Intubasi endotrakeal merupakan prosedur penting untuk pasien COVID-19 dengan gagal napas, namun juga berisiko menularkan virus. Persiapan yang cermat dengan peralatan pelindung diri, obat, dan tim yang terlatih dapat meminimalkan risiko penularan selama intubasi.
Pengaruh Penggunaan Pipa Endotrakea dengan Drainase Sekret SubglotisDimas W. Rangga
Ìý
[Ringkasan]
Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pipa endotrakea dengan drainase sekret subglotis dapat menurunkan kejadian ventilator associated pneumonia (VAP) di ICU rumah sakit bandung dibandingkan dengan pipa endotrakea standar. Analisis statistik menemukan perbedaan signifikan antara dua kelompok dalam kejadian VAP, dengan kejadian VAP lebih rendah pada kelompok yang menggunakan pipa endotrakea dengan drainase subglotis.
Dokumen tersebut membahas tentang kesiapan kamar operasi dan anestesi pada masa pandemi COVID-19, mencakup enam sasaran keselamatan pasien, prinsip pelayanan anestesi dan bedah untuk pasien COVID-19, serta adaptasi kebiasaan baru seperti skrining, perlindungan tenaga kesehatan, pencegahan infeksi, dan peningkatan kompetensi staf."
Dokumen tersebut membahas mengenai manajemen airway dan breathing, meliputi penilaian gangguan pernapasan dan jalan napas, teknik manajemen airway seperti intubasi endotrakeal, ventilasi, dan oksigenasi."
- Segera berikan terapi oksigen kepada pasien dengan gangguan pernapasan berat, syok atau hipoksemia SpO2 <90% menggunakan nasal kanul pada dewasa dan 1-2 l/mnt pada anak.
- Monitor SpO2 dan AGD untuk evaluasi terapi oksigen dengan target SpO2 ≥ 90% menggunakan alat penghantar oksigen sesuai laju aliran.
- Pulse oxymeter harus tersedia pada semua area pemberian terapi oksigen emergens
Dokumen ini memberikan panduan persiapan kewaspadaan di rumah tangga dan sarana pelayanan kesehatan untuk mencegah penularan virus corona, termasuk cara perawatan pasien di rumah, puskesmas, dan rumah sakit rujukan dengan menekankan pentingnya isolasi, ventilasi udara yang baik, dan menerapkan protokol kewaspadaan.
APD diperlukan untuk melindungi petugas dari risiko paparan infeksi saat memberikan perawatan kepada pasien. Pemakaian APD yang tepat seperti sarung tangan, masker, dan gaun bergantung pada jenis tindakan yang dilakukan untuk mencegah penularan penyakit. Pemilihan dan pemakaian APD secara benar dapat melindungi petugas dan menekan biaya.
Ringkasan: Workshop ini membahas program pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan, meliputi kewaspadaan standar dan transmisi, ruang lingkup program PPI, kewaspadaan isolasi, pencegahan infeksi dengan sistem bundles, surveilans, pendidikan, audit dan evaluasi, penggunaan antimikroba bijak, serta pengendalian lingkungan.
Bronkopleural Fistula (BPF) adalah kondisi pembentukan saluran antara bronkus dan rongga pleura yang dapat terjadi akibat berbagai faktor seperti komplikasi operasi paru, infeksi, kemoterapi, atau trauma. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis, pemeriksaan radiologi, dan bronkoskopi. Penanganannya meliputi drainase, penutupan fistula secara medis atau bedah, serta pengobatan infeksi dan kon
1. Petunjuk lengkap tentang cara memakai dan melepas alat pelindung diri (APD) secara benar dan tepat oleh tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan pembedahan pasien positif COVID-19.
2. Prosedur operasi pasien positif COVID-19 mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga tindak lanjut untuk mencegah penularan serta menjaga kelancaran pelayanan.
3. Langkah-langkah penggunaan dan pembong
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...Wahid Husein
Ìý
Strategi penanggulangan rabies secara terintegrasi
Peraturan mengenai pengendalian rabies
Pengendalian rabies pada saat Pandemi COVID19
Kasus rabies pada hewan
Hasil vaksinasi rabies
Kendala yang dihadapi
Dokumen tersebut membahas mengenai manajemen airway dan breathing, meliputi penilaian gangguan pernapasan dan jalan napas, teknik manajemen airway seperti intubasi endotrakeal, ventilasi, dan oksigenasi."
- Segera berikan terapi oksigen kepada pasien dengan gangguan pernapasan berat, syok atau hipoksemia SpO2 <90% menggunakan nasal kanul pada dewasa dan 1-2 l/mnt pada anak.
- Monitor SpO2 dan AGD untuk evaluasi terapi oksigen dengan target SpO2 ≥ 90% menggunakan alat penghantar oksigen sesuai laju aliran.
- Pulse oxymeter harus tersedia pada semua area pemberian terapi oksigen emergens
Dokumen ini memberikan panduan persiapan kewaspadaan di rumah tangga dan sarana pelayanan kesehatan untuk mencegah penularan virus corona, termasuk cara perawatan pasien di rumah, puskesmas, dan rumah sakit rujukan dengan menekankan pentingnya isolasi, ventilasi udara yang baik, dan menerapkan protokol kewaspadaan.
APD diperlukan untuk melindungi petugas dari risiko paparan infeksi saat memberikan perawatan kepada pasien. Pemakaian APD yang tepat seperti sarung tangan, masker, dan gaun bergantung pada jenis tindakan yang dilakukan untuk mencegah penularan penyakit. Pemilihan dan pemakaian APD secara benar dapat melindungi petugas dan menekan biaya.
Ringkasan: Workshop ini membahas program pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan, meliputi kewaspadaan standar dan transmisi, ruang lingkup program PPI, kewaspadaan isolasi, pencegahan infeksi dengan sistem bundles, surveilans, pendidikan, audit dan evaluasi, penggunaan antimikroba bijak, serta pengendalian lingkungan.
Bronkopleural Fistula (BPF) adalah kondisi pembentukan saluran antara bronkus dan rongga pleura yang dapat terjadi akibat berbagai faktor seperti komplikasi operasi paru, infeksi, kemoterapi, atau trauma. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis, pemeriksaan radiologi, dan bronkoskopi. Penanganannya meliputi drainase, penutupan fistula secara medis atau bedah, serta pengobatan infeksi dan kon
1. Petunjuk lengkap tentang cara memakai dan melepas alat pelindung diri (APD) secara benar dan tepat oleh tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan pembedahan pasien positif COVID-19.
2. Prosedur operasi pasien positif COVID-19 mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga tindak lanjut untuk mencegah penularan serta menjaga kelancaran pelayanan.
3. Langkah-langkah penggunaan dan pembong
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...Wahid Husein
Ìý
Strategi penanggulangan rabies secara terintegrasi
Peraturan mengenai pengendalian rabies
Pengendalian rabies pada saat Pandemi COVID19
Kasus rabies pada hewan
Hasil vaksinasi rabies
Kendala yang dihadapi
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGITANGKI4D
Ìý
Bagi kalian yang ingin mendapatkan kemenangan situs slot bonus kami merupakan saran terbaik buat kalian, hanya mengunakan modal rendah & penyedia bonus terbaik sepanjang masa
follow semua dan claim bonus dari kami #Tangki4dexclusive #tangki4dlink #tangki4dvip #bandarsbobet #idpro2025 #stargamingasia #situsjitu #jppragmaticplay #scatternagahitam
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Wahid Husein
Ìý
Situasi rabies di dunia
Situasi rabies di Indonesia
Program rabies di Indonesia
Apa yang dilakukan ECTAD Indonesia
Tantangan utama
Rekomendasi ke depan
2. DESKRIPSI
UMUM
JUDUL : AIRWAY MANAGEMENT
CONSIDERATIONS IN PATIENTS WITH COVID-19
PENULIS : Praveen Chahar, Sidharth Dugar, Donn
Marciniak
Department of General Anesthesiology, Anesthesiology
institute, Cleveland Clinic
PUBLIKASI : CLEVELAND CLINIC JOURNAL OF
MEDICINE, posted May 2020 www.ccjm.org
3. ABSTRAK
 Sekitar 12-15% pasien rawat inap dengan infeksi
COVID-19 memerlukan ventilasi invasif melalui
intubasi endotrakeal.
 Kunci untuk meminimalkan risiko penularan penyakit
selama prosedur yang menimbulkan aerosol ini adalah
ïƒ persiapan yang cermat, termasuk peralatan dan
obat-obatan yang diperlukan serta tim intubasi yang
berpengalaman.
4. LATAR
BELAKANG
 Kegagalan pernapasan hipoksemia akut atau sindrom
gangguan pernapasan akut (ARDS) adalah komplikasi
umum dan serius dari infeksi COVID-19.
 Kira-kira 12-15% dari pasien yang dirawat di rumah
sakit memerlukan ventilasi invasif melalui intubasi
endotrakeal.
5. LATAR
BELAKANG
 Dalam studi retrospektif pasien COVID-19, permulaan
gangguan pernapasan terjadi lambat (median 6,5 hari)
setelah onset gejala tetapi berkembang pesat menjadi
ARDS (median 2,5 hari) .
 Dari semua prosedur yang menghasilkan aerosol,
intubasi trakea paling sering dikaitkan dengan
penularan penyakit dengan odds rasio 6,6 dan
peningkatan risiko absolut antara 10% hingga 15%.
6. PROSEDUR
INTUBASI
 Tujuan intubasi adalah untuk mengamankan jalan
nafas dengan cepat, melindungi jalan napas dari
aspirasi dan meminimalkan pembentukan aerosol
 Preoksigenasi paling baik dicapai dengan
menggunakan non-rebreathing mask 100% pada
pasien selama 3 sampai 5 menit.
 Posisi pasien untuk laringoskopi dan intubasi yang
optimal adalah dengan memposisikan pasien dengan
dalam posisi sniffing.
8. PERSIAPAN
PREINTUBASI
 Menurut pedoman dari Pusat Pengendalian dan
Manajemen Penyakit, alat pelindung diri (APD)
LEVEL 3 yang sesuai harus dikenakan sebelum
pengelolaan jalan napas di hadapan asisten (team)
untuk memastikan protokol yang tepat telah diikuti.
 Kantung intubasi yang berisi obat-obatan yang
diperlukan untuk intubasi, vasopresor yang
dibutuhkan, dan infus sedatif pasca intubasi harus
dibawa ke dalam ruangan.
9.  Untuk mengatasi risiko dekompensasi mendadak
selama intubasi, defibrilator dan 'code box (emergency
box)' yang berisi obat resusitasi harus ditempatkan di
luar ruangan.
 Harus tersedia ventilator di ruangan sehingga pasien
dapat segera terhubung ke mesin ventilator untuk
meminimalkan pembentukan aerosol
10.  Penggunaan laringoskop video dibanding direct
laringoskop dikaitkan dengan peningkatan jarak
antara petugas kesehatan dan pasien dan dengan
demikian dapat meminimalkan kemungkinan cross
infection
 penggunaan endotrakeal tube ukuran 7,5 mm untuk
wanita dan ukuran 8.0 mm untuk pria. Penggunaan
ukuran yang lebih kecil dikaitkan dengan kesulitan
ventilasi dan peningkatan kemungkinan obstruksi
endotrakeal tube dengan sekresi.
11.  Perlengkapan jalan napas di dalam ruangan harus
mencakup alat saluran napas supraglotis (misalnya,
LMA atau i-gel), bougie karet elastis, dan forsep
Magill. Suction harus dihubungkan dan dapat diakses
dengan mudah untuk mencegah aspirasi begitu refleks
laringeal hilang oleh obat induksi
12.  Etomidate (0,2 hingga 0,3mg / kg) dapat digunakan
pada pasien yang hemodinamik tidak stabil atau
propofol dapat digunakan sebagai induksi pada pasien
yang stabil hemodinamik nya
 Setelah endotrakeal tube terpasang, harus segera
disambungkan ke mesin ventilator atau bag dengan
HME filter.
 Posisi tube kemudian dapat dikonfirmasi dengan
penelusuran dari bentuk gelombang sebaris dari
kapnograf.
13.  Diskoneksi dari breathing circuit harus dihindari dan
penjepit endotrakeal tube harus dipertimbangkan
untuk mencegah derekruitmen dan infeksi silang.
 Jika ada kesulitan yang ditemui selama intubasi dan
ventilasi, supraglottic airway harus ditempatkan
untuk membantu oksigenasi dan ventilasi daripada
penggunaan ventilasi bag mask.
14.  Saat menggunakan filter supraglottic airway (HME,
HEPA), filter harus ditempatkan di antara perangkat
supraglotis dan Ambu bag. Karena risiko aerosolisasi,
intubasi fiberoptik tidak dianjurkan dan jika
diperlukan, bronkoskop sekali pakai harus digunakan.
16. POST
INTUBATION
Kami menyarankan pengaturan awal ventilator sebagai
berikut:
 Kontrol volume tekanan regulasi yang diatur dengan
volume tidal 6 - 8 mL / kg berat badan ideal
 Plateau pressure > 30 cm H2O
 FiO 1.0 (FiO harus dititrasi menjadi SPO> 92%)
 Respiratory rate 12x/menit
Editor's Notes
#7: 1.Bag Mask Ventilation meningkatkan risiko infeksi silang dan harus diberikan hanya jika benar-benar diperlukan
2. Begitu juga dengan ventilasi non invasive dengan mode preoxigenasi harus dihindari dikhawatirkan menyebabkan aerosol.
3. Sniffing position : aksis anatomis dari mulut, faring, dan laring terletak hamper sejajar sehingga memudahkan visualisasi laring