Dokumen tersebut merangkum perhitungan struktur portal gable yang mencakup perhitungan dimensi gording, kombinasi beban yang meliputi beban mati, beban hidup, beban angin dan hujan, serta kontrol tegangan dan lendutan gording untuk memastikan struktur memenuhi syarat kuat lentur dan kokoh.
This document provides details on the structural design of a building, including load assumptions, member dimensions, and seismic load calculations according to SNI 1726:2012. It summarizes the seismic load calculations for two orthogonal directions and evaluates the structure's capacity through pushover analysis. Plastic hinges form at various displacement steps. The document concludes with a redesign of the structure according to SRPMK seismic provisions.
This document provides standard sectional dimensions, properties, and characteristics of wide flange (WF) steel profiles based on the Load Resistant Factor Design (LRFD) method according to Indonesian National Standard SNI 03-1729-2002. It includes the profile type, dimensions, sectional area, unit weight, elastic modulus, plastic modulus, geometrical moments of inertia, radii of gyration, and section criteria. Yield strengths of common WF steel grades are also provided.
Dokumen tersebut merupakan standar nasional Indonesia tentang baja tulangan beton. Dokumen tersebut menjelaskan definisi, jenis, syarat mutu, ukuran, dan sifat mekanik yang harus dipenuhi baja tulangan beton.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai data geometri, profil baja, pembebanan, dan perhitungan gempa untuk analisis jembatan rangka baja. Data geometri mencakup jenis, lebar, dan tinggi jembatan serta profil baja yang digunakan. Pembebanan meliputi beban mati, hidup, angin, serta gempa yang dihitung berdasarkan standar nasional.
Dokumen tersebut merupakan metode pengujian kuat tekan beton yang mencakup tujuan pengujian untuk memperoleh nilai kuat tekan beton, cara pelaksanaan pengujian meliputi persiapan bahan, pembuatan sampel silinder beton, pengujian slump, perawatan sampel, pengujian tekan sampai perhitungan hasil pengujian.
The document provides calculations for determining the required reinforcement of a concrete beam (balok) with the following information:
- Concrete compressive strength is 20 MPa
- Steel yield strength is 400 MPa
- Beam dimensions are 25cm x 40cm
- Loads include wall weight, floor finish weight, and live loads from balconies
Bending moments are calculated at different points along the beam due to the varying loads. Required steel reinforcement is then determined based on the bending moment values and reinforcement ratios from code tables. Reinforcement amounts are provided for three sections of the beam labeled A-B, B-C, and C-D.
Dokumen tersebut membahas perhitungan struktur atap bangunan yang menggunakan sistem truss dengan bahan baja. Terdapat perhitungan panjang dan tegangan gording, dimensi trekstang penyangga, serta perhitungan ikatan untuk mengamankan atap dari angin.
1. Dokumen ini membahas perancangan struktur baja kuda-kuda tipe gable untuk bangunan industri dengan panjang bentang 30 meter dan jarak antar kuda-kuda 6 meter.
2. Terdapat perhitungan rinci untuk gording dan komponen struktur baja lainnya seperti rafter, kolom, dan pondasi untuk memenuhi beban yang diaplikasikan.
3. Dilakukan analisis pembebanan dan kombinasi beban serta pengecekan kuat lentur, geser
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspalAngga Nugraha
Ìý
ditulis oleh Angga Nugraha, ST
alumni Teknik Sipil dan Lingkungan
Tulisan ini mengenai tata cara pengetesan core drill pada pekerjaan jalan beraspal untuk mengukur ketebalan lapisan aspal tersebut.
Dokumen ini membahas tentang detail penulangan beton bertulang sesuai standar SNI 03-2847-2002. Terdapat penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi lekatan antara tulangan dan beton, panjang penyaluran minimum, dan rumus untuk menentukan panjang penyaluran untuk tulangan yang mengalami tekan dan tarik.
TEKNIK PEMASANGAN TIANG PANCANG ULIN MENARA PENGAWAS MANGROVE DI MANGROVE CEN...Reski Aprilia
Ìý
Makalah ini membahas tentang teknik pemasangan tiang pancang kayu ulin sebagai pondasi untuk gazebo 3 lantai di Mangrove Center Balikpapan. Pondasi tiang pancang dipilih karena kondisi tanah rawa gambut yang memiliki daya dukung rendah. Metode pemasangan meliputi perencanaan lokasi, persiapan alat dan bahan, pematokan titik, pemancangan tiang, dan pemasangan struktur atas tiang pancang.
Dokumen tersebut membahas perencanaan struktur gording atap bangunan. Pertama, dilakukan perhitungan beban mati, hidup, air hujan dan angin yang bekerja pada dua potongan atap dengan kemiringan berbeda. Kemudian, dilakukan kombinasi pembebanan berdasarkan standar untuk mendapatkan beban terbesar yang akan digunakan dalam perencanaan. Profil baja CNP16 dipilih untuk menopang gording berdasarkan kontrol bent
Kendali mutu beton di lapangan membahas tentang pengambilan sampel beton di lapangan, persyaratan jumlah sampel berdasarkan volume beton yang dicurahkan, dan evaluasi hasil uji kuat tekan beton berdasarkan SNI. Dokumen ini juga membahas tentang kemungkinan penyebab kegagalan sampel beton dan cara memperbaiki hasil uji, serta pembahasan singkat tentang uji pantul sebagai alternatif pengujian kuat tekan beton.
Pelat dibagi menjadi pelat satu arah dan pelat dua arah. Pelat satu arah memiliki panjang lebih besar dari lebarnya dan ditumpu oleh balok sejajar. Pelat dua arah ditumpu oleh balok pada keempat sisinya. Metode perencanaan pelat meliputi penentuan tebal, perhitungan beban, momen, penentuan rasio penulangan, dan pemilihan tulangan.
Metode pelaksanaan pasang rangka atap baja ringanHandry J
Ìý
Pemasangan rangka atap baja ringan memerlukan langkah-langkah khusus untuk memastikan kekuatan dan stabilitas konstruksi, termasuk pemasangan kuda-kuda yang tegak lurus dan berjarak rata di atas ringbalk, penggunaan dynabolt dan pengikat untuk menyatukan komponen, serta pemeriksaan akhir untuk mencegah korosi.
DESAIN DAN APLIKASI JALAN BETONDI PENDEKAT UTARA JALAN RINGROADTIMUR, PEREM...Debora Elluisa Manurung
Ìý
Dalam perencanaannya, pelaksanaan jalan beton mengacu pada Petunjuk Perencanaan Jalan Beton Semen yang diterbitkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Pd T-14-2003.Ìý(diadopsi dari AUSTROADS, Pavement Design, A Guide to the Structural Design of Pavements 1992)
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai data geometri, profil baja, pembebanan, dan perhitungan gempa untuk analisis jembatan rangka baja. Data geometri mencakup jenis, lebar, dan tinggi jembatan serta profil baja yang digunakan. Pembebanan meliputi beban mati, hidup, angin, serta gempa yang dihitung berdasarkan standar nasional.
Dokumen tersebut merupakan metode pengujian kuat tekan beton yang mencakup tujuan pengujian untuk memperoleh nilai kuat tekan beton, cara pelaksanaan pengujian meliputi persiapan bahan, pembuatan sampel silinder beton, pengujian slump, perawatan sampel, pengujian tekan sampai perhitungan hasil pengujian.
The document provides calculations for determining the required reinforcement of a concrete beam (balok) with the following information:
- Concrete compressive strength is 20 MPa
- Steel yield strength is 400 MPa
- Beam dimensions are 25cm x 40cm
- Loads include wall weight, floor finish weight, and live loads from balconies
Bending moments are calculated at different points along the beam due to the varying loads. Required steel reinforcement is then determined based on the bending moment values and reinforcement ratios from code tables. Reinforcement amounts are provided for three sections of the beam labeled A-B, B-C, and C-D.
Dokumen tersebut membahas perhitungan struktur atap bangunan yang menggunakan sistem truss dengan bahan baja. Terdapat perhitungan panjang dan tegangan gording, dimensi trekstang penyangga, serta perhitungan ikatan untuk mengamankan atap dari angin.
1. Dokumen ini membahas perancangan struktur baja kuda-kuda tipe gable untuk bangunan industri dengan panjang bentang 30 meter dan jarak antar kuda-kuda 6 meter.
2. Terdapat perhitungan rinci untuk gording dan komponen struktur baja lainnya seperti rafter, kolom, dan pondasi untuk memenuhi beban yang diaplikasikan.
3. Dilakukan analisis pembebanan dan kombinasi beban serta pengecekan kuat lentur, geser
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspalAngga Nugraha
Ìý
ditulis oleh Angga Nugraha, ST
alumni Teknik Sipil dan Lingkungan
Tulisan ini mengenai tata cara pengetesan core drill pada pekerjaan jalan beraspal untuk mengukur ketebalan lapisan aspal tersebut.
Dokumen ini membahas tentang detail penulangan beton bertulang sesuai standar SNI 03-2847-2002. Terdapat penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi lekatan antara tulangan dan beton, panjang penyaluran minimum, dan rumus untuk menentukan panjang penyaluran untuk tulangan yang mengalami tekan dan tarik.
TEKNIK PEMASANGAN TIANG PANCANG ULIN MENARA PENGAWAS MANGROVE DI MANGROVE CEN...Reski Aprilia
Ìý
Makalah ini membahas tentang teknik pemasangan tiang pancang kayu ulin sebagai pondasi untuk gazebo 3 lantai di Mangrove Center Balikpapan. Pondasi tiang pancang dipilih karena kondisi tanah rawa gambut yang memiliki daya dukung rendah. Metode pemasangan meliputi perencanaan lokasi, persiapan alat dan bahan, pematokan titik, pemancangan tiang, dan pemasangan struktur atas tiang pancang.
Dokumen tersebut membahas perencanaan struktur gording atap bangunan. Pertama, dilakukan perhitungan beban mati, hidup, air hujan dan angin yang bekerja pada dua potongan atap dengan kemiringan berbeda. Kemudian, dilakukan kombinasi pembebanan berdasarkan standar untuk mendapatkan beban terbesar yang akan digunakan dalam perencanaan. Profil baja CNP16 dipilih untuk menopang gording berdasarkan kontrol bent
Kendali mutu beton di lapangan membahas tentang pengambilan sampel beton di lapangan, persyaratan jumlah sampel berdasarkan volume beton yang dicurahkan, dan evaluasi hasil uji kuat tekan beton berdasarkan SNI. Dokumen ini juga membahas tentang kemungkinan penyebab kegagalan sampel beton dan cara memperbaiki hasil uji, serta pembahasan singkat tentang uji pantul sebagai alternatif pengujian kuat tekan beton.
Pelat dibagi menjadi pelat satu arah dan pelat dua arah. Pelat satu arah memiliki panjang lebih besar dari lebarnya dan ditumpu oleh balok sejajar. Pelat dua arah ditumpu oleh balok pada keempat sisinya. Metode perencanaan pelat meliputi penentuan tebal, perhitungan beban, momen, penentuan rasio penulangan, dan pemilihan tulangan.
Metode pelaksanaan pasang rangka atap baja ringanHandry J
Ìý
Pemasangan rangka atap baja ringan memerlukan langkah-langkah khusus untuk memastikan kekuatan dan stabilitas konstruksi, termasuk pemasangan kuda-kuda yang tegak lurus dan berjarak rata di atas ringbalk, penggunaan dynabolt dan pengikat untuk menyatukan komponen, serta pemeriksaan akhir untuk mencegah korosi.
DESAIN DAN APLIKASI JALAN BETONDI PENDEKAT UTARA JALAN RINGROADTIMUR, PEREM...Debora Elluisa Manurung
Ìý
Dalam perencanaannya, pelaksanaan jalan beton mengacu pada Petunjuk Perencanaan Jalan Beton Semen yang diterbitkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Pd T-14-2003.Ìý(diadopsi dari AUSTROADS, Pavement Design, A Guide to the Structural Design of Pavements 1992)
Dokumen tersebut membahas tentang metode pembangunan pondasi sumuran. Pondasi sumuran digunakan untuk menyalurkan beban bangunan ke lapisan tanah yang lebih dalam dan keras, dan dibangun dengan menggunakan cincin beton yang diturunkan secara bertahap ke dalam tanah hingga mencapai lapisan yang kuat. Metode pembangunannya meliputi pemasangan cincin beton, penggalian, dan pengisiannya dengan beton.
Dokumen tersebut membahas tentang perkerasan jalan beton atau perkerasan kaku yang terdiri dari plat beton semen. Perkerasan kaku mendistribusikan beban lalu lintas ke tanah dasar melalui plat betonnya. Dokumen ini juga menjelaskan persyaratan material dan konstruksi perkerasan kaku seperti persiapan tanah dasar, pemasangan akuan dan membran, spesifikasi beton, dan tulangan baja.
Rigid pavement atau perkerasan kaku menggunakan beton sebagai bahan utama. Terdapat beberapa metode perencanaan rigid pavement seperti konvensional, PPCP, dan AASHTO 1993. Metode konvensional meliputi pekerjaan tanah, lean concrete, dan rigid pavement dengan proses curing dan cutting.
Jalan terletak di Karanganyar menghubungkan Duyung-Pondok Kulon. Lebar 7m, satu lajur dua arah. Umur rencana jalan 20 tahun, beban lalu lintas 1.149 ton/hari. Rekomendasi perkerasan kaku tebal 305mm karena tanah lempung membutuhkan perbaikan tanah dasar yang mahal untuk perkerasan lentur.
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANGintan mustika
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang sosialisasi pembangunan infrastruktur jalan di Desa Nipis, Kabupaten Magelang. Terdapat penjelasan tentang definisi perkerasan jalan, peran masyarakat dalam pembangunan infrastruktur, jenis perkerasan jalan seperti lentur dan kaku beserta perbedaannya, serta metode pembuatan jalan beton meliputi persiapan lahan, pemasangan bekisting dan tulangan, pengecoran, hingga finishing.
Dokumen membahas tentang pelaksanaan pekerjaan perkerasan kaku (rigid pavement) dan karakteristiknya seperti kekakuan yang tinggi, ketahanan terhadap beban, dan kebutuhan pemeliharaan yang lebih rendah dibanding perkerasan fleksibel. Juga dibahas mengenai unsur-unsur penting perkerasan kaku seperti sambungan, tulangan dowel dan tie bar, serta persyaratan material dan konstruksinya.
Dokumen tersebut membahas kajian lapangan terhadap penerapan metode perkerasan jalan beton pracetak di Indonesia untuk meningkatkan efisiensi dan mutu. Hasil kajian menunjukkan bahwa jalan beton pracetak di Cakung-Cilincing mampu menahan lalu lintas berat meski terdapat kerusakan pada beberapa sambungan. Ketidakrataan permukaan jalan pracetak di Kanci-Pejagan relatif baik dengan nilai 2,3 m
1. PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BETON SEMEN (RIGID PAVEMENT) DI
PALU – SULAWESI TENGAH
Oleh :
Ir. Peter L. Barnabas, MT
Pendahuluan:
Peruntukan prasarana jalan atau jalan raya adalah melayani lalu-lintas kendaraan baik bermotor
maupun tidak bermotor dengan beban lalu-lintas mulai dari yang ringan sampai yang berat, tentunya
ini tergantung pada hirarki fungsional jalan tersebut yang berada baik di luar maupun di dalam kota
Secara umum konstruksi perkerasan jalan terdiri atas dua jenis, yaitu perkerasan lentur yang bahan
pengikatnya adalah aspal dan perkerasan kaku dengan semen sebagai bahan pengikatnya yang
jalannya biasa juga disebut jalan beton. Jalan beton biasanya digunakan untuk ruas jalan dengan
hirarki fungsional arteri yang berada di kawasan baik luar maupun dalam kota untuk melayani beban
lalu-lintas yang berat dan padat.
Selain itu karena biaya pemeliharaan jalan beton dapat dikatakan nihil walaupun biaya awalnya lebih
tinggi dibandingkan dengan jalan aspal yang selalu memerlukan pemeliharaan rutin, pemeliharaan
berkala, dan peningkatan jalan (tentunya ini akan memakan biaya yang tidak sedikit pula), maka
sangatlah tepat jika jalan beton digunakan pada ruas-ruas jalan yang sangat sibuk karena sesedikit
apapun, perbaikan jalan yang dilakukan akan mengundang kemacetan (kasus bottle neck) yang
tentunya akan berdampak sangat luas.
Ruas Jl. Cut Mutia – Komodo sepanjang 400 m yang dibangun di kota Palu pada tahun 2005 dengan
dana DAK (dana alokasi khusus) dalam jangka waktu 120 hari adalah jalan beton yang pertama di
provinsi Sulawesi Tengah. Ruas jalan ini merupakan prasarana jalan yang berperan sebagai ring road
dan terletak di pinggir pantai teluk Palu serta dipersiapkan untuk melayani lalulintas yang berat serta
padat sehingga nantinya kendaraan-kendaraan berat/besar tidak perlu lagi memasuki pusat kota agar
tidak menimbulkan kemacetan di kawasan tersebut. Selain itu, ruas Jl. Cut - Mutia merupakan bagian
dari jalan trans Sulawesi yang berada dalam kota dan menghubungkan provinsi Sulawesi Selatan
dengan provinsi Sulawesi Utara.
Pembangunan jalan beton ini dilakukan dengan menggunakan metode dan peralatan penghampar
beton (concrete finisher) yang sederhana yaitu: vibrating screed sesuai dengan kemampuan daerah
dengan tetap mengikuti petunjuk dan persyaratan teknis pelaksanaan pembangunan jalan beton yang
telah ditetapkan.
Persiapan Lapangan:
2. Produk akhir jalan lama tersebut (ruas Jl. Cut Mutia - Komodo) adalah lapen + sand sheet dengan
kondisi lapangan mulai dari rusak ringan sampai dengan berat (tanah dasar terlihat karena tergerus
oleh pengaruh air hujan) atau lebih dikenal dengan istilah berlobang-lobang.
Setelah pengukuran, pematokan, dan penentuan elevasi rencana jalan selesai dikerjakan sesuai
dengan gambar kerja yang diberikan maka diadakan pembersihan badan jalan yang akan dikerjakan
dari kotoran-kotoran, termasuk pembersihan/perataan badan jalan dari gundukan tanah yang
menumpuk di badan dan di pinggir jalan.
Konstruksi jalan beton yang dilaksanakan terdiri atas dua bagian utama, yaitu cement treated sub base
(CTSB) dengan persyaratan mutu K125 (non struktural) yang berfungsi sebagai lapisan leveling
(perataan) dan untuk mencegah pumping action. Sedangkan untuk lapisan atas (plat beton) digunakan
beton dengan persyaratan mutu K350.
Demi untuk menjaga konsistensi campuran, kemudahan kecepatan pelaksanaan, serta kebersihan
pekerjaan dan terjaminnya mutu beton maka untuk baik CTSB maupun slab beton (lapis permukaan)
digunakan beton ready mix.
Pelaksanaan:
- Cement Traeted Sub Base (CTSB):
Guna kelancaran pekerjaan penggelaran CTSB, seluruh lebar jalan ditutup (arus lalu-lintas
dialihkan). Kemudian dilakukan penentuan/penyesuaian elevasi rencana ketinggian CTSB
berdasarkan hasil pengukuran dan pematokan. Setelah itu, badan jalan di- basahi/disiram dengan
air terlebih dahulu agar tidak terjadi penyerapan air semen dari CTSB yang akan digelar. Lalu
pemasangan bekesting melintang dengan ukuran selebar jalur lalu-lintas (9,00 m) dilakukan serta
memperhatikan panjang lahan pengecoran yang disesuaikan dengan kemampuan kerja per hari
berdasarkan kapasitas truck mixer (8 truck @ 5 m3 per hari).
Ketebalan CTSB yang digelar tidak sama/merata (fungsinya hanya sebagai lapisan leveling)
sebab kondisi jalan lama sudah rusak dan juga bentuk geometrinya tidak sesuai lagi seperti
penampang ideal jalan yang seharusnya selain itu bentuk akhir atau bagian atas CTSB harus rata
karena diperuntukkan sebagai landasan untuk meletakkan pelat beton.
Setelah pengecoran CTSB selesai dikerjakan maka dilakukanlah proses curing dengan
menebarkan karung goni yang dibasahi selama seminggu (tiga kali sehari disiram air) guna
mencegah terjadinya retakan-retakan sebagai akibat proses pengerasan/pengeringan beton.
- Pengecoran Lapis Permukaan:
 Persiapan di Base Camp:
3. Penentuan ukuran pelat beton: Lapis permukaan yang digunakan adalah pelat (slab) beton
dengan mutu K350 sedangkan ukuran pelat beton yang dipakai adalah lebar 4 m (disesuaikan
dengan lebar vibrating screed) dan panjang 5 m. Dimensi ini diperoleh berdasarkan rumus
L/B ≤ 1,25 m  5,00 m / 4,00 m = 1,25 (memenuhi syarat). Jika digunakan satuan SI maka
ukuran jarak sambungan adalah 24 – 24 x tebal pelat beton (200 mm) jadi: 25 x 200 mm
diperoleh 5000 mm atau 5,00 m (lihat gambar 1).
Pembuatan mal (bekesting): Bahannya dari kayu dengan model kotak empat persegi panjang
berdasarkan ukuran pelat seperti pada gambar di atas (4 x 5) m. Hanya saja ukuran ketebalan
mal melintang dibuat miring mengikuti kemiringan melintang normal jalan sebesar 2 %
Sedangkan ukuran mal memanjang mengikuti ketinggian pada kedua ujung mal melintang
(lihat gambar 2).
Penentuan ukuran dowel dan tie bar serta pembuatan alur (lidah sambungan):
Bagian tengah mal sambungan melintang (A) dilobangi sebagai tempat memasang dowel/ruji
(tabel 1) diperoleh dowel: 12 ∅ 25 (besi ulir) dengan panjang 45 cm dan jarak antar dowel
30 cm, khusus untuk pelat dengan lebar 0,50 m digunakan 2 ∅ 25 dengan panjang 45 cm dan
jarak antar dowel 30 cm (gambar 2).
Pada ke dua sisi mal sambungan memanjang (2) dibuat lobang sebagai tempat memasang tie
bar (gambar 3). Dan pada kedua sisi mal memanjang dibuatkan lidah (gambar 4) agar
nantinya tejadi ikatan yang kuat antar slab pada sambungan memanjang, selanjutnya dari
,05 m0 ,05 m0
Gambar 1 Tampak Atas Dimens i dan Jarak Antar Pelat Beton
,50 m0
4,0 m
,0 m4
0,5 m
5,0 m 5,0 m ,0 m5
0,05 m
arah lalu-lintas
arah lalu-lintas
1
2
A
As
jalan
m05,0
05 m,0
4. grafik 1 diperoleh tie bar: 6 ∅ 12 (besi polos) dengan jarak 84 cm. Sedangkan untuk
sambungan memanjang (1) diperoleh tie bar: 5 ∅ 12 (besi polos) dengan jarak 120 cm
(grafik 1).
Tabel 1 Ukuran dan Jarak Dowel
Tebal Pelat
(mm)
Ukuran dan Jarak Ruji (mm)
T Diameter (D) Panjang (L) Jarak (S)
Grafik 1 Jarak Tie Bar Maksimum
5. 150
175
200
225
250
275
300
325
350
19
25
25
32
32
32
38
38
38
450
450
450
450
450
450
450
450
450
300
300
300
300
300
300
300
300
300
Sumber : Shirley L.H, 2000
 Persiapan di Lapangan
Pemasangan mal kotak ini dilakukan di atas CTSB hanya pada satu sisi jalan saja sehingga
bagian atau sisi lainnya dapat dilewati oleh kendaraan ringan dengan model papan catur (nanti
setelah pengecoran selesai baru berpindah ke sisi lainnya) sekaligus dapat dilewati oleh truck
mixer sewaktu melakukan pengecoran.
Setelah pemasangan kotak mal sebanyak 10 buah selesai dilakukan maka:
1. Pemasangan/penggelaran plastik dengan maksud sebagai breaker di atas lapisan CTSB
agar tidak terjadi perlekatan antara CTSB dan pelat beton (pergerakan pelat beton tidak
boleh mempengaruhi CTSB, demikian pula sebaliknya). Plastik itu juga dilekatkan pada
mal kotak slab dan secara rapat melekat pada CTSB
2. Pemasangan dowel (ruji) pada mal melintang dan tie bar (batang pengikat) pada mal
memanjang dengan jalan memasukkan kedalam lobang yang sudah tersedia pada dinding
mal melintang slab dan dikontrol dengan teliti agar posisinya tetap tegak lurus terhadap
bidang mal melintang sebelum pengecoran dilakukan. Demikian pula kedua sisi mal
memanjang dipasangi tie bar dan dikontrol dengan teliti posisinya agar tetap tegak lurus
terhadap bidang mal memanjang.
3. Setelah mal, dowel dan tie bar, serta plastik berada dalam posisi yang benar maka
pengecoran segera akan dilakukan.
 Proses Pelaksanaan Pengecoran Slab Beton (dengan metode papan catur):
1. Beton ready mix yang berasal dari truk mixer dituang ke dalam kotak (mal) yang telah
disiapkan lalu diratakan secara manual kemudian selanjutnya diratakan dan diadakan
dengan menggunakan vibrating screed yang sistem operasinya bergerak di atas mal
memanjang (sepanjang mal memanjang) yang ditarik dengan tenaga manusia bolak balik
sebanyak 4 lintasan. Proses perataan dan pemadatan terjadi karena alat vibrating screed
tersebut selain meratakan juga bergetar sehingga terjadi pemadatan sedangkan pada
bagian ujung (dekat) mal, pemadatan dibantu dengan menggunakan vibrator beton
6. 2. Kotak yang pertama dicor kemudian pengecoran dilanjutkan pada kotak yang ketiga (satu
kotak di antaranya kosong) (lihat gambar 5).
3. Setelah slab beton selesai dipadatkan oleh vibrating screed maka pelat beton tersebut
ditutupi dengan atap plastik untuk menghindari sinar matahari secara langsung yang dapat
membuat beton mengering tidak secara alamiah juga untuk mencegah terjadinya retak
rambut.
4. Pembuatan alur (grooving) dilakukan secara manual setelah beton dalam keadaan
setengah mengeras ± 3 - 4 jam sesudah pengecoran
5. Pada hari kedua setelah pengecoran selesai, dilakukan proses curing dengan menggelar
karung goni di atas plat beton dan disiram dengan air 3 kali sehari selama seminggu
6. Pada hari ketiga setelah pengecoran maka mal (bekesting) samping dibuka dilanjutkan
dengan pemasangan mal memanjang (samping) tanpa memasang mal melintang karena
pelat beton yang sudah dicor berfungsi sebagai mal melintang.
7. Setelah mal memanjang selesai dipasang dilanjutkan dengan menggelar/ memasang
plastik di atas CTSB yang juga dilekatkan pada mal memanjang.
8. Kemudian sebagai pemisah antara dua pelat beton (yang sudah dicor dengan hendak dicor)
dilekatkan gabus (styro foam) dengan tebal 0,5 cm untuk membentuk deletasi (celah)
untuk muai dan susut plat beton.
9. Demikianlah sistem pengecoran tersebut dilakukan pada satu sisi jalan dengan lebar 4,0
m dan diselesaikan sesuai dengan panjang rencana jalan itu.
10. Setelah pengecoran pada sisi kiri selesai sesuai dengan panjang jalan rencana, pemasangan
mal (bekesting) pada sisi kanan jalan tersebut dilakukan lagi. Hanya saja mal memanjang
pada salah satu sisi sudah tidak diperlukan lagi karena sudah ada pelat beton yang telah
dicor. Pengecoran dilanjutkan dengan memakai sistem yang sama hanya pada sisi
memanjang plat beton yang sudah dicor diletakkan di atasnya besi siku L 40.40.4 sebagai
landasan/rel vibrating screed ketika ditarik dan bergerak dari ujung satu ke ujung lain
dengan maksud agar tidak terjadi kerusakan pada permukaan pelat beton yang sudah dicor.
11. Kemudian pada saat pengecoran akan dilakukan, disisipkan/dilekatkan gabus (styro foam)
di antara kedua pelat beton (antara pelat beton lama dan yang baru yang akan dicor) pada
sisi/sambungan memanjang agar tidak terjadi lekatan dan membuat dilatasi
7. AS JALAN 2 %
(celah) untuk muai susut pelat beton. Demikianlah proses pengecoran tersebut dilakukan.
Untuk jelasnya lihat proses pengecoran pada gambar 5.
Gambar 4 Penampang Mal Memanja ng dan Lidah Sambungan Memanjang
lidah sambungan
memanjang
0,5 m 4,0 m 4,0
m
0,5
m
9,0 m
5,0
m
1 35 7
DOWEL
Keterangan :
1: cor tahap pertama
2: cor tahap kedua
3: cor tahap ketiga
4: cor tahap keempat
5: cor tahap kelima
6: cor tahap keenam
8. panjang pelat: 5,00 m
jarak tie bar 0,84 cm Lobang Tie Bar
Gambar 3 Tampak Mal Memanjang
7 h kjh
9. Gambar 5 Proses Tahapan Pengecoran Slab Beton
 Kendali Mutu:
- Pengendalian mutu mulai dari proses pencampuran di batching plant dilakukan oleh
pengawas teknik kontraktor, pengawas teknik dari KIMPRASWIL, dan pengawas teknik
aspal
0,5 cm
Dowel ∅25 (ulir) ½ panjang dowel dibungkus plastik
Gambar 6 Posisi Dowel Pada Sambungan Melintang
0,5 cm
h/4
hh/3
tie bar ∅12 polos
L (tie bar ) = 120 cm
10. perushaan ready mix terhadap komposisi dan berat masing-masing agregat sesuai dengan
job mix formula.
- Sedangkan pada pengecoran di lapangan dilakukan pengambilan sampel 2 kubus tiap 5
m3 = kapasitas 1 truk mixer), lalu dilakukan perendaman di lokasi pekerjaan.
- Setelah itu dilakukan pengetesan terhadap kuat tekan kubus beton dengan umur 7, 14, dan
28 hari) dengan menggunakan fasilitas peralatan laboratorium beton Fakultas Teknik
Jurusan Sipil Universitas Tadulako.
- Hasil yang diperoleh ternyata masih melebihi persyaratan mutu K125 (CTSB) dan K350
(Pelat Beton).
 Kesimpulan:
- Pelaksanaan pembuatan jalan beton dengan menggunakan vibrating screed sebagai
concrete finisher dapat dapat dipakai terutama jika terkendala dengan tingginya biaya
pelaksanaan karena terdapat perbedaan harga peralatan automatic concrete finisher
dengan vibrating screed yang sangat besar, asal saja persyaratan teknis pelaksanaan
pembangunan jalan beton dapat dipenuhi.
- Slump yang digunakan adalah 10 karena untuk angka yang lebih kecil dari itu akan
menyulitkan pelaksanaan dengan menggunakan vibrating screed yang ditarik oleh tenaga
manusia (vibrating screed sukar ditarik karena terlalu kentalnya campuran beton).
- Penggunaan dowel ∅ 25 (besi ulir) dimaksudkan agar terjadi lekatan yang sangat baik
pada salah satu sisi dowel, sedangkan pada sisi yang lainnya dowel dibungkus dengan
plastik tipis sehingga tidak terjadi lekatan antara besi dan beton (prinsip perletakan sendi
– rol)  statis tertentu.
- Penggunaan tie bar ∅ 12 (besi polos) dengan sistem pemasangan tegak lurus terhadap
pelat beton (bidang sambungan memanjang)
- Penggunaan gabus (styro foam) sebagai lapisan pemisah yang terletak pada sambungan
memanjang dan melintang antar pelat beton ketika dilakukan pengecoran hanya sementara
saja sekalian untuk membuat celah (dilatasi) yang dipersiapkan sebagai celah
perkembangan muai dan susut pelat beton dan ketika pekerjaan jalan beton telah selesai
maka dilakukan pembersihan/pengeluaran kembali lapisan gabus tersebut dan diganti
dengan aspal
11. - Pengecoran dengan sistem ini (papan catur) cukup efektif dan efisien sepanjang dilakukan
oleh tenaga lapangan yang terampil dan diawasi langsung oleh site manager yang
berpengalaman.
- Ketebalan pelat beton harus selalu dikontrol dan pada daerah tikungan kemiringan
melintang normal jalan harus diputar (as jalan jadi sumbu putar) untuk sisi luar
DAFTAR PUSTAKA
Anas Aly, Moh., 2001, Visualisasi Konstruksi Perkerasan Jalan Berbasis Semen, Asosiasi Semen
Indonesia, Jakarta.
Departemen KIMPRASWIL. 2002. Pedoman Perencanaan Jalan Beton Semen, Direktorat Jendral
Prasarana Wilayah.
Departemen KIMPRASWIL. 2003. Pedoman Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Semen,
Direktorat Jendral Prasarana Wilayah.
Departemen Pekerjaan Umum. 1990. Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen,
Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta.
Hendarsin, Shirley L. 2000, Perencanaan Teknik Jalan Raya, Politeknik Negeri, Jakarta.
Huang, Yang H. 1993. Pavement Analysis and Design. Prentice Hall Englewood Cliffs, New
Jersey.
Oglesby, Clarkson H., Hicks, R. Gary. 1996. Teknik Jalan Raya Jilid II. Erlangga, Jakarta.
Suryawan, Ari. 2005, Perkerasan Jalan Beton Semen portland (Rigid Pavement), Beta Offset,
Jakarta.
Sukirman, Silvia. 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung.
tikungan, sehingga terjadi superelevasi 2%.
2 %
as jalan
2 %
2 %
16. Proses Curing Pelat Beton
Bio Data:
Nama : Ir. Peter L. Barnabas, MT
Pekerjaan : Dosen Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Tadulako
Kelompok Bidang Keahlian : Transportasi
Anggota HPJI : B-05270
Alamat Rumah : Jl. Tanjung Tada no. 18 Palu – Sulawesi Tengah
Telp. Rumah : (0451) 425928; Fax: (0451) 428550
Hand Phone : 0813 4106 0220
Flexi : (0451) 4702880
Jalan Beton Selesai 100%