際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
BAB

                                            III

                       Pendapat Ulama dan Tokoh Masyarakat




       Sejak manusia pertamakali diciptakan di dunia ini, manusia telah diperintahkan oleh
Allah S.W.T untuk menjadi seorang khalifah di bumi ini. Khalifah dalam bahasa Indonesia
dapat diartikan sebagai pemimpin. Sejak jaman dahulu, sudah banyak pemimpin pemimpin
yang muncul di muka bumi, dari golongan islam maupun bukan dan entah wanita atau laki
laki, tetapi dalam sejarah lebih sering ditemui seorang pemimpin laki laki daripada wanita.
Lalu bagaimanakah reaksi tokoh masyarakat, kaum ulama dan literatur terhadap pemimpin
dari kaum wanita?




       A. Peran Wanita




       Peran wanita di dunia, dan khususnya di Indonesia telah berkembang pesat. Pada
jaman penjajahan, peranan wanita sangatlah terbatas. Hak-hak yang diperoleh mereka juga
sangat terbatas, seperti tidak bisa menempuh pendidikan yang tinggi. Karena inilah muncul
istilah yang disebut Emansipasi Wanita yang diawali oleh RA Kartini dengan menulis
surat surat yang akhirnya dibukukan menjadi buku Habis Gelap Terbitlah Terang yaitu
penyamaan hak antara laki laki dan perempuan, yang sampai sekarang masih ditegakkan di
Indonesia.

       Sama seperti yang terjadi di Indonesia, arab pada jaman jahiliah juga mengalami
diskriminasi terhadap kaum wanita. Seperti penguburan hidup hidup bayi perempuan,
wanita diperdagangkan sebagai budak dan hal hal lainnya. Kondisi mulai berubah sejak
islam mulai berkembang, kaum wanita menjadi lebih dihormati dan dijunjung tinggi, dan
segala jenis diskriminasi terhadap wanita juga perlahan lahan menghilang dari masyarakat,
seperti pembebasan budak.




        B. Kepemimpinan Wanita Menurut Literatur




        Dalam bukunya, Kepemimpinan Wanita dalam Islam Andek Masnah Andek
Kelawa, dalam sejarah islam tidak terdapat maupun tercatat adanya keterlibatan kaum
wanita dalam urusan pengaturan dan kepemimpinan negara secara langsung 1. Walaupun
tidak tercatat dalam sejarah Islam, tidak ada satupun dalil Al-Quran maupun hadits yang
melarang kaum wanita untuk tidak menjadi seorang pemimpin2.

        Menurut Saparinah Sadli dalam bukunya Berbeda tetapi Setara : Pemikiran
Tentang Kajian Perempuan, ia merasa bahwa emansipasi mendapat reaksi keras dari kaum
laki laki. Bahkan pada jaman sekarang ini, kaum wanita merasa bingung karena mereka
tidak merasa adanya opresi dari kaum laki laki seperti dulu. Menurut beliau memang pasca
Emansipasi Wanita masih banyak hal yang harus dikaji seperti kritik kritik para ahli,
istilah istilah yang cocok.

        Berbeda dengan pendapat pendapat diatas, Faishal Thariq M.As-Suwaidan
mengatakan bahwa pemimpin dari wanita kurang cocok, karena pasti akan menuai kritik
dari berbagai pihak. Beliau menulis 18 kesan kesan yang didapat oleh laki laki jika melihat
pemimpin dari kaum wanita 3 . Tetapi selain menyangkal kompetensi pemimpin wanita,
beliau juga menulis tentang kesan kesan wanita terhadap pemimpin wanita4. Selain itu dia
juga membandingkan sifat sifat manusia, dari yang feminine, umum dan maskulin untuk


1
  Andek Masnah Andek Kelawa, Kepemimpinan Wanita dalam Islam (Penerbit Universiti Kebangsaan
Malaysia, 1999), 161.
2
  Ibid.
3
  Faishal Thariq M.As-Suwaidan, Melahirkan Pemimpin Masa Depan, 215.
4
  Ibid 216.
membandingkannya dengan sifat sifat kepemimpinan 5 . Menurut table tersebut, masing
masing sifat mempunyai kelebihannya dan kekurangannya tersendiri, jadi tidak bisa
disimpulkan bahwa siapa yang lebih superior dalam hal memimpin.

           Jadi, menurut beberapa literature yang disebutkan diatas, memang tidak ditutup
kemungkinan untuk para wanita untuk menjadi pemimpin, dengan buktinya sekarang
banyak pemimpin pemimpin wanita, mau itu ratu maupun CEO, atau kepala negara.
Masalah kepemimpinan tidak dapat ditentukan oleh gender semata, karena memang laki
laki maupun wanita dapat menjadi pemimpin.




           C. Kepemimpinan Wanita Menurut Ulama




           Seperti yang sudah diterangkan diatas, manusia diciptakan untuk menjadi pemimpin
di dunia. Para ada ulama menyimpulkan manusia yang disebutkan diatas sebagai Adam,
sehingga dapat diartikan menjadi Allah menjadikan Adan sebagai khalifah dibumi ini, dan
dengan begitu tertutup sudahlah pluang kaum wanita untuk menjadi seorang pemimpin.

           Namun menurut QS, An Nisaa ayat 34 yang berbunyi:




           Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. (QS. An Nisaa : 34)

           Ada ulama yang menyimpulkan bahwa Wanita dapat meminpin kaum wanita, karena
kaum wanita tidak bisa memimpin kaum laki laki menurut ayat diatas. Tetapi ada pula ulama yang
menafsirkan ayat diatas secara berbeda, beliau mengatakan bahwa ayat diatas tidak membatasi
wanita untuk tidak menjadi pemimpin kaum laki laki, ayat diatas hanyalah mengatakan kepada




5
    Ibid 219.
kaum laki laki untuk memimpin wanita, dan tidak berarti kaum wanita tidak bisa dipimpin oleh
kaum wanita.




       Sehingga dapat disimpulkan bahwa para ulama mempunyai pendapat yang berbeda beda
terhadap peran wanita sebagai pemimpin, ada yang menafsirkannya bisa, ada yang tidak bisa dan
ada juga yang mengatakan tidak membatasi.

More Related Content

Bab iii makalah hukis

  • 1. BAB III Pendapat Ulama dan Tokoh Masyarakat Sejak manusia pertamakali diciptakan di dunia ini, manusia telah diperintahkan oleh Allah S.W.T untuk menjadi seorang khalifah di bumi ini. Khalifah dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai pemimpin. Sejak jaman dahulu, sudah banyak pemimpin pemimpin yang muncul di muka bumi, dari golongan islam maupun bukan dan entah wanita atau laki laki, tetapi dalam sejarah lebih sering ditemui seorang pemimpin laki laki daripada wanita. Lalu bagaimanakah reaksi tokoh masyarakat, kaum ulama dan literatur terhadap pemimpin dari kaum wanita? A. Peran Wanita Peran wanita di dunia, dan khususnya di Indonesia telah berkembang pesat. Pada jaman penjajahan, peranan wanita sangatlah terbatas. Hak-hak yang diperoleh mereka juga sangat terbatas, seperti tidak bisa menempuh pendidikan yang tinggi. Karena inilah muncul istilah yang disebut Emansipasi Wanita yang diawali oleh RA Kartini dengan menulis surat surat yang akhirnya dibukukan menjadi buku Habis Gelap Terbitlah Terang yaitu penyamaan hak antara laki laki dan perempuan, yang sampai sekarang masih ditegakkan di Indonesia. Sama seperti yang terjadi di Indonesia, arab pada jaman jahiliah juga mengalami diskriminasi terhadap kaum wanita. Seperti penguburan hidup hidup bayi perempuan, wanita diperdagangkan sebagai budak dan hal hal lainnya. Kondisi mulai berubah sejak islam mulai berkembang, kaum wanita menjadi lebih dihormati dan dijunjung tinggi, dan
  • 2. segala jenis diskriminasi terhadap wanita juga perlahan lahan menghilang dari masyarakat, seperti pembebasan budak. B. Kepemimpinan Wanita Menurut Literatur Dalam bukunya, Kepemimpinan Wanita dalam Islam Andek Masnah Andek Kelawa, dalam sejarah islam tidak terdapat maupun tercatat adanya keterlibatan kaum wanita dalam urusan pengaturan dan kepemimpinan negara secara langsung 1. Walaupun tidak tercatat dalam sejarah Islam, tidak ada satupun dalil Al-Quran maupun hadits yang melarang kaum wanita untuk tidak menjadi seorang pemimpin2. Menurut Saparinah Sadli dalam bukunya Berbeda tetapi Setara : Pemikiran Tentang Kajian Perempuan, ia merasa bahwa emansipasi mendapat reaksi keras dari kaum laki laki. Bahkan pada jaman sekarang ini, kaum wanita merasa bingung karena mereka tidak merasa adanya opresi dari kaum laki laki seperti dulu. Menurut beliau memang pasca Emansipasi Wanita masih banyak hal yang harus dikaji seperti kritik kritik para ahli, istilah istilah yang cocok. Berbeda dengan pendapat pendapat diatas, Faishal Thariq M.As-Suwaidan mengatakan bahwa pemimpin dari wanita kurang cocok, karena pasti akan menuai kritik dari berbagai pihak. Beliau menulis 18 kesan kesan yang didapat oleh laki laki jika melihat pemimpin dari kaum wanita 3 . Tetapi selain menyangkal kompetensi pemimpin wanita, beliau juga menulis tentang kesan kesan wanita terhadap pemimpin wanita4. Selain itu dia juga membandingkan sifat sifat manusia, dari yang feminine, umum dan maskulin untuk 1 Andek Masnah Andek Kelawa, Kepemimpinan Wanita dalam Islam (Penerbit Universiti Kebangsaan Malaysia, 1999), 161. 2 Ibid. 3 Faishal Thariq M.As-Suwaidan, Melahirkan Pemimpin Masa Depan, 215. 4 Ibid 216.
  • 3. membandingkannya dengan sifat sifat kepemimpinan 5 . Menurut table tersebut, masing masing sifat mempunyai kelebihannya dan kekurangannya tersendiri, jadi tidak bisa disimpulkan bahwa siapa yang lebih superior dalam hal memimpin. Jadi, menurut beberapa literature yang disebutkan diatas, memang tidak ditutup kemungkinan untuk para wanita untuk menjadi pemimpin, dengan buktinya sekarang banyak pemimpin pemimpin wanita, mau itu ratu maupun CEO, atau kepala negara. Masalah kepemimpinan tidak dapat ditentukan oleh gender semata, karena memang laki laki maupun wanita dapat menjadi pemimpin. C. Kepemimpinan Wanita Menurut Ulama Seperti yang sudah diterangkan diatas, manusia diciptakan untuk menjadi pemimpin di dunia. Para ada ulama menyimpulkan manusia yang disebutkan diatas sebagai Adam, sehingga dapat diartikan menjadi Allah menjadikan Adan sebagai khalifah dibumi ini, dan dengan begitu tertutup sudahlah pluang kaum wanita untuk menjadi seorang pemimpin. Namun menurut QS, An Nisaa ayat 34 yang berbunyi: Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. (QS. An Nisaa : 34) Ada ulama yang menyimpulkan bahwa Wanita dapat meminpin kaum wanita, karena kaum wanita tidak bisa memimpin kaum laki laki menurut ayat diatas. Tetapi ada pula ulama yang menafsirkan ayat diatas secara berbeda, beliau mengatakan bahwa ayat diatas tidak membatasi wanita untuk tidak menjadi pemimpin kaum laki laki, ayat diatas hanyalah mengatakan kepada 5 Ibid 219.
  • 4. kaum laki laki untuk memimpin wanita, dan tidak berarti kaum wanita tidak bisa dipimpin oleh kaum wanita. Sehingga dapat disimpulkan bahwa para ulama mempunyai pendapat yang berbeda beda terhadap peran wanita sebagai pemimpin, ada yang menafsirkannya bisa, ada yang tidak bisa dan ada juga yang mengatakan tidak membatasi.