際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
PUSAT BELAJAR LINTAS KADER
Pusat
Belajar
Lintas
Kader

PuBLiKa

Diterbitkan oleh: PC PMII Kota Jayapura Edisi: 1, Maret 2010
AHL AS SUNNAH WA AL JAMAAH
(Perdebatan Makna Dan Eksistensi)
Oleh: Suryono (Ketua Umum PMII Kota Jayapura)
1.Pendahuluan
Perdebatan eksistensi aswaja mulai mengemuka, diperkirakan pada
akhir dasawarsa 1980-an dan awal 1990-an ditangan-terutama-generasi
muda NU yang tergabung dalam pergerakan mahasiswa islam Indonesia
(PMII). Kemudian fenomena tersebut semakin dipertajam sejak munculnya
Prof. Dr. Said Aqil Siraj dengan segudang kontroversinya pada pertengahan
dasa warsa 1990-an.
Gugatan said terutama tentang pemaknaan aswaja NU selama ini
yang menurutnya sangat ekslusif dan begitu sederhana. Kemudian ia
berkesimpulan bahwa bukanlah hal yang tepat meletakkan aswaja sebagai
madzhab, karena akan terjadi pola madzhab dalam madzhab sehingga
menjadilah aswaja tak lebih sebagai Manhaj Al Fikr (Metode Berpikir).
2.Perdebatan makna dan eksistensi
Selama ini, dalam masyarakat NU selalu di dengungkan-dengungkan,
bahwa ahll as sunnah wa al jamaah adalah golongan umat Islam yang dalam
aqidahnya berpedoman pada Al Asyary dan Al-Maturdy, dalam fiqih
mengikuti salah satu madzhab empat (Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali)
serta dalam tasawuf mengikuti Al Junaidi dan Al Ghozali.
Kemudian, akan menjadi sebuah terobosan brilian ketika misalnya
PMII yang notabene adalah komunitas anak muda NU memahami aswaja
sebagai metode, bukan saja sebagai madzhab. Dengan catatan, bahwa
pendekatan sebagai metode itu melalui ungkapan hadist: Ma Ana Alaihi Al
Yauma Wa Ashaby (metodeku adalah para sahabatku saat ini) .
Ini berarti, komunitas muda NU menjadikan hadist tentang
penggolongan Muslimin, sebagai landasan legitimasi keberadaan aswaja.
Memang istilah Ma Ana Alaihi Al Yauma Wa Ashaby, bukanlah satu-satunya
identitas keselamatan. Yang sebanding denganya misalnya adalah: As
Sawad Al Adham , Al Jamaah, Ahl As Sunnah Wal Jamaah. Namun
kesemuanya mengarah pada identitas keselamatan yang saling menopang
sebagai istilah.
Sementara itu, diluar pemaknaan diatas, prof.dr. Said Aqil Siraj yang
notabene katib syuriyah PBNU kala itu, mendobrak dua pemaknaan tersebut
mengidentifikasikan golongan yang selamat dari umat Islam dengan istilah ahl
as sunnah wal jamaah. Menurutnya, Aswaja tidak lebih dari pernyataan
semangat pendobrakan terhadap banyaknya penyimpangan-penyimpangan.
Ringkasnya, ia adalah istilah sejarah, bukan muatan hadist. Kedua, Aswaja
dipahami sebagai Manhaj Al Fikr, bukan sebagai Madzhab. Sebab
semangatnya adalah pencaraian jalan tengah, untuk menjadi moderat dari
berbagai aliran.
Agaknya, pendapat dua kubu tadi memang berbeda secara diametral.
Mayoritas komunitas NU untuk melegitimasi paham Aswajanya merujuk ke
hadist, yang memang jelas menggunakan istilah ahl as sunnah wal jamaah.
Terutamanya riwayat At-Thabrani. Sedangkan menurut Said memahami
Aswaja sebagai identitas aliran yang pernah muncul dalam kurun sejarah.
Konsekwensinya Said tak terlalu terikat dengan makna kebahasaan Aswaja.
Hadits tentang sekte tersebut memang bukan hadist yang lepas dari
banyak kritik. Artinya masih kontroversi. Baik di tinjau dari segi sanad maupun
dari makna matan hadist tersebut. Namun dalam hal ini penulis sependapat
dengan golongan yang menerima pendapat yang menerima hadits tersebut,
dengan beberapa alasan. Pertama, hadist ini didukung oleh Ashab As Sunan,
yakni; At-Turmudzi, Abu Daud, kemudia At-Thabrani dan Ahmad Bin
Hanbal. Yang disebut terakhir ini memiliki kedudukan istimewa, karena Ibnu
Hanbal adalah tokoh Aswaja versi Salafiyun, tokoh yang sangat teguh atas
goncangan faham Mutazilah. Kedua, hadist-hadist tersebut cukup banyak,
sehingga saling menguatkan. Katiga, walaupun secara tegas tak memakai
istilah Ahl As Sunnah Wal Jamaah, namun dalam soal interprestasi ajaran
dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, menunjukan adanya
indikasi perpecahan umat, dengan pemecahan agar mengikuti sunnah Nabi
saw.
Sehingga, mengartikan Aswaja sebagai cerminan Ma Ana Alaihi Al
Yauma Wa Ashaby adalahdapat diterima. Disisi lain pendekatan Manhaj Al
Fikr dari SaidAqilSiraj juga dapat diterima, karena dalam realiatas historis,
golongan umat Islam yang diberi identitas Aswaja, adalah golongan yang
tidak ekstrim, moderat, toleran dan lurus. Misalnya ajaran Al-Asyari yang
dianggap peletup Aswaja merupakan jalan tengah, antara faham Qodaraiyah
dan Jabariyah, juga antara golongan liberalis (mutazilah) dengan golongan
literalis (mujassimah). Al-Ghozali ajaranya begitu menengahi antara filosofi
yang rasionalis dengan kaum battiniyah yang non-rasional. Sehingga
kecendrungan untuk menggabungkan pandangan komunitas NU yang
menerima hadist Ma Ana Alaihi Al Yauma Wa Ashaby dengan pendekatan
Manhaj Al Fikr. Maka rumusan kyai Imam Ghozali : komunitas muslim yang
karena semangat mereka untuk menegakkan islam yang ideal seperti pada
masa rosul dan masa sahabat, dan sebagai akibat dari pergumulan mereka
dengan berbagai aliran pemikiran, baik internal maupun eksternal, mereka
memilih bersikap dan berpola pikir moderat dan menengahi, harmonis dalam
arti serasi dan seimbang, toleran, serta bertindak adil dan berani, adalah
sangat disetujui.
Namun, meskipun demikian secara praktis apa yang selama ini di
dengung-dengungkan sebagai Aswaja model NU, tetap saja dapat di
aplikasikan, selagi melihat adanya kesesuain dan aslah.
Kita sangat fleksibel, dalam mengikuti arus pemikiran para ulama ahli
tauhid dan tasawuf dengan alasan.
Pertama, dalam anggaran dasar NU ditegaskan bahwa tujuan
didirakanya NU adalah menegakan faham Aswaja dan menganut salah satu
dari empat madzhab. Artinya penekanan aspek amaliahnya memang tertuju
pada salah satu madzhab empat, terutama Syafii, sehingga ijtihad dan
pengambilan pendapat dari aspek tauhid dan tasawuf dapat luas lagi.
Kedua, dalam Qonun Asasi (tata institusi), yang dianggap sebagai
pihak ortodoksi Aswaja, ternyata tak pernah tercantum sama sekali batasan
sama sekali batasan-batasan dan defenisi Aswaja. KH. Hasyim Asyari hanya
mengemukakan mengenaii keharusan warga NU untuk berpegang dari salah
satu madzhab empat. Jadi kia Hasyim tidak pernah menyebutkan landasan
teologis dan taswuf yang harus dipegang oleh pengikut Aswaja NU.
Sehinmgga nam-nama Al Asyari, Al Mathuridy, Al Junaidy tidak disebutsebut dalam Qonun Asasi.
Kenapa, dalam qonun tidak tercantum nama-nama tokoh dalam bidang
theologi dan tasawuf. Kita tau persis. Namun, kalau kita lihat pendapat tokoh
tersebut, akan terlihat, betapa misalnya, Al-Asyari dalam mengkaji
persoalan-persoalan aqidah itu banyak yang tak terlepas dari logika filosifis.
Apalagi memang memang sebelumnyal Asyari dikenal sebagai tokoh
Mutazilah. Sedangkan Al Junaidy, ada pandangan theologis yang sama
dengan mutazilah dalam hal penafsiran segala sifat Allah. Pendapatpendapat pengikut Al Asyary yang mudah dipahami khalayak umum juga
banyak. Jadi kita lebih leluasa untuk memilah-milah. Demikian juga kita harus
lebih selektif dalam mengikuti taswuf Al Junaidy. Sedangkan tasawufnya AlGhozali memang banyak dikaji dan cocok bagi komunitas NU, walau dalam
kitab-kitab lain, corak tasawuf falsafi juga begitu tampak.
3.penutup
Sehubungan dengan sifat ilmu yang dinamis, maka tiada patut diskusi
ilmiah jika hal ini dikebiri dan dinilai subjektif sepihak. Demikian juga dalam
aplikasi keilmuan, kita berusaha mengaplikasikan pendapat yang lebih layak
diikuti sehingga perkembangan penafsiran, diarahkan dalam rangka
mendapatkan pendapat yang lebih benar dan maslahah. Waluhu alam...
SALAM
http://expedisipassompa.blogspot.com/2010/03/pusat-belajar-lintas-kader_14.html

More Related Content

What's hot (20)

DOCX
Makalah ilmu kalam final!
Amadeus Alief
PDF
Akidah ahli sunnah wal jamaah
Khairul Anwar
DOCX
Makalah paham ahlussunnah waljama
Rinoputra Stain
DOCX
Makalah Ilmu Kalam
Akhmad Muzaka
PPT
ahli sunnah wal jama'ah menurut syari'ah
luthfil hakim
PPT
ASWAJA + NDP + PKT
PMII
RTF
Rasionalisme mu'tazilah
Encep Abdul Rojak
DOC
69011339 makalah-mu-tazilah
Agus Setiawan
PDF
Buku Panduan Sekolah Aswaja
PMII
PPT
Akidah Ahli Sunnah wal Jamaah: Sejarah dan Perkembangannya
Ahmad Zaki Abdul Latiff
PDF
Pengertian ilmu-kalam
Khairul Iksan
PPTX
SEJARAH AHLI SUNNAH WAL JAMAAH DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBANGUNAN INSAN DI UTHM
aswajanu
DOCX
Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalam
ade orreo
DOCX
Fikih kel 9
Ltfltf
PDF
Sejarah kelahiran ilmu kalam
abdullahtamlikha
DOCX
Sejarah dan perkembangan ilmu kalam
oonx
PPTX
Teologi Islam - Mutazilah
Islamic Studies
DOC
Aswaja sbg manhajul fikr
Kementerian Ikhlas Beramal
PPTX
Sejarah timbulnya aliran kalam klasik
Hashiful Insi
DOCX
Aliran teologi islam mu'tazilah
Abdul Fauzan
Makalah ilmu kalam final!
Amadeus Alief
Akidah ahli sunnah wal jamaah
Khairul Anwar
Makalah paham ahlussunnah waljama
Rinoputra Stain
Makalah Ilmu Kalam
Akhmad Muzaka
ahli sunnah wal jama'ah menurut syari'ah
luthfil hakim
ASWAJA + NDP + PKT
PMII
Rasionalisme mu'tazilah
Encep Abdul Rojak
69011339 makalah-mu-tazilah
Agus Setiawan
Buku Panduan Sekolah Aswaja
PMII
Akidah Ahli Sunnah wal Jamaah: Sejarah dan Perkembangannya
Ahmad Zaki Abdul Latiff
Pengertian ilmu-kalam
Khairul Iksan
SEJARAH AHLI SUNNAH WAL JAMAAH DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBANGUNAN INSAN DI UTHM
aswajanu
Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalam
ade orreo
Fikih kel 9
Ltfltf
Sejarah kelahiran ilmu kalam
abdullahtamlikha
Sejarah dan perkembangan ilmu kalam
oonx
Teologi Islam - Mutazilah
Islamic Studies
Aswaja sbg manhajul fikr
Kementerian Ikhlas Beramal
Sejarah timbulnya aliran kalam klasik
Hashiful Insi
Aliran teologi islam mu'tazilah
Abdul Fauzan

Similar to 1.aswj perdebatan makna dan eksistensi (20)

PPTX
PPT-AQIDAH tentang pembelajaran akhlak .pptx
RezaFakhriAbdillah
PPTX
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA.pptx
riduansyahrd
PDF
Makalah Studi Teologi Islam : Ahlussunnah Waljama'ah
057SherliIsraniHukum
DOC
Aswajasbgmanhajulfikr 131106015409-phpapp01
Rahman Ghifari
PPTX
Sejarah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah (mata kuliah aswaja).pptx
rian10222165
PPTX
Tantangan Aswaja.pptx
AqshonBudhairi
PPT
fdokumen.com_aswaja-an-nahdliyah-55849018dd55b.ppt
ZammSarungSutra
DOCX
Aliran muktazilah
MuhammadAinulMuwaffi
PDF
Kritik & solusi syiah di indonesia
Edi Awaludin
PDF
Ebook syiah
Muhammad Saad
DOC
Makalah Hukum Shalat Jumat
mujibzunari
PDF
Tokoh - Tokoh Aswaja Secara Holistik .pdf
Zuk辿t Printing
DOCX
Tokoh - Tokoh Aswaja Secara Holistik.docx
Zuk辿t Printing
DOCX
Beografi Imam Al-Asyari dan Al-Maturidi.docx
Zuk辿t Printing
PDF
Beografi Imam Al-Asyari dan Al-Maturidi.pdf
Zuk辿t Printing
PPT
Ahlussunah Wal Jamaah Ala Nahdlatul Ulama
azamalfaqir
PDF
Pengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.pdf
Zuk辿t Printing
DOCX
Pengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.docx
Zuk辿t Printing
DOCX
MAKALAH ASWAJA.docx
AhmadSukronM
DOCX
Kelompok Khawarij, Jabariyah, Qodariyah, Mutazilah, Syiah dan Murjiah - Cop...
Zuk辿t Printing
PPT-AQIDAH tentang pembelajaran akhlak .pptx
RezaFakhriAbdillah
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA.pptx
riduansyahrd
Makalah Studi Teologi Islam : Ahlussunnah Waljama'ah
057SherliIsraniHukum
Aswajasbgmanhajulfikr 131106015409-phpapp01
Rahman Ghifari
Sejarah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah (mata kuliah aswaja).pptx
rian10222165
Tantangan Aswaja.pptx
AqshonBudhairi
fdokumen.com_aswaja-an-nahdliyah-55849018dd55b.ppt
ZammSarungSutra
Aliran muktazilah
MuhammadAinulMuwaffi
Kritik & solusi syiah di indonesia
Edi Awaludin
Ebook syiah
Muhammad Saad
Makalah Hukum Shalat Jumat
mujibzunari
Tokoh - Tokoh Aswaja Secara Holistik .pdf
Zuk辿t Printing
Tokoh - Tokoh Aswaja Secara Holistik.docx
Zuk辿t Printing
Beografi Imam Al-Asyari dan Al-Maturidi.docx
Zuk辿t Printing
Beografi Imam Al-Asyari dan Al-Maturidi.pdf
Zuk辿t Printing
Ahlussunah Wal Jamaah Ala Nahdlatul Ulama
azamalfaqir
Pengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.pdf
Zuk辿t Printing
Pengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.docx
Zuk辿t Printing
MAKALAH ASWAJA.docx
AhmadSukronM
Kelompok Khawarij, Jabariyah, Qodariyah, Mutazilah, Syiah dan Murjiah - Cop...
Zuk辿t Printing
Ad

1.aswj perdebatan makna dan eksistensi

  • 1. PUSAT BELAJAR LINTAS KADER Pusat Belajar Lintas Kader PuBLiKa Diterbitkan oleh: PC PMII Kota Jayapura Edisi: 1, Maret 2010 AHL AS SUNNAH WA AL JAMAAH (Perdebatan Makna Dan Eksistensi) Oleh: Suryono (Ketua Umum PMII Kota Jayapura) 1.Pendahuluan Perdebatan eksistensi aswaja mulai mengemuka, diperkirakan pada akhir dasawarsa 1980-an dan awal 1990-an ditangan-terutama-generasi muda NU yang tergabung dalam pergerakan mahasiswa islam Indonesia (PMII). Kemudian fenomena tersebut semakin dipertajam sejak munculnya Prof. Dr. Said Aqil Siraj dengan segudang kontroversinya pada pertengahan dasa warsa 1990-an. Gugatan said terutama tentang pemaknaan aswaja NU selama ini yang menurutnya sangat ekslusif dan begitu sederhana. Kemudian ia
  • 2. berkesimpulan bahwa bukanlah hal yang tepat meletakkan aswaja sebagai madzhab, karena akan terjadi pola madzhab dalam madzhab sehingga menjadilah aswaja tak lebih sebagai Manhaj Al Fikr (Metode Berpikir). 2.Perdebatan makna dan eksistensi Selama ini, dalam masyarakat NU selalu di dengungkan-dengungkan, bahwa ahll as sunnah wa al jamaah adalah golongan umat Islam yang dalam aqidahnya berpedoman pada Al Asyary dan Al-Maturdy, dalam fiqih mengikuti salah satu madzhab empat (Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali) serta dalam tasawuf mengikuti Al Junaidi dan Al Ghozali. Kemudian, akan menjadi sebuah terobosan brilian ketika misalnya PMII yang notabene adalah komunitas anak muda NU memahami aswaja sebagai metode, bukan saja sebagai madzhab. Dengan catatan, bahwa pendekatan sebagai metode itu melalui ungkapan hadist: Ma Ana Alaihi Al Yauma Wa Ashaby (metodeku adalah para sahabatku saat ini) . Ini berarti, komunitas muda NU menjadikan hadist tentang penggolongan Muslimin, sebagai landasan legitimasi keberadaan aswaja. Memang istilah Ma Ana Alaihi Al Yauma Wa Ashaby, bukanlah satu-satunya identitas keselamatan. Yang sebanding denganya misalnya adalah: As Sawad Al Adham , Al Jamaah, Ahl As Sunnah Wal Jamaah. Namun kesemuanya mengarah pada identitas keselamatan yang saling menopang sebagai istilah. Sementara itu, diluar pemaknaan diatas, prof.dr. Said Aqil Siraj yang notabene katib syuriyah PBNU kala itu, mendobrak dua pemaknaan tersebut mengidentifikasikan golongan yang selamat dari umat Islam dengan istilah ahl as sunnah wal jamaah. Menurutnya, Aswaja tidak lebih dari pernyataan semangat pendobrakan terhadap banyaknya penyimpangan-penyimpangan. Ringkasnya, ia adalah istilah sejarah, bukan muatan hadist. Kedua, Aswaja dipahami sebagai Manhaj Al Fikr, bukan sebagai Madzhab. Sebab semangatnya adalah pencaraian jalan tengah, untuk menjadi moderat dari berbagai aliran. Agaknya, pendapat dua kubu tadi memang berbeda secara diametral. Mayoritas komunitas NU untuk melegitimasi paham Aswajanya merujuk ke hadist, yang memang jelas menggunakan istilah ahl as sunnah wal jamaah. Terutamanya riwayat At-Thabrani. Sedangkan menurut Said memahami Aswaja sebagai identitas aliran yang pernah muncul dalam kurun sejarah. Konsekwensinya Said tak terlalu terikat dengan makna kebahasaan Aswaja. Hadits tentang sekte tersebut memang bukan hadist yang lepas dari banyak kritik. Artinya masih kontroversi. Baik di tinjau dari segi sanad maupun dari makna matan hadist tersebut. Namun dalam hal ini penulis sependapat dengan golongan yang menerima pendapat yang menerima hadits tersebut, dengan beberapa alasan. Pertama, hadist ini didukung oleh Ashab As Sunan, yakni; At-Turmudzi, Abu Daud, kemudia At-Thabrani dan Ahmad Bin Hanbal. Yang disebut terakhir ini memiliki kedudukan istimewa, karena Ibnu
  • 3. Hanbal adalah tokoh Aswaja versi Salafiyun, tokoh yang sangat teguh atas goncangan faham Mutazilah. Kedua, hadist-hadist tersebut cukup banyak, sehingga saling menguatkan. Katiga, walaupun secara tegas tak memakai istilah Ahl As Sunnah Wal Jamaah, namun dalam soal interprestasi ajaran dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, menunjukan adanya indikasi perpecahan umat, dengan pemecahan agar mengikuti sunnah Nabi saw. Sehingga, mengartikan Aswaja sebagai cerminan Ma Ana Alaihi Al Yauma Wa Ashaby adalahdapat diterima. Disisi lain pendekatan Manhaj Al Fikr dari SaidAqilSiraj juga dapat diterima, karena dalam realiatas historis, golongan umat Islam yang diberi identitas Aswaja, adalah golongan yang tidak ekstrim, moderat, toleran dan lurus. Misalnya ajaran Al-Asyari yang dianggap peletup Aswaja merupakan jalan tengah, antara faham Qodaraiyah dan Jabariyah, juga antara golongan liberalis (mutazilah) dengan golongan literalis (mujassimah). Al-Ghozali ajaranya begitu menengahi antara filosofi yang rasionalis dengan kaum battiniyah yang non-rasional. Sehingga kecendrungan untuk menggabungkan pandangan komunitas NU yang menerima hadist Ma Ana Alaihi Al Yauma Wa Ashaby dengan pendekatan Manhaj Al Fikr. Maka rumusan kyai Imam Ghozali : komunitas muslim yang karena semangat mereka untuk menegakkan islam yang ideal seperti pada masa rosul dan masa sahabat, dan sebagai akibat dari pergumulan mereka dengan berbagai aliran pemikiran, baik internal maupun eksternal, mereka memilih bersikap dan berpola pikir moderat dan menengahi, harmonis dalam arti serasi dan seimbang, toleran, serta bertindak adil dan berani, adalah sangat disetujui. Namun, meskipun demikian secara praktis apa yang selama ini di dengung-dengungkan sebagai Aswaja model NU, tetap saja dapat di aplikasikan, selagi melihat adanya kesesuain dan aslah. Kita sangat fleksibel, dalam mengikuti arus pemikiran para ulama ahli tauhid dan tasawuf dengan alasan. Pertama, dalam anggaran dasar NU ditegaskan bahwa tujuan didirakanya NU adalah menegakan faham Aswaja dan menganut salah satu dari empat madzhab. Artinya penekanan aspek amaliahnya memang tertuju pada salah satu madzhab empat, terutama Syafii, sehingga ijtihad dan pengambilan pendapat dari aspek tauhid dan tasawuf dapat luas lagi. Kedua, dalam Qonun Asasi (tata institusi), yang dianggap sebagai pihak ortodoksi Aswaja, ternyata tak pernah tercantum sama sekali batasan sama sekali batasan-batasan dan defenisi Aswaja. KH. Hasyim Asyari hanya mengemukakan mengenaii keharusan warga NU untuk berpegang dari salah satu madzhab empat. Jadi kia Hasyim tidak pernah menyebutkan landasan teologis dan taswuf yang harus dipegang oleh pengikut Aswaja NU. Sehinmgga nam-nama Al Asyari, Al Mathuridy, Al Junaidy tidak disebutsebut dalam Qonun Asasi.
  • 4. Kenapa, dalam qonun tidak tercantum nama-nama tokoh dalam bidang theologi dan tasawuf. Kita tau persis. Namun, kalau kita lihat pendapat tokoh tersebut, akan terlihat, betapa misalnya, Al-Asyari dalam mengkaji persoalan-persoalan aqidah itu banyak yang tak terlepas dari logika filosifis. Apalagi memang memang sebelumnyal Asyari dikenal sebagai tokoh Mutazilah. Sedangkan Al Junaidy, ada pandangan theologis yang sama dengan mutazilah dalam hal penafsiran segala sifat Allah. Pendapatpendapat pengikut Al Asyary yang mudah dipahami khalayak umum juga banyak. Jadi kita lebih leluasa untuk memilah-milah. Demikian juga kita harus lebih selektif dalam mengikuti taswuf Al Junaidy. Sedangkan tasawufnya AlGhozali memang banyak dikaji dan cocok bagi komunitas NU, walau dalam kitab-kitab lain, corak tasawuf falsafi juga begitu tampak. 3.penutup Sehubungan dengan sifat ilmu yang dinamis, maka tiada patut diskusi ilmiah jika hal ini dikebiri dan dinilai subjektif sepihak. Demikian juga dalam aplikasi keilmuan, kita berusaha mengaplikasikan pendapat yang lebih layak diikuti sehingga perkembangan penafsiran, diarahkan dalam rangka mendapatkan pendapat yang lebih benar dan maslahah. Waluhu alam... SALAM http://expedisipassompa.blogspot.com/2010/03/pusat-belajar-lintas-kader_14.html