際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
BAB IV 
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 
Proses penelitian dilakukan selama kurang lebih 4 (tiga) minggu, yaitu 
dimulai tanggal 1 Mei 2012 dan berakhir pada tanggal 1 Juni 2012. Penelitian 
dilakukan di dua kelas, kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran 
AIR dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. 
Sebelum pelaksanaan pembelajaran, kedua kelas diberikan tes awal untuk 
mengetahui kemampuan awal siswa dan mengetahui apakah kedua kelas tersebut 
memiliki kemampuan yang homogen atau tidak. Setelah pembelajaran selesai 
dilaksanakan, kedua kelas diberikan tes akhir untuk mengetahui kemampuan akhir 
52 
siswa. 
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data 
kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir. Pengolahan 
data kuantitatif menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for Windows. 
Data kualitatif diperoleh dari hasil angket sikap siswa selama penelitian. Kedua 
data tersebut diolah dan dianalisis guna memperoleh kesimpulan hasil penelitian 
A. Hasil Penelitian 
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes 
kemampuan penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, 
peneliti mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang telah 
ditentukan pada BAB III.
53 
1. Analisis Data Tes Awal (Pretes) 
a. Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku 
Dari hasil pengolahan data untuk masing-masing kelas diperoleh 
nilai maksimum, nilai minimum, nilai rerata dan simpangan baku seperti 
terdapat pada Tabel 4.1. 
Tabel 4.1 
Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rerata 
dan Simpangan Baku Tes Awal (Pretes) 
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 
Kelas Tes Awal (Pretes) 
N 
Nilai 
Maksimum 
Nilai 
Minimun 
Rerata 
Simpangan 
Baku 
Eksperimen 35 25 2 
12,14 
5,92 
Konrol 35 26 2 11,20 5,85 
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.1 halaman 209. 
b. Tes Normalitas Distribusi 
Menguji normalitas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji 
normalitas terhadap dua kelas tersebut dilakukan dengan uji Shapiro- 
Wilk dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan 
taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan 
output dapat dilihat pada Tabel 4.2.
54 
Tabel 4.2 
Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretes) 
Kelas Eksperime dan Kelas Kontrol 
KELAS 
Shapiro-Wilk 
Statistic df Sig. 
PRETEST EKSPERIMEN .971 35 .467 
KONTROL .951 35 .126 
Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan 
menggunakan uji Shapiro-Wilk pada Tabel 4.2 nilai signifikansi pada 
kolom signifikansi data nilai tes awal (pretes) untuk eksperimen adalah 
0,467 dan kelas kontrol adalah 0,126. Kerena nilai signifikansi kedua 
kelas lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kelas kontrol dan 
kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat 
pada Grafik 4.1 dan Grafik 4.2. 
Grafik 4.1 Normalitas Q-Q Plot Tes Awal (Pretes) 
Kelas Eksperimen
55 
Grafik 4.2 Normalitas Q-Q Plot Tes Awal (Pretes) 
Kelas Kontrol 
Jika suatu distribusi data normal, maka data akan tersebar di 
sekeliling garis (Trihendradi, dalam Rosyid 2010: 43). Berdasarkan 
Grafik 4.1 dan Grafik 4.2 terlihat bahwa data nilai tes awal (pretes) kelas 
eksperimen dan kelas kontrol tersebar di sekitar garis lurus, sehingga 
dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal. 
c. Uji homogenitas dua varians 
Menguji homogenitas dua varians antara kelas kontrol dan kelas 
eksperimen dengan uji Levene dengan menggunakan program SPSS 16.0 
for Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan 
pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.3. 
Tabel 4.3 
Homogenitas Dua Varians Tes Awal (Pretes) 
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 
Levene 
Statistic df1 df2 Sig. 
.046 1 68 .831
56 
Berdasarkan hasil output uji homogenitas varians dengan 
menggunakan uji Levene pada Tabel 4.3 nilai signifikansinya adalah 
0,831. Karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka dapat 
disimpulkan bahwa siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari 
populasi-populasi yang mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas 
tersebut homogen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.1 
halaman 211. 
d. Uji kesamaan dua rerata (Uji-t) 
Kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan memiliki varians 
yang homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rerata dengan 
uji-t dua pihak melalui program SPSS 16.0 for Windows menggunakan 
Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen 
(equal varians assumed) dengan taraf signifikansi 0,05. Hipotesis 
tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik (uji dua pihak) 
sebagai berikut : 
Ho : 亮1 = 亮2 
Ha : 亮1  亮2 
Keterangan : 
Ho : kemampuan penalaran matematis siswa kelas eksperimen dan kelas 
kontrol pada tes awal (pretes) tidak berbeda secara signifikan. 
Ha : kemampuan penalaran matematis siswa kelas eksperimen dan kelas 
kontrol pada tes awal (pretes) berbeda secara signifikan.
57 
Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat 
pada Tabel 4.4. 
Tabel 4.4 
Output Uji-t Tes Awal (Pretes) 
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 
Independent Samples Test 
Levene's 
Test for 
Equality 
of 
Variances t-test for Equality of Means 
F Sig. t df 
Sig. 
(2- 
tailed) 
Mean 
Difference 
Std. Error 
Difference 
95% 
Confidence 
Interval of 
the 
Difference 
Lower Upper 
PRETEST Equal 
variances 
assumed 
.046 .831 .670 68 .505 .943 1.406 -1.864 3.749 
Equal 
variances 
not 
assumed 
.670 67.991 .505 .943 1.406 -1.864 3.749 
Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa nilai signifikansi (sig.2-tailed) 
dengan uji-t adalah 0,505. Karena nilai probabilitasnya lebih besar dari 
0,05 maka H0 diterima atau kemampuan penalaran matematis kedua 
kelas tersebut tidak berbeda secara signifikan. 
2. Analisis Data Tes Akhir (Postes)
58 
a. Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku 
Dari hasil pengolahan data untuk masing-masing kelas diperoleh 
nilai maksimum, nilai minimum, nilai rerata dan simpangan baku seperti 
terdapat pada Tabel 4.5. 
Tabel 4.5 
Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rerata 
dan Simpangan Baku Tes Akhir (Postes) 
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 
Kelas Tes Akhir (Postes) 
N 
Nilai 
Maksimum 
Nilai 
Minimun 
Rerata 
Simpangan 
Baku 
Eksperimen 35 55 15 32,69 11,002 
Konrol 35 43 10 27,20 8,123 
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.2 halaman 213. 
b. Tes Normalitas Distribusi 
Menguji normalitas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji 
normalitas terhadap dua kelas tersebut dilakukan dengan uji Shapiro- 
Wilk dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan 
taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan 
output dapat dilihat pada Tabel 4.6
59 
Tabel 4.6 
Normalitas Distribusi Tes Akhir (Postes) 
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 
kelas 
Shapiro-Wilk 
Statistic df Sig. 
nilai Eksperimen .940 35 .057 
Kontrol .984 35 .873 
Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan 
menggunakan uji Shapiro-Wilk pada Tabel 4.6 nilai signifikansi pada 
kolom signifikansi data nilai tes awal (postes) untuk eksperimen adalah 
0,057 dan kelas kontrol adalah 0,873. Kerena nilai signifikansi kedua 
kelas lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kelas kontrol dan 
kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat 
pada Grafik 4.3 dan Grafik 4.4. 
Grafik 4.3 Normalitas Q-Q Plot Tes Akhir (Postes) 
Kelas Eksperimen
60 
Grafik 4.4 Normalitas Q-Q Plot Tes Akhir (Postes) 
Kelas Kontrol 
Jika suatu distribusi data normal, maka data akan tersebar di 
sekeliling garis (Trihendradi, dalam Subagja 2010: 42). Berdasarkan 
Grafik 4.3 dan Grafik 4.4 terlihat bahwa data nilai tes akhir (postes) kelas 
eksperimen dan kelas kontrol tersebar di sekitar garis lurus, sehingga 
dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal. 
c. Uji homogenitas dua varians 
Menguji homogenitas dua varians antara kelas kontrol dan kelas 
eksperimen dengan uji Levene dengan menggunakan program SPSS 16.0 
for Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan 
pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.7. 
Tabel 4.7 
Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Postes) 
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 
Levene Statistic df1 df2 Sig. 
1.999 1 68 .162
61 
Berdasarkan hasil output uji homogenitas varians dengan 
menggunakan uji Levene pada Tabel 4.7 nilai signifikansinya adalah 
0,162. Karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka dapat 
disimpulkan bahwa siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari 
populasi-populasi yang mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas 
tersebut homogen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.2 
halaman 215. 
d. Uji kesamaan dua rerata (Uji-t) 
Kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan memiliki varians 
yang homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rerata dengan 
uji-t melalui program SPSS 16.0 for Windows menggunakan Independent 
Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen (equal varians 
assumed) dengan taraf signifikansi 0,05. 
Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik 
sebagai berikut : 
Ho : 亮1 = 亮2 
Ha : 亮1 > 亮2 
Keterangan : 
Ho :Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan 
penalaran matematis siswa yang menggunakan model 
pembelajaran AIR dengan siswa yang memperoleh pembelajaran 
biasa.
62 
Ha :Kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan 
model pembelajaran AIR lebih baik daripada siswa yang 
memperoleh pembelajaran biasa. 
Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat 
pada Tabel 4.8. 
Tabel 4.8 
Output Uji-t Tes Akhir (Postes) 
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 
Independent Samples Test 
Levene's 
Test for 
Equality 
of 
Variances t-test for Equality of Means 
F Sig. t df 
Sig. 
(2- 
tailed) 
Mean 
Difference 
Std. Error 
Difference 
95% 
Confidence 
Interval of 
the 
Difference 
Lower Upper 
POSTEST Equal 
variances 
assumed 
1.999 .162 2.373 68 .020 5.486 2.312 .873 10.099 
Equal 
variances 
not 
assumed 
2.373 62.577 .021 5.486 2.312 .866 10.106 
Pada Tabel 4.8 nilai p-valued untuk 2-tailed = 0,020. Menurut 
Uyanto (2006), karena kita melakukan uji hipotesis satu pihak Ha: 亮>3, 
maka nilai p-value (2-tailed) harus dibagi dua menjadi 
0,020 
2 
= 0,010.
63 
Karena p-value = 0,010 < 留 = 0,05 maka H0: 亮1=亮2 ditolak dan Ha: 
亮1>亮2 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan 
penalaran matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran AIR 
lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. 
3. Analisis Data Skala Sikap 
a. Menghitung skor rata-rata sikap siswa 
Skala sikap ini berisikan pertanyaan-pertanyaan siswa terhadap 
pelajaran matematika, terhadap model pembelajaran AIR, dan terhadap 
soal-soal penalaran matematis. Analisis data hasil skala sikap data dilihat 
pada Tabel 4.9, Tabel 4.10 dan Tabel 4.11. 
Tabel 4.9 
Daftar Skala Sikap Siswa terhadap Pelajaran Matematika 
Indikator 
No. 
Soal 
Sifat SS S N TS STS 
Skor sikap siswa 
Item 
klasifikasi 
Menunjukk 
an 
kesukaan 
siswa 
terhadap 
pembelajar 
an 
matematika 
1 
Positif 
5 12 15 3 - 
3,54 
3,81 
7 
Positif 
4 9 17 5 0 
3,34 
30 
Negatif 
- 3 14 12 6 
3,60 
22 Negatif - 6 11 9 9 
3,60 
Menunjuka 
n 
persetujuan 
terhadap 
kegunaan 
matematika 
3 Positif 5 26 4 - - 4,02 
9 
Positif 
7 23 5 - - 
4,05 
28 Negatif - 1 5 21 8 4,02 
12 Negatif - - 7 22 6 3,97 
Menunjukk 
an 
kesungguha 
n mengikuti 
pelajaran 
matematika 
5 Positif 3 6 24 2 - 3,28 
13 
Positif 
18 13 3 1 - 
4,37 
26 Negatif - 1 3 24 7 4,05 
18 Negatif 1 - 4 26 4 3,91
64 
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat dilihat rata-rata sikap siswa 
terhadap pelajaran matematika adalah 3,81. Karena 3,81 > 3 maka dapat 
disimpulkan bahwa sikap siswa positif terhadap pelajaran matematika. 
Tabel 4.10 
Daftar Skala Sikap Siswa terhadap Model Pembelajaran AIR 
Indikator 
No. 
Soal 
Sifat SS S N TS STS 
Skor sikap siswa 
Item 
klasifikasi 
Menunjukka 
n kesukaan 
siswa 
terhadap 
pembelajaran 
menggunaka 
n model 
pembelajaran 
AIR 
11 Positif 3 19 9 4 0 3,60 
3,22 
17 Positif 4 9 16 6 - 3,31 
21 Positif - 6 10 11 8 2,40 
8 Negatif 2 8 12 7 6 3,20 
4 Negatif 5 8 14 8 - 2,71 
20 Negatif 3 6 6 15 5 3,37 
Menunjukka 
n manfaat 
mengikuti 
pembelajaran 
menggunaka 
n model 
pembelajaran 
AIR 
15 positif 3 17 14 1 - 3,62 
19 Positif 1 10 16 6 2 3,05 
23 Positif 3 8 21 3 - 3,31 
2 Negatif 2 1 13 12 7 3,60 
10 Negatif 1 9 8 14 3 3,26 
14 Negatif 3 3 14 13 2 3,23 
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas dapat dilihat rata-rata sikap siswa 
terhadap pembelajaran matematika dengan Model Pembelajaran AIR 
adalah 3,22. Karena 3,22 > 3 maka dapat disimpulkan bahwa sikap siswa 
positif terhadap terhadap Model Pembelajaran AIR
65 
Tabel 4.11 
Daftar Skala Sikap Siswa terhadap Soal Penalaran Matematis 
Indikator 
No. 
Soal 
Sifat SS S N TS STS 
Skor sikap siswa 
Item 
klasifikasi 
Menunjukan 
kesukaan 
terhadap 
soal-soal 
penalaran 
matematis 
yang 
diberikan 
29 Positif 2 7 24 2 - 3,25 
3,31 
24 Negatif 2 5 10 16 2 3,31 
Menunjukan 
manfaat dari 
soal-soal 
Penalaranma 
tematis yang 
diberikan 
25 Positif 3 12 18 2 - 3,45 
27 Positif 6 14 12 3 - 3,65 
16 Negatif 2 11 11 9 2 2,94 
6 Negatif 3 3 11 18 - 3,25 
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat dilihat rata-rata sikap siswa 
penalaran matematis adalah 3,31. Karena 3,31 > 3 maka dapat 
disimpulkan bahwa sikap siswa positif terhadap penalaran matematis. 
Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran E.3 halaman 212. 
b. Uji-t 
Setelah dilakukan perhitungan skala sikap siswa dari sampel, 
langkah selanjutnya adalah diadakan pengujian secara umum (uji 
hipotesis). Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah sikap siswa 
terhadap penggunaan model pembelajaran AIR dalam pembelajaran 
matematika itu lebih dari 3,00 (bersikap positif). Adapun langkah-langkah 
analisis data skala sikap untuk menguji hipotesis sebagai berikut: 
1) Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku
66 
Dari hasil pengolahan data skala sikap kelas eksperimen 
diperoleh rerata pernyataan maksimum, rerata pernyataan minimum, 
rata-rata dan simpangan baku seperti terdapat pada Tabel 4.12. 
Tabel 4.12 
Rerata Pernyataan Maksimum, Rerata Pernyataan Minimum, 
Rata-rata dan Simpangan Baku Skala Sikap 
Kelas Eksperimen 
N 
Rerata 
Pernyataan 
Maksimum 
Rerata 
Pernyataan 
Minimun 
Rata-rata 
Simpangan 
Baku 
35 4,37 2,40 3,48 0,43 
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.3 halaman 224. 
2) Tes Normalitas Distribusi 
Menguji normalitas kelas eksperimen. Uji normalitas dengan 
uji Shapiro-Wilk dengan menggunakan program SPSS 16.0 for 
Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan 
pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.1. 
Tabel 4.13 
Normalitas Distribusi Skala Sikap Kelas Eksperimen 
Tests of Normality 
Shapiro-Wilk 
Kelas Statistic df Sig. 
Eksperimen .964 30 .381 
Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan 
menggunakan uji Shapiro-Wilk pada Tabel 4.13 nilai signifikansi 
pada kolom signifikansi data skala sikap untuk kelas eksperimen
67 
adalah 0,381. Karena nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat 
dikatakan bahwa kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk lebih 
jelasnya dapat dilihat pada Grafik 4.5. 
Grafik 4.5 Normalitas Q-Q Plot Skala Sikap 
Kelas Eksperimen 
Dari Grafik 4.5 terlihat garis lurus dari kiri bawah ke kanan 
atas. Tingkat penyebaran titik di suatu garis menunjukkan normal 
tidaknya suatu data. Jika suatu distribusi data normal, maka data 
akan tersebar di sekeliling garis, (Uyanto, 2006:35). Dari grafik di 
atas terlihat bahwa data tersebar di sekeliling garis lurus. Sehingga 
dapat disimpulkan bahwa data skala sikap untuk siswa kelas 
eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 
3) Uji Rerata (Uji-t) 
Berdasarkan perhitungan di atas, kelas eksperimen 
berdistribusi normal, sehingga dilakukan uji rerata dengan uji-t 
melalui program SPSS 16.0 for Windows menggunakan One Sample 
T-Test dengan taraf signifikansi 0,05, dan diuji satu pihak yaitu uji 
pihak kanan.
68 
Rumus hipotesis penelitian untuk skala sikap ini adalah: 
Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan 
menggunakan model pembelajaran AIR adalah positif. 
Sehingga hipotesis statistiknya: 
H0 : 亮 = 3,00 
Ha : 亮 > 3,00 
Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan hasil uji-t tes 
akhir (postes) dapat dilihat pada Tabel 4.14. 
Tabel 4.14 
Output Uji-t Skala Sikap Kelas Eksperimen 
One-Sample Test 
Test Value = 3 
t df 
Sig. (2- 
tailed) 
Mean 
Difference 
95% Confidence 
Interval of the 
Difference 
Lower Upper 
Rerata 6.119 29 .000 .47533 .3165 .6342 
Pada Tabel 4.14 nilai p-valued untuk 2-tailed = 0,000. 
Menurut Uyanto (2006), karena kita melakukan uji hipotesis satu 
pihak Ha: 亮>3, maka nilai p-value (2-tailed) harus dibagi dua 
menjadi 
0,000 
2 
= 0,000. 
Karena nilai p-valued = 0,00 < 留 = 0,05, maka H0: 亮 = 3,00 
ditolak dan Ha: 亮>3,00 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa 
sikap siswa terhadap penggunaan model pembelajaran AIR dalam
69 
pembelajaran matematika adalah lebih dari 3. Artinya secara 
populasi siswa bersikap positif terhadap penggunaan model 
pembelajaran AIR. 
B. Pembahasan 
Adapun yang akan dijelaskan dalam pembahasan ini adalah sebagai 
berikut: 
1. Proses Pembelajaran 
Berikut ini diuraikan hasil penelitian yang dilakukan peneliti secara 
keseluruhan terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan 
model pembelajaran AIR, hal ini dapat terlihat dari setiap tahapan yang 
dilakukan pada model pembelajaran AIR yaitu Auditory, Intelectually, and 
Repetition. Pembelajaran matematika dengan model AIR diawali dengan 
penyampaian tujuan pembelajaran, pemberian motivasi, dan penyampaian 
model pembelajaran yang akan digunakan. 
a. Tahap Auditory 
Pada tahap auditory guru membagi siswa menjadi beberapa 
kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa dalam setiap kelompok. Guru 
membagi LKS pada siswa untuk dikerjakan secara berkelompok dan 
menyampaikan situasi yang ada pada LKS secara umum, kemudian siswa 
memperhatikan setiap arahan yang diberikan oleh guru. Siswa diminta 
untuk menyimak masalah-masalah yang ditemukan pada LKS tersebut.
70 
Selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya 
mengenai soal yang kurang dipahami. 
Gambar 4.1 
Aktivitas Guru dan Siswa ketika tahap Auditory 
Pada tahap ini siswa menyimak penjelasan yang diberikan oleh 
guru, namun terdapat beberapa kendala yang dialami oleh guru pada awal 
pembelajaran karena siswa masih bingung dengan langkah-langkah 
pembelajaran yang harus dilakukan sehingga kondisi kelas yang menjadi 
gaduh. Namun hal ini tidak terjadi setelah pertemuan berikutnya. 
b. Tahap Intelectually 
Pada tahap intelectually, siswa berdiskusi dengan rekannya untuk 
menyelesaikan tugas (LKS) yang diberikan oleh guru. 
Gambar 4.2 
Siswa berdiskusi dengan rekannya
71 
Guru membimbing kelompok belajar siswa yang berdiskusi dengan 
rekannya dalam satu kelompok sehingga dapat menyelesaikan tugas yang 
diberikan. 
Gambar 4.3 
Kegiatan Guru ketika Membimbing kelompok belajar 
Setelah siswa mengerjakan LKS tersebut, kemudian guru 
memberi kesempatan kepada perwakilan kelompok untuk 
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Kegiatan siswa yang tidak 
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya adalah menyimak dan 
bertanya mengenai hasil kerja kelompok temannya yang persentasi di 
depan kelas. 
Gambar 4.4 
Kegiatan Siswa ketika persentasi
72 
Pada tahap ini terdapat beberapa kendala pada awalnya, yaitu 
pada saat diperintahkan untuk berdiskusi dan menyelesaikan LKS secara 
berkelompok, siswa terkadang malas untuk berdiskusi dan siswa seakan-akan 
memberikan tugas (LKS) pada siswa yang dianggap paling pintar 
dikelompoknya. Selain itu, siswa tidak berusaha menyelesaikan LKS 
dengan berdiskusi bersama rekannya, tetapi langsung menanyakannya 
kepada guru. Hal ini terjadi karena siswa tidak terbiasa dengan belajar 
kelompok, tetapi hal itu dapat diatasi ketika siswa mulai terbiasa dengan 
pertemuan selanjutnya. 
Pada tahapan ini, guru juga mendapatkan kesulitan karena setiap 
siswa masih malu-malu dan takut untuk bertanya pada temannya yang 
persentasi di depan kelas. Pada akhirnya guru mengatasinya dengan 
memberikan instruksi tegas seperti jika ada yang bertanya maka guru 
akan memberikan nilai plus kepada siswa. Tidak lama kemudian 
siswapun banyak yang termotivasi untuk bertanya. 
c. Tahap Repetition 
Pada tahap repetition, setelah siswa mempresentasikan hasil 
diskusi kelompoknya, guru dan siswa mengecek kembali hasil diskusi dan 
presentasi kelompok mengenai tugas (LKS) yang dikerjakan secara 
kelompok. Guru membimbing siswa menyimpulkan tentang materi yang 
baru dipelajari pada hari tersebut, kemudian guru memberikan tugas 
individu sebagai bentuk pengulangan terhadap materi yang baru saja 
dipelajari.
73 
Gambar 4.5 
Guru memberikan tugas individu pada siswa 
Pada tahap ini, tidak ada kendala yang dapat menganggu 
proses pembelajaran. Umumnya siswa dapat mngikuti dengan baik dan 
sungguh-sungguh. 
2. Kemampuan Penalaran Matematis Siswa 
Analisis data pretes diawali dengan menganalisis apakah setiap 
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji 
normalitas menggunakan Shapiro-wilk dengan taraf signifikansi 5%. Hasil 
uji Shapiro-wilk diperoleh nilai signifikansi 0,467 untuk kelas eksperimen 
dan 0,126 untuk kelas kontrol, dengan 0,467 > 0,05 dan 0,126 > 0,05 , maka 
dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi 
normal. Karena sampel berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji 
homogenitas. Uji homogenitas dua varians antara kelas eksperimen dan 
kelas kontrol menggunakan uji Lavene dengan taraf signifikansi 5%. 
Berdasarkan hasil uji Lavene nilai signifikansinya adalah 0,831, dengan 
0,831>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen dan
74 
kelas kontrol berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians yang 
sama, atau kedua kelas tersebut homogen. 
Berdasarkan analisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol, 
diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan penalaran 
matematis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kesimpulan ini 
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t 
dua pihak pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi 0,505 
dengan 0,505 > 0,05, maka Ho diterima. Dengan kata lain kelas eksperimen 
dan kelas kontrol memiliki kemampuan penalaran matematis yang tidak 
berbeda secara signifikansi. 
Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran AIR 
siswa diberikan postes untuk mengetahui kemampuan akhir penalaran 
matematis siswa. Uji normalitas menggunakan Shapiro-wilk dengan taraf 
signifikansi 5%. Hasil uji Shapiro-wilk diperoleh nilai signifikansi 0,057 
untuk kelas eksperimen dan 0,873 untuk kelas kontrol, dengan 0,057 > 0,05 
dan 0,873 > 0,05 , maka dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas 
kontrol berdistribusi normal. Karena sampel berdistribusi normal maka 
dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji homogenitas dua varians antara 
kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji Lavene dengan taraf 
signifikansi 5%. Berdasarkan hasil uji Lavene nilai signifikansinya adalah 
0,162, dengan 0,162>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas 
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi-populasi yang 
mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas tersebut homogen.
75 
Berdasarkan analisis data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol, 
diperoleh hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dua pihak 
pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi 0,02, karena yang 
digunakan uji-t satu pihak, maka nilai signifikansinya dibagi dua 
0,02 
2 
=0,01 
dengan 0,01 < 0,05, maka Ha diterima. Dengan kata lain model 
pembelajaran AIR lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran 
konvensional. 
3. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran dengan Model Pembelajaran 
Auditory, Intelectually, and Repetition (AIR) 
Setelah dilakukan pengolahan data skala sikap maka diperoleh 
kesimpulan bahwa pada kelas eksperimen mempunyai sikap yang positif 
terhadap pelajaran matematika dan model pembelajaran AIR. Hal yang 
menjadi kekurangan siswa adalah malas untuk mengerjakan tugas yang 
diberikan, tetapi dalam pembelajaran dikelas tidak malu untuk bertanya dan 
selalu ingin maju ke depan untuk persentasikan hasil diskusi. Selain itu 
siswa merasa senang belajar dengan menggunakan LKS karena 
pembelajaran menjadi lebih efektif. 
Berdasarkan hasil pengolahan data skala sikap siswa yang diperoleh 
dengan menggunakan uji hipotesis yaitu uji-t dua pihak pada taraf 
signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi 0,000, karena yang digunakan 
uji-t satu pihak, maka nilai signifikansinya dibagi dua 
0,000 
2 
=0,000 dengan 
0,000 < 0,05, maka Ha diterima. Dengan kata lain sikap siswa positif
76 
terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model 
pembelajaran AIR.

More Related Content

What's hot (20)

Praktek dilatasi translasi-rotasi
Praktek dilatasi translasi-rotasiPraktek dilatasi translasi-rotasi
Praktek dilatasi translasi-rotasi
EzraMarvel
Rpp matematika SMA (logika)
Rpp matematika SMA (logika)Rpp matematika SMA (logika)
Rpp matematika SMA (logika)
Heriyanto Asep
RELASI & FUNGSI (Tugas Proyek) - Pertemuan 6
RELASI & FUNGSI (Tugas Proyek) - Pertemuan 6RELASI & FUNGSI (Tugas Proyek) - Pertemuan 6
RELASI & FUNGSI (Tugas Proyek) - Pertemuan 6
Shinta Novianti
Laporan praktikum rangkaian listrik hukum ohm
Laporan praktikum rangkaian listrik hukum ohmLaporan praktikum rangkaian listrik hukum ohm
Laporan praktikum rangkaian listrik hukum ohm
Polytechnic State Semarang
Sampel dan metode_sampling
Sampel dan metode_samplingSampel dan metode_sampling
Sampel dan metode_sampling
Riswan
Kualitas Instrumen Evaluasi
Kualitas Instrumen EvaluasiKualitas Instrumen Evaluasi
Kualitas Instrumen Evaluasi
Jajang Nur'alim
Proposal pendirian sekolah inklusi
Proposal pendirian sekolah inklusiProposal pendirian sekolah inklusi
Proposal pendirian sekolah inklusi
Alorka 114114
7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeter7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeter
Simon Patabang
PRESENTASI USAHA MAKANAN RINGAN MULYONO.pptx
PRESENTASI USAHA MAKANAN RINGAN MULYONO.pptxPRESENTASI USAHA MAKANAN RINGAN MULYONO.pptx
PRESENTASI USAHA MAKANAN RINGAN MULYONO.pptx
smkgamaBDP
Resume Hukum Faraday
Resume Hukum FaradayResume Hukum Faraday
Resume Hukum Faraday
silvi novrian
4. cover amplop soal version 1.2
4. cover amplop soal   version 1.24. cover amplop soal   version 1.2
4. cover amplop soal version 1.2
HAMSYARAFINDASENA
391949245-Penyuluhan-Iva-Test.pptx
391949245-Penyuluhan-Iva-Test.pptx391949245-Penyuluhan-Iva-Test.pptx
391949245-Penyuluhan-Iva-Test.pptx
GustiDeviana
Klasifikasi dan tingkat maserasi
Klasifikasi dan tingkat maserasiKlasifikasi dan tingkat maserasi
Klasifikasi dan tingkat maserasi
hiolove
Ohm-meter
Ohm-meterOhm-meter
Ohm-meter
Ghins GO
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNGLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
MUHAMMAD DESAR EKA SYAPUTRA
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANGMETODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
Zakiah dr
Proposal pendirian sekolah
Proposal pendirian sekolahProposal pendirian sekolah
Proposal pendirian sekolah
Srestha Anindyanari
10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia
Joni Iswanto
Problematika yang Dihadapi Guru Matematika
Problematika yang Dihadapi Guru MatematikaProblematika yang Dihadapi Guru Matematika
Problematika yang Dihadapi Guru Matematika
Jujun Muhamad Jubaerudin
10 surat ijin orang tua
10 surat ijin orang tua10 surat ijin orang tua
10 surat ijin orang tua
sukiman qim
Praktek dilatasi translasi-rotasi
Praktek dilatasi translasi-rotasiPraktek dilatasi translasi-rotasi
Praktek dilatasi translasi-rotasi
EzraMarvel
Rpp matematika SMA (logika)
Rpp matematika SMA (logika)Rpp matematika SMA (logika)
Rpp matematika SMA (logika)
Heriyanto Asep
RELASI & FUNGSI (Tugas Proyek) - Pertemuan 6
RELASI & FUNGSI (Tugas Proyek) - Pertemuan 6RELASI & FUNGSI (Tugas Proyek) - Pertemuan 6
RELASI & FUNGSI (Tugas Proyek) - Pertemuan 6
Shinta Novianti
Laporan praktikum rangkaian listrik hukum ohm
Laporan praktikum rangkaian listrik hukum ohmLaporan praktikum rangkaian listrik hukum ohm
Laporan praktikum rangkaian listrik hukum ohm
Polytechnic State Semarang
Sampel dan metode_sampling
Sampel dan metode_samplingSampel dan metode_sampling
Sampel dan metode_sampling
Riswan
Kualitas Instrumen Evaluasi
Kualitas Instrumen EvaluasiKualitas Instrumen Evaluasi
Kualitas Instrumen Evaluasi
Jajang Nur'alim
Proposal pendirian sekolah inklusi
Proposal pendirian sekolah inklusiProposal pendirian sekolah inklusi
Proposal pendirian sekolah inklusi
Alorka 114114
7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeter7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeter
Simon Patabang
PRESENTASI USAHA MAKANAN RINGAN MULYONO.pptx
PRESENTASI USAHA MAKANAN RINGAN MULYONO.pptxPRESENTASI USAHA MAKANAN RINGAN MULYONO.pptx
PRESENTASI USAHA MAKANAN RINGAN MULYONO.pptx
smkgamaBDP
Resume Hukum Faraday
Resume Hukum FaradayResume Hukum Faraday
Resume Hukum Faraday
silvi novrian
4. cover amplop soal version 1.2
4. cover amplop soal   version 1.24. cover amplop soal   version 1.2
4. cover amplop soal version 1.2
HAMSYARAFINDASENA
391949245-Penyuluhan-Iva-Test.pptx
391949245-Penyuluhan-Iva-Test.pptx391949245-Penyuluhan-Iva-Test.pptx
391949245-Penyuluhan-Iva-Test.pptx
GustiDeviana
Klasifikasi dan tingkat maserasi
Klasifikasi dan tingkat maserasiKlasifikasi dan tingkat maserasi
Klasifikasi dan tingkat maserasi
hiolove
Ohm-meter
Ohm-meterOhm-meter
Ohm-meter
Ghins GO
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANGMETODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
Zakiah dr
10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia
Joni Iswanto
Problematika yang Dihadapi Guru Matematika
Problematika yang Dihadapi Guru MatematikaProblematika yang Dihadapi Guru Matematika
Problematika yang Dihadapi Guru Matematika
Jujun Muhamad Jubaerudin
10 surat ijin orang tua
10 surat ijin orang tua10 surat ijin orang tua
10 surat ijin orang tua
sukiman qim

Similar to BAB 4 (20)

Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
ERNING KAROMAH
KEL.12-UJI BEDA DUA RERATA.docx
KEL.12-UJI BEDA DUA RERATA.docxKEL.12-UJI BEDA DUA RERATA.docx
KEL.12-UJI BEDA DUA RERATA.docx
EgaEgaDwiPermatasari
PPT Pertemuan ke 6 INDEPENDENT SAMPLES- 2 SAMPEL TIDAK BERHUB
PPT Pertemuan ke 6 INDEPENDENT SAMPLES- 2 SAMPEL TIDAK BERHUBPPT Pertemuan ke 6 INDEPENDENT SAMPLES- 2 SAMPEL TIDAK BERHUB
PPT Pertemuan ke 6 INDEPENDENT SAMPLES- 2 SAMPEL TIDAK BERHUB
mukhlishah64
PPT Pendidikan Matematika Model Treffinger
PPT Pendidikan Matematika Model TreffingerPPT Pendidikan Matematika Model Treffinger
PPT Pendidikan Matematika Model Treffinger
amnaaah94
Pwer point statpel
Pwer point statpelPwer point statpel
Pwer point statpel
Kurosaki_akira
10. bab iv
10. bab iv10. bab iv
10. bab iv
Wan Yulistiawan
Pasca anovapost. hoc test.uji lanjut
Pasca anovapost. hoc test.uji lanjutPasca anovapost. hoc test.uji lanjut
Pasca anovapost. hoc test.uji lanjut
Adriana Dwi Ismita
17. bab iv
17. bab iv17. bab iv
17. bab iv
Teguh Panji
Kelompok 1 - Data sampel tunggal.pptx
Kelompok 1    - Data sampel tunggal.pptxKelompok 1    - Data sampel tunggal.pptx
Kelompok 1 - Data sampel tunggal.pptx
srinurfadillah2022
Materi pertemuan ketujuh STATISTIK_UJI_t_ppt.ppt
Materi pertemuan ketujuh STATISTIK_UJI_t_ppt.pptMateri pertemuan ketujuh STATISTIK_UJI_t_ppt.ppt
Materi pertemuan ketujuh STATISTIK_UJI_t_ppt.ppt
AgusTriyono78
Andri zumain uji friedman m.
Andri zumain  uji friedman m.Andri zumain  uji friedman m.
Andri zumain uji friedman m.
aditya kusuma
Uji chi square
Uji chi squareUji chi square
Uji chi square
andreani777
Bab iii part 1
Bab iii part 1Bab iii part 1
Bab iii part 1
Ria Yoonaddict
Abcdefghijk abcdfegjjug abnjnnnbbnnnnn vvvvsaadgvcxcvvv).pptx
Abcdefghijk abcdfegjjug abnjnnnbbnnnnn vvvvsaadgvcxcvvv).pptxAbcdefghijk abcdfegjjug abnjnnnbbnnnnn vvvvsaadgvcxcvvv).pptx
Abcdefghijk abcdfegjjug abnjnnnbbnnnnn vvvvsaadgvcxcvvv).pptx
NinaZakiah3
Pert 13 14 -uji homogenitas dan uji normalitas
Pert 13 14 -uji homogenitas dan uji normalitasPert 13 14 -uji homogenitas dan uji normalitas
Pert 13 14 -uji homogenitas dan uji normalitas
Canny Becha
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohUji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
ARDS5
SPSS is a widely used program for statisticaltat
SPSS is a widely used program for statisticaltatSPSS is a widely used program for statisticaltat
SPSS is a widely used program for statisticaltat
IchsanFirdausPutra
Ev.pend3 hp-df
Ev.pend3 hp-dfEv.pend3 hp-df
Ev.pend3 hp-df
Mas Ragil
Evaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajar
Evaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajarEvaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajar
Evaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajar
ifa lutfita
KEL.12-UJI BEDA DUA RERATA.docx
KEL.12-UJI BEDA DUA RERATA.docxKEL.12-UJI BEDA DUA RERATA.docx
KEL.12-UJI BEDA DUA RERATA.docx
EgaEgaDwiPermatasari
PPT Pertemuan ke 6 INDEPENDENT SAMPLES- 2 SAMPEL TIDAK BERHUB
PPT Pertemuan ke 6 INDEPENDENT SAMPLES- 2 SAMPEL TIDAK BERHUBPPT Pertemuan ke 6 INDEPENDENT SAMPLES- 2 SAMPEL TIDAK BERHUB
PPT Pertemuan ke 6 INDEPENDENT SAMPLES- 2 SAMPEL TIDAK BERHUB
mukhlishah64
PPT Pendidikan Matematika Model Treffinger
PPT Pendidikan Matematika Model TreffingerPPT Pendidikan Matematika Model Treffinger
PPT Pendidikan Matematika Model Treffinger
amnaaah94
Pasca anovapost. hoc test.uji lanjut
Pasca anovapost. hoc test.uji lanjutPasca anovapost. hoc test.uji lanjut
Pasca anovapost. hoc test.uji lanjut
Adriana Dwi Ismita
Kelompok 1 - Data sampel tunggal.pptx
Kelompok 1    - Data sampel tunggal.pptxKelompok 1    - Data sampel tunggal.pptx
Kelompok 1 - Data sampel tunggal.pptx
srinurfadillah2022
Materi pertemuan ketujuh STATISTIK_UJI_t_ppt.ppt
Materi pertemuan ketujuh STATISTIK_UJI_t_ppt.pptMateri pertemuan ketujuh STATISTIK_UJI_t_ppt.ppt
Materi pertemuan ketujuh STATISTIK_UJI_t_ppt.ppt
AgusTriyono78
Andri zumain uji friedman m.
Andri zumain  uji friedman m.Andri zumain  uji friedman m.
Andri zumain uji friedman m.
aditya kusuma
Uji chi square
Uji chi squareUji chi square
Uji chi square
andreani777
Abcdefghijk abcdfegjjug abnjnnnbbnnnnn vvvvsaadgvcxcvvv).pptx
Abcdefghijk abcdfegjjug abnjnnnbbnnnnn vvvvsaadgvcxcvvv).pptxAbcdefghijk abcdfegjjug abnjnnnbbnnnnn vvvvsaadgvcxcvvv).pptx
Abcdefghijk abcdfegjjug abnjnnnbbnnnnn vvvvsaadgvcxcvvv).pptx
NinaZakiah3
Pert 13 14 -uji homogenitas dan uji normalitas
Pert 13 14 -uji homogenitas dan uji normalitasPert 13 14 -uji homogenitas dan uji normalitas
Pert 13 14 -uji homogenitas dan uji normalitas
Canny Becha
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohUji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
ARDS5
SPSS is a widely used program for statisticaltat
SPSS is a widely used program for statisticaltatSPSS is a widely used program for statisticaltat
SPSS is a widely used program for statisticaltat
IchsanFirdausPutra
Ev.pend3 hp-df
Ev.pend3 hp-dfEv.pend3 hp-df
Ev.pend3 hp-df
Mas Ragil
Evaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajar
Evaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajarEvaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajar
Evaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajar
ifa lutfita

More from Budi Handoyo (8)

Pengertian P2K3
Pengertian P2K3Pengertian P2K3
Pengertian P2K3
Budi Handoyo
Standart penilaian audit 5 r
Standart penilaian audit 5 rStandart penilaian audit 5 r
Standart penilaian audit 5 r
Budi Handoyo
Buku saku-korupsi-kpk
Buku saku-korupsi-kpkBuku saku-korupsi-kpk
Buku saku-korupsi-kpk
Budi Handoyo
Pengertian p2k3
Pengertian p2k3Pengertian p2k3
Pengertian p2k3
Budi Handoyo
BAB 4 Penelitian
BAB 4 PenelitianBAB 4 Penelitian
BAB 4 Penelitian
Budi Handoyo
Training 5RK3
Training 5RK3Training 5RK3
Training 5RK3
Budi Handoyo
LH
LHLH
LH
Budi Handoyo
Fsa
FsaFsa
Fsa
Budi Handoyo

BAB 4

  • 1. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Proses penelitian dilakukan selama kurang lebih 4 (tiga) minggu, yaitu dimulai tanggal 1 Mei 2012 dan berakhir pada tanggal 1 Juni 2012. Penelitian dilakukan di dua kelas, kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran AIR dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, kedua kelas diberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan mengetahui apakah kedua kelas tersebut memiliki kemampuan yang homogen atau tidak. Setelah pembelajaran selesai dilaksanakan, kedua kelas diberikan tes akhir untuk mengetahui kemampuan akhir 52 siswa. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir. Pengolahan data kuantitatif menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for Windows. Data kualitatif diperoleh dari hasil angket sikap siswa selama penelitian. Kedua data tersebut diolah dan dianalisis guna memperoleh kesimpulan hasil penelitian A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan pada BAB III.
  • 2. 53 1. Analisis Data Tes Awal (Pretes) a. Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Dari hasil pengolahan data untuk masing-masing kelas diperoleh nilai maksimum, nilai minimum, nilai rerata dan simpangan baku seperti terdapat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rerata dan Simpangan Baku Tes Awal (Pretes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Tes Awal (Pretes) N Nilai Maksimum Nilai Minimun Rerata Simpangan Baku Eksperimen 35 25 2 12,14 5,92 Konrol 35 26 2 11,20 5,85 Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.1 halaman 209. b. Tes Normalitas Distribusi Menguji normalitas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji normalitas terhadap dua kelas tersebut dilakukan dengan uji Shapiro- Wilk dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.2.
  • 3. 54 Tabel 4.2 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretes) Kelas Eksperime dan Kelas Kontrol KELAS Shapiro-Wilk Statistic df Sig. PRETEST EKSPERIMEN .971 35 .467 KONTROL .951 35 .126 Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk pada Tabel 4.2 nilai signifikansi pada kolom signifikansi data nilai tes awal (pretes) untuk eksperimen adalah 0,467 dan kelas kontrol adalah 0,126. Kerena nilai signifikansi kedua kelas lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik 4.1 dan Grafik 4.2. Grafik 4.1 Normalitas Q-Q Plot Tes Awal (Pretes) Kelas Eksperimen
  • 4. 55 Grafik 4.2 Normalitas Q-Q Plot Tes Awal (Pretes) Kelas Kontrol Jika suatu distribusi data normal, maka data akan tersebar di sekeliling garis (Trihendradi, dalam Rosyid 2010: 43). Berdasarkan Grafik 4.1 dan Grafik 4.2 terlihat bahwa data nilai tes awal (pretes) kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebar di sekitar garis lurus, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal. c. Uji homogenitas dua varians Menguji homogenitas dua varians antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan uji Levene dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Homogenitas Dua Varians Tes Awal (Pretes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Levene Statistic df1 df2 Sig. .046 1 68 .831
  • 5. 56 Berdasarkan hasil output uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Levene pada Tabel 4.3 nilai signifikansinya adalah 0,831. Karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas tersebut homogen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.1 halaman 211. d. Uji kesamaan dua rerata (Uji-t) Kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rerata dengan uji-t dua pihak melalui program SPSS 16.0 for Windows menggunakan Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen (equal varians assumed) dengan taraf signifikansi 0,05. Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik (uji dua pihak) sebagai berikut : Ho : 亮1 = 亮2 Ha : 亮1 亮2 Keterangan : Ho : kemampuan penalaran matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tes awal (pretes) tidak berbeda secara signifikan. Ha : kemampuan penalaran matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tes awal (pretes) berbeda secara signifikan.
  • 6. 57 Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Output Uji-t Tes Awal (Pretes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper PRETEST Equal variances assumed .046 .831 .670 68 .505 .943 1.406 -1.864 3.749 Equal variances not assumed .670 67.991 .505 .943 1.406 -1.864 3.749 Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa nilai signifikansi (sig.2-tailed) dengan uji-t adalah 0,505. Karena nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima atau kemampuan penalaran matematis kedua kelas tersebut tidak berbeda secara signifikan. 2. Analisis Data Tes Akhir (Postes)
  • 7. 58 a. Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Dari hasil pengolahan data untuk masing-masing kelas diperoleh nilai maksimum, nilai minimum, nilai rerata dan simpangan baku seperti terdapat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Nilai Maksimum, Nilai Minimum, Rerata dan Simpangan Baku Tes Akhir (Postes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Tes Akhir (Postes) N Nilai Maksimum Nilai Minimun Rerata Simpangan Baku Eksperimen 35 55 15 32,69 11,002 Konrol 35 43 10 27,20 8,123 Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.2 halaman 213. b. Tes Normalitas Distribusi Menguji normalitas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji normalitas terhadap dua kelas tersebut dilakukan dengan uji Shapiro- Wilk dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.6
  • 8. 59 Tabel 4.6 Normalitas Distribusi Tes Akhir (Postes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol kelas Shapiro-Wilk Statistic df Sig. nilai Eksperimen .940 35 .057 Kontrol .984 35 .873 Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk pada Tabel 4.6 nilai signifikansi pada kolom signifikansi data nilai tes awal (postes) untuk eksperimen adalah 0,057 dan kelas kontrol adalah 0,873. Kerena nilai signifikansi kedua kelas lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik 4.3 dan Grafik 4.4. Grafik 4.3 Normalitas Q-Q Plot Tes Akhir (Postes) Kelas Eksperimen
  • 9. 60 Grafik 4.4 Normalitas Q-Q Plot Tes Akhir (Postes) Kelas Kontrol Jika suatu distribusi data normal, maka data akan tersebar di sekeliling garis (Trihendradi, dalam Subagja 2010: 42). Berdasarkan Grafik 4.3 dan Grafik 4.4 terlihat bahwa data nilai tes akhir (postes) kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebar di sekitar garis lurus, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal. c. Uji homogenitas dua varians Menguji homogenitas dua varians antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan uji Levene dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Postes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Levene Statistic df1 df2 Sig. 1.999 1 68 .162
  • 10. 61 Berdasarkan hasil output uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Levene pada Tabel 4.7 nilai signifikansinya adalah 0,162. Karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas tersebut homogen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.2 halaman 215. d. Uji kesamaan dua rerata (Uji-t) Kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rerata dengan uji-t melalui program SPSS 16.0 for Windows menggunakan Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen (equal varians assumed) dengan taraf signifikansi 0,05. Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik sebagai berikut : Ho : 亮1 = 亮2 Ha : 亮1 > 亮2 Keterangan : Ho :Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran AIR dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
  • 11. 62 Ha :Kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran AIR lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Output Uji-t Tes Akhir (Postes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper POSTEST Equal variances assumed 1.999 .162 2.373 68 .020 5.486 2.312 .873 10.099 Equal variances not assumed 2.373 62.577 .021 5.486 2.312 .866 10.106 Pada Tabel 4.8 nilai p-valued untuk 2-tailed = 0,020. Menurut Uyanto (2006), karena kita melakukan uji hipotesis satu pihak Ha: 亮>3, maka nilai p-value (2-tailed) harus dibagi dua menjadi 0,020 2 = 0,010.
  • 12. 63 Karena p-value = 0,010 < 留 = 0,05 maka H0: 亮1=亮2 ditolak dan Ha: 亮1>亮2 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran AIR lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. 3. Analisis Data Skala Sikap a. Menghitung skor rata-rata sikap siswa Skala sikap ini berisikan pertanyaan-pertanyaan siswa terhadap pelajaran matematika, terhadap model pembelajaran AIR, dan terhadap soal-soal penalaran matematis. Analisis data hasil skala sikap data dilihat pada Tabel 4.9, Tabel 4.10 dan Tabel 4.11. Tabel 4.9 Daftar Skala Sikap Siswa terhadap Pelajaran Matematika Indikator No. Soal Sifat SS S N TS STS Skor sikap siswa Item klasifikasi Menunjukk an kesukaan siswa terhadap pembelajar an matematika 1 Positif 5 12 15 3 - 3,54 3,81 7 Positif 4 9 17 5 0 3,34 30 Negatif - 3 14 12 6 3,60 22 Negatif - 6 11 9 9 3,60 Menunjuka n persetujuan terhadap kegunaan matematika 3 Positif 5 26 4 - - 4,02 9 Positif 7 23 5 - - 4,05 28 Negatif - 1 5 21 8 4,02 12 Negatif - - 7 22 6 3,97 Menunjukk an kesungguha n mengikuti pelajaran matematika 5 Positif 3 6 24 2 - 3,28 13 Positif 18 13 3 1 - 4,37 26 Negatif - 1 3 24 7 4,05 18 Negatif 1 - 4 26 4 3,91
  • 13. 64 Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat dilihat rata-rata sikap siswa terhadap pelajaran matematika adalah 3,81. Karena 3,81 > 3 maka dapat disimpulkan bahwa sikap siswa positif terhadap pelajaran matematika. Tabel 4.10 Daftar Skala Sikap Siswa terhadap Model Pembelajaran AIR Indikator No. Soal Sifat SS S N TS STS Skor sikap siswa Item klasifikasi Menunjukka n kesukaan siswa terhadap pembelajaran menggunaka n model pembelajaran AIR 11 Positif 3 19 9 4 0 3,60 3,22 17 Positif 4 9 16 6 - 3,31 21 Positif - 6 10 11 8 2,40 8 Negatif 2 8 12 7 6 3,20 4 Negatif 5 8 14 8 - 2,71 20 Negatif 3 6 6 15 5 3,37 Menunjukka n manfaat mengikuti pembelajaran menggunaka n model pembelajaran AIR 15 positif 3 17 14 1 - 3,62 19 Positif 1 10 16 6 2 3,05 23 Positif 3 8 21 3 - 3,31 2 Negatif 2 1 13 12 7 3,60 10 Negatif 1 9 8 14 3 3,26 14 Negatif 3 3 14 13 2 3,23 Berdasarkan Tabel 4.10 di atas dapat dilihat rata-rata sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan Model Pembelajaran AIR adalah 3,22. Karena 3,22 > 3 maka dapat disimpulkan bahwa sikap siswa positif terhadap terhadap Model Pembelajaran AIR
  • 14. 65 Tabel 4.11 Daftar Skala Sikap Siswa terhadap Soal Penalaran Matematis Indikator No. Soal Sifat SS S N TS STS Skor sikap siswa Item klasifikasi Menunjukan kesukaan terhadap soal-soal penalaran matematis yang diberikan 29 Positif 2 7 24 2 - 3,25 3,31 24 Negatif 2 5 10 16 2 3,31 Menunjukan manfaat dari soal-soal Penalaranma tematis yang diberikan 25 Positif 3 12 18 2 - 3,45 27 Positif 6 14 12 3 - 3,65 16 Negatif 2 11 11 9 2 2,94 6 Negatif 3 3 11 18 - 3,25 Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat dilihat rata-rata sikap siswa penalaran matematis adalah 3,31. Karena 3,31 > 3 maka dapat disimpulkan bahwa sikap siswa positif terhadap penalaran matematis. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran E.3 halaman 212. b. Uji-t Setelah dilakukan perhitungan skala sikap siswa dari sampel, langkah selanjutnya adalah diadakan pengujian secara umum (uji hipotesis). Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah sikap siswa terhadap penggunaan model pembelajaran AIR dalam pembelajaran matematika itu lebih dari 3,00 (bersikap positif). Adapun langkah-langkah analisis data skala sikap untuk menguji hipotesis sebagai berikut: 1) Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku
  • 15. 66 Dari hasil pengolahan data skala sikap kelas eksperimen diperoleh rerata pernyataan maksimum, rerata pernyataan minimum, rata-rata dan simpangan baku seperti terdapat pada Tabel 4.12. Tabel 4.12 Rerata Pernyataan Maksimum, Rerata Pernyataan Minimum, Rata-rata dan Simpangan Baku Skala Sikap Kelas Eksperimen N Rerata Pernyataan Maksimum Rerata Pernyataan Minimun Rata-rata Simpangan Baku 35 4,37 2,40 3,48 0,43 Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.3 halaman 224. 2) Tes Normalitas Distribusi Menguji normalitas kelas eksperimen. Uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.13 Normalitas Distribusi Skala Sikap Kelas Eksperimen Tests of Normality Shapiro-Wilk Kelas Statistic df Sig. Eksperimen .964 30 .381 Berdasarkan hasil output uji normalitas varians dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk pada Tabel 4.13 nilai signifikansi pada kolom signifikansi data skala sikap untuk kelas eksperimen
  • 16. 67 adalah 0,381. Karena nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik 4.5. Grafik 4.5 Normalitas Q-Q Plot Skala Sikap Kelas Eksperimen Dari Grafik 4.5 terlihat garis lurus dari kiri bawah ke kanan atas. Tingkat penyebaran titik di suatu garis menunjukkan normal tidaknya suatu data. Jika suatu distribusi data normal, maka data akan tersebar di sekeliling garis, (Uyanto, 2006:35). Dari grafik di atas terlihat bahwa data tersebar di sekeliling garis lurus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data skala sikap untuk siswa kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 3) Uji Rerata (Uji-t) Berdasarkan perhitungan di atas, kelas eksperimen berdistribusi normal, sehingga dilakukan uji rerata dengan uji-t melalui program SPSS 16.0 for Windows menggunakan One Sample T-Test dengan taraf signifikansi 0,05, dan diuji satu pihak yaitu uji pihak kanan.
  • 17. 68 Rumus hipotesis penelitian untuk skala sikap ini adalah: Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran AIR adalah positif. Sehingga hipotesis statistiknya: H0 : 亮 = 3,00 Ha : 亮 > 3,00 Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan hasil uji-t tes akhir (postes) dapat dilihat pada Tabel 4.14. Tabel 4.14 Output Uji-t Skala Sikap Kelas Eksperimen One-Sample Test Test Value = 3 t df Sig. (2- tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Rerata 6.119 29 .000 .47533 .3165 .6342 Pada Tabel 4.14 nilai p-valued untuk 2-tailed = 0,000. Menurut Uyanto (2006), karena kita melakukan uji hipotesis satu pihak Ha: 亮>3, maka nilai p-value (2-tailed) harus dibagi dua menjadi 0,000 2 = 0,000. Karena nilai p-valued = 0,00 < 留 = 0,05, maka H0: 亮 = 3,00 ditolak dan Ha: 亮>3,00 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap siswa terhadap penggunaan model pembelajaran AIR dalam
  • 18. 69 pembelajaran matematika adalah lebih dari 3. Artinya secara populasi siswa bersikap positif terhadap penggunaan model pembelajaran AIR. B. Pembahasan Adapun yang akan dijelaskan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut: 1. Proses Pembelajaran Berikut ini diuraikan hasil penelitian yang dilakukan peneliti secara keseluruhan terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran AIR, hal ini dapat terlihat dari setiap tahapan yang dilakukan pada model pembelajaran AIR yaitu Auditory, Intelectually, and Repetition. Pembelajaran matematika dengan model AIR diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, pemberian motivasi, dan penyampaian model pembelajaran yang akan digunakan. a. Tahap Auditory Pada tahap auditory guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa dalam setiap kelompok. Guru membagi LKS pada siswa untuk dikerjakan secara berkelompok dan menyampaikan situasi yang ada pada LKS secara umum, kemudian siswa memperhatikan setiap arahan yang diberikan oleh guru. Siswa diminta untuk menyimak masalah-masalah yang ditemukan pada LKS tersebut.
  • 19. 70 Selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai soal yang kurang dipahami. Gambar 4.1 Aktivitas Guru dan Siswa ketika tahap Auditory Pada tahap ini siswa menyimak penjelasan yang diberikan oleh guru, namun terdapat beberapa kendala yang dialami oleh guru pada awal pembelajaran karena siswa masih bingung dengan langkah-langkah pembelajaran yang harus dilakukan sehingga kondisi kelas yang menjadi gaduh. Namun hal ini tidak terjadi setelah pertemuan berikutnya. b. Tahap Intelectually Pada tahap intelectually, siswa berdiskusi dengan rekannya untuk menyelesaikan tugas (LKS) yang diberikan oleh guru. Gambar 4.2 Siswa berdiskusi dengan rekannya
  • 20. 71 Guru membimbing kelompok belajar siswa yang berdiskusi dengan rekannya dalam satu kelompok sehingga dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. Gambar 4.3 Kegiatan Guru ketika Membimbing kelompok belajar Setelah siswa mengerjakan LKS tersebut, kemudian guru memberi kesempatan kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Kegiatan siswa yang tidak mempresentasikan hasil kerja kelompoknya adalah menyimak dan bertanya mengenai hasil kerja kelompok temannya yang persentasi di depan kelas. Gambar 4.4 Kegiatan Siswa ketika persentasi
  • 21. 72 Pada tahap ini terdapat beberapa kendala pada awalnya, yaitu pada saat diperintahkan untuk berdiskusi dan menyelesaikan LKS secara berkelompok, siswa terkadang malas untuk berdiskusi dan siswa seakan-akan memberikan tugas (LKS) pada siswa yang dianggap paling pintar dikelompoknya. Selain itu, siswa tidak berusaha menyelesaikan LKS dengan berdiskusi bersama rekannya, tetapi langsung menanyakannya kepada guru. Hal ini terjadi karena siswa tidak terbiasa dengan belajar kelompok, tetapi hal itu dapat diatasi ketika siswa mulai terbiasa dengan pertemuan selanjutnya. Pada tahapan ini, guru juga mendapatkan kesulitan karena setiap siswa masih malu-malu dan takut untuk bertanya pada temannya yang persentasi di depan kelas. Pada akhirnya guru mengatasinya dengan memberikan instruksi tegas seperti jika ada yang bertanya maka guru akan memberikan nilai plus kepada siswa. Tidak lama kemudian siswapun banyak yang termotivasi untuk bertanya. c. Tahap Repetition Pada tahap repetition, setelah siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, guru dan siswa mengecek kembali hasil diskusi dan presentasi kelompok mengenai tugas (LKS) yang dikerjakan secara kelompok. Guru membimbing siswa menyimpulkan tentang materi yang baru dipelajari pada hari tersebut, kemudian guru memberikan tugas individu sebagai bentuk pengulangan terhadap materi yang baru saja dipelajari.
  • 22. 73 Gambar 4.5 Guru memberikan tugas individu pada siswa Pada tahap ini, tidak ada kendala yang dapat menganggu proses pembelajaran. Umumnya siswa dapat mngikuti dengan baik dan sungguh-sungguh. 2. Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Analisis data pretes diawali dengan menganalisis apakah setiap sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan Shapiro-wilk dengan taraf signifikansi 5%. Hasil uji Shapiro-wilk diperoleh nilai signifikansi 0,467 untuk kelas eksperimen dan 0,126 untuk kelas kontrol, dengan 0,467 > 0,05 dan 0,126 > 0,05 , maka dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Karena sampel berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji homogenitas dua varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji Lavene dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil uji Lavene nilai signifikansinya adalah 0,831, dengan 0,831>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen dan
  • 23. 74 kelas kontrol berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas tersebut homogen. Berdasarkan analisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan penalaran matematis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kesimpulan ini diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dua pihak pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi 0,505 dengan 0,505 > 0,05, maka Ho diterima. Dengan kata lain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan penalaran matematis yang tidak berbeda secara signifikansi. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran AIR siswa diberikan postes untuk mengetahui kemampuan akhir penalaran matematis siswa. Uji normalitas menggunakan Shapiro-wilk dengan taraf signifikansi 5%. Hasil uji Shapiro-wilk diperoleh nilai signifikansi 0,057 untuk kelas eksperimen dan 0,873 untuk kelas kontrol, dengan 0,057 > 0,05 dan 0,873 > 0,05 , maka dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Karena sampel berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji homogenitas dua varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji Lavene dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil uji Lavene nilai signifikansinya adalah 0,162, dengan 0,162>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas tersebut homogen.
  • 24. 75 Berdasarkan analisis data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dua pihak pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi 0,02, karena yang digunakan uji-t satu pihak, maka nilai signifikansinya dibagi dua 0,02 2 =0,01 dengan 0,01 < 0,05, maka Ha diterima. Dengan kata lain model pembelajaran AIR lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. 3. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Auditory, Intelectually, and Repetition (AIR) Setelah dilakukan pengolahan data skala sikap maka diperoleh kesimpulan bahwa pada kelas eksperimen mempunyai sikap yang positif terhadap pelajaran matematika dan model pembelajaran AIR. Hal yang menjadi kekurangan siswa adalah malas untuk mengerjakan tugas yang diberikan, tetapi dalam pembelajaran dikelas tidak malu untuk bertanya dan selalu ingin maju ke depan untuk persentasikan hasil diskusi. Selain itu siswa merasa senang belajar dengan menggunakan LKS karena pembelajaran menjadi lebih efektif. Berdasarkan hasil pengolahan data skala sikap siswa yang diperoleh dengan menggunakan uji hipotesis yaitu uji-t dua pihak pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai signifikansi 0,000, karena yang digunakan uji-t satu pihak, maka nilai signifikansinya dibagi dua 0,000 2 =0,000 dengan 0,000 < 0,05, maka Ha diterima. Dengan kata lain sikap siswa positif
  • 25. 76 terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran AIR.