Analisa bivariat adalah untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara varia...Restu Sulistiyo
油
Analisa bivariat menguji pengaruh antara variabel dependen dan independen dengan uji chi-square dan fisher. Uji chi-square untuk dua variabel nominal atau ordinal sedangkan fisher untuk sampel kecil dengan data nominal atau ordinal. Uji statistik nonparametrik lain seperti Wilcoxon untuk dua kelompok data berpasangan berskala ordinal atau interval tetapi tidak normal, sedangkan Mann Whitney untuk dua kelompok bebas dengan skala ordinal atau interval tidak normal.
Dokumen ini memberikan izin kepada siswa kelas XI Multimedia untuk membawa handphone saat pelajaran Desain Grafis dan Percetakan serta Animasi 2D dan 3D dengan beberapa syarat, termasuk larangan penggunaan selama jam pelajaran kecuali diperintahkan guru dan larangan bermain game saat pelajaran. Siswa harus menandatangani persetujuan untuk mematuhi aturan tersebut dengan segala risikonya.
Percobaan ini bertujuan untuk mengukur karakteristik tegangan dan arus pada rangkaian seri dan paralel tiga buah resistor. Hasilnya menunjukkan bahwa pada rangkaian seri, arus sama di setiap titik namun tegangan berbeda, sedangkan pada rangkaian paralel tegangan sama namun arus berbeda di setiap cabang karena adanya pembagian arus. Kesalahan yang terjadi dipengaruhi oleh faktor pembacaan al
Tata tertib kantin SMK 1 Pengasih dan SMP Negeri Jeruklegi mengatur tentang kewajiban penjual dan pembeli untuk menjaga kebersihan, kenyamanan, dan ketertiban di kantin sekolah. Pedagang wajib melayani dengan ramah, menjaga kebersihan makanan dan lingkungan, serta membuang sampah pada tempatnya. Siswa harus membayar dan keluar dengan tertib.
Dokumen tersebut membahas tentang tekanan pada zat cair dan penjelasan hukum Pascal. Terdapat penjelasan konsep tekanan pada zat cair dari sisi kimia, fisika, dan biologi. Juga dijelaskan rancangan praktikum untuk menyelidiki hukum Pascal menggunakan alat sederhana seperti suntikan dan beban.
Dokumen tersebut membahas tentang diagnosis kehamilan melalui tanda-tanda presumtif, tidak pasti, dan pasti kehamilan seperti amenorea, mual, mastodinia, perubahan berat badan, dan ultrasonografi. Tanda-tanda tersebut muncul pada berbagai usia kehamilan dan membantu menentukan apakah seseorang sedang hamil.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini membahas pembelajaran materi Teorema Pythagoras untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Palembang. RPP ini menggunakan pendekatan saintifik dengan model Problem Based Learning, dimana siswa akan dibagi menjadi kelompok untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika berkaitan dengan Teorema Pythagoras.
Dokumen tersebut membahas tiga jenis transformasi geometri yaitu dilatasi, translasi, dan rotasi. Dilatasi adalah perubahan ukuran objek dengan memperbesar atau memperkecil ukurannya tanpa mengubah bentuk aslinya. Translasi adalah perpindahan objek dengan jarak dan arah yang sama. Sedangkan rotasi adalah pemutaran objek di sekitar titik pusatnya.
1. Penelitian ini membahas tentang populasi, sampel, besar sampel, dan jenis penelitian epidemiologi.
2. Besar sampel ditentukan berdasarkan desain penelitian, seperti untuk estimasi proporsi atau menguji hubungan odds ratio.
3. Contoh soal menunjukkan cara menghitung besar sampel untuk penelitian cross sectional dan kasus kontrol dengan rumus yang sesuai.
Dokumen tersebut membahas tentang klasifikasi dan tingkat maserasi kematian janin. Kematian janin dibagi menjadi 4 golongan berdasarkan masa kehamilan, yaitu golongan I (kematian sebelum 20 minggu), golongan II (kematian antara 20-28 minggu), golongan III (kematian sesudah 28 minggu), dan golongan IV (kematian yang tidak termasuk golongan sebelumnya). Tingkat maserasi janin terdiri dari maserasi grade 0 h
1. Ohm-meter adalah alat untuk mengukur hambatan listrik pada konduktor dengan menggunakan galvanometer untuk mengukur besarnya arus listrik.
2. Ohm-meter bekerja dengan menyediakan baterai untuk menahan arus listrik dan mengukur voltase melalui hambatan, dimana nilai hambatan ditentukan oleh persamaan hukum Ohm.
3. Terdapat dua jenis ohm-meter, analog dan digital, dimana digital lebih akur
1) The document reports on a laboratory experiment to determine the Young's modulus of various metal types. Samples of steel and aluminum were tested by applying incremental loads and measuring the change in height using a dial indicator.
2) For steel, the measured Young's modulus values ranged from 192.3 to 230.04 GPa. For aluminum, the values ranged from 68.1 to 71.27 GPa.
3) Young's modulus is a measure of a material's elasticity and indicates how much a material will deform under an applied load. Determining the Young's modulus of different metals can help select appropriate materials for structures.
Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti implan, IUD, sterilisasi wanita (MOW), dan sterilisasi pria (MOP) merupakan metode kontrasepsi yang efektif untuk mencegah kehamilan dalam jangka panjang. Namun, tingkat penggunaan MKJP di Indonesia masih rendah. Dokumen ini membahas berbagai jenis kontrasepsi termasuk MKJP beserta keuntungan dan kelemahannya dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat
Proposal ini membahas rencana pendirian SMA Wistara yang bertujuan mempersiapkan peserta didik melanjutkan pendidikan tinggi. SMA Wistara akan menerapkan kurikulum berbasis kompetensi nasional dengan pendekatan pembelajaran kontekstual dan penilaian autentik. Sekolah ini juga akan merekrut guru dan tenaga kependidikan berkompeten serta menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memadai.
Guru memiliki peran penting dalam pendidikan. Beberapa peran guru antara lain sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, dan motivator peserta didik. Guru bertugas menilai, memberikan inspirasi, memberikan informasi, mengorganisasi kegiatan belajar, serta memotivasi peserta didik.
Dokumen tersebut merangkum hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan siswa dalam memilih sekolah di MTs Ma'arif 03 Sojokerto. Penelitian menggunakan kuesioner untuk 147 siswa dan menganalisis empat faktor yaitu persepsi biaya, lokasi, fasilitas, dan pengaruh orang tua/teman. Hasilnya menunjukkan bahwa keempat faktor tersebut berpengaruh signifikan ter
Dokumen tersebut membahas tiga jenis transformasi geometri yaitu dilatasi, translasi, dan rotasi. Dilatasi adalah perubahan ukuran objek dengan memperbesar atau memperkecil ukurannya tanpa mengubah bentuk aslinya. Translasi adalah perpindahan objek dengan jarak dan arah yang sama. Sedangkan rotasi adalah pemutaran objek di sekitar titik pusatnya.
1. Penelitian ini membahas tentang populasi, sampel, besar sampel, dan jenis penelitian epidemiologi.
2. Besar sampel ditentukan berdasarkan desain penelitian, seperti untuk estimasi proporsi atau menguji hubungan odds ratio.
3. Contoh soal menunjukkan cara menghitung besar sampel untuk penelitian cross sectional dan kasus kontrol dengan rumus yang sesuai.
Dokumen tersebut membahas tentang klasifikasi dan tingkat maserasi kematian janin. Kematian janin dibagi menjadi 4 golongan berdasarkan masa kehamilan, yaitu golongan I (kematian sebelum 20 minggu), golongan II (kematian antara 20-28 minggu), golongan III (kematian sesudah 28 minggu), dan golongan IV (kematian yang tidak termasuk golongan sebelumnya). Tingkat maserasi janin terdiri dari maserasi grade 0 h
1. Ohm-meter adalah alat untuk mengukur hambatan listrik pada konduktor dengan menggunakan galvanometer untuk mengukur besarnya arus listrik.
2. Ohm-meter bekerja dengan menyediakan baterai untuk menahan arus listrik dan mengukur voltase melalui hambatan, dimana nilai hambatan ditentukan oleh persamaan hukum Ohm.
3. Terdapat dua jenis ohm-meter, analog dan digital, dimana digital lebih akur
1) The document reports on a laboratory experiment to determine the Young's modulus of various metal types. Samples of steel and aluminum were tested by applying incremental loads and measuring the change in height using a dial indicator.
2) For steel, the measured Young's modulus values ranged from 192.3 to 230.04 GPa. For aluminum, the values ranged from 68.1 to 71.27 GPa.
3) Young's modulus is a measure of a material's elasticity and indicates how much a material will deform under an applied load. Determining the Young's modulus of different metals can help select appropriate materials for structures.
Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti implan, IUD, sterilisasi wanita (MOW), dan sterilisasi pria (MOP) merupakan metode kontrasepsi yang efektif untuk mencegah kehamilan dalam jangka panjang. Namun, tingkat penggunaan MKJP di Indonesia masih rendah. Dokumen ini membahas berbagai jenis kontrasepsi termasuk MKJP beserta keuntungan dan kelemahannya dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat
Proposal ini membahas rencana pendirian SMA Wistara yang bertujuan mempersiapkan peserta didik melanjutkan pendidikan tinggi. SMA Wistara akan menerapkan kurikulum berbasis kompetensi nasional dengan pendekatan pembelajaran kontekstual dan penilaian autentik. Sekolah ini juga akan merekrut guru dan tenaga kependidikan berkompeten serta menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memadai.
Guru memiliki peran penting dalam pendidikan. Beberapa peran guru antara lain sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, dan motivator peserta didik. Guru bertugas menilai, memberikan inspirasi, memberikan informasi, mengorganisasi kegiatan belajar, serta memotivasi peserta didik.
Dokumen tersebut merangkum hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan siswa dalam memilih sekolah di MTs Ma'arif 03 Sojokerto. Penelitian menggunakan kuesioner untuk 147 siswa dan menganalisis empat faktor yaitu persepsi biaya, lokasi, fasilitas, dan pengaruh orang tua/teman. Hasilnya menunjukkan bahwa keempat faktor tersebut berpengaruh signifikan ter
PPT Pendidikan Matematika Model Treffingeramnaaah94
油
salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan siswa dalam berpikir kreatif. Berfikir kreatif merupakan aspek yang sesuai tujuan kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada persoalan pembelajaran matematika.
Dokumen tersebut merupakan bagian dari penelitian tentang pengaruh pembelajaran matematika menggunakan model Reciprocal Teaching terhadap kemampuan komunikasi siswa SMK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi siswa yang mendapat pembelajaran Reciprocal Teaching lebih baik dibanding pembelajaran konvensional dan mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran Reciprocal Teaching. Hasil analisis awal menunj
Berikut ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Mengoperasikan Sistem Pengendalian Elektromagnetik melalui tes awal dan akhir.
2. Hasil tes awal menunjukkan rata-rata nilai siswa 33,83 dengan standar deviasi tinggi 35,09, mengindikasikan tingkat kesulitan belajar siswa pada kateg
Uji chi-square digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel kategorik dengan
menghitung perbedaan antara frekuensi observasi dan frekuensi yang diharapkan. Dokumen
menjelaskan pengertian, rumus, syarat penggunaan, dan cara melakukan uji chi-square
menggunakan SPSS untuk menganalisis hubungan antara les privat dan hasil ujian siswa serta
hubungan antara risiko umur ibu dengan berat bayi lahir rendah
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain pretest-posttest control group design untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar siswa. Populasi penelitian adalah siswa kelas VII SMP dan sampel terdiri atas dua kelas yang diambil secara purposive sampling. Instrumen pengumpulan data meliputi tes untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis dan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa.
Dokumen tersebut membahas tentang pengadministrasian tes objektif dan tes uraian, meliputi proses penyuntingan soal, penggandaan, pelaksanaan tes, pengolahan hasil tes, validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal. Proses pengadministrasian tes dimulai dari penyuntingan soal hingga pengolahan hasilnya, dengan mempertimbangkan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan kemampuan soal untuk
Evaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajarifa lutfita
油
Dokumen tersebut membahas tentang proses pengubahan skor hasil tes menjadi nilai melalui proses penilaian. Proses penilaian melibatkan penentuan skala dan acuan yang digunakan, seperti skala angka, huruf, atau standar nilai. Pemilihan acuan penilaian yang berbeda, seperti acuan patokan atau acuan norma, dapat menghasilkan keputusan penilaian yang berbeda pula terhadap siswa.
Dokumen ini berisi daftar periksa untuk menilai kriteria kebersihan dan ketertiban di kantor dan area produksi menggunakan skala nilai dari sangat baik hingga sangat buruk. Terdapat empat belas item penilaian untuk kantor dan lima belas item untuk area produksi luar kantor. Auditor akan memberikan skor untuk setiap item berdasarkan kriteria evaluasi yang ditetapkan.
Buku ini menjelaskan berbagai jenis tindak pidana korupsi sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Terdapat tiga puluh bentuk tindak pidana korupsi yang dikelompokkan menjadi kerugian keuangan negara, suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan, dan gratifikasi. Buku ini juga menjelaskan tindak pidana lain yang berkaitan dengan korupsi.
Penelitian dilakukan selama kurang lebih 4 minggu untuk menguji model pembelajaran AIR dan konvensional. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes awal dan akhir, sedangkan data kualitatif berasal dari angket sikap siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa model AIR mampu meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa secara signifikan dibandingkan model konvensional.
1. Dokumen ini memberikan informasi tentang pertemuan para kepala sektor pada tanggal 18 Juni 2014 di ruang rapat lantai 3.
2. Pertemuan ini membahas program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Peserta diminta memberikan tanggapan terhadap program 5R di tempat kerja masing-masing.
Dokumen ini membahas analisis beban kerja mental karyawan collector PT. Federal International Finance di Semarang menggunakan metode NASA TLX. Metode ini mengukur beban kerja berdasarkan 6 dimensi seperti usaha mental, fisik, waktu, performa, frustasi dan gaya kerja. Tujuannya adalah mengetahui sumber beban kerja karyawan agar dapat ditingkatkan kinerja dan kesejahteraan mereka.
Laporan meninjau tujuan dan hasil lokakarya FEATI tentang diseminasi inovasi pertanian, termasuk meningkatkan keterampilan petani dan merumuskan langkah strategis untuk mempercepat prosesnya.
1. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Proses penelitian dilakukan selama kurang lebih 4 (tiga) minggu, yaitu
dimulai tanggal 1 Mei 2012 dan berakhir pada tanggal 1 Juni 2012. Penelitian
dilakukan di dua kelas, kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran
AIR dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
Sebelum pelaksanaan pembelajaran, kedua kelas diberikan tes awal untuk
mengetahui kemampuan awal siswa dan mengetahui apakah kedua kelas tersebut
memiliki kemampuan yang homogen atau tidak. Setelah pembelajaran selesai
dilaksanakan, kedua kelas diberikan tes akhir untuk mengetahui kemampuan akhir
52
siswa.
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir. Pengolahan
data kuantitatif menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for Windows.
Data kualitatif diperoleh dari hasil angket sikap siswa selama penelitian. Kedua
data tersebut diolah dan dianalisis guna memperoleh kesimpulan hasil penelitian
A. Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes
kemampuan penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya,
peneliti mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang telah
ditentukan pada BAB III.
2. 53
1. Analisis Data Tes Awal (Pretes)
a. Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku
Dari hasil pengolahan data untuk masing-masing kelas diperoleh
nilai maksimum, nilai minimum, nilai rerata dan simpangan baku seperti
terdapat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rerata
dan Simpangan Baku Tes Awal (Pretes)
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Tes Awal (Pretes)
N
Nilai
Maksimum
Nilai
Minimun
Rerata
Simpangan
Baku
Eksperimen 35 25 2
12,14
5,92
Konrol 35 26 2 11,20 5,85
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.1 halaman 209.
b. Tes Normalitas Distribusi
Menguji normalitas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji
normalitas terhadap dua kelas tersebut dilakukan dengan uji Shapiro-
Wilk dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan
taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan
output dapat dilihat pada Tabel 4.2.
3. 54
Tabel 4.2
Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretes)
Kelas Eksperime dan Kelas Kontrol
KELAS
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
PRETEST EKSPERIMEN .971 35 .467
KONTROL .951 35 .126
Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk pada Tabel 4.2 nilai signifikansi pada
kolom signifikansi data nilai tes awal (pretes) untuk eksperimen adalah
0,467 dan kelas kontrol adalah 0,126. Kerena nilai signifikansi kedua
kelas lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kelas kontrol dan
kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Grafik 4.1 dan Grafik 4.2.
Grafik 4.1 Normalitas Q-Q Plot Tes Awal (Pretes)
Kelas Eksperimen
4. 55
Grafik 4.2 Normalitas Q-Q Plot Tes Awal (Pretes)
Kelas Kontrol
Jika suatu distribusi data normal, maka data akan tersebar di
sekeliling garis (Trihendradi, dalam Rosyid 2010: 43). Berdasarkan
Grafik 4.1 dan Grafik 4.2 terlihat bahwa data nilai tes awal (pretes) kelas
eksperimen dan kelas kontrol tersebar di sekitar garis lurus, sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal.
c. Uji homogenitas dua varians
Menguji homogenitas dua varians antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen dengan uji Levene dengan menggunakan program SPSS 16.0
for Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan
pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Homogenitas Dua Varians Tes Awal (Pretes)
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.046 1 68 .831
5. 56
Berdasarkan hasil output uji homogenitas varians dengan
menggunakan uji Levene pada Tabel 4.3 nilai signifikansinya adalah
0,831. Karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari
populasi-populasi yang mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas
tersebut homogen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.1
halaman 211.
d. Uji kesamaan dua rerata (Uji-t)
Kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan memiliki varians
yang homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rerata dengan
uji-t dua pihak melalui program SPSS 16.0 for Windows menggunakan
Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen
(equal varians assumed) dengan taraf signifikansi 0,05. Hipotesis
tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik (uji dua pihak)
sebagai berikut :
Ho : 亮1 = 亮2
Ha : 亮1 亮2
Keterangan :
Ho : kemampuan penalaran matematis siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol pada tes awal (pretes) tidak berbeda secara signifikan.
Ha : kemampuan penalaran matematis siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol pada tes awal (pretes) berbeda secara signifikan.
6. 57
Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat
pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Output Uji-t Tes Awal (Pretes)
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality
of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95%
Confidence
Interval of
the
Difference
Lower Upper
PRETEST Equal
variances
assumed
.046 .831 .670 68 .505 .943 1.406 -1.864 3.749
Equal
variances
not
assumed
.670 67.991 .505 .943 1.406 -1.864 3.749
Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa nilai signifikansi (sig.2-tailed)
dengan uji-t adalah 0,505. Karena nilai probabilitasnya lebih besar dari
0,05 maka H0 diterima atau kemampuan penalaran matematis kedua
kelas tersebut tidak berbeda secara signifikan.
2. Analisis Data Tes Akhir (Postes)
7. 58
a. Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku
Dari hasil pengolahan data untuk masing-masing kelas diperoleh
nilai maksimum, nilai minimum, nilai rerata dan simpangan baku seperti
terdapat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rerata
dan Simpangan Baku Tes Akhir (Postes)
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Tes Akhir (Postes)
N
Nilai
Maksimum
Nilai
Minimun
Rerata
Simpangan
Baku
Eksperimen 35 55 15 32,69 11,002
Konrol 35 43 10 27,20 8,123
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.2 halaman 213.
b. Tes Normalitas Distribusi
Menguji normalitas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji
normalitas terhadap dua kelas tersebut dilakukan dengan uji Shapiro-
Wilk dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan
taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan
output dapat dilihat pada Tabel 4.6
8. 59
Tabel 4.6
Normalitas Distribusi Tes Akhir (Postes)
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
kelas
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
nilai Eksperimen .940 35 .057
Kontrol .984 35 .873
Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk pada Tabel 4.6 nilai signifikansi pada
kolom signifikansi data nilai tes awal (postes) untuk eksperimen adalah
0,057 dan kelas kontrol adalah 0,873. Kerena nilai signifikansi kedua
kelas lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kelas kontrol dan
kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Grafik 4.3 dan Grafik 4.4.
Grafik 4.3 Normalitas Q-Q Plot Tes Akhir (Postes)
Kelas Eksperimen
9. 60
Grafik 4.4 Normalitas Q-Q Plot Tes Akhir (Postes)
Kelas Kontrol
Jika suatu distribusi data normal, maka data akan tersebar di
sekeliling garis (Trihendradi, dalam Subagja 2010: 42). Berdasarkan
Grafik 4.3 dan Grafik 4.4 terlihat bahwa data nilai tes akhir (postes) kelas
eksperimen dan kelas kontrol tersebar di sekitar garis lurus, sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal.
c. Uji homogenitas dua varians
Menguji homogenitas dua varians antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen dengan uji Levene dengan menggunakan program SPSS 16.0
for Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan
pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7
Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Postes)
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.999 1 68 .162
10. 61
Berdasarkan hasil output uji homogenitas varians dengan
menggunakan uji Levene pada Tabel 4.7 nilai signifikansinya adalah
0,162. Karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari
populasi-populasi yang mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas
tersebut homogen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.2
halaman 215.
d. Uji kesamaan dua rerata (Uji-t)
Kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan memiliki varians
yang homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rerata dengan
uji-t melalui program SPSS 16.0 for Windows menggunakan Independent
Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen (equal varians
assumed) dengan taraf signifikansi 0,05.
Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik
sebagai berikut :
Ho : 亮1 = 亮2
Ha : 亮1 > 亮2
Keterangan :
Ho :Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan
penalaran matematis siswa yang menggunakan model
pembelajaran AIR dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
biasa.
11. 62
Ha :Kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan
model pembelajaran AIR lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa.
Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat
pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Output Uji-t Tes Akhir (Postes)
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality
of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95%
Confidence
Interval of
the
Difference
Lower Upper
POSTEST Equal
variances
assumed
1.999 .162 2.373 68 .020 5.486 2.312 .873 10.099
Equal
variances
not
assumed
2.373 62.577 .021 5.486 2.312 .866 10.106
Pada Tabel 4.8 nilai p-valued untuk 2-tailed = 0,020. Menurut
Uyanto (2006), karena kita melakukan uji hipotesis satu pihak Ha: 亮>3,
maka nilai p-value (2-tailed) harus dibagi dua menjadi
0,020
2
= 0,010.
12. 63
Karena p-value = 0,010 < 留 = 0,05 maka H0: 亮1=亮2 ditolak dan Ha:
亮1>亮2 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan
penalaran matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran AIR
lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
3. Analisis Data Skala Sikap
a. Menghitung skor rata-rata sikap siswa
Skala sikap ini berisikan pertanyaan-pertanyaan siswa terhadap
pelajaran matematika, terhadap model pembelajaran AIR, dan terhadap
soal-soal penalaran matematis. Analisis data hasil skala sikap data dilihat
pada Tabel 4.9, Tabel 4.10 dan Tabel 4.11.
Tabel 4.9
Daftar Skala Sikap Siswa terhadap Pelajaran Matematika
Indikator
No.
Soal
Sifat SS S N TS STS
Skor sikap siswa
Item
klasifikasi
Menunjukk
an
kesukaan
siswa
terhadap
pembelajar
an
matematika
1
Positif
5 12 15 3 -
3,54
3,81
7
Positif
4 9 17 5 0
3,34
30
Negatif
- 3 14 12 6
3,60
22 Negatif - 6 11 9 9
3,60
Menunjuka
n
persetujuan
terhadap
kegunaan
matematika
3 Positif 5 26 4 - - 4,02
9
Positif
7 23 5 - -
4,05
28 Negatif - 1 5 21 8 4,02
12 Negatif - - 7 22 6 3,97
Menunjukk
an
kesungguha
n mengikuti
pelajaran
matematika
5 Positif 3 6 24 2 - 3,28
13
Positif
18 13 3 1 -
4,37
26 Negatif - 1 3 24 7 4,05
18 Negatif 1 - 4 26 4 3,91
13. 64
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat dilihat rata-rata sikap siswa
terhadap pelajaran matematika adalah 3,81. Karena 3,81 > 3 maka dapat
disimpulkan bahwa sikap siswa positif terhadap pelajaran matematika.
Tabel 4.10
Daftar Skala Sikap Siswa terhadap Model Pembelajaran AIR
Indikator
No.
Soal
Sifat SS S N TS STS
Skor sikap siswa
Item
klasifikasi
Menunjukka
n kesukaan
siswa
terhadap
pembelajaran
menggunaka
n model
pembelajaran
AIR
11 Positif 3 19 9 4 0 3,60
3,22
17 Positif 4 9 16 6 - 3,31
21 Positif - 6 10 11 8 2,40
8 Negatif 2 8 12 7 6 3,20
4 Negatif 5 8 14 8 - 2,71
20 Negatif 3 6 6 15 5 3,37
Menunjukka
n manfaat
mengikuti
pembelajaran
menggunaka
n model
pembelajaran
AIR
15 positif 3 17 14 1 - 3,62
19 Positif 1 10 16 6 2 3,05
23 Positif 3 8 21 3 - 3,31
2 Negatif 2 1 13 12 7 3,60
10 Negatif 1 9 8 14 3 3,26
14 Negatif 3 3 14 13 2 3,23
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas dapat dilihat rata-rata sikap siswa
terhadap pembelajaran matematika dengan Model Pembelajaran AIR
adalah 3,22. Karena 3,22 > 3 maka dapat disimpulkan bahwa sikap siswa
positif terhadap terhadap Model Pembelajaran AIR
14. 65
Tabel 4.11
Daftar Skala Sikap Siswa terhadap Soal Penalaran Matematis
Indikator
No.
Soal
Sifat SS S N TS STS
Skor sikap siswa
Item
klasifikasi
Menunjukan
kesukaan
terhadap
soal-soal
penalaran
matematis
yang
diberikan
29 Positif 2 7 24 2 - 3,25
3,31
24 Negatif 2 5 10 16 2 3,31
Menunjukan
manfaat dari
soal-soal
Penalaranma
tematis yang
diberikan
25 Positif 3 12 18 2 - 3,45
27 Positif 6 14 12 3 - 3,65
16 Negatif 2 11 11 9 2 2,94
6 Negatif 3 3 11 18 - 3,25
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat dilihat rata-rata sikap siswa
penalaran matematis adalah 3,31. Karena 3,31 > 3 maka dapat
disimpulkan bahwa sikap siswa positif terhadap penalaran matematis.
Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran E.3 halaman 212.
b. Uji-t
Setelah dilakukan perhitungan skala sikap siswa dari sampel,
langkah selanjutnya adalah diadakan pengujian secara umum (uji
hipotesis). Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah sikap siswa
terhadap penggunaan model pembelajaran AIR dalam pembelajaran
matematika itu lebih dari 3,00 (bersikap positif). Adapun langkah-langkah
analisis data skala sikap untuk menguji hipotesis sebagai berikut:
1) Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku
15. 66
Dari hasil pengolahan data skala sikap kelas eksperimen
diperoleh rerata pernyataan maksimum, rerata pernyataan minimum,
rata-rata dan simpangan baku seperti terdapat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12
Rerata Pernyataan Maksimum, Rerata Pernyataan Minimum,
Rata-rata dan Simpangan Baku Skala Sikap
Kelas Eksperimen
N
Rerata
Pernyataan
Maksimum
Rerata
Pernyataan
Minimun
Rata-rata
Simpangan
Baku
35 4,37 2,40 3,48 0,43
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.3 halaman 224.
2) Tes Normalitas Distribusi
Menguji normalitas kelas eksperimen. Uji normalitas dengan
uji Shapiro-Wilk dengan menggunakan program SPSS 16.0 for
Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan
pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.13
Normalitas Distribusi Skala Sikap Kelas Eksperimen
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Kelas Statistic df Sig.
Eksperimen .964 30 .381
Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk pada Tabel 4.13 nilai signifikansi
pada kolom signifikansi data skala sikap untuk kelas eksperimen
16. 67
adalah 0,381. Karena nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Grafik 4.5.
Grafik 4.5 Normalitas Q-Q Plot Skala Sikap
Kelas Eksperimen
Dari Grafik 4.5 terlihat garis lurus dari kiri bawah ke kanan
atas. Tingkat penyebaran titik di suatu garis menunjukkan normal
tidaknya suatu data. Jika suatu distribusi data normal, maka data
akan tersebar di sekeliling garis, (Uyanto, 2006:35). Dari grafik di
atas terlihat bahwa data tersebar di sekeliling garis lurus. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa data skala sikap untuk siswa kelas
eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
3) Uji Rerata (Uji-t)
Berdasarkan perhitungan di atas, kelas eksperimen
berdistribusi normal, sehingga dilakukan uji rerata dengan uji-t
melalui program SPSS 16.0 for Windows menggunakan One Sample
T-Test dengan taraf signifikansi 0,05, dan diuji satu pihak yaitu uji
pihak kanan.
17. 68
Rumus hipotesis penelitian untuk skala sikap ini adalah:
Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran AIR adalah positif.
Sehingga hipotesis statistiknya:
H0 : 亮 = 3,00
Ha : 亮 > 3,00
Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan hasil uji-t tes
akhir (postes) dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14
Output Uji-t Skala Sikap Kelas Eksperimen
One-Sample Test
Test Value = 3
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Rerata 6.119 29 .000 .47533 .3165 .6342
Pada Tabel 4.14 nilai p-valued untuk 2-tailed = 0,000.
Menurut Uyanto (2006), karena kita melakukan uji hipotesis satu
pihak Ha: 亮>3, maka nilai p-value (2-tailed) harus dibagi dua
menjadi
0,000
2
= 0,000.
Karena nilai p-valued = 0,00 < 留 = 0,05, maka H0: 亮 = 3,00
ditolak dan Ha: 亮>3,00 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
sikap siswa terhadap penggunaan model pembelajaran AIR dalam
18. 69
pembelajaran matematika adalah lebih dari 3. Artinya secara
populasi siswa bersikap positif terhadap penggunaan model
pembelajaran AIR.
B. Pembahasan
Adapun yang akan dijelaskan dalam pembahasan ini adalah sebagai
berikut:
1. Proses Pembelajaran
Berikut ini diuraikan hasil penelitian yang dilakukan peneliti secara
keseluruhan terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
model pembelajaran AIR, hal ini dapat terlihat dari setiap tahapan yang
dilakukan pada model pembelajaran AIR yaitu Auditory, Intelectually, and
Repetition. Pembelajaran matematika dengan model AIR diawali dengan
penyampaian tujuan pembelajaran, pemberian motivasi, dan penyampaian
model pembelajaran yang akan digunakan.
a. Tahap Auditory
Pada tahap auditory guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa dalam setiap kelompok. Guru
membagi LKS pada siswa untuk dikerjakan secara berkelompok dan
menyampaikan situasi yang ada pada LKS secara umum, kemudian siswa
memperhatikan setiap arahan yang diberikan oleh guru. Siswa diminta
untuk menyimak masalah-masalah yang ditemukan pada LKS tersebut.
19. 70
Selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai soal yang kurang dipahami.
Gambar 4.1
Aktivitas Guru dan Siswa ketika tahap Auditory
Pada tahap ini siswa menyimak penjelasan yang diberikan oleh
guru, namun terdapat beberapa kendala yang dialami oleh guru pada awal
pembelajaran karena siswa masih bingung dengan langkah-langkah
pembelajaran yang harus dilakukan sehingga kondisi kelas yang menjadi
gaduh. Namun hal ini tidak terjadi setelah pertemuan berikutnya.
b. Tahap Intelectually
Pada tahap intelectually, siswa berdiskusi dengan rekannya untuk
menyelesaikan tugas (LKS) yang diberikan oleh guru.
Gambar 4.2
Siswa berdiskusi dengan rekannya
20. 71
Guru membimbing kelompok belajar siswa yang berdiskusi dengan
rekannya dalam satu kelompok sehingga dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan.
Gambar 4.3
Kegiatan Guru ketika Membimbing kelompok belajar
Setelah siswa mengerjakan LKS tersebut, kemudian guru
memberi kesempatan kepada perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Kegiatan siswa yang tidak
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya adalah menyimak dan
bertanya mengenai hasil kerja kelompok temannya yang persentasi di
depan kelas.
Gambar 4.4
Kegiatan Siswa ketika persentasi
21. 72
Pada tahap ini terdapat beberapa kendala pada awalnya, yaitu
pada saat diperintahkan untuk berdiskusi dan menyelesaikan LKS secara
berkelompok, siswa terkadang malas untuk berdiskusi dan siswa seakan-akan
memberikan tugas (LKS) pada siswa yang dianggap paling pintar
dikelompoknya. Selain itu, siswa tidak berusaha menyelesaikan LKS
dengan berdiskusi bersama rekannya, tetapi langsung menanyakannya
kepada guru. Hal ini terjadi karena siswa tidak terbiasa dengan belajar
kelompok, tetapi hal itu dapat diatasi ketika siswa mulai terbiasa dengan
pertemuan selanjutnya.
Pada tahapan ini, guru juga mendapatkan kesulitan karena setiap
siswa masih malu-malu dan takut untuk bertanya pada temannya yang
persentasi di depan kelas. Pada akhirnya guru mengatasinya dengan
memberikan instruksi tegas seperti jika ada yang bertanya maka guru
akan memberikan nilai plus kepada siswa. Tidak lama kemudian
siswapun banyak yang termotivasi untuk bertanya.
c. Tahap Repetition
Pada tahap repetition, setelah siswa mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya, guru dan siswa mengecek kembali hasil diskusi dan
presentasi kelompok mengenai tugas (LKS) yang dikerjakan secara
kelompok. Guru membimbing siswa menyimpulkan tentang materi yang
baru dipelajari pada hari tersebut, kemudian guru memberikan tugas
individu sebagai bentuk pengulangan terhadap materi yang baru saja
dipelajari.
22. 73
Gambar 4.5
Guru memberikan tugas individu pada siswa
Pada tahap ini, tidak ada kendala yang dapat menganggu
proses pembelajaran. Umumnya siswa dapat mngikuti dengan baik dan
sungguh-sungguh.
2. Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
Analisis data pretes diawali dengan menganalisis apakah setiap
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas menggunakan Shapiro-wilk dengan taraf signifikansi 5%. Hasil
uji Shapiro-wilk diperoleh nilai signifikansi 0,467 untuk kelas eksperimen
dan 0,126 untuk kelas kontrol, dengan 0,467 > 0,05 dan 0,126 > 0,05 , maka
dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi
normal. Karena sampel berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji
homogenitas. Uji homogenitas dua varians antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol menggunakan uji Lavene dengan taraf signifikansi 5%.
Berdasarkan hasil uji Lavene nilai signifikansinya adalah 0,831, dengan
0,831>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen dan
23. 74
kelas kontrol berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians yang
sama, atau kedua kelas tersebut homogen.
Berdasarkan analisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol,
diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan penalaran
matematis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kesimpulan ini
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t
dua pihak pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi 0,505
dengan 0,505 > 0,05, maka Ho diterima. Dengan kata lain kelas eksperimen
dan kelas kontrol memiliki kemampuan penalaran matematis yang tidak
berbeda secara signifikansi.
Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran AIR
siswa diberikan postes untuk mengetahui kemampuan akhir penalaran
matematis siswa. Uji normalitas menggunakan Shapiro-wilk dengan taraf
signifikansi 5%. Hasil uji Shapiro-wilk diperoleh nilai signifikansi 0,057
untuk kelas eksperimen dan 0,873 untuk kelas kontrol, dengan 0,057 > 0,05
dan 0,873 > 0,05 , maka dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas
kontrol berdistribusi normal. Karena sampel berdistribusi normal maka
dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji homogenitas dua varians antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji Lavene dengan taraf
signifikansi 5%. Berdasarkan hasil uji Lavene nilai signifikansinya adalah
0,162, dengan 0,162>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi-populasi yang
mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas tersebut homogen.
24. 75
Berdasarkan analisis data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol,
diperoleh hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dua pihak
pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi 0,02, karena yang
digunakan uji-t satu pihak, maka nilai signifikansinya dibagi dua
0,02
2
=0,01
dengan 0,01 < 0,05, maka Ha diterima. Dengan kata lain model
pembelajaran AIR lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional.
3. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran dengan Model Pembelajaran
Auditory, Intelectually, and Repetition (AIR)
Setelah dilakukan pengolahan data skala sikap maka diperoleh
kesimpulan bahwa pada kelas eksperimen mempunyai sikap yang positif
terhadap pelajaran matematika dan model pembelajaran AIR. Hal yang
menjadi kekurangan siswa adalah malas untuk mengerjakan tugas yang
diberikan, tetapi dalam pembelajaran dikelas tidak malu untuk bertanya dan
selalu ingin maju ke depan untuk persentasikan hasil diskusi. Selain itu
siswa merasa senang belajar dengan menggunakan LKS karena
pembelajaran menjadi lebih efektif.
Berdasarkan hasil pengolahan data skala sikap siswa yang diperoleh
dengan menggunakan uji hipotesis yaitu uji-t dua pihak pada taraf
signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi 0,000, karena yang digunakan
uji-t satu pihak, maka nilai signifikansinya dibagi dua
0,000
2
=0,000 dengan
0,000 < 0,05, maka Ha diterima. Dengan kata lain sikap siswa positif