Anemia merupakan penyakit yang ditandai dengan penurunan jumlah eritrosit atau hemoglobin di dalam darah. Dokumen menjelaskan definisi, epidemiologi, fisiologi eritrosit, manifestasi klinis, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan berbagai jenis anemia.
Kasus ini mendiagnosis pasien dengan sindrom nefrotik berdasarkan gejala proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan edema. Diagnosis bandingnya adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus karena hasil pemeriksaan anti streptolisin reaktif. Penatalaksanaannya meliputi rawat inap, diet protein rendah, obat prednison dan transfusi albumin.
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke unit gawat darurat rumah sakit dengan keluhan nyeri dada berat sejak 1 minggu yang memberat sejak 3 jam terakhir. Keluhan dirasakan menjalar ke lengan kiri, ke rahang disertai keringat dingin. Riwayat perokok aktif sejak 30 tahun lalu menghabiskan 2 bungkus per hari.
Pada pemeriksaan nampak dia terlihat pucat, BMI 30 kg/m2 dengan kulit dingin dan berkeringat. Nadinya lemah, dengan sekali-kali ekstrasistole (denyut ventrikuler ektopik). Tekanan darah arterial 200/100 mmHg. Bunyi jantung normal, fisis jantung ditemukan kardiomegali. Pada EKG didapatkan gambaran elevasi segemen ST di II, III, aVF disertai gambaran LVH. Laboratorium ditemukan LDL kolesterol 180 mg/dl, HDL 28 mg/dl, HbA1C 11%, SGOT 12, SGPT 18, Hb 12 gr%
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangSyscha Lumempouw
油
Pasien laki-laki berusia 1 tahun datang dengan keluhan diare lebih dari 5 kali sehari selama 2 hari. Pemeriksaan menunjukkan dehidrasi ringan. Diagnosis kerja diare akut dehidrasi ringan. Penatalaksanaan meliputi cairan infus, antibiotik, dan suplemen zink. Kondisi pasien membaik setelah 6 hari perawatan.
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
油
Dokumen tersebut berisi laporan kasus tentang pasien laki-laki berusia 1 tahun yang mengalami diare akut disertai dehidrasi ringan. Pasien mengalami buang air besar lebih dari 5 kali sehari selama 2 hari dengan isi ampas dan berwarna kuning. Setelah pemeriksaan fisik dan diagnostik, pasien didiagnosis mengalami diare akut dan dehidrasi ringan serta mendapatkan penatalaksanaan berupa rehidrasi oral dan pengaw
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisTenri Ashari Wanahari
油
Laporan kasus bedah anak mengenai hernia inguinalis lateralis dekstra reponibilis pada anak perempuan berumur 7 bulan. Penderita mengeluhkan benjolan di lipat paha kanan yang dapat hilang timbul. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya benjolan ukuran 2 cm x 1 cm x 1 cm di regio inguinalis dekstra yang dapat keluar masuk. Diagnosis yang ditetapkan adalah hernia inguinalis lateralis dekstra reponibilis. Rencana t
Anemia merupakan penyakit yang ditandai dengan penurunan jumlah eritrosit atau hemoglobin di dalam darah. Dokumen menjelaskan definisi, epidemiologi, fisiologi eritrosit, manifestasi klinis, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan berbagai jenis anemia seperti anemia defisiensi besi, anemia penyakit kronis, anemia megaloblastik, dan anemia hemolitik.
Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal cabang-cabang bronkus besar. Penyebabnya antara lain kelainan bawaan, infeksi, dan faktor mekanis. Gejalanya berupa batuk kronis, hemoptisis, dan jari tabuh. Diagnosanya didukung dengan pemeriksaan sputum, darah, urine, dan bronkografi. Pengobatannya meliputi antimikroba, drainase postural, bronkodilator, serta intervensi bedah pada kasus berat.
Bab ini membahas kajian pustaka tentang diabetes melitus, termasuk pengertian, klasifikasi, gejala, patogenesis, faktor risiko, dan manajemennya. Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi yang disebabkan kelainan sekresi insulin atau kerja insulin, yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi kronis.
Laporan Kasus Bronkopneumonia Aulia Dwi Juanita.pptxAuliaDwiJuanita
油
Pasien berusia 2 bulan datang dengan keluhan sesak yang semakin parah saat batuk selama sebulan. Pemeriksaan menunjukkan demam dan auskultasi paru menemukan ronki basah. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb rendah dan leukositosis, sementara rontgen paru menunjukkan infiltrat. Diagnosisnya diduga bronkopneumonia.
Dokumen tersebut membahas tentang disentri, yaitu radang usus yang disebabkan oleh bakteri atau amoeba dan menyebabkan diare berdarah. Dokumen ini menjelaskan pengertian, gejala, penyebab, diagnosis, dan pengobatan dari penyakit disentri.
Dokumen ini membahas tentang otitis media akut pada anak, termasuk definisi, etiologi, epidemiologi, faktor risiko, gejala klinis, diagnosis, dan penatalaksanaannya. Otitis media akut adalah peradangan telinga tengah yang biasanya terjadi pada anak akibat infeksi bakteri setelah ISPA, dengan gejala utama nyeri telinga dan demam. Diagnosis didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik telinga, sed
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisTenri Ashari Wanahari
油
Laporan kasus bedah anak mengenai hernia inguinalis lateralis dekstra reponibilis pada anak perempuan berumur 7 bulan. Penderita mengeluhkan benjolan di lipat paha kanan yang dapat hilang timbul. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya benjolan ukuran 2 cm x 1 cm x 1 cm di regio inguinalis dekstra yang dapat keluar masuk. Diagnosis yang ditetapkan adalah hernia inguinalis lateralis dekstra reponibilis. Rencana t
Anemia merupakan penyakit yang ditandai dengan penurunan jumlah eritrosit atau hemoglobin di dalam darah. Dokumen menjelaskan definisi, epidemiologi, fisiologi eritrosit, manifestasi klinis, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan berbagai jenis anemia seperti anemia defisiensi besi, anemia penyakit kronis, anemia megaloblastik, dan anemia hemolitik.
Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal cabang-cabang bronkus besar. Penyebabnya antara lain kelainan bawaan, infeksi, dan faktor mekanis. Gejalanya berupa batuk kronis, hemoptisis, dan jari tabuh. Diagnosanya didukung dengan pemeriksaan sputum, darah, urine, dan bronkografi. Pengobatannya meliputi antimikroba, drainase postural, bronkodilator, serta intervensi bedah pada kasus berat.
Bab ini membahas kajian pustaka tentang diabetes melitus, termasuk pengertian, klasifikasi, gejala, patogenesis, faktor risiko, dan manajemennya. Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi yang disebabkan kelainan sekresi insulin atau kerja insulin, yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi kronis.
Laporan Kasus Bronkopneumonia Aulia Dwi Juanita.pptxAuliaDwiJuanita
油
Pasien berusia 2 bulan datang dengan keluhan sesak yang semakin parah saat batuk selama sebulan. Pemeriksaan menunjukkan demam dan auskultasi paru menemukan ronki basah. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb rendah dan leukositosis, sementara rontgen paru menunjukkan infiltrat. Diagnosisnya diduga bronkopneumonia.
Dokumen tersebut membahas tentang disentri, yaitu radang usus yang disebabkan oleh bakteri atau amoeba dan menyebabkan diare berdarah. Dokumen ini menjelaskan pengertian, gejala, penyebab, diagnosis, dan pengobatan dari penyakit disentri.
Dokumen ini membahas tentang otitis media akut pada anak, termasuk definisi, etiologi, epidemiologi, faktor risiko, gejala klinis, diagnosis, dan penatalaksanaannya. Otitis media akut adalah peradangan telinga tengah yang biasanya terjadi pada anak akibat infeksi bakteri setelah ISPA, dengan gejala utama nyeri telinga dan demam. Diagnosis didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik telinga, sed
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang presentasi yang membahas berbagai topik terkait anemia, seperti hematopoiesis, eritropoiesis, klasifikasi anemia, anemia defisiensi besi, thalasemia, hemoglobinopati, dan anemia makrositik.
Ringkasan dokumen:
1. Dokumen membahas diagnosis dan penanganan terbaru berbagai gangguan ginjal seperti penyakit ginjal akut, penyakit ginjal kronis, batu ginjal, dan infeksi saluran kemih.
2. Penyakit ginjal akut bisa disembuhkan bila ditangani segera, sedangkan penyakit ginjal kronis tidak bisa sembuh dan progresif. Faktor risiko penyakit ginjal kronis adalah hip
Ringkasan dokumen:
1. Dokumen membahas diagnosis dan penanganan terbaru berbagai gangguan ginjal seperti penyakit ginjal akut, penyakit ginjal kronis, batu ginjal, dan infeksi saluran kemih.
2. Penyakit ginjal akut bisa disembuhkan bila ditangani segera, sedangkan penyakit ginjal kronis tidak bisa sembuh dan progresif. Faktor risiko penyakit ginjal kronis adalah hip
1. Talasemia adalah penyakit keturunan yang membabitkan sel darah merah akibat gangguan sintesis globin hemoglobin.
2. Ia mempunyai dua klasifikasi utama iaitu talasemia minor dan talasemia major, dengan talasemia major memerlukan rawatan seperti pemindahan darah.
3. Manifestasi klinikalnya termasuk anemia, hepatosplenomegaly, dan kegagalan pertumbuhan.
Anemia pada anak dan transfusi darah.
Anemia: Berkurangnya nilai hemoglobin dari batas normal sesuai usianya.
Usia 6 bulan-5 tahun: 11 g/dL
Usia 5-11 tahun: 11.5 g/dL
>12 tahun: 12 g/dL
Hamo=darah, poeisis=ciptaan
Suatu produksi, perkembangan dan maturasi elemen seluler darah
Anemia aplastik jarang terjadi, ditandai oleh gambaran darah tepi pansitopenia disertai dengan hiposelularitas sumsum tulang.
Patofisiologi: Adanya gangguan atau berkurangnya pembentukan sel punca hematopietik pluripoten, tanpa adanya infiltrasi keganasan pada sumsum tulang.
Diagnosis mengarah pada anemia aplastik jika didapatkan:
Pansitopenia dengan retikulositopenia
Eritrosit normositik namun terkadang makrositik
Hapusan darah tepi: Penurunan jumlah sel darah dengan morfologi normal
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan aspirasi atau biopsi sumsum tulang dengan gambaran:
Sumsum tulang hiposeluler dengan penurunan sel darah, ruang di dalam sumsum tulang diisi oleh sel lemak dan stroma
Morfologi sel hematopoetik normal
Tidak dijumpai infiltrasi sel maligna atau fibrosis
Tidak dijumpai gambaran hematopoesis megaloblastik
ADB: Anemia yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan besi tubuh untuk menmbentuk eritrosit
Etiologi:
Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis (Pertumbuhan, menstruasi)
Kurangnya besi yang diserap (Masukan besi dari makanan yang tidak adekuat, malabsorpsi besi)
Perdarahan
Hemoglobinuria
Iatrogenic blood loss
Idiopathic pulmonary hemosiderosis
Latihan yang berlebihan
Manifestasi klinis:
Pucat
Iritabel
Anorexia
Intoleransi terhadap latihan: penurunan aktivitas kerja dan daya tahan tubuh
Termogenesis tidak normal (ketidakmampuan mempertahankan suhu normal saat udara dingin
Koilonikia (spoon shaped nail)
Atrofi papil lidah
Takikardi, dilatasi jantung
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh kehancuran sel darah merah secara berlebihan sehingga menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah. Penyebabnya antara lain adalah gangguan membran sel darah merah, gangguan sintesis hemoglobin, dan reaksi autoimun terhadap sel darah merah. Gejala umum anemia hemolitik adalah pucat, lemah, dan nyeri abdomen. Penatalaksanaannya meliputi transfusi darah, ob
Dokumen tersebut membahas tentang laporan pendahuluan asuhan keperawatan anak dengan anemia. Terdapat beberapa jenis anemia seperti anemia pasca perdarahan, defisiensi, hemolitik, dan aplastik yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti perdarahan, kekurangan zat besi dan vitamin, penghancuran sel darah merah berlebihan, serta berhentinya produksi sel darah oleh sumsum tulang. Gejala umum anemia adalah pucat
1. ANEMIA
dr. Salman Paris Harahap Sp.PD
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHIASIH
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTOMANGUNKUSUMO
2. DEFINISI ANEMIA
Populasi Non anemia Anemia
Ringan Sedang Berat
Anak usia 6-59 bulan 11.0 10.0-10.9 7.0-9.9 < 7.0
Anak usia 5-11 tahun 11.5 11.0-11.4 8.0-10.9 <8.0
Anak usia 12-14 tahun 12.0 11.0-11.4 8.0-10.9 <8.0
Wanita usia 15 tahun
(tidak hamil)
12.0 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
Wanita hamil 11.0 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Laki-laki uisa 15 tahun 13.0 11.0-12.9 8.0-10.9 <8.0
Secara fungsional, anemia diartikan sebagai penurunan jumlah eritrosit sehingga
eritrosit tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah
yang cukup ke jaringan
Tabel 1.1 Kadar Hemoglobin untuk diagnosis anemia (mg/l)
3. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data WHO sejak tahun 1993 hingga 2005,
anemia diderita oleh 1,62 milyar orang di dunia. Prevalensi
tertinggi terjadi pada anak usia belum sekolah, dan
prevalensi terendah pada laki-laki dewasa.
4. EPIDEMIOLOGI ANEMIA
WANITA HAMIL 41,6%
WANITA DEWASATIDAK
HAMIL 33 %
ANEMIA PADA
WANITA
Indonesia, sekitar 44,5% populasi diperkirakan mengalami anemia dengan kadar Hb <11,0 g/dl,
sehingga Indonesia masuk ke dalam kategori berat dalam prevalensi anemia
ANAK USIA
BELUM SEKOLAH
47,7%
58% WARGAASIA
ANEMIA
5. FISIOLOGI ERITROSIT
1 mililiter darah = 5 milyar eritrosit
(secara klinis 賊 5 juta/mm3)
Bentuk bikonkaf
Hemoglobin
Heme (mengandung besi
dan mengikat oksigen )
Globin (4 rantai polipeptida)
6. Kapiler darah
Selama perkembangan intra uterus, eritrosit mula-mula dibentuk oleh yolk sac dan
kemudian oleh hati dan limpa, sampai sumsum tulang terbentuk dan mengambil
alih produksi eritrosit secara eksklusif. Pada anak-anak, sebagian besar tulang
terisi oleh sumsum tulang merah yang mampu memproduksi sel darah
FISIOLOGI ERITROSIT
7. FISIOLOGI ERITROSIT
Regulasi pembentukan eritrosit oleh EPO
yang disintesis oleh ginjal
Pada saat kehilangan
eritrosit berlebihan
(perdarahan/ hemolisis)
laju eritropoiesis dapat
meningkat 6 kali lipat
8. FISIOLOGI ERITROSIT
Eritrosit akan bertahan selama 賊 120 hari
Sebagian besar eritrosist dihancurkan di
limpa
Heme akan dipecah menjadi bilirubin dan
besi yang akan digunakan kembali
11. MANIFESTASI KLINIS ANEMIA
GEJALA UMUM :
lemah, lesu,
cepat lelah
Telinga mendenging
(tinnitus)
Mata berkunang
kunang,
Kaki terasa dingin
Sesak napas
GEJALA KHAS :
Def.Fe :
disfagia, atrotrofi
papil lidah, stomatitis
angularis, koilonicia
Mengaloblastik :
glositis, gg neurologi
pada def.b12
Hemolisis :
Ikterus, splenomegaly,
hepatomegaly
Aplastik :
Perdarahan dan tanda-ta
nda infeksi
GEJALA PENYAKIT
DASAR :
Gejala yang timbul akibat
penyakit dasar, contoh :
anemia akibat infeksi
cacing tambang: keluh
an sakit perut,
pembengkakan parotis
dan warna kuning pada
telapak tangan.
14. KLASIFIKASI ANEMIA
BERDASARKAN MORFOLOGI DAN ETIOLOGI
NOTE :
Anemia hipokromik mikrositer
bila MCV<80fl dan MCH <27pg
Anemia normokromik normositer
bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg
Anemia makrositer bila MVC > 95 fl
15. PATOFISIOLOGI ANEMIA
ANEMIA DEFISIENSI BESI ANEMIA
DEFISIENSI
BESI
KEKURANGAN
ASUPAN BESI
KEHILANGAN
BESI
KEBUTUHAN
BESI
MENINGKAT
Diet tidak adekuat
Gangguan
penyerapan besi
Perdarahan saluran cerna
Perdarahan saluran kemih
Hemogobinuria
Infeksi cacing tambang
Gg. Hemostasis
Bayi premature
Anak dalam
pertumbuhan
Ibu hamil dan
menyusui
17. PATOFISIOLOGI ANEMIA
ANEMIA PENYAKIT KRONIS
PATOGENESISANEMIA PENYAKIT KRONIS :
Ketahanan hidup eritrosit yang memendek akibat terjadinya lisis eritrosit
Adanya respon sumsum tulang akibat respon eritropoetin yang terganggu
atau menurun
Gangguan metabolisme berupa gangguan reutilisasi besi
18. PATOFISIOLOGI ANEMIA
ANEMIA PENYAKIT KRONIS
INFLAMASI
Sitokin pro-inflamasi
(Tumor Necrotizing F
actor (TNF)-留
, Interle
ukin (IL)-1, IL- 6 dan
IL-8.)
IL 1 :
Absorbsi besi
Berkurang dan
menekan eritropoesis
IL 6 :
Menghambat pembebasan cadangan
besi jaringan ke darah hipoferemia
TNF-留:
Menekan eritropoesis den
gan menghambat EPO
19. PATOFISIOLOGI ANEMIA
ANEMIA MEGALOBLASTIK
DEFISIENSI KOBALAMIN
Defisiensi metionin intrasel
Menghambat pembentukan
folat tereduksi
Berkurangnya precursor timidilat
Terganggunya sintesis DNA
Terganggunya perubahan
propionate menjadi suksinil CoA
Gangguan sintesis myelin
Gejala neurologis (+)
20. PATOFISIOLOGI ANEMIA
ANEMIA MEGALOBLASTIK
DEFISIENSI FOLAT
Penurunan tetrahidrofolat
(koenzim aktif)
Sintesis tidmidilat terganggu
Gangguan sintesis DNA
Produksi hemoglobin
sitoplasmik dll berlebih
Berkurangnya sintesis DNA
tidak menghalangi
sintesis RNA
DNA sedikit, RNA berlebih
Sel menjadi besar
22. PATOFISIOLOGI ANEMIA
ANEMIA HEMOLITIK
Hemolisis ekstravaskular
Hemolisis intravascular
Eritrosit dihancurkan dalam
system retikuloendotelial
Eritrosit dihancurkan dalam
sirkulasi darah hb bebas
di plasma
Berikatan dengan haptoglobin
Filtrasi ginjal
Sebagian direabsorbsi dan dalam
tubulus ginjal hb pecah dan terdeposit
sebagai hemosiderin
23. PATOFISIOLOGI ANEMIA
ANEMIA APLASTIK Pansitopenia disertai hipoplasia / aplasia sumsum tulang tanpa adanya
penyakit primer yang mensupresi atau menginfiltrasi jaringan
hematopoietik.
ANEMIA
APLASTIK
DIDAPAT HEREDITER
Zat fisika atau kimia
Infeksi virus
Infeksi mycobacteri
um
Idiopatik
Sindrom fanconi
24. PATOFISIOLOGI ANEMIA
ANEMIA APLASTIK
Aktivasi T sitotoksik . Sel T tersebut akan menghasilkan interferon gamma (IFN-粒) dan tumor
necrosis factor (TNF) yang bersifat menginhibisi langsung sel-sel hematopoietik
Supresi hematopoietik oleh IFN-粒dan TNF juga merangsang reseptor Fas pada sel hematopoietik CD34
sehingga menghasilkan 3 proses :
Perangsangan reseptor Fas akan menginduksi terjadinya apoptosis.
Terjadi induksi produksi nitric oxide synthetase dan nitrit oksida oleh sumsum tulang sehingga terjadi sitoto
ksisitas yang diperantarai system imun.
Perangsang reseptor Fas akan mengaktivasi jalur intraseluler yang menyebabkan penghentian siklus sel.
29. TATALAKSANA ANEMIA
ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI
Terapi kausal
Terapi preparat besi oral :
Untuk mendapatkan respon pengobatan dosis besi yang dipakai 4 -6
mg/KgBB/hari
Preparat pilihan ferrous sulfat 3 x 200 mg
Terapi besi parenteral :
Preparat yang sering digunakan adalah dekstran besi. Larutan ini
mengandung 50 mg besi/ml. Dosis berdasarkan :
Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB(Kg) x 3
30. TATALAKSANA ANEMIA
ANEMIA PENYAKIT KRONIS
Jika penyakit dasar dapat diobati dengan baik, anemia akan sembuh
dengan sendirinya.
Anemia tidak memberi respons pada pemberian besi, asam folat, atau
vitamin B 12.
Transfusi jarang diperlukan karena derajat annemia ringan.
Sekarang pemberian eritropoetin terbukti dapat menaikkan hemoglobin
tetapi harus diberikan terus menerus.
31. TATALAKSANA ANEMIA
ANEMIA SIDEROBLASTIK
Terapi untuk anemia sideroblastik herediter bersifat simtomatik dengan
transfusi darah
Pemberian vitamin B 6 dapat dicoba karena sebagian kecil penderita re
sponsif terhadap peridoksin.
32. TATALAKSANA ANEMIA
ANEMIA MEGALOBLASTIK
Asam folat, diberikan 5 mg/hari per oral selama 4 bulan atau parenteral dan
vitamin C 200 mg/hari.
Vitamin B12 (bila pemberian terapi asam folat gagal) 15-30 袖gi, diberikan
3 -5 kali/minggu sampai Hb normal, ppada anak besar dapat diberikan
100 袖g. Bila perlu diteruskan pemberian vitamin B12 tiap bulan.
33. TATALAKSANA ANEMIA
ANEMIA MEGALOBLASTIK
Transfusi darah bila terdapat indikasi: gagal jantung yang mengancam,
menghadapi tindakan operatif darah lengkap dosis 10-20 ml/KgBB/hari
PRC pada penderita tanpa perdarahan, whole blood bila ada kehilangan
volume darah, dosis disesuaikan banyaknya darah yang hilang.
Respons terhadap terapi: retikulosit mulai naik hari 2 -3 dengan puncak pad
a hari 7 8. Hb harus naik 2 3 g/dL tiap minggu.
34. TATALAKSANA ANEMIA
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
Glukokortikoid : prednison 40 mg/m2 luuas permukaan tubuh (LPT)/hari.
Splenektomi,jika tidak berespon dengan pemberian glukokortikoid.
Imunosupresif : pada kasus gagal steroid dan tidak memungkinkan splenektomi. Obat imunosupresif di
berikan selama 6 bulan, kemudian tappering off, biasanya dikombinasi dengan Prednison 40 mg/m2 .
dosis prednison diturunkan bertahap dalam waktu 3 bulan.
Azatioprin : 80mg/m2/hari
Siklofosfamid : 60 75 mg/m2/hari
Obati penyakit dasar : SLE, infeksi, malaria, keganasan.
Stop obat-obatan yang diduga menjadi penyebab
35. TATALAKSANA ANEMIA
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
Transfusi berkala, pertahankan Hb 10 gr%
Desferal untuk mencegah penumpukan besi. Diberikan bila serum Feritin
mencapai 1000 袖g/dL/ setelah transfusi ke 12. Dosis inisial 20 mg/KgBB,
diberikan 8 12 jam infus SC di anterior abddomen, selama 5 hari/minggu.
Diberkan bersamaan dengan vitamin C oral 100 200 mg untuk meningkatkan
ekskresi Fe. Pada keadaan penumpukan Fe berat terutama disertai dengan ko
mplikasi jantung dan endokrin, deferoxamine diberikan 50 mg/KgBB secara infu
se kontinue IV.
36. TATALAKSANA ANEMIA
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
Terapi kausal
Terapi suportif
Terapi perbaikan sumsum tulang :
Oksimetolon diberikan dlam dosis 2 -3 mg/KgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6
12 minggu
Rh GM-CSF (rekombinan Human Granulocyte-Macrophage Colony Stimulating Fact
or)
Kortikosteroid : prednison 1 -2 mg/KgBB/hari diberikan maksimum 3 bulan. Atau ada
yang memberikan 60 100 mg/hari,
37. TATALAKSANA ANEMIA
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
Terapi definitif :
ATG (anti Thymocyte Globulin)
Dosis 10 20 mg /KgBB/hari, diberikan selama 4 6 jam dalam larutan NaCl
dengan filter selama 8 14 hari. Untuk mencegah serum sickness, diberikkan
Prednison 40mg/m2/hari selama 2 minggu, kemudian dilakukan tappering off
Cyclosporin A
Dosis 3 7 mg/KgBB/hari dalam 2 dosis, penyesuaian dosis dilakukan setiap
mingggu untuk mempertahankan kadar dalam darah 400-800 mg/ml.
Transplantasi sumsum tulang
38. PROGNOSIS
Prognosis baik bila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi saja
dan diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang
adekuat.
Pada anemia aplastik, prognosis tergantung pada tingkatan hipoplasia, makin
berat prognosis semakin jelek, pada umumnya penderita meninggal karena
infeksi, perdaraham atau akibat dari komplikasi transfusi.
39. KESIMPULAN
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia
Secara fungsional, anemia diartikan sebagai penurunan jumlah eritrosit sehingga eritrosit
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup
ke jaringan.
Anemia dapat diklasifikasikan berberdasarkan etiologi ataupun ukuran dari eritrosit.
Pendekatan diagnosis anemia sangat penting, karena tatalaksana yang diberikan pada
anemia akan sangat bergantung dengan diagnosis yang telah ditegakkan.
Prognosis baik bila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi saja dan
diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat