Dokumen tersebut membahas tentang kanker paru, mulai dari anatomi dan fisiologi paru, definisi kanker paru, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, klasifikasi, deteksi dini, gejala klinis, prosedur diagnostik, dan tindakan diagnostik kanker paru seperti pemeriksaan radiologi, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan invasif.
Dokumen tersebut membahas tentang kanker paru-paru, mulai dari pengertian, patofisiologi, gejala, pencegahan, pengobatan, dan epidemiologi kanker paru-paru. Secara khusus, dibahas mengenai kanker paru-paru merupakan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali di paru-paru yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti merokok dan dapat menyebar ke organ lain."
EAA atau Hypersensitive Pneumonitis adalah sindrom respirasi yang melibatkan alveoli, bronkiolus terminal, dan jaringan interstisial yang disebabkan oleh reaksi alergi lambat terhadap pajanan antigen. EAA dapat bermanifestasi secara akut, subakut, maupun kronis dan langkah utama penatalaksanaannya adalah menghindari pajanan antigen penyebab sepenuhnya.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Kanker paru merupakan pertumbuhan sel kanker yang disebabkan oleh faktor risiko seperti merokok dan polusi udara, dengan gejala utama seperti sesak napas dan batuk berdarah. Pencegahan melalui pengurangan merokok dan deteksi dini serta pengobatan seperti bedah dan kemoterapi dapat menurunkan angka kejadian dan kematian akibat kanker paru.
Kanker paru adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus. Faktor risikonya antara lain merokok dan paparan karsinogen. Pengobatannya meliputi bedah, radiasi, dan kemoterapi untuk mengobati, mencegah metastasis, atau memperpanjang harapan hidup. Diagnosa didukung dengan pemeriksaan fisik, radiologi, sitologi, dan endoskopi.
Dokumen ini membahas diagnosis kanker paru, meliputi gejala klinis, pemeriksaan fisik, tes radiologi seperti rontgen dada dan CT scan, serta pemeriksaan spesifik seperti bronkoskopi dan biopsi untuk menentukan jenis histologi tumor, tingkat penyebaran (staging), dan kondisi pasien (performance status) guna menentukan pengobatan yang tepat seperti bedah, radioterapi, atau kemoterapi.
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kankerpjj_kemenkes
Ìý
Modul ini membahas asuhan keperawatan pasien dengan gangguan sistem pernafasan akibat kanker laring, faring, dan paru. Materi yang dibahas meliputi pengertian, patofisiologi, gejala klinis, diagnosa, dan pengobatan medis serta keperawatan untuk ketiga jenis kanker tersebut dengan fokus pada kanker laring.
Tesis ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian emfisema subkutis pada pasien pneumotoraks yang menjalani pemasangan selang dada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko terjadinya emfisema subkutis dengan menggunakan desain studi kasus kontrol dan menelaah rekam medis pasien di RSUP H Adam Malik Medan. Parameter yang diteliti antara lain ukuran selang dada, lama pemasangan, dan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganpjj_kemenkes
Ìý
Modul ini membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan akibat peradangan seperti PPOK, COPD, TBC dan Pneumonia. Materi kegiatan belajar ini mencakup pengertian, penyebab, pathofisiologi, managemen medis dan keperawatan pada kondisi tersebut. Tujuannya agar mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan.
1. Perikarditis adalah peradangan lapisan luar jantung yang disebabkan berbagai faktor seperti infeksi virus, penyakit autoimun, dan komplikasi medis lainnya.
2. Gejalanya meliputi nyeri dada, demam, dan kesulitan bernapas. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik dan tes seperti EKG.
3. Pengobatan berfokus pada mengurangi nyeri, menangani komplikasi, dan mencegah ke
Dokumen tersebut merangkum tentang catamenial pneumothorax. Secara singkat, dokumen tersebut membahas tentang definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, epidemiologi, dan manifestasi klinis dari catamenial pneumothorax.
Terima kasih atas informasinya. Saya mengerti bahwa dokumen tersebut membahas upaya meminimalkan insiden Ventilator-associated Pneumonia (VAP) dengan melakukan dekontaminasi orofaring menggunakan larutan klorheksidin 0,2%.
Dokumen tersebut membahas tentang indikasi pasien masuk dan keluar ICU. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa pasien akan dimasukkan ke ICU jika memenuhi kriteria kebutuhan terapi intensif atau pemantauan, dengan memprioritaskan pasien yang membutuhkan terapi intensif. Sedangkan pasien akan dikeluarkan dari ICU jika kondisinya membaik dan tidak lagi membutuhkan terapi intensif. Kepala ICU bertanggung jawab menent
2. pengertian dasar perencanaan & pengendalian kualitasDiery Sipayung
Ìý
This document discusses concepts of quality management. It begins by defining quality from various perspectives such as fitness for use, conformance to requirements, and value perceived by the customer. It then outlines the evolution of quality management approaches from inspection to quality control to quality assurance to total quality management. Key thinkers in quality such as Deming, Juran, Crosby, Ishikawa, Garvin and others are discussed. Deming's famous 14 points for management are also summarized. The document provides an overview of the history and fundamental principles of quality management.
Dokumen tersebut membahas pengendalian mutu dalam proses produksi campuran aspal panas, mulai dari pengambilan contoh bahan baku, pengujian mutu bahan, proses produksi, hingga pengujian mutu hasil produksi untuk memastikan kualitas dan spesifikasi yang diinginkan terpenuhi. Frekuensi pengambilan contoh dan jenis pengujian ditentukan berdasarkan jenis dan jumlah bahan serta spesifikasi yang diisyaratkan.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Kanker paru merupakan pertumbuhan sel kanker yang disebabkan oleh faktor risiko seperti merokok dan polusi udara, dengan gejala utama seperti sesak napas dan batuk berdarah. Pencegahan melalui pengurangan merokok dan deteksi dini serta pengobatan seperti bedah dan kemoterapi dapat menurunkan angka kejadian dan kematian akibat kanker paru.
Kanker paru adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus. Faktor risikonya antara lain merokok dan paparan karsinogen. Pengobatannya meliputi bedah, radiasi, dan kemoterapi untuk mengobati, mencegah metastasis, atau memperpanjang harapan hidup. Diagnosa didukung dengan pemeriksaan fisik, radiologi, sitologi, dan endoskopi.
Dokumen ini membahas diagnosis kanker paru, meliputi gejala klinis, pemeriksaan fisik, tes radiologi seperti rontgen dada dan CT scan, serta pemeriksaan spesifik seperti bronkoskopi dan biopsi untuk menentukan jenis histologi tumor, tingkat penyebaran (staging), dan kondisi pasien (performance status) guna menentukan pengobatan yang tepat seperti bedah, radioterapi, atau kemoterapi.
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kankerpjj_kemenkes
Ìý
Modul ini membahas asuhan keperawatan pasien dengan gangguan sistem pernafasan akibat kanker laring, faring, dan paru. Materi yang dibahas meliputi pengertian, patofisiologi, gejala klinis, diagnosa, dan pengobatan medis serta keperawatan untuk ketiga jenis kanker tersebut dengan fokus pada kanker laring.
Tesis ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian emfisema subkutis pada pasien pneumotoraks yang menjalani pemasangan selang dada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko terjadinya emfisema subkutis dengan menggunakan desain studi kasus kontrol dan menelaah rekam medis pasien di RSUP H Adam Malik Medan. Parameter yang diteliti antara lain ukuran selang dada, lama pemasangan, dan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganpjj_kemenkes
Ìý
Modul ini membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan akibat peradangan seperti PPOK, COPD, TBC dan Pneumonia. Materi kegiatan belajar ini mencakup pengertian, penyebab, pathofisiologi, managemen medis dan keperawatan pada kondisi tersebut. Tujuannya agar mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan.
1. Perikarditis adalah peradangan lapisan luar jantung yang disebabkan berbagai faktor seperti infeksi virus, penyakit autoimun, dan komplikasi medis lainnya.
2. Gejalanya meliputi nyeri dada, demam, dan kesulitan bernapas. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik dan tes seperti EKG.
3. Pengobatan berfokus pada mengurangi nyeri, menangani komplikasi, dan mencegah ke
Dokumen tersebut merangkum tentang catamenial pneumothorax. Secara singkat, dokumen tersebut membahas tentang definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, epidemiologi, dan manifestasi klinis dari catamenial pneumothorax.
Terima kasih atas informasinya. Saya mengerti bahwa dokumen tersebut membahas upaya meminimalkan insiden Ventilator-associated Pneumonia (VAP) dengan melakukan dekontaminasi orofaring menggunakan larutan klorheksidin 0,2%.
Dokumen tersebut membahas tentang indikasi pasien masuk dan keluar ICU. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa pasien akan dimasukkan ke ICU jika memenuhi kriteria kebutuhan terapi intensif atau pemantauan, dengan memprioritaskan pasien yang membutuhkan terapi intensif. Sedangkan pasien akan dikeluarkan dari ICU jika kondisinya membaik dan tidak lagi membutuhkan terapi intensif. Kepala ICU bertanggung jawab menent
2. pengertian dasar perencanaan & pengendalian kualitasDiery Sipayung
Ìý
This document discusses concepts of quality management. It begins by defining quality from various perspectives such as fitness for use, conformance to requirements, and value perceived by the customer. It then outlines the evolution of quality management approaches from inspection to quality control to quality assurance to total quality management. Key thinkers in quality such as Deming, Juran, Crosby, Ishikawa, Garvin and others are discussed. Deming's famous 14 points for management are also summarized. The document provides an overview of the history and fundamental principles of quality management.
Dokumen tersebut membahas pengendalian mutu dalam proses produksi campuran aspal panas, mulai dari pengambilan contoh bahan baku, pengujian mutu bahan, proses produksi, hingga pengujian mutu hasil produksi untuk memastikan kualitas dan spesifikasi yang diinginkan terpenuhi. Frekuensi pengambilan contoh dan jenis pengujian ditentukan berdasarkan jenis dan jumlah bahan serta spesifikasi yang diisyaratkan.
Dokumen tersebut membahas pentingnya mutu dalam layanan laboratorium klinik. Mutu hasil pemeriksaan dan layanan yang memenuhi standar dapat meningkatkan kepercayaan pasien dan dokter, serta mendukung kelancaran bisnis laboratorium. Dokumen tersebut juga menjelaskan berbagai ukuran mutu seperti akurasi, presisi, sensitivitas, dan spesifisitas; serta penggunaan kontrol kualitas dan aturan Westgard untuk memantau kualitas
Dokumen tersebut membahas tentang pneumonia. Pneumonia adalah infeksi paru yang melibatkan ruang alveolus akibat kolonisasi mikroorganisme. Penyebab umum pneumonia adalah bakteri seperti Streptococcus pneumoniae. Gejala klinis pneumonia antara lain demam tinggi, batuk, dan sesak napas. Pemeriksaan radiologi seperti CT scan berguna untuk mendiagnosis dan memantau perkembangan pneumonia. Pengobatan pneumonia meliputi antibiotik dan perawatan suportif
Laporan kasus ini membahas seorang pasien laki-laki berusia 25 tahun yang mengalami kecelakaan lalu lintas dan menderita multipel trauma seperti hematothoraks, ruptur lien, dan fraktur tulang. Pasien menjalani operasi dan perawatan intensif selama 23 hari di ICU serta didiagnosis menderita VAP."
1. Dokumen tersebut membahas tentang empiema, yaitu kumpulan cairan eksudatif di rongga pleura yang berhubungan dengan infeksi paru.
2. Empiema dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti komplikasi pneumonia, trauma, operasi, tumor, dan infeksi di organ lain.
3. Penatalaksanaan empiema meliputi pemberian antibiotik, toraksosintesis, torakostomi, torakoskopi, dekortikasi, dan tor
1. Pneumonia merupakan peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus.
2. Pneumonia adalah penyebab utama kematian pada anak-anak di seluruh dunia.
3. Gejala klinis pneumonia antara lain demam, batuk, nafas pendek dan nyeri dada.
06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virustaufiqh2
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang Pneumocystis pneumonia (PCP) yang merupakan infeksi oportunistik serius pada penderita HIV. PCP disebabkan oleh jamur Pneumocystis jiroveci dan terjadi bila kadar CD4 rendah (<200 sel/mm3). Gejala klinisnya berupa sesak napas, demam, dan batuk tidak produktif. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan mikroskopis sputum atau BAL. Pengobatan utama adalah trimetoprim
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemberian antibiotik sebelum perkembangan Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) dengan risiko komplikasi infeksi awal atau akhir. Penelitian ini menggunakan studi retrospektif pada 39 pasien TEN di Republik Ceko dan Slovakia tahun 2000-2015. Hasilnya menunjukkan 18 pasien menggunakan antibiotik sebelum TEN dan rentan terhadap komplikasi infeksi a
Makalah ini membahas tentang pneumonia yang merupakan infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur. Tanda dan gejalanya meliputi batuk berdahak, nyeri dada, demam, dan sesak napas. Pemeriksaan laboratorium dan rontgen dada dapat membantu diagnosis. Pengobatan berfokus pada antibiotik, oksigenasi, dan terapi suportif seperti istirahat dan cairan. Penatalaksanaan keperawatan mencakup pemberian
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumoniakhairil10
Ìý
Pneumonia merupakan masalah kesehatan global yang menyebabkan kematian tinggi, terutama di negara berkembang. Dokumen menjelaskan pengertian, etiologi, patofisiologi, dan manifestasi klinis pneumonia pada anak, termasuk gejala seperti demam tinggi, napas cepat dan sesak. Faktor risiko terjadinya pneumonia antara lain status gizi buruk, infeksi virus atau bakteri, dan daya tahan tubuh rendah.
Pengaruh Penggunaan Pipa Endotrakea dengan Drainase Sekret SubglotisDimas W. Rangga
Ìý
[Ringkasan]
Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pipa endotrakea dengan drainase sekret subglotis dapat menurunkan kejadian ventilator associated pneumonia (VAP) di ICU rumah sakit bandung dibandingkan dengan pipa endotrakea standar. Analisis statistik menemukan perbedaan signifikan antara dua kelompok dalam kejadian VAP, dengan kejadian VAP lebih rendah pada kelompok yang menggunakan pipa endotrakea dengan drainase subglotis.
1. Dokumen tersebut membahas tentang peritonitis, yaitu peradangan pada membran peritoneum yang membungkus organ dalam perut. Peritonitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri melalui perforasi usus.
2. Data menunjukkan angka kasus peritonitis di Sumatera Barat cukup tinggi, sehingga diperlukan asuhan keperawatan yang memadai untuk mencegah komplikasi.
3. Tujuan studi kasus ini adalah untuk menerapkan
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...Wahid Husein
Ìý
Strategi penanggulangan rabies secara terintegrasi
Peraturan mengenai pengendalian rabies
Pengendalian rabies pada saat Pandemi COVID19
Kasus rabies pada hewan
Hasil vaksinasi rabies
Kendala yang dihadapi
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Wahid Husein
Ìý
Situasi rabies di dunia
Situasi rabies di Indonesia
Program rabies di Indonesia
Apa yang dilakukan ECTAD Indonesia
Tantangan utama
Rekomendasi ke depan
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGITANGKI4D
Ìý
Bagi kalian yang ingin mendapatkan kemenangan situs slot bonus kami merupakan saran terbaik buat kalian, hanya mengunakan modal rendah & penyedia bonus terbaik sepanjang masa
follow semua dan claim bonus dari kami #Tangki4dexclusive #tangki4dlink #tangki4dvip #bandarsbobet #idpro2025 #stargamingasia #situsjitu #jppragmaticplay #scatternagahitam
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptxekamaya6
Ìý
Vap
1. MATA AJAR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
UJIAN TENGAH SEMESTER
STUDI ANALISIS PERKEMBANGAN TEKNOLOGI : KEMAMPUAN
DESAIN BARU TABUNG ET UNTUK MENCEGAH VENTILATOR
ASSOCIATED PNEUMONIA
PENGAJAR : Rr TUTIK SRI HARYATI
DISUSUN OLEH :
WAHYU ROCHDIAT M
0906573774
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2010
2. ABSTRAK
Pneumonia terkait Ventilator (Ventilator Associated Pneumonia / VAP) didefinisikan
sebagai pneumonia nosokomial pada pasien pada didukung dengan ventilasi mekanik /
menggunakan ventilator (dengan tabung endotrakeal / ET tube atau trakeostomi) selama lebih
dari 48 jam. Estimasi insiden adalah sebesar 3% per hari selama 5 hari pertama, 2% per hari
selama 6-10 hari, dan 1% per hari setelah 10 hari. Hal ini kemungkinan lebih disebabkan
karena pemasangan tabung ET daripada kondisi pasen itu sendiri. Deem dan Miriam (2010)
dalam jurnalnya menjelaskan inovasi baru pada desain cuff ET yang diharapkan mampu
menurunkan insidensi VAP pada pasien yang terintubasi dan menggunakan ventilator untuk
alat bantu pernapasannya. Makalah ini membahas inovasi tersebut dan keefektifannya dalam
pencegahan VAP.
3. BAB I
LATAR BELAKANG
Pneumonia terkait Ventilator (Ventilator Associated Pneumonia / VAP) didefinisikan
sebagai pneumonia nosokomial pada pasien pada didukung dengan ventilasi mekanik /
menggunakan ventilator (dengan tabung endotrakeal / ET tube atau trakeostomi) selama lebih
dari 48 jam. Ventilator Associated Pneumonia merupakan komplikasi di sebanyak 28% dari
pasien yang menerima ventilasi mekanik. Insiden VAP meningkat seiring dengan
peningkatan durasi penggunaan ventilasi mekanik. Estimasi insiden adalah sebesar 3% per
hari selama 5 hari pertama, 2% per hari selama 6-10 hari, dan 1% per hari setelah 10 hari.
Tingkat kematian kasar untuk VAP adalah 27-76%. Pseudomonas atau Acinetobacter
pneumonia dikaitkan dengan peningkatan tingkat kematian dibandingkan dengan organisme
lain. Studi secara konsisten menunjukkan bahwa penundaan dalam memulai terapi antibiotik
yang sesuai dan dosis yang tepat dapat meningkatkan risiko kematian.
Peninjauan sistematis dan meta-analisis oleh Melsen et al tidak menemukan bukti
kematian disebabkan VAP pada pasien dengan trauma atau sindrom gangguan pernapasan
akut. Pemusatan data pada 17.347 pasien menunjukkan bahwa di antara pasien trauma, risiko
relatif diperkirakan adalah 1,09 (95% confidence interval [CI], 0,87-1,37), dan di antara
pasien dengan sindrom gangguan pernapasan akut, risiko relatif adalah 0,86 (95% CI, 0,72-
1,04). Melsen et al menemukan bukti untuk kematian yang timbul dari VAP antara
subkelompok pasien lain, tetapi risiko ini tidak dapat dihitung karena heterogenitas dalam
hasil studi. Hasil juga terkait dengan waktu terjadinya VAP. Awal-onset pneumonia terjadi
dalam 4 hari pertama rawat inap, sedangkan akhir-onset VAP terjadi 5 hari atau lebih setelah
masuk. Akhir-onset pneumonia biasanya dikaitkan dengan organisme Multi Drugs Resistance
(MDR).
Dengan fakta-fakta tersebut, sudah seharusnya dibutuhkan teknologi baru pada sistem
ventilator dan juga ET tube yang mungkin bisa menurunkan risiko terjadinya VAP pada
pasien-pasien yang benar-benar membutuhkan pemasangan ventilasi mekanik karena
kegagalan pernapasan. Tujuan dari makalah ini adalah membahas sebuah penemuan berupa
desain baru tabung endotrakheal atau ET tube yang diharapkan mampu mencegah terjadinya
VAP. Pada akhirnya, diharapkan dengan teknologi ini perkembangan pemberian asuhan
keperawatan pada pasien-pasien kritis di Intensive Care Unit (ICU) dapat terus ditingkatkan.
4. BAB II
KAJIAN LITERATUR
Pneumonia nosokomial merupakan komplikasi yang umum di
pasien dengan sakit kritis. Sebuah penelitian yang dilakukan di unit perawatan ICU rumah
sakit di Eropa dan melibatkan lebih
dari 10.000 pasien pneumonia, telah diidentifikasi bahwa kejadian
infeksi nosokomial yang paling umum, dengan keseluruhan prevalensi sebesar 10 %.
Ventilasi Mekanik atau ventilator secara konsisten
diidentifikasi sebagai faktor resiko terbesar untuk pengembangan
dari pneumonia nosokomial. Bahkan, ventilator associated
pneumonia (VAP) menyumbang 80-90% dari kasus
pneumonia nosokomial di pasien-pasien ICU. Hasil pengamatan ini
mungkin karena faktor yang terkait dengan
intubasi translaryngeal ketimbang dari faktor kerentanan pasien
dari keparahan penyakit. Insiden terjadinya VAP memiliki kisaran yang luas antara 5%
sampai 67%, tergantung dari jumlah populasi pasien
dan kriteria diagnostik pasien.
Insiden VAP meningkat seiring dengan peningkatan durasi penggunaan ventilasi
mekanik. Estimasi insiden adalah sebesar 3% per hari selama 5 hari pertama, 2% per hari
selama 6-10 hari, dan 1% per hari setelah 10 hari.
Tingkat kematian kasar untuk VAP adalah 27-76%. Pseudomonas atau Acinetobacter
pneumonia dikaitkan dengan peningkatan tingkat kematian dibandingkan dengan organisme
lain. Studi secara konsisten menunjukkan bahwa penundaan dalam memulai terapi antibiotik
yang sesuai dan dosis yang tepat dapat meningkatkan risiko kematian.
Peninjauan sistematis dan meta-analisis oleh Melsen et al tidak menemukan bukti
kematian disebabkan VAP pada pasien dengan trauma atau sindrom gangguan pernapasan
akut. Pemusatan data pada 17.347 pasien menunjukkan bahwa di antara pasien trauma, risiko
relatif diperkirakan adalah 1,09 (95% confidence interval [CI], 0,87-1,37), dan di antara
pasien dengan sindrom gangguan pernapasan akut, risiko relatif adalah 0,86 (95% CI, 0,72-
1,04). Melsen et al menemukan bukti untuk kematian yang timbul dari VAP antara
subkelompok pasien lain, tetapi risiko ini tidak dapat dihitung karena heterogenitas dalam
hasil studi. Hasil juga terkait dengan waktu terjadinya VAP. Awal-onset pneumonia terjadi
5. dalam 4 hari pertama rawat inap, sedangkan akhir-onset VAP terjadi 5 hari atau lebih setelah
masuk. Akhir-onset pneumonia biasanya dikaitkan dengan organisme Multi Drugs Resistance
(MDR).
Pneumonia terkait Ventilator (Ventilator Associated Pneumonia / VAP) didefinisikan
sebagai pneumonia nosokomial pada pasien pada didukung dengan ventilasi mekanik /
menggunakan ventilator (dengan tabung endotrakeal / ET tube atau trakeostomi) selama lebih
dari 48 jam. Selama bertahun-tahun, VAP telah didiagnosa oleh kriteria klinis yang
diterbitkan oleh Johanson et al pada tahun 1972, yang meliputi penampilan leukositosis baru
atau progresif paru menyusup, demam dan sekresi tracheobronchial bernanah, namun kriteria
ini tidak spesifik.
Pada pasien ventilasi mekanik, demam dapat disebabkan oleh reaksi obat, infeksi
paru, transfusi darah, atau peradangan paru. Infiltrat paru mungkin karena perdarahan paru,
aspirasi kimia, efusi pleura, gagal jantung kongestif, atau tumor. Baik demam dan infiltrat
paru terjadi di fibroproliferation dari sindrom gangguan pernapasan akut akhir, atelektasis,
dan emboli paru, serta VAP. Budaya aspirasi trakea tidak sangat berguna dalam
menyebabkan VAP.
Ventilator Associated Pneumonia dapat secara akurat didiagnosa oleh salah satu dari
beberapa kriteria standar: pemeriksaan histopatologi jaringan paru yang diperoleh dengan
biopsi paru terbuka, kavitasi cepat dari paru menyusup tanpa adanya kanker atau TBC, kultur
cairan pleura positif, spesies yang sama dengan antibiogram sama terisolasi dari darah dan
sekresi pernafasan tanpa sumber lain yang dapat diidentifikasi bakteremia, dan pemeriksaan
histopatologi jaringan paru pada autopsi (4). Namun, kriteria ini didasarkan pada prosedur
invasif untuk memperoleh jaringan paru-paru atau pada manifestasi tidak umum atau
komplikasi VAP. Mengingat sifat invasif biopsi paru-paru dan jarang terjadinya manifestasi
lain yang digunakan sebagai kriteria standar, pendekatan lain diperlukan untuk diagnosis
definitif VAP.
Ventilator Associated Pneumonia hasil dari invasi pada saluran pernafasan bawah
dan parenkim paru oleh mikroorganisme. Intubasi kompromi integritas dari orofaring dan
trakea dan memungkinkan sekresi oral dan lambung untuk masuk ke saluran udara lebih
rendah.
Baru-baru ini, upaya-upaya difokuskan pada upaya memodifikasi komposisi dan
desain cuff ETT untuk mencegah pembentukan microaspiration seperti dilaporkan oleh
Deem dan Miriam (2010). Beberapa studi telah menemukan bahwa tabung trakea yang
memiliki cuff dari poliuretan atau silikon mencegah kebocoran sekitar cuff, dibandingkan
6. dengan cuff konvensional yang terbuat dari polyvinylchloride, baik in vitro dan in vivo.
Sebuah uji coba secara acak pada pasien dalam jumlah kecil yang menjalani bedah jantung
ditemukan bahwa intubasi trakea dengan tabung poliuretan dikaitkan dengan penurunan
kejadian pnemonia pasca operasi awal, dibandingkan dengan intubasi dengan tabung polivinil
klorida-tradisional (23% vs 42%).
Hasil pendahuluan dari studi yang membandingkan insidensi VAP sebelum dan
sesudah pemasangan tabung poliuretan ditemukan bahwa tingkat VAP berkurang dari 5,5 /
1.000 menjadi 2,8 / 1.000 hari pemasangan ventilator. Penelitian acak lain yang
membandingkan antara tabung poliuretan dan tabung konvensional pada pasien ICU medis
dan bedah menemukan penurunan signifikan dalam kejadian VAP antara pasien yang
menggunakan tabung khusus (22% vs 8%) . Baik dari percobaan acak di atas terdeteksi
perbedaan dalam durasi ventilasi mekanis, lama tinggal di ICU, atau mortalitas antara
kelompok. Data tentang efektivitas biaya untuk perangkat ini belum dilaporkan. Jadi, perlu
lebih banyak data sebelum tabung ET poliuretan dapat direkomendasikan sebagai
pencegahan VAP luas. Gambar di bawah menunjukkan perbandingan antara tabung ET
poliuretan (tabung kiri) dengan tabung ET konvensional (tabung kanan).
Pada gambar A terlihat bahwa cairan sama-sama berada di atas cuff yang sudah
mengembang dari kedua tabung ET, tetapi lima belas menit kemudian dapat dilihat bahwa
cairan pada tabung ET poliuretan tetap berada di atas cuff yang mengembang sedangkan pada
tabung ET konvensional, cairan turun ke bawah cuff . Hal inilah yang dapat menyebabkan
terjadinya VAP karena saat tabung ET dibersihkan dengan suction cairan di bawah cuff tidak
dapat disedot sehingga menyebabkan pertumbuhan bakteri pada tabung ET yang nantinya
dapat berkontribusi munculnya infeksi paru.
Selain pengembangan teknologi tabung ET yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam
upaya untuk membatasi kolonisasi bakteri pada lumen ETT, peneliti telah mempelajari
tabung ET yang dilapisi atau diresapi dengan perak, perak sulfiadiazine, dan perak
sulfadiazin ditambah chlorhexidine. Karena kekhawatiran tentang reaksi hipersensitivitas ke
7. perangkat yang memakai zat chlorhexidine, agen ini menjadi tidak disukai sebagai pelapis
sulfadiazin.
Pelapisan tabung ET dengan perak telah ditunjukkan mampu untuk mencegah
kolonisasi bakteri pada lumen ETT dalam penelitian laboratorium dan penelitian pada pasien
yang mengalamai intubasi jangka pendek.
Lumen ETT yang dilapisi perak adalah yang terbaik sebagai antibakteri dari hasil-hasil
penelitian yang sudah dilakukan. Studi pra-klinis dan percobaan klinis dalam skala kecil telah
mendokumentasikan adanya penurunan kolonisasi bakteri pada tabung internal ET yang
dilapisi dengan perak. Selanjutnya, uji coba secara acak dalam skala besar pada 2.003 pasien
untuk intubasi trakea baik dengan tabung ET konvensional dibandingkan dengan tabung ET
yang dilapisi dengan perak, didapatkan hasil bahwa insiden VAP lebih rendah pada
kelompok pasien yang selama 24 jam menggunakan tabung ET yang berlapis perak (4,8% vs
7,5%,bP 0,03).
Lebih penting, dan seperti yang diharapkan, insiden VAP relatif
rendah dalam penelitian itu, tidak ada faktor lain selain pengaruh tabung ET berlapis perak di
hasil klinis yang lain yang bermakna, seperti durasi pemasangan ventilasi mekanik, atau lama
rawat di ICU, atau lama rawat di rumah sakit. Tetapi, ada kecenderungan mengkhawatirkan
terhadap peningkatan mortalitas pada pasien yang terpasang tabung ET berlapis perak (30,9%
vs 27,3%, P 0,08). Mengingat hal ini dan adanya data tentang kurangnya keefektifan biaya
karena penggunaan perangkat ini membutuhkan biaya yang relatif mahal, tabung ET berlapis
perak tidak dapat direkomendasikan sebagai intervensi preventif VAP-standar, dan
diperlukan penyelidikan lebih lanjut.
8. BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pasien yang mengalami kegagalan napas harus mendapatkan intervensi berupa
intubasi tabung ET yang disambungkan dengan ventilator. Hanya saja pemasangan ET dalam
waktu yang lama ternyata terbukti meningkatkan risiko terjadinya Ventilator Associated
Pneumonia (VAP) yang dapat menyebabkan kematian. Beberapa inovasi desain tabung ET
telah dilaporkan dalam berbagai jurnal seperti desain baru cuff ET yang terbuat dari
poliuretan. Desain ini ternyata mampu mencegah kebocoran pada cuff ET sehingga tidak
terjadi penumpukan cairan atau secret dimana penumpukan ini dapat memunculkan
pertumbuhan bakteri yang menyebabkan VAP. Sayangnya data keefektifan biaya akibat
penggunaan desain baru cuff ini tidak ditunjukkan.
Penggunaan desain cuff ET baru ini diharapkan nantinya dapat meningkatkan kualitas
penanganan pasien kritis termasuk kualitas asuhan keperawatan pada pasien yang dirawat di
ICU, karena perawat kritis berada 24 jam di samping pasien dan sering melakukan intevensi
yang berkaitan dengan perawatan tabung ET.
9. DAFTAR PUSTAKA
Amanullah, Shakeel, 2010, Ventilator-Associated Pneumonia, Medscape e-medicine,
http://emedicine.medscape.com/, didownload tanggal 24 Oktober 2010
Amitai, Allon, 2009, Ventilator Management, Medscape e-medicine,
http://emedicine.medscape.com/, didownload tanggal 24 Oktober 2010
Burton, John H., 2010, Verification of Endotracheal Tube Placement, http://www.acep.org/,
didownload tanggal 24 Oktober 2010
C. Dugdale, David, 2009, Hospital-acquired pneumonia,
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/, didownload tanggal 24 Oktober 2010
Chua, W L, 2002, A Defective Endotracheal Tube, Singapore Med J 2002 Vol 43(9) : 476-
478, http://www.sma.org.sg/smj/4309/4309cr1.pdf, didownload tanggal 24 Oktober
2010
Ivun, 2010, Home Ventilator Guide, http://www.ventusers.org/edu/HomeVentGuide,
didownload tanggal 24 Oktober 2010
Mayhall, C. Glen, 2001, Ventilator-Associated Pneumonia or Not? Contemporary Diagnosis,
http://www.cdc.gov/ncidod/eid/vol7no2/, didownload tanggal 24 Oktober 2010
NN ,2010, Ventilator-Associated Pneumonia: Resources for Patients and Healthcare
Providers, http://www.cdc.gov/ncidod/dhqp/, didownload tanggal 24 Oktober 2010
T Wratney, Angela, 2006, AARC Clinical Practice Guideline Removal of the Endotracheal
Tube — 2007 Revision & Update,
http://www.rcjournal.com/cpgs/pdf/removal_of_endotracheal_tube.pdf, didownload
tanggal 24 Oktober 2010
Tarczy-Hornoch, Peter, 2008, Mechanical Ventilators,
http://depts.washington.edu/nicuweb/NICU-WEB/, didownload tanggal 24 Oktober
2010