi menguntungkan.
Pemanfaatan limbah jerami padi dan kotoran sapi sebagai pakan ternak dan pupu...Hazar Noah
油
Program pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Desa Karang Tengah tentang pemanfaatan limbah jerami padi dan kotoran sapi sebagai pakan ternak dan pupuk organik. Program ini akan memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang proses pengolahan limbah jerami padi menjadi pakan melalui fermentasi serta pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk organik, sehingga diharapkan dapat mengurangi biaya pakan
Kabupaten Banyumas memiliki potensi pertanian dan peternakan di setiap desanya, termasuk padi, jagung, ternak sapi dan kambing. Untuk mengoptimalkan potensi ini, perlu direvitalisasi lembaga desa dan penguatan kapasitas lembaga melalui pelatihan.
Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...AlkautsarAvizena
油
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Analisis aset komunitas pertanian di Kelurahan Tunjung, Bangkalan menemukan bahwa modal alam, modal manusia, modal sosial, modal fisik, dan modal finansial di kelurahan tersebut cukup untuk mendukung kegiatan pertanian. Petani di Tunjung memiliki pengetahuan yang baik meskipun pendidikan formal rendah, serta terdapat kelompok tani yang mendukung kerja sama antar petani.
Pemetaan ternak kerbau ( M. Khairul Ihsan. Tan 1BMkhairulIhsan
油
Populasi ternak kerbau di Sulawesi Selatan mengalami penurunan pada tahun 2011 akibat produktivitas yang menurun dan minat peternak yang lebih memilih ternak sapi. Namun, potensi pengembangan ternak kerbau masih besar karena adat istiadat masyarakat setempat dan sumber daya manusia yang mendukung. Pengembangan lebih lanjut memerlukan dukungan pemerintah.
Dokumen ini membahas tentang analisis faktor-faktor penyebab masalah kemiskinan di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber daya manusia, potensi wilayah, sistem produksi pertanian, mekanisme pemasaran, dan peranan institusi sosial yang berkontribusi terhadap tingginya tingkat kemiskinan di kabupaten tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa pendapatan r
PPT SIDANG SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA P...Ana Puja Prihatin
油
Skripsi dengan judul Hubungan Penyuluhan Pertanian dengan Produktivitas Kerja Petani Sayuran di Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi oleh Ana Puja Prihatin, NIM D1B012062 telah diuji dan dinyatakan lulus pada tanggal 19 Oktober 2016 dihadapan Tim Penguji yang terdiri dari :
Ketua : Ir. Yusma Damayanti, M.Si.
Seketaris : Ir. Jamaluddin, M.Si.
Penguji Utama : Ir. Arsyad Lubis, M.Si.
Penguji Anggota : 1. Aprollita, S.P, M.Si.
2. Tri Suratno, S.Kom, M.Kom.
1. Skripsi ini membahas analisis perbandingan biaya dan pendapatan petani padi organik dan anorganik di Desa Pangkalan Satu, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat.
2. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik sampling purposive dan wawancara untuk mengumpulkan data.
3. Analisis data menggunakan analisis biaya-pendapatan, perbandingan R/C ratio, dan uji beda T-test unt
Dokumen tersebut membahas perbandingan pendapatan usahatani kacang tanah antara sistem konvensional dan sistem lubang tanam di Desa Bantarsari Kecamatan Pabuaran. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan struktur biaya dan pendapatan kedua sistem tanam tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang usahatani padi di lahan rawa lebak di Desa Soak Batok, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir. Disebutkan bahwa desa tersebut memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan lahan rawa lebak untuk budidaya padi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kearifan lokal dan curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di desa tersebut.
Cara Pembuatan Bokashi:
1. Pertama-tama dibuat larutan dari EM4, molases/gula dan air dengan perbandingan 1 ml : 1 ml :1 liter air.
2. Bahan jerami, sekam dan dedak dicampur merata di atas lantai yang kering.
3. Selanjutnya bahan disiram larutan EM4 secara perlahan dan bertahap sehingga terbentuk adonan. Adonan yang terbentuk jika dikepal dengan tangan, maka tidak ada air yang keluar dari adonan. Begitu juga bila kepalan dilepaskan maka adonan kembali mengembang (kandungan air sekitar 30%).
4. Adonan selanjutnya dibuat menjadi sebuah gundukan setinggi 15-20 cm. Gundukan selanjutnya ditutup dengan terpal plastik atau karung goni selama 3-4 hari. Selama dalam proses, suhu bahan dipertahankan antara 40-50 0C. Jika suhu bahan melebihi 50 0C, maka karung atau penutup dibuka dan bahan adonan dibolak-balik dan selanjutnya gundukan ditutup kembali.
5. Setelah empat hari penutup terpal plastik atau karung goni dapat dibuka. Pembuatan bokashi dikatakan berhasil jika bahan bokashi terfermentasi dengan baik. Ciri-cirinya adalah bokashi akan ditumbuhi oleh jamur yang berwarna putih dan aromanya sedap. Sedangkan jika dihasilkan bokashi yang berbau busuk, maka pembuatan bokashi gagal.
Proposal ini mengajukan proposal untuk membangun usaha peternakan kambing etawa oleh Kelompok Tani Mutiara Indah Sejahtera di Desa Sukajadi, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Proposal ini menjelaskan visi, misi, tujuan, dan analisis kelayakan usaha peternakan kambing etawa yang diantaranya memanfaatkan lahan dan sumber daya alam yang ada, meningkatkan pendapatan petani, serta menciptakan lapangan
Dokumen ini memberikan ringkasan tentang keadaan pertanian di Desa Kembaran, Jawa Tengah. Desa ini memiliki lahan pertanian berupa sawah dan tegalan yang digunakan untuk menanam padi, palawija, sayuran dan buah-buahan. Sistem pertanian di desa ini masih tradisional dengan ketergantungan pada curah hujan. Kinerja petani dapat ditingkatkan dengan adanya penyuluhan dan organisasi tani yang mendukung.
Proposal skripsi Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2016 Ana Puja Prihatin
油
1. Dokumen ini membahas hubungan antara peranan penyuluh pertanian dengan produktivitas petani kacang panjang di Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi.
2. Kecamatan Kumpeh Ulu memiliki luas tanam dan produksi kacang panjang terbesar di Kabupaten Muaro Jambi meskipun produktivitasnya masih rendah.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan penyuluh pertanian, produktivitas petani
Kegiatan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah pengairan sawah dan pengelolaan air sungai yang merusak lahan pertanian di Desa Banjaran dengan menerapkan metode SRI. Metode ini diharapkan dapat menghemat air hingga 30-40% serta meningkatkan produksi melalui optimalisasi pertumbuhan tanaman dan perakaran yang kuat. Kegiatan ini melibatkan pelatihan dan bantuan alat bagi petani untuk menerapkan budidaya padi secara intensif
Kabupaten Banyumas memiliki potensi pertanian dan peternakan di setiap desanya, termasuk padi, jagung, ternak sapi dan kambing. Untuk mengoptimalkan potensi ini, perlu direvitalisasi lembaga desa dan penguatan kapasitas lembaga melalui pelatihan.
Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...AlkautsarAvizena
油
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Analisis aset komunitas pertanian di Kelurahan Tunjung, Bangkalan menemukan bahwa modal alam, modal manusia, modal sosial, modal fisik, dan modal finansial di kelurahan tersebut cukup untuk mendukung kegiatan pertanian. Petani di Tunjung memiliki pengetahuan yang baik meskipun pendidikan formal rendah, serta terdapat kelompok tani yang mendukung kerja sama antar petani.
Pemetaan ternak kerbau ( M. Khairul Ihsan. Tan 1BMkhairulIhsan
油
Populasi ternak kerbau di Sulawesi Selatan mengalami penurunan pada tahun 2011 akibat produktivitas yang menurun dan minat peternak yang lebih memilih ternak sapi. Namun, potensi pengembangan ternak kerbau masih besar karena adat istiadat masyarakat setempat dan sumber daya manusia yang mendukung. Pengembangan lebih lanjut memerlukan dukungan pemerintah.
Dokumen ini membahas tentang analisis faktor-faktor penyebab masalah kemiskinan di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber daya manusia, potensi wilayah, sistem produksi pertanian, mekanisme pemasaran, dan peranan institusi sosial yang berkontribusi terhadap tingginya tingkat kemiskinan di kabupaten tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa pendapatan r
PPT SIDANG SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA P...Ana Puja Prihatin
油
Skripsi dengan judul Hubungan Penyuluhan Pertanian dengan Produktivitas Kerja Petani Sayuran di Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi oleh Ana Puja Prihatin, NIM D1B012062 telah diuji dan dinyatakan lulus pada tanggal 19 Oktober 2016 dihadapan Tim Penguji yang terdiri dari :
Ketua : Ir. Yusma Damayanti, M.Si.
Seketaris : Ir. Jamaluddin, M.Si.
Penguji Utama : Ir. Arsyad Lubis, M.Si.
Penguji Anggota : 1. Aprollita, S.P, M.Si.
2. Tri Suratno, S.Kom, M.Kom.
1. Skripsi ini membahas analisis perbandingan biaya dan pendapatan petani padi organik dan anorganik di Desa Pangkalan Satu, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat.
2. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik sampling purposive dan wawancara untuk mengumpulkan data.
3. Analisis data menggunakan analisis biaya-pendapatan, perbandingan R/C ratio, dan uji beda T-test unt
Dokumen tersebut membahas perbandingan pendapatan usahatani kacang tanah antara sistem konvensional dan sistem lubang tanam di Desa Bantarsari Kecamatan Pabuaran. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan struktur biaya dan pendapatan kedua sistem tanam tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang usahatani padi di lahan rawa lebak di Desa Soak Batok, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir. Disebutkan bahwa desa tersebut memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan lahan rawa lebak untuk budidaya padi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kearifan lokal dan curahan tenaga kerja pada usahatani padi rawa lebak di desa tersebut.
Cara Pembuatan Bokashi:
1. Pertama-tama dibuat larutan dari EM4, molases/gula dan air dengan perbandingan 1 ml : 1 ml :1 liter air.
2. Bahan jerami, sekam dan dedak dicampur merata di atas lantai yang kering.
3. Selanjutnya bahan disiram larutan EM4 secara perlahan dan bertahap sehingga terbentuk adonan. Adonan yang terbentuk jika dikepal dengan tangan, maka tidak ada air yang keluar dari adonan. Begitu juga bila kepalan dilepaskan maka adonan kembali mengembang (kandungan air sekitar 30%).
4. Adonan selanjutnya dibuat menjadi sebuah gundukan setinggi 15-20 cm. Gundukan selanjutnya ditutup dengan terpal plastik atau karung goni selama 3-4 hari. Selama dalam proses, suhu bahan dipertahankan antara 40-50 0C. Jika suhu bahan melebihi 50 0C, maka karung atau penutup dibuka dan bahan adonan dibolak-balik dan selanjutnya gundukan ditutup kembali.
5. Setelah empat hari penutup terpal plastik atau karung goni dapat dibuka. Pembuatan bokashi dikatakan berhasil jika bahan bokashi terfermentasi dengan baik. Ciri-cirinya adalah bokashi akan ditumbuhi oleh jamur yang berwarna putih dan aromanya sedap. Sedangkan jika dihasilkan bokashi yang berbau busuk, maka pembuatan bokashi gagal.
Proposal ini mengajukan proposal untuk membangun usaha peternakan kambing etawa oleh Kelompok Tani Mutiara Indah Sejahtera di Desa Sukajadi, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Proposal ini menjelaskan visi, misi, tujuan, dan analisis kelayakan usaha peternakan kambing etawa yang diantaranya memanfaatkan lahan dan sumber daya alam yang ada, meningkatkan pendapatan petani, serta menciptakan lapangan
Dokumen ini memberikan ringkasan tentang keadaan pertanian di Desa Kembaran, Jawa Tengah. Desa ini memiliki lahan pertanian berupa sawah dan tegalan yang digunakan untuk menanam padi, palawija, sayuran dan buah-buahan. Sistem pertanian di desa ini masih tradisional dengan ketergantungan pada curah hujan. Kinerja petani dapat ditingkatkan dengan adanya penyuluhan dan organisasi tani yang mendukung.
Proposal skripsi Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2016 Ana Puja Prihatin
油
1. Dokumen ini membahas hubungan antara peranan penyuluh pertanian dengan produktivitas petani kacang panjang di Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi.
2. Kecamatan Kumpeh Ulu memiliki luas tanam dan produksi kacang panjang terbesar di Kabupaten Muaro Jambi meskipun produktivitasnya masih rendah.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan penyuluh pertanian, produktivitas petani
Kegiatan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah pengairan sawah dan pengelolaan air sungai yang merusak lahan pertanian di Desa Banjaran dengan menerapkan metode SRI. Metode ini diharapkan dapat menghemat air hingga 30-40% serta meningkatkan produksi melalui optimalisasi pertumbuhan tanaman dan perakaran yang kuat. Kegiatan ini melibatkan pelatihan dan bantuan alat bagi petani untuk menerapkan budidaya padi secara intensif
Proposal padi organik srimukti desa atapangirwandeni
油
Proposal ini mengajukan dana untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi padi organik di Desa Katapang, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, dengan menerapkan teknik budidaya padi organik berbasis teknologi nano, Sistem Inovasi Pertanian Rakyat, dan pengelolaan tanaman terpadu untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani serta mendukung program swasembada beras nasional.
Este documento parece ser una lista de nombres y direcciones. Contiene m叩s de 200 entradas con los nombres de personas y parejas, seguidos de sus direcciones. Las direcciones incluyen nombres de calles, pueblos y ciudades en Indonesia.
Proposal ini meminta dana sebesar Rp1.750.000 untuk seragam, biaya pendaftaran, dan konsumsi tim sepak bola Garlo FC dalam mengikuti turnamen di Laiworu pada 3 Maret 2017 guna mengembangkan bakat pemuda dan memajukan sepak bola di masyarakat.
Surat pernyataan yang berisi 10 poin pernyataan dari Lilis Fitra Saswati Arsil tentang statusnya yang tidak pernah dihukum, diberhentikan tidak hormat, menjadi calon pegawai, menjadi pengurus partai, terikat kerja, bersedia tidak menikah dan ditempatkan di seluruh Indonesia, serta bersedia mengembalikan biaya seleksi dan pelatihan jika mengundurkan diri.
Surat pernyataan yang ditandatangani oleh Fajar Aswati yang menyatakan bahwa dirinya tidak pernah dihukum, diberhentikan tidak hormat, menjadi calon pegawai negeri, menjadi pengurus partai politik, sedang terikat kontrak kerja, bersedia tidak menikah selama 6 bulan, ditempatkan di seluruh Indonesia, mengembalikan biaya seleksi jika mengundurkan diri, dan mengganti biaya enam kali lipat jika mengundurkan
This document contains reports from midwives at the Paramata Raha Midwifery Academy in Muna Regency on their targets for antenatal care, infant care, postnatal care, and family planning in 2017. The reports provide the midwife's name, student ID number, and academic institution for each of their assigned targets.
Dokumen tersebut membahas tentang makromolekul yang terdiri dari berbagai jenis seperti karbohidrat, lipid, dan protein. Karbohidrat dibagi menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Lipid terdiri dari lemak, fosfolipid, dan steroid. Sedangkan protein tersusun atas kombinasi asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Ketiga makromolekul ini memainkan peran penting dalam struktur dan metabolisme sel.
Pemimpin perlu memahami karakteristik karyawan sesuai teori X, Y, dan Z McGregor. Teori X mengasumsikan karyawan malas, teori Y mengasumsikan karyawan akan bekerja keras jika kondisinya tepat, teori Z menekankan partisipasi karyawan. Pemimpin harus mengembangkan kompetensi karyawan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Membangun budaya kepemimpinan penting agar kaderisasi terj
Tes akhir semester mata pelajaran Seni Budaya di SMK Kelautan dan Perikanan Raha meliputi berbagai aspek seni seperti seni rupa, musik, tari, dan drama. Soal-soalnya mencakup pengetahuan tentang sejarah seni, tokoh-tokoh seniman, unsur-unsur karya seni, dan fungsi seni dalam kehidupan. Ujian ini dimaksudkan untuk menilai pemahaman siswa terhadap berbagai aspek seni.
1. Karsinoma tulang adalah pertumbuhan sel ganas abnormal pada tulang dan jaringan terkaitnya.
2. Penyebabnya belum jelas tetapi kemungkinan termasuk genetik, radiasi, bahan kimia, dan trauma.
3. Gejalanya berupa nyeri tulang, bengkak, dan fraktur patologis yang dapat menyebar ke organ lain.
Undangan sosialisasi program tanaman jagung kuning kecamatan Lasalepa yang akan diselenggarakan pada tanggal 7 Maret 2017 pukul 09.00 di Balai Pertemuan Desa Labone. Kehadiran para tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok tani, dan aparat desa sangat diharapkan.
1. KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH MELALUI PENDEKATAN SISTEM
AGRIBISNIS DALAM BUDAYA KAMPUNG NAGA
Marlina1)
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
Linamarlina249@Gmail.com
Suyudi
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
Hj. Enok Sumarsih3)
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
enoksumarsih@yahoo.com
ABSTRACT
The aim of this research is to find out the variation of the rice field agriculture
through agribussiness system approach in the culture of Kampung Naga.
This research uses the case methode and purposive respondent that consists of
ten rice farmers. The location of this research was in the village of Kampung Naga the
district of Salawu the regency of Tasikmalaya. The kind of data that are gathered in this
research are the primary and secundary data. The technique of the collection of primary
data is direct interview. And the technique of the collection of secundary data is gained
from the office of agriculture and some relevant literatures. The variation of rice field
agribussiness and the financial aspect, which is to discribe cost, profit and R-C ratio is
analized in descriptive manner.
The system of rice field agribussiness which are conducted by the people of
Kampung Naga is still very traditional so that the five sub-system indicated are not
visible. The yield that are gained from rice farming are mostly consumed by themselves,
to fulfill the need of the family. The economic institution of the village that can support
the activity of rice field agribusiness is Lumbung Padi. So it enables Kampung Naga
to be self-suffient in rice production. The process of rice field agribusiness still involves
the strong tradition so that the rice farmers believe that by embracing to the traditional
beliefs and growing rice based on the tradition they can increse the yield and prevent
them from the failure of the harvest.
1
2. Even though the rice farmers of kampung Naga still preserves the local wisdom
and hold to their old tradition but their rice field agribussiness still can be improved by
the R-C ratio of 1,39.
Key word:
farming system, agribussiness system, Rice, Kampung Naga, culture,
Income.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaan usahatani padi
sawah melalui pendekatan sistem agribisnis dalam budaya Kampung Naga.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan penetapan responden
secara purposive terhadap 10 orang petani padi sawah dengan mengambil lokasi di
Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data
primer dilakukan melalui wawancara langsung dengan responden, sedangkan data
sekunder diperoleh dari instansi terkait serta beberapa literatur. Keragaan agribisnis
usahatani padi sawah dan aspek finansial yang meliputi biaya pendapatan, penerimaan
dan R-C ratio dianalisis secara deskriptif.
Sistem agribisnis usahatani padi sawah yang dilakukan oleh masyarakat
Kampung Naga masih terikat oleh adat sehingga kelima subsistem yang ada tidak
terlihat secara jelas. Hasil usahatani padi sawah pada umumnya digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan beras keluarga. Kelembagaan ekonomi adat yang dapat
mendukung kegiatan usahatani adalah lumbung padi. Sehingga Kampung Naga
merupakan daerah yang termasuk ke dalam swasembada pangan. Proses usahatani padi
masyarakat masih terikat oleh adat istiadat yang masih kuat, sehingga masyarakat
beranggapan bahwa dengan percaya dan melaksanakan tradisi tersebut dapat
meningkatkan hasil yang maksimal dan jarang terjadinya kegagalan panen.
Meskipun masyarakat masih tetap mempertahankan kearifan lokal dan masih tetap
memegang teguh tradisi dan budaya leluhur, tetapi dalam melaksanakan usahatani padi
masih tetap layak untuk diusahakan dengan R-C yang diperoleh sebesar 1,39.
Kata Kunci: Sistem Usahatani, Sistem Agribisnis, Padi Sawah, Kampung Naga,
Budaya, Pendapatan.
2
3. I.
Pendahuluan
Kampung Naga merupakan sebuah perkampungan adat yang masih tetap
memegang teguh adat istiadat leluhur, meskipun berada ditengah-tengah kehidupan
masyarakat modern. Berlokasi di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten
Tasikmalaya. Disebelah timur Kampung Naga terdapat hutan kramat yang di kelilingi
sungai Ciwulan. Masyarakat Kampung Naga adalah sebuah komunitas yang tradisional
yang masih kuat mempertahankan adat dan budaya leluhur.Ini tercermin dari kehidupan
mereka yang bersahaja, membatasi diri dari pengaruh-pengaruh luar, serta taat
menjalankan berbagai ritual dan keyakinan dari generasi kegenerasi (Mahpudi, 2008).
Sistem pertanian yang digunakan masyarakat Kampung Naga masih sangat
sederhana dan tradisional. Ketergantungannya pada komoditas andalan yang menjadi
sumber bahan makanan pokoknya menjadi sangat kuat.Maka dari itu, peran tanaman
padi menjadi sangat dominan dibandingkan dengan jenis tanaman pertanian lainnya.
Mereka akan merasa tenang dan nyaman, apabila memiliki padi dan beras dengan
cukup, karena padi dan beras merupakan ukuran penghasilan mereka. Padi atau beras
dalam masyarakat petani tradisional memiliki nilai ekonomis. Oleh sebab itu, tanaman
padi dianggap sebagai titisan Dewi Sri/Nyi Pohaci, sebagai lambang kesuburan petani
(Anton Charliyandan Elis Suryani NS, 2010)
Terdapat kendala yang mereka hadapi sehubungan dengan areal lahan pertanian,
baik lahan basah (sawah) maupun kering, karena di Kampung Naga hanya sekitar 1,5
hektar dengan jumlah penduduk 112 kepala keluarga (KK), maka rata-rata pemilikan
lahan pertanian hanya sekitar 297 m2 per kepala keluarga (Suganda, 2006) dalam Anton
Charliyandan Elis Suryati NS (2010). Selain keterbatasan lahan pertanian, ada satu
faktor lain yang secara langsung berpengaruh pada tingkat kesejahteraan mereka.
Mereka tidak pernah melakukan intensifikasi, karena selain tradisi sistem
pertanian tradisional dinilai lebih ekonomis. Pengolahan tanah cukup dengan
menggunakan
peralatan
sederhana,
tidak
memerlukan
traktor,
tetapi
hanya
menggunakan cangkul,dan melibatkan tenaga kerja keluarga atau lingkungan terdekat.
Terkadang saling bantu dengan anggota masyarakat lainnya tanpa memperhitungkan
upah sebagai imbalannya.
Pada dasarnya sistem pertanian yang ada di Kampung Naga dengan yang ada di
luar Kampung Naga masih sama yaitu sederhana dan tradisional. Namun yang
3
4. membedakan antara sistem pertanian di Kampung Naga dengan Kampung yang lainnya
yaitu adat istiadat yang masih kuat, sedangkan masyarakat yang berada di luar
Kampung Naga dalam melakukan usahataninya tidak tergantung pada adat itu sendiri
dan adat tersebut sudah mulai luntur. Menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga,
bahwa tradisi atau adat yang mereka lakukan dalam pelaksanaan usahatani padi
dipercaya dapat berpengaruh terhadap hasil panen. Penelitian ini bertujuan untuk
Mengetahui keragaan dan kelayakan usahatani padi sawah di Kampung Naga.
II.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus di Kampung
Naga Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Penentuan lokasi
penelitian tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), berdasarkan pertimbangan
bahwa Kampung Naga merupakan daerah yang mempunyai ciri yang khas kearifan
lokal dalam melaksanakan usahatani padi sawahnya dan masih terikat oleh adat istiadat
nenek moyang leluhurnya.
Responden ditetapkan secara Purposive atau berdasarkan pertimbangan tertentu
dan dipilih 10 petani di Kampung Naga Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten
Tasikmalaya yang sudah distratifikasi berdasarkan kedudukan dan status sosial
responden.
Penelitian ini dianalisis secara deskriptif untuk menjelaskan tentang
keragaan usahatani padi sawah di Kampung Naga melalui pendekatan system agribisnis.
Analisis finansial digunakan untuk menghitung besarnya biaya, penerimaan,
pendapatan, serta kelayakan usaha padi sawah di Kampung Naga dengan perhitungan
sebagai berikut:
1)
Biaya total diperoleh dengan cara menjumlahkan total biaya tetap dengan total
biaya variabel dengan rumus sebagai berikut:
TC=TFC + TVC
Keterangan :
TC
TFC
: Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap)
TVC
2)
: Total Cost( Biaya Total)
: Total Variable Cost( TotalBiaya Variabel)
Secara umum total penerimaan dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut:
TR = TP. HP
4
5. Keterangan :
TR
TP
= Total Produksi
HP
3)
= Total Revenue (Total Penerimaan)
= Harga satuan produksi
Pendapatan
= TR TC
Keterangan :
TR
= Total Penerimaan
TC
4)
= Pendapatan
= Total Biaya
Analisis kelayakan usaha menggunakan analisis R/C
R/C
=
Total Penerimaan
Biaya Total
R/C ini menunjukkan penerimaan yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang
dikeluarkan untuk satu kali proses produksi. Adapun kriteria penilaian kelayakan
tersebut yaitu:
a)
Apabila R/C> 1, maka usahatani padiyang dilakukan memperoleh keuntungan
dan layak diusahakan.
b)
Apabila R/C < 1, maka usahatani padi yang dilakukan mengalami kerugian dan
tidak layak untuk diusahakan.
c)
Apabila R/C = 1, maka usahatani padi tidak memperoleh keuntungan dan tidak
mengalami kerugian (impas).
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Keragaan Usahatani Padi dalam Budaya Kampung Naga
1) Subsistem Penyediaan Sarana dan Prasarana Produksi
Subsistem penyediaan sarana dan prasarana produksi dalam usahatani padi di
Kampung Naga pada umumnya dalam penyediaan benih padi menggunakan varietas
lokal yaitu pare gede meliputi padi jamlang, lokcan, peuteuy, sari kuning, cere dan jidah
nangka.
Sebagian
besar
benih
tersebut
diperoleh
dari
hasil
panen
sebelumnya.Sedangkan untuk memperoleh pupuk, dan sarana produksi lainnya
diperoleh dari kios saprodi terdekat. Mereka tidak pernah kesulitan dalam memperoleh
sarana produksi baik dalam pengadaan pupuk maupun dalam sarana produksi lainnya.
5
6. 2) Usahatani
Adapun sistem usahatani yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga terdiri
dari; pengolahan lahan, pembenihan, pengairan, penanaman, penyiangan, pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit serta pemanenan.
a) Pengolahan Lahan
Ketersediaan air bagi masyarakat Kampung Naga tercukupi sepanjang tahun
meskipun pada musim kemarau, hal ini disebabkan oleh adanya hukum adat masyarakat
Kampung Naga yang selalu harus melestarikan lingkungan alam sekitarnya.Masyarakat
Kampung Naga mempunyai prinsip Leuweung lain ruksakkeun, tapi rawateun jeung
rumateun yang artinya hutan itu tidak boleh dirusak tetapi harus dirawat, dijaga dan
dilindungi.Masyarakat Kampung Naga pada musimkemaraumasih tetap dapat
melakukan kegiatan bercocok tanam. Pengolahan tanah sawah yang dilakukan oleh
petani di Kampung Naga melikputi; perbaikan
pematang, pencangkulan, perataan dan membuat
garisan untuk penanaman padi (nyaplak).
Pengolahan lahan yang dilakukan oleh
petani di Kampung Naga harus disesuaikan
dengan hari baik, yang dimaksud hari baik
adalah hari kelahiran petani yang dalam sistem
Gambar 1. Mengolah Sawah dengan
Mencangkul
pengolahannya disesuaikan dengan hari baik
tersebut. Sebagai contoh petani yang lahir pada hari Jumat maka petani tersebut harus
memulai mengolah lahan pertama dengan menghadap ke arah Timur.Mereka
beranggapan kalau mengikuti adat tersebut akan memberikan hasil yang baik. Setelah
ditentukan hari baik mereka akan segera turun kesawah untuk mengatur pengaliran
air, sehingga permukaan tanah sawah tetap tergenang untuk beberapa hari, dengan
begitu tanah menjadi lembek serta mudah dicangkul, setelah diratakan, pada salah satu
sudut sawah disiapkan tempat pembenihan padi.
Tenaga kerja yang digunakan dalam pengolahan tanah sebagian besar
merupakan tenaga kerja dalam keluarga. Meskipun ada sebagian kecil yang
menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga dan berasal dari luar Kampung Naga.
6
7. b) Persemaian (Pabinihan)
Gambar 2.PersemaianBenih Padi
Sebelum melakukan persemaian, masyarakat Kampung Naga pada umumnya
melakukan upacara ritual yang disebut ngukusan. Upacara tersebut merupakan ritual
yang selalu dilakukan sebelum persemaian, sebelum menanam padidan sebelum panen.
Ngukusan adalah upacara bakar kemenyan di lahan yang sudah disiapkan untuk
melakukan persemaian, penanaman padi dan pemanenan. Bahan-bahan yang digunakan
untuk ngukusan (Gambar 3) tersebut diantaranya ketupat, pisang, opak, wajit, daun
sirih, apu sirih, gambir, rujak (pisang dan kelapa), kemenyan, minyak kelapa, bakau,
buah pinang, ani-ani, empos (dupa dari kelapa), cermin, sisir. Hal tersebut menunjukkan
bahwa masyarakat Kampung Naga percaya dengan melakukan ritual seperti itu, maka
hasil panen mereka nanti akanmendapatkan hasil yang maksilmal.
Lahan untuk persemaian yang
dilakukan petani padi di Kampung
Naga
dahulu,
sebelumnya
pengolahan
diolah
lahan
terlebih
untuk
persemaian ini dilakukan dengan cara
pencangkulan hingga tanah menjadi
lumpur
dan
tidak
lagi
terdapat
bongkahan tanah Lahan yang sudah
halus lumpurnya ini kemudian dipetak-
Gambar 3. Proses Ngukusan
petak dan antara petak-petak tersebut dibuat parit untuk mempernudah pengaturan air.
Persemaian yang dilakukan petani padi di Kampung Naga dilakukan dengan
menggunakan benih padi dari hasil sendiri dengan cara menyisihkan benih dari hasil
panen sebelumnya.
7
8. Gambar 4. Mencabut bibit dan bibit siap tanam
Rata-rata benih yang dibutuhkan untuk ditanam pada lahan seluas 1 ha sebanyak
15 kg. Benih yang hendak disemai sebelumnya direndam terlebih dahulu secara
sempurna sekitar 2 x 24 jam (2 hari 2 malam), dalam ember atau wadah lainnya.
Tempat persemaian benih jangan sampai terdapat banyak genangan air, karena pada saat
penaburan benih ditempat persemaian benih yang disebar dan masuk ke genangan air
akan busuk. Selain itu benih juga tidak harus terbenam kedalam tanah karena dapat
menyebabkan kecambah terinfeksi pathogen (penyebab penyakit tanaman) yang dapat
menyebabkan busuknya kecambah.
Persemaian dilakukan 25 hari sebelum masa tanam, persemaian dilakukan pada
lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami. Hal ini
dilakukan agar benih yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akanditanam mudah
diangkut dan tetap segar. Bila lokasi jauh maka benih yang diangkut dapat stress bahkan
jika terlalu lama menunggu akan mati.
c) Pengairan
Kebutuhan
air
untuk
kegiatan
usahatani padi pada umumnya tercukupi
dengan adanya irigasi.Air irigasi diperoleh dari
sungai Ciwulan yang kemudian di alirkan dan
dibagikan sesuai kebutuhan ke irigasi-irigasi,
tiap irigasi mempunyai pegawai yang bertugas
membuka atau menutup saluran irigasi supaya
aliran air tetap terkontrol.
Pengairan yang dilakukan oleh petani
Gambar 5.Saluran Air Irigasi
padi adalah pada pengairan sawah sebelum dibajak bertujuan untuk mempermudah
8
9. pembajakan karena saat basah tanah menjadi lembek dan saat penanaman (tandur)
lahan dalam kondisi tidak terlalu tergenang (macak-macak).Hal ini berguna dalam
mengoptimalkan pertumbuhan akar. Kemudian padi pada umur 7 10 hari hingga umur
45 50 kondisi lahan tetap macak-macak terkecuali jika akan dilakukan penyiangan
kondisi lahan harus tergenang, hal ini dilakukan untuk memudahkan penyiangan agar
tanah lebih berstruktur dan munculnya tunas-tunas baru tiap rumpunnya.
Karena apabila dibiarkan tetap tergenang air mengakibatkan pertumbuhan
tanaman tidak maksimal karena pertumbuhan tunas baru terhalang oleh air. Pada umur
padi 45 50 ialah fase generatif yaitu pada saat padi akan berbunga, keadaan lahan pada
kondisi ini dikeringkan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga tunas atau anakan agar
tidak terus menerus menumbuhkan anakan yang tidak produktif. Setelah itu pada saat
umur padi 60 hari kondisi lahan kembali macak macak hingga dalam waktu seminggu
menjelang panen kondisi air dikeringkan, hal ini dilakukan untuk menjaga agar tidak
tumbuh tunas tersier yang akan mengganggu pemasakan bulir.
d) Penanaman
Penanaman atau tandur yang di lakukan
petani di Kampung Naga dilakukan ketika bibit
berumur 25-30 hari, ini dikarenakan bibit yang
siap ditanam ialah bibit yang telah mencapai
umur yang optimal untuk dipindahkan ke lahan.
Bibit ditanam dengan cara dipindahkan
dari bedengan persemaian ke petakan sawah,
Gambar 6. Proses Penanaman
dengan cara bibit dicabut dari bedengan persemaian dengan menjaga agar bagian
akarnya terbawa semua dan tidak rusak. Setelah itu benih dikumpulkan dalam
ikatan-ikatan lalu ditaruh disawah dengan sebagian akar terbenam ke air. (Gambar 4
hal 7)
Sebelum benih ditanam, lahan dibuat pola jarak
tanam dengan menggunakan alat caplakan.Mencaplak
lahan dilakukan dua kali dengan arah yang berlawanan
(vertikal horizontal) sehingga terbentuk pola tanam
dengan jarak tanam yang ukurannya telah ditentukan
pada
Gambar 7. Membuat Caplakan untuk
Penanaman Padi
caplakan.
9
Hal
ini
untuk
mempermudah
10. pemeliharaan, baik penyiangan maupun pemupukan dan memungkinkan setiap tanaman
memperoleh sinar matahari yang cukup dan zat zat makanan secara merata.Benih
ditanam dengan posisi tegak dengan jarak tanam padi 30 x 30 cm
e) Penyiangan
Setiap hari setelah penanaman, tanaman padi harus selalu dilihat, apabila
kelihatan ada tanaman yang mati harus segera diganti dengan bibit yang baru
(disulam).Penyiangan dalam usahatani padi di Kampung Naga dilakukan dengan
melihat terlebih dahulu kondisi tanaman, apakah tumbuh dengan baik atau tidak.
Jika tanaman ada yang roboh, mati atau kerusakan akibat adanya gangguan
hama seperti tikus dan
gang,
maka
dilakukan
bibit
harus
penggantian
dengan
cara
menyulam dengan benih
yang sama, penyulaman
dilakukan 10 hari setelah
Gambar 8. Proses Penyiangan
tanam (hari setelah tanam).
Penyiangan dilakukan disekitar rumpun padi, kemudian dibenamkan kelumpur
atau dibuang ke pematang sawah.Rata-rata penyiangan dilkukan sebanyak dua kali
dalam satu kali musim tanam, penyiangan pertama dilakukan ketika padi berumur tiga
minggu dan yang ke dua setelah padi ber umur enam minggu.
f) Pemupukan
Pemupukan yang dilakukan oleh petani di
Kampung Naga keseluruhannya menggunakan
pupuk kimia buatan pabrik yaitu phonska
berfungsi sebagai ketahanan tanaman terhadap
penyakit dan mempercepat pembuatan zat pati
dan TSP berfungsi mempercepat tumbuhnya
tanaman,
merangsang
pembungaan
dan
Gambar 9. Proses Pemupukan
pembentukan buah dan mempercepat pemanenan, pemupukan dilakukan dua kali dalam
satu kali musim tanam diantaranya 13 persen ketika padi di semai berumur 15 hari atau
dua minggu setelah tanam dan 97 persen ketika benih telah di tanam umur 35
10
11. hari.Namun ada juga yang menggunakan pupuk kandang (organik). Karena masyarakat
Kampung Naga sebagian ada yang memelihara ternak seperti ayam, itik, domba, dan
kambing.Kotoran dari hewan btersebut mereka gunakan untuk pupuk.
g) Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit pada tanaman padi sangat beragam, disamping faktor
lingkungan (curah hujan, suhu dan musim) yang sangat mempengaruhi produksi padi.
Pengendalian hama dan penyakit sangat penting dilakukan dalam usahatani padi agar
hasil produksi tidak menurun.
Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani padi di Kampung Naga
umumnya tidak menggunakan pestisida kimia, tetapi menggunakan abu yang bertujuan
untuk menangkal hama yang mengganggu tanaman padi.Hal ini dilakukan pada saat
padi berumur 10 hari atau lebih (pada saat padi terserang oleh hama putih). Selain
menggunakan abu, ada juga tanaman yang bisa di jadikan pestisida yaitu tanaman
sulangkar, daun gadog, pucuk kawung dan pacing. Tanaman tersebut berfungsi untuk
mencegah semua jenis hama padi.
h) Panen dan Pasca Panen
Sebelum dipanen, padi mengalami dua kali penyiangan rumput dan gulma
lainnya, yang tumbuh disela-sela tanaman padi, yang merupakan saat paling penting,
sehingga ketika memasuki masa berbunga, petani berusaha semaksimal mungkin agar
hasil panennya memuaskan. Salah satu usaha yang mereka tempuh adalah dengan
menyediakan sesajen yang disebut ngarujakan, yang artinya sama dengan menyediakan
sesajen rujak. Menurut mereka, padi yang sedang berbunga, diibaratkan Dewi Sri/Nyi
Pohaci yang sedang hamil muda.Hal ini dilakukan ketika padi berumur 3 bulan.
Penyediaan sesajen ini terus berlanjut setiap tahap hingga panen dan
menyimpannya kedalam leuit/lumbung padi.Penyimpanan padi kini lebih praktis,
setelah dipanen padi dijadikan gabah lalu dijemur. Gabah tersebut disimpan didalam
karung, kemudian disimpan di Goah yang dianggap sebagai tempat persemayaman
Dewi Sri/Nyi Pohaci, sekaligus sebagai wilayah kekuasaan perempuan. Peranan
perempuan dalam menyimpan kebutuhan bahan makanan pokok, disamakan dengan
padaringan atau pabeasan tempat menyimpan b辿as atau beras.
11
12. Kegiatan pemanenan di Kampung Naga masih dilakukan secara manual yaitu
dengan cara memotong padi menggunakan ani-ani (etem) atau pisau khusus untuk
pemanenan (sabit/arit).
Gambar 10 . Proses Pemanenan dan Penjemuran Padi
Pelaksanaan pemungutan hasil pada saat pemanenan ada beberapa cara
diantaranya sistem bawon dan sistem tebasan. Sistem bawon adalah upah dari hasil
kerja menuai padi yang diberikan oleh pemilik sawah kepada penuai padi berupa padi
setelah pemanenan selesai dan sistem tebasan atau taksiran yaitu pemilik sawah menjual
padinya yang masih berada di sawah ke tukang tebas dan petani langsung mendapatkan
hasil panennya tanpa harus memanen padinya, karena pemanenan seluruhnya di
serahkan ke tukang tebas.
3) Subsistem Pengolahan Hasil
Berdasarkan penelitian, masyarakat Kampung Naga dalam pengolahan hasil
pertaniannya dikonsumsi untuk sendiri, tetapi ada juga sebagian yang dijual ke luar.
Mereka mengolah hasil taninya menjadi tepung beras dimana tepung beras tersebut
digunakan untuk membuat rempeyek, rangining, wajit (angl辿ng), nagasari dan lain-lain
yang akan disajikan pada waktu upacara-upacara tertentu.Seperti pada waktu panen,
12
13. hajat sasih(numpeng) dan lain-lain.Hal tersebut dijadikan untuk menambah lauk pauk
atau makanan ringan pada saat upacara tertentu.
4) Subsistem Pemasaran
Sebagian besar masyarakat Kampung Naga tidak melaksanakan aktivitas
pemasaran. Masyarakat Kampung Naga melaksanakan budidaya padi sawah hanya
untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri dan anggota keluarganya. Walaupun begitu,
ada sebagian masyarakat Kampung Naga yang melaksanakan pemasaran, dan menjual
hasil usahataninya itu kepada pedagang pengumpul yang datang ke Kampung Naga,
hanya saja aktivitas pemasaran tersebut tidak berjalan secara kontinyu.
5) Jasa Penunjang
Masyarakat Kampung Naga mempunyai lembaga ekonomi adat yang disebut
lumbung padi (leuit).Lumbung padi merupakan tempat untuk menyimpan padi yang
terpisah dari rumah.Setiap panen mereka menyisihkan (menyumbangkan) hasil
panennya itu ke dalam lumbung padi, tetapi tidak diwajibkan bagi masyarakat Kampung
Naga untuk menyumbangkan hasil taninya tersebut setiap panen, namun bersifat suka
rela.Padi tersebut digunakan untuk keperluan adat (upacara ritual), merenovasi
bangunan mesjid dan bale pertemuan.Selain itu padi tersebut diberikan kepada orang
yang tidak mampu, tetapi masyarakat di Kampung Naga tidak ada yang kekurangan
dalam hal itu.Jika ada orang yang meminjam padi tersebut, maka dibayarnya pada
waktu panen yang akan datang.
3.2
Aspek Finansial Usahatani Padi Sawah di Kampung Naga
Aspek finansial usahatani padi sawah di Kampung Naga pada umumnya bersifat
subsisten tetapi untuk mengetahui kelayakan padi tersebut maka komponen biaya tetap,
biaya variabel, penerimaan, pendapatan, dan RC Ratio dicoba untuk diperhitungkan.
Analisis biaya dalam penelitian ini dihitung per satu kali produksi, dimulai dari
persiapan pengolahan lahan sampai dengan proses pemanenan.
1. Biaya Tetap (fixed cost)
Berdasarkan Tabel 1. Karena petani responden memiliki lahan sendiri maka
yang dihitung pada biaya tetap ini adalah biaya pajak lahan dan penyusutan alat.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa alat-alat yang digunakan dalam usahatani
padi di Kampung Naga terdiri dari cangkul, sabit, parang dan ani-ani (辿t辿m) dengan
rata-rata kepemilikan 1 sampai 4 buah dengan umur ekonomis 3 sampai 5 tahun.
13
14. Tabel 1. Biaya Tetap Usahatani Padi Sawah dalam Satu Periode Produksi (6 bulan) pada
rata-rata 4.060 m族
Jumlah Biaya
No.
Komponen Biaya
(Rp)
1 Pajak Lahan
62.831,62
2 Penyusutan Alat
93.666,67
3 P3A
20.000,00
4 Biaya Ngukusan
60.300,00
Jumlah
236.789,29
Sumber: Data primer yang diolah
2.
Biaya Variabel (Variable Cost)
Berdasarkan Tabel 2. Jumlah biaya variabel rata rata yang dikelurkan petani
responden pada usahatani padi per satu kali proses produksi (6 bulan) di Kampung Naga
adalah sebesar Rp 2.314.266,11. Bagian terbesar biaya variabel berasal dari tenaga kerja
dimana pada biaya tenaga kerja ini biaya yang dikeluarkan berdasarkan upah untuk
mencangkul, menanam, pemupukan, penyiangan, dan pemanenan yaitu sebesar
Rp 18.374.145,00 dengan rata-rata sebesar Rp 2.04.572,00. Kemudian dari pupuk
dimana biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 2.236.250,00 dengan rata rata
Rp 249.281,25. Sisanya dari komponen biaya benih sebesar Rp 361.999,00 dengan
rata rata Rp 40.222,11.Pada komponen benih ini tidak dihitung secara ekonomi karena
masyarakat Kampung Naga pada umumnya dalam pengadaan benih tidak membeli dari
luar tetapi mereka menyisihkan dari panen sebelumnya.
Table 2. Biaya Variabel Usahatani Padi Sawah dalam Satu Periode Produksi (6 bulan)
pada rata-rata 4.060 m族
Jumlah Biaya
No.
Komponen Biaya
(Rp)
1
Benih
40.222,11
2
Pupuk: Kandang
11.000,00
Phonska
47.656,25
TSP
190.625,00
3
Tenaga Kerja
2.04.572,00
Jumlah
2.314.266,11
Sumber: Data primer yang diolah
3.
Biaya Total
Berdasarkan Tabel 3. Biaya total rata rata yang dikeluarkan petani untuk satu
kali proses produksi (6 bulan) di Kampung Naga adalah sebesar Rp 2.551.064,40.
Bagian terbesar biaya total berasal dari biaya variabel dimana pada biaya variabel ini
biaya yang dikeluarkan berdasarkan biaya yang besar kecilnya tergantung pada aktivitas
produksi padi yaitu sebesar Rp 2.314.266,11. Sisanya merupakan kontribusi dari biaya
14
15. tetap yang terdiri dari biaya pajak lahan, penyusutan alat dan P3A sebesar
Rp 236.798,29.
Tabel 3. Biaya Total Usahatani Padi Sawah dalam Satu Periode Produksi (6bulan) pada
rata-rata 4.060 m族
Jumlah Biaya
No. Komponen Biaya
(Rp)
1 Biaya Tetap
236.798,29
2 Biaya Variabel
2.314.266,11
Jumlah Biaya Total
2.551.064,40
Sumber: Data primer yang diolah
4.
Penerimaan
Berdasarkan Tabel 4. Total penerimaan rata-rata yang dihasilkan pada usahatani
padi untuk satu kali proses produksi (6 bulan) di Kampung Naga adalah sebesar
Rp. 3.551.111,00. Masyarakat Kampung Naga dapat dikatakan untung, karena produksi
yang di hasilkan mencapai maksimal.
Tabel 4. Penerimaan Usahatani Padi Sawah dalam Satu Periode Produksi (6 bulan) pada
rata-rata 4.060 m族
Total
Gabah Kering Padi
Harga Jual
Penerimaan
(kg)
(Rp/kg)
(Rp)
2400
4.000,00
9.600.000,00
1200
4.000,00
4.800.000,00
700
4.000,00
2.800.000,00
840
4.000,00
3.360.000,00
750
4.000,00
3.000.000,00
450
4.000,00
1.800.000,00
600
4.000,00
2.400.000,00
1800
4.000,00
7.200.000,00
500 (organik)
6.000,00
3.000.000,00
900
4.000,00
3.600.000,00
7.740
38.000,00
31.960.000,00
Rata-rata
3.551.111,00
Sumber: Data primer yang diolah
5.
Pendapatan
Table 5. Pendapatan Usahatani Padi Sawah dalam Satu Periode Produksi (6 bulan) pada
rata-rata 4.060 m族
Jumlah Total
Uraian
(Rp)
Penerimaan
3.551.111,00
Biaya Total
2,551,064.40
Pendapatan
1.000.046,60
Sumber: Data primer yang diolah
15
16. Pendapatan yang diterima petani yaitu sebesar pada satu periode produksi
dengan luas lahan rata-rata 4.040 m族 adalah sebesar Rp 1.000.046,60. Dimana pada
pendapatan ini usahatani padi yang dijalankan petani mendapatkan keuntungan.
6.
R-C Ratio
R-C yang diperoleh petani responden pada usahatani padi per satu kali proses
produksi di Kampung Naga adalah sebesar 1,39. Artinya setiap satu rupiah biaya yang
dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar 1,39. Karena R-C Ratio yang diperoleh
ini lebih dari satu, maka dapat disimpulkan bahwa usahatani padi di Kampung Naga
layak untuk diusahakan.
Table 6. R-C Usahatani Padi Sawah dalam Satu Periode Produksi (6 bulan) pada
rata-rata 4.060 m族
No.
Uraian
Nilai
1
Penerimaan
3.551.111,00
2
Biaya
2,551,064.40
3
R-C
1,39
Sumber: Data primer yang diolah
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1) Sistem agribisnis usahatani padi sawah yang dilakukan oleh masyarakat Kampung
Naga masih terikat oleh adat sehingga kelima subsistem yang ada tidak terlihat
secara jelas. Usahatani padi sawah di Kampung Naga dilaksanakan setiap tahun dua
kali karena menggunakan varietas lokal. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk organik
dan anorganik, pengendalian hama dan penyakit bersifat insidentil tergantung pada
serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman dengan menggunakan
pestisida alami.
Hasil usahatani padi sawah pada umumnya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
beras keluarga. Kelembagaan ekonomi adat yang dapat mendukung kegiatan
usahatani adalah lumbung padi. Sehingga Kampung Naga merupakan daerah yang
termasuk ke dalam swasembada pangan. Proses produksi usahatani padi masyarakat
Kampung Naga masih terikat oleh adat istiadat yang masih kuat, sehingga
16
17. masyarakat beranggapan bahwa dengan percaya dan melaksanakan tradisi tersebut
dapat meningkatkan hasil yang maksimal dan jarang terjadinya kegagalan panen.
2) Meskipun masyarakat masih tetap mempertahankan kearifan lokal dan masih tetap
memegang teguh tradisi dan budaya leluhur, tetapi dalam melaksanakan usahatani
padi masih tetap layak untuk diusahakan dengan R-C yang diperoleh sebesar 1,39
Saran
Setelah menganalisis usahatani padi di Kampung Naga dapat disarankan untuk
tetap melakukan budidaya padi yang sudah biasa dilaksanakan dengan mempertahankan
adat istiadat sebagai kearifan lokal. Namun apabila ada inovasi baru alangkah baiknya
kalau masyarakat Kampung Naga biasa membuka diri untuk menerapkan inovasi
tersebut dengan catatan tidak menyimpang dari adat atau tradisi yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA
Anton Charliyandan Elis Suryani, NS. 2010. Menguak Tabir Kampung Naga. Garut:
Kapolwil.
Mahpudi. 2008. Pesona Wisata
ParamediaKomunikatama.
Kabupaten
Tasikmalaya.
Bandung:
CV.
H. M. Ahman Sya dan Awan Mutakin. 2004. Masyarakat Kampung Naga Tasikmalaya.
Gajah Poleng. Tasikmalaya.
Soekartawi. 1997. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo. Jakarta.
Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Rajawali. Jakarta.
17