1.4.j Koneksi antar Materi tentang budaya positifTutiOktaviani
油
#merdekabelajar
#guruberbagi
#semangatberbagi
#idepraktikbaik
#terubelajar
#terus berkarya
#janganlemah
#budayapositif #disiplinpositif #keyakinankelas #kebutuhan dasar manusia #motivasi manusia dalam berbuat
5 posisi kontrol ada sebagai penghukum, pembuat merasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer
Modul ini membahas tentang koneksi antar materi dalam modul 1.4 Budaya Positif, yang mencakup filosofi pemikiran KHD, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, dan tujuan akhir penciptaan budaya positif. Modul ini juga menjelaskan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, posisi kontrol guru, dan segitiga restitusi dalam menciptakan budaya positif di kelas dan sekolah.
Koneksi Antar Materi Modul 1.4_Pirdayati_20240818_100716_0000.pptxpirdayati72
油
Modul ini berisikan bahasan tentang budaya positif yang ada disekolah yang mencakup konsep-konsep sepertidisiplin positif, teori kontrol, motivasi, penghargaan, posisikontrol guru dll. modul ini juga berisi pentingnya melibatkan siswa dan mengubah posisi kontrol guru menjadi manajer dalam menciptakan budaya positif di kelas. modul ini adalah rangkuman dari semua modul yang ada di 1.4
RANCANGAN DAN TINDAK LANJUT AKSI NYATA 1.4.pptxnurmansyah927
油
Penerapan disiplin positif sangat baik untuk diterapkan, terutama dalam menghadapi persoalan siswa, agar kita dapat menggali akar permasalahan yang terjadi, dan penyeesaian yang berpihak pada murid.
Tutorial ini menjelaskan langkah-langkah lengkap dalam membuat halaman website menggunakan Divi Builder, sebuah visual builder yang memungkinkan pengguna membangun website tanpa perlu coding.
Proses dimulai dari instalasi & aktivasi Divi, pembuatan halaman baru, hingga pemilihan layout yang sesuai. Selanjutnya, tutorial ini membahas cara menambahkan section, row, dan module, serta menyesuaikan tampilan dengan tab Design untuk mengatur warna, font, margin, animasi, dan lainnya.
Optimalisasi tampilan website juga menjadi fokus, termasuk pengaturan agar responsif di berbagai perangkat, penyimpanan halaman, serta penetapan sebagai homepage. Penggunaan Global Elements & Reusable Templates turut dibahas untuk mempercepat proses desain.
Hasil akhirnya, halaman website tampak profesional dan menarik tanpa harus coding.
More Related Content
Similar to 1.4.a.8 Koneksi antar materi peran .pptx (20)
Koneksi Antar Materi Modul 1.4_Pirdayati_20240818_100716_0000.pptxpirdayati72
油
Modul ini berisikan bahasan tentang budaya positif yang ada disekolah yang mencakup konsep-konsep sepertidisiplin positif, teori kontrol, motivasi, penghargaan, posisikontrol guru dll. modul ini juga berisi pentingnya melibatkan siswa dan mengubah posisi kontrol guru menjadi manajer dalam menciptakan budaya positif di kelas. modul ini adalah rangkuman dari semua modul yang ada di 1.4
RANCANGAN DAN TINDAK LANJUT AKSI NYATA 1.4.pptxnurmansyah927
油
Penerapan disiplin positif sangat baik untuk diterapkan, terutama dalam menghadapi persoalan siswa, agar kita dapat menggali akar permasalahan yang terjadi, dan penyeesaian yang berpihak pada murid.
Tutorial ini menjelaskan langkah-langkah lengkap dalam membuat halaman website menggunakan Divi Builder, sebuah visual builder yang memungkinkan pengguna membangun website tanpa perlu coding.
Proses dimulai dari instalasi & aktivasi Divi, pembuatan halaman baru, hingga pemilihan layout yang sesuai. Selanjutnya, tutorial ini membahas cara menambahkan section, row, dan module, serta menyesuaikan tampilan dengan tab Design untuk mengatur warna, font, margin, animasi, dan lainnya.
Optimalisasi tampilan website juga menjadi fokus, termasuk pengaturan agar responsif di berbagai perangkat, penyimpanan halaman, serta penetapan sebagai homepage. Penggunaan Global Elements & Reusable Templates turut dibahas untuk mempercepat proses desain.
Hasil akhirnya, halaman website tampak profesional dan menarik tanpa harus coding.
PPT ini dipresentasikan dalam acara Seminar dan油Knowledge Sharing Kepustakawanan yang diselenggarakan oleh Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek. Tanggal 28 November 2017
Puji dan syukur selalu kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Kumpulan Cerpen dari para siswa-siswi SMA Negeri 2 Muara Badak para perlombaan Sumpah pemuda tahun 2024 dengan tema Semangat Persatuan dan Kebangkitan dan perlombaan hari Guru tahun 2024 dengan tema Guru yang menginspirasi, membangun masa depan ini dapat dicetak. Diharapkan karya ini menjadi motivasi tersendiri bagi peserta didik SMA Negeri 2 Muara Badak yang lain untuk ikut berkarya mengembangkan kreatifitas. Kumpulan Cerpen ini dapat dimanfaatkan untuk menunjang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) juga sebagai buku penunjang program Literasi Sekolah (LS) untuk itu, saya sebagai Kepala SMA Negeri 2 Muara Badak sangat mengapresiasi hadirnya buku ini.
Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)Murad Maulana
油
PPT ini dipresentasikan dalam acara Diseminasi repositori perpustakaan BAPETEN yang diselenggarakan oleh Kepala Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi
Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir (P2STPIBN) pada tanggal 25 Februari 2025
Danantara: Pesimis atau Optimis? Podcast Ikatan Alumni Lemhannas RI IKAL Lem...Dadang Solihin
油
Keberadaan Danantara: Pesimis atau Optimis?
Pendekatan terbaik adalah realistis dengan kecenderungan optimis.
Jika Danantara memiliki perencanaan yang matang, dukungan kebijakan yang kuat, dan mampu beradaptasi dengan tantangan yang ada, maka peluang keberhasilannya besar.
Namun, jika implementasinya tidak disertai dengan strategi mitigasi risiko yang baik, maka pesimisme terhadap dampaknya juga cukup beralasan.
Pada akhirnya, kunci suksesnya adalah bagaimana Danantara bisa dikelola secara efektif, inklusif, dan berkelanjutan, sehingga dampak positifnya lebih dominan dibandingkan risikonya.
Danantara: Pesimis atau Optimis? Podcast Ikatan Alumni Lemhannas RI IKAL Lem...Dadang Solihin
油
1.4.a.8 Koneksi antar materi peran .pptx
1. Pengajar Praktik
Eva Septiana Rahayu
Yety Ariesta Indrastuti
Calon Guru Penggerak
Angkatan 5 Kelas 05.146 Kabupaten Tuban Jawa Timur
2022
1.4.a.8 Koneksi Antar Materi
Modul 1.4 Budaya Positif
Keterkaitan Konsep Budaya Positif dengan Materi Modul 1.1 (Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional
Ki Hadjar dewantara), Modul 1.2 (Nilai dan Peran Guru Penggerak), dan Modul 1.3 (Visi Guru
Penggerak) Serta Menyususn Langkah dan Strategi Mewujudkan Budaya Positif di Sekolah
Fasilitator
Gusri Yani Siregar
2. - M
a
m
p
u me
h
a
m
a
h
i keterkaitan k
onsep buda
y
a positif dengan materi pada modul 1.1, 1.2, dan 1.3
- D
apat me
n
y
u
s
u
n langkah dan strategi y
ang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk
mewu
ju
dk
anbuda
y
a positif di sekolah
Tujuan Pembelajaran
Khusus
3. Keterkaitan Konsep Budaya Positif Modul 1.4 dengan Materi pada Modul 1.1 (Refleksi Filosofis
Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara), Modul 1.2 (Nilai dan Peran Guru Penggerak), dan
Modul 1.3 (Visi Guru Penggerak)
Modul 1.1
(Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara)
Modul 1.2
(Nilai dan Peran Guru
Penggerak)
Modul 1.3
(Visi Guru
Penggerak)
Modul 1.4
(Budaya
Positif)
5. Budaya Positif dengan Filosofi Pendidikan KHD
Tujuan pendidikan yaitu, menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak (kodrat alam dan kodrat zaman) agar mereka
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Sekolah ibarat ladang, murid ibarat benih, dan guru ibarat petani. Petani hanya dapat menuntun tumbuhnya bibit yang ia tanam,
ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara bibit yang ia tanam, menyiramnya setiap hari, memberi pupuk, membasmi
hama yang mengganggu hidup tanaman tersebut, hingga bibit yang ia semai menghasilkan panen yang berkualitas. Guru dapat
menuntun bertumbuh kembangnya segala potensi yang ada pada anak dengan sebaik-baiknya, tetapi tidak dapat mengubah
kodrat anak.
Pendidikan haruslah berpihak pada murid, mengutamakan anak, berpusat pada anak, dan memuliakan anak sesuai minat, bakat,
dan kemampuan murid. Guru harus mampu memfasilitasi tumbuh kembang keanekaragaman tersebut melalui penciptaan
ekosistem belajar yang menyenangkan dan selalu dibingkai dalam nilai-nilai luhur pancasila.
Keterkaitan :
- Sebagai upaya dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara maka diperlukan adanya budaya positif pada sekolah
yang disusun dan disepakati secara bersama-sama. Budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-
kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang berbudi pekerti
6. Budaya Positif dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak
- Nilai guru penggerak : Berpihak kepada siswa, mandiri, Mandiri, Inovatif, Kolaboratif, dan
Reflektif.
- Peran Guru Penggerak : Menjadi Pemimpin Pembelajaran, Menjadi Coach Bagi Guru
Lain,
Mendorong Kolaborasi, Mewujudkan Kepemimpinan Siswa, dan Menggerakkan Komunitas
Praktisi
Keterkaitan :
- Mengoptimalkan kekuatan nilai dan peran yang apa pada guru penggerak untuk dapat
mencapai kebahagiaan murid melalui penerapan budaya positif di sekolah.
7. Budaya Positif dengan Visi Guru Penggerak
Dalam mewujudkan suatu perubahan, diperlukan visi dan langkah-langkah yang tepat untuk dapat
mencapainya.
Visi dapat terwujud jika terdapat kerasama dengan semua pihak. Oleh karena itu dalam mewujudkan visi diperlukan
langkah kongkrit menggunakan metode Inkuiri Apresiatif (IA) dengan tahapan BAGJA
Keterkaitan :
Guru Penggerak diharapkan mampu mempelopori gerakan perubahan melalui penerapan budaya positif
untuk mewujudkan visi yang disusun dengan metode Inkuiri Apresiatif berdasrkan tahapan-tahapan BAGJA.
Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi positif
pada keberhasilan
8. Budaya
Positif
Untuk dapat menumbuhkan karakter kuat pada siswa sesuai Profil Pelajar
Pancasila
maka sangat penting untuk diterapkan adanya budaya positif di sekolah
Budaya positif di sekolah perlu dibangun sesuai dengan filosofi pendidikan Ki
Hadjar Dewantara yaitu pendidikan yang berpihak pada murid untuk mencapai
visi guru penggerak dengan mengimplementasikan nilai-nilai dan peran guru
penggerak serta menyediakan dukungan untuk menuntun pengoptimalan
potensi yang ada pada siswa, agar terwujud merdeka belajar, terbentuk murid-
murid berkarakter sesuai Profil Pelajar Pancasila sesuai dengan standar
kompetensi lulusan yang diharapkan.
11. Disiplin sebagai bentuk kontrol (kendali) diri, yakni belajar untuk mengendalikan diri guna
mencapai tujuan mulia. Sedangkan tujuan mulia mengacu pada nilai-nilai atau prinsip-
prinsip mulia yang dianut seseorang yang disebut sebagai nilai-nilai kebajikan (virtues)
yang universal dan telah disepakati bersama sebagai payung besar dan pondasi
dalam berperilaku
2.1 Disiplin Positif dan Nilai-Nilai Kebajikan Universal
12. 2.2 Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
Restitusi proses menciptakan kondisi bagi
murid untuk dapat memperbaiki
kesalaan mereka, mencari solusi, befikir
tentang orang seperti
apa
diinginkan dan bagaimana
yang
harus
memperlakukan orang lain sehingga
mereka bisa kembali pada kelompok
mereka, dengan karakter yang lebih kuat
- Menghindari
hukuman
- Mendapatkan
imbalan
- Menghargai diri
sendiri
Hukuman adalah tindakan
terhadap
suatu pelanggaran.
Sedangkan
penghargaan adalah imbalan
terhadap
suatu yang kita
inginkan
13. Keyakinan kelas sebagai pondasi dan arah
tujuan kelas yang akan menjadi landasan
dalam memecahkan konflik atau
permasalahan di kelas, bersifat abstrak, berupa
pernyataan-pernyataan universal yang disusun
dalam kalimat positif dalam jumlah yang tidak
banyak berdasarkan kesepakatan bersama.
Keyakinan kelas idealnya dapat diterapkan
dan atas hasil kontribusi semua warga kelas.
Keyakinan kelas dapat ditunjang ulang artinya
tidak bersifat kaku.
Motif yang mendasari tindakan manusia
- Kebutuhan bertahan hidup
- Kebutuhan kasih saying dan rasa diterima
- Kebutuhan kebebasan
- Kebutuhan kesenangan
- Kebutuhan penguasaan
Seseorang yang melangar keyakinan dapat disebabkan tidak terpenuhinya
salah satu atau sebagian kebutuhan dasarnya. Akibatnya kehilangan kontrol
diri dan melakukan kesalahan. Lima dasar kebutuhanmanusia seyogyanya
dapat terpenuhi demi terwujudnya disiplin positif
2.3 Keyakinan kelas 2.4 Kebutuhan dasar manusia
14. Restitusi merupakan suatu cara untuk menanamkan disiplin positif pada murid
sebagai bagian dari budaya positif di sekolah agar mampu menjadi murid yang
merdeka. Restitusi akan dapat membantu murid merefleksi tindakannya,
memperbaiki kesalahan sehingga menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif,
dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah dengan cara yang lebih baik serta
menghargai dirinya danmenghargai nilai-nilai kebajikan yang dipercayai.
2.5 Restitusi dan Lima Posisi Kontrol
Posisi diri yang dapat diterapkan seseorang
(guru) untuk menghasilkan murid yang
bertanggung jawab, madiri, dan merdeka.
- Pemberi hukuman
- Pembuat rasa bersalah
- Teman
- Pemantau
- Manajer
2.6 Restitusi Segitiga restitusi
Menurut teori kontrol semua perilaku
memiliki
tujuan, bahkan terhadap perlaku yang tidak
disuka
i
15. Segi tiga Restitusi
(sebuah pendekatan untuk menciptakan disiplin positif)
Gambar segitiga
restitusi
Tiga tahapan (segitiga restitusi) yang dapat
diterapkan
untuk mengembalikan disiplin positif murid :
1. Menstabilkan Identitas/Stabilize the identity
2. Validasi Tindakan yang Salah/ Validate
the Misbehavior
3. Menanyakan Keyakinan/Seek the Belief
16. Hal menarik diluar dugaan saya :
- Ternyata posisi kontrol guru (salah satunya) sebagai pembuat rasa
bersalah yang saya terapkan akan berdampak tidak baik bagi murid.
Mereka memiliki pemikiran bahwa mereka telah mengecewakan
orang-orang yang menyayanginya (orang tua).
- Ternyata penghargaan yang saya berikan (bentuk materi) memberikan
dampak yang tidak baik, bukan hanya untuk murid-murid yang
yang tapi juga bagi yang menerima.
17. Perubahan yang terjadi pada pola pikir saya
dalam menciptakan budaya positif di kelas
maupun di sekolah setelah mempelajari
modul 1.4
- Setelah mempelajari modul 1.4 melalui alur MERDEKA saya
dapat mengubah kebiasaan saya dari posisi kontrol sebagai
pemantau, teman dan pembuat rasa bersalah menjadi dapat
berada pada posisi manajer dan lebih mampu mengontrol
emosi dalam menghadapi keunikan murid, sehingga perlahan
mereka mampu berubah dan dengan penuh kesadaran mau
menjalankan keyakinan kelas.
- Aktifitas restitusi yang tanpa sadar telah saya lakukan
walaupun ada tahapan yang belum saya lakukan, sekarang
telah dapat saya lakukan dengan tanpa adanya konsekuensi
yang saya berikan (artinya restitusi gagal) namun murid sendiri
yang menentukan sesuai kesalahan mereka dalam membenahi
perilaku (restitusi berhasil).
18. Pengalaman yang saya alami terkait penerapan konsep-
konsep inti dalam budaya positif baik di lingkungan kelas
maupun sekolah :
- Saya merasa menerapkan budaya positif bukanlah
suatu hal yang mudah, hal ini karena keberagaman
latar belakang
murid-murid kami. Namun saya otimis keberagaman
ini
bukanlah suatu penghalang, keberagaman ini justru
akan mampu menjadi kekuatan kami dalam
menumbuhkan budaya positif.
- Budaya positif yang diterapkan yang konsisten sedikit
demi sedikit akan mampu melahirkan murid yang
berkarakter positif.
- Penanaman budaya positif tidak dapat saya lakukan
sendiri dan hanya di kelas saya saja. Namun perlu
kerjasama dari
bapak/ibu guru yang lain agar juga berkenan
19. Perasaan saya ketika mengalami hal pada pertanyaan
no 2
- Ada perasaan bersalah ketika saya mengetahui selama ini
saya telah berada posisi tidak benar (membuat murid
memiliki rasa bersalah pada orang tua).
- Saya merasa bersalah ketika mengetahui ternyata ada
murid yang terhukum ketika saya memberikan
penghargaan kepada murid yang bisa. Walaupun
sebenarnya saya merasa telah memberikan motivasi.
- Perasaan saya ketika mengalami hal tersebut saya merasa
senang dan bahagia ketika mampu menerapkan budaya
positif di kelas, menerapkan posisi kontrol sebagai manajer,
menyelesaikan persoalan dengan mempraktikkan segitiga
restitusi. Murid merasa nyaman karena tidak merasa
dihakimi dan bebas menentukan tindakan perbaikan
selanjutnya yang sesuai dengan kesalahan mereka.
- Saya merasa bersemangat ketika mempersiapkan bahan-
bahan aksi nyata dan tenang ketika berbagi praktik baik
kepada rekan sejawat terkait pemahaman saya terhadap
budaya disiplin di sekolah.
20. Hal yang sudah baik terkait pengalaman dalam
menerapkan konsep-konsep budaya positif di kelas
dan di sekolah adalah disiplin positif dan nilai-nilai
kebajikan yang telah diteladankan oleh guru
kepada murid dan adanya nilai-nilai keyakinan
yang dibentuk dengan kesepakatan bersama.
Namun masih ada yang perlu kami perbaiki, yakni
posisi kami (guru) dalam menghadapi murid masih
berada pada posisi penghukum dan pembuat rasa
bersalah. Kedepannya kami berharap kami dapat
lebih sabar, tlaten, bijaksana, dan bersedia
mengambil posisi manajer dan mengunakan
segitiga restitusi dalam menangani murid- murid
kami.
21. - Sebelum mempelajari 5 posisi kontrol pada modul 1.4, ketika berinteraksi
dengan murid saya sering menggunakan posisi pemantau, teman, dan
pembuat rasa bersalah. Dengan posisi teman saya berharap murid-murid
merasa nyaman dan mau bersikap terbuka. Perasaan saya pada saat itu
saya merasa sudah berada pada posisi yang benar. Tidak memberikan
hukuman secara fisik, dengan membuat mereka merasa bersalah saya
berharap murid saya mampu menyadari kesalahannya dan segera
meminta maaf dan berjanji akan memperbaiki diri, menjadi pribadi yang
lebih baik dan tidak mengulanginya lagi.
- Setelah mempelajari modul ini posisi yang saya pakai adalah posisi
kontrol sebagai manajer. Dan perasaan saya sekarang saya merasa lebih
nyaman dan dekat dengan murid. Dari ini sedikit demi sedikit saya
mampu mengarahkan mereka menjadi pribadi lebih baik lagi. Bangga
memiliki murid seperti mereka, secara dewasa bertanggung jawab
terhadap apa yang mereka lakukan.
Perbedanya terletak pada murid-murid mau membawa pulang buku-
bukunya untuk digunakan belajar di rumah, mengerjakan tugas secara
mandiri dan tepat waktu, menjaga ketertiban kelas, serta selama kegiatan
pembelajaran tampak aktif.
22. Sebelum mempelajari modul ini saya pernah menerapkan segitiga restitusi
(walaupun belum lengkap dalam menghadapi permasalahan murid) dan saya
belum tau jika yang saya lakukan adalah menerapkan segitiga restitusi. Tahap
yang saya praktekkan adalah memvalidasi tindakan yang salah dan
menanyakan keyakinan. Segitiga restitusi saya praktekkan pada saat terdapat
murid yang melakukan tindakan tidak sesuai dengan nilai-nilai keyakinan.
Dengan cara, saya tanya mengapa melakukan hal tersebut (validasi tindakan)
dan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki (menanyakan keyakinan).
Untuk pelanggaran ringan akan saya tangani langsung sendiri, namun untuk
pelanggaran berat akan kami lakukan bersama wali kelas atau guru BK
23. Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini hal yang menurut
saya penting dalam mewujudkan budaya positif :
- Kolaborasi dan dukungan dari segala pihak (warga sekolah, orang tua,
dan lingkungan masyarakat).
- Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dalam menciptakan
suasanya nyaman dalam proses pembelajaran dan penerapan budaya
positif.
- Refleksi dan konsistensi dalam menjalankan keyakinan
24. Rencana Tinda
k Lanjut
Aksi Nyata
Modul 1.4 Budaya Positif
: Membudayakan Budaya Positif dengan Menerapkan keyakinan Kelas dalam Kegiatan
Pembelajaran
Judul
Modul
Nama Peserta : Yety Ariesta Indrastuti
Latar
Belakang :
Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam
masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan
manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu
kunci utama untuk mencapainya. Sekolah sebagai lembaga resmi
hendaknya mampu menciptakan suasa pendidikan yang mampu
membiasakan setiap warganya memiliki kebiasan yang positif. Guru
dapat menanamkan nilai-nilai kebajikan universal melalui budaya
positif di sekolah sehingga murid mampu memiliki kepribadian yang
luhur. Budaya yang mengakar kuat dan menjadi sebuah kebiasaan yang
dilakukan secara kontinyu dan sadar oleh semua warga sekolah.
Tujuan
:
- Memberikan pengalaman kepada siswa dalam menetapkan
kesepakatan secara demokratis.
- Membudayakan budaya positif di kelas dan di
sekolah melalui penerapan kesepakatan kelas.
Tolak
Ukur :
1.
2.
3.
Terciptanya suasana demokratis dalam menetapkan kesepakatan
kelas
Terwujudnya kesepakatan kelas yang terpasang di dinding kelas
dan diterapkan oleh guru dan siswa
Terwujudnya murid yang memiliki nilai-nilai Profil Pelajar
Pancasila secara sadar dan konsisten dalam kegiatan
pembelajaran
4. Terciptanya budaya positif di kelas dan di sekolah.
Linimasa Tindakanyang
Dilakukan :
-
-
-
-
-
-
- Mensosialisasikan kepada seluruh warga sekolah (kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan
murid) terkait aksi nyata Budaya Disiplin.
Memfasilitasi murid menyusun kesepakatan kelas.
Kesepakatan kelas yang telah disepakati, ditulis
ulang dengan rapi, ditandatangani, dan dipasang
di
dinding kelas.
Melaksanakan kesepakatan kelas dalam kegiatan
sehari-hari di kelas dan di sekolah.
Mendokumentasikan setiap kegiatan pembelajaran
yang menunjukkan pembiasaan berbudaya positif.
Melakukan refleksi dan evaluasi.
Menyusun rencana aksi nyata budaya positif yang
lebih baik.
Dukunganyang
Dibutuhkan:
1.
2.
3.
4.
Dukungan moral dari seluruh pihak yang berkepentingan (kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan, dan orang tua).
Kolaborasi seluruh warga sekolah sebagai tauladan bagi murid dalam membiasakan budaya positif.
Guru BK dan wali kelas, untuk memantau aktifitas muridsehari-hari.
Komitmen murid untuk dapat konsisten menerapkan kesepakatan kelas.