ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
MATA AJAR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


              UJIAN TENGAH SEMESTER
STUDI ANALISIS PERKEMBANGAN TEKNOLOGI : KEMAMPUAN
 DESAIN BARU TABUNG ET UNTUK MENCEGAH VENTILATOR
               ASSOCIATED PNEUMONIA


             PENGAJAR : Rr TUTIK SRI HARYATI




                    DISUSUN OLEH :
                 WAHYU ROCHDIAT M
                       0906573774




         PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
          KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA
           FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
               UNIVERSITAS INDONESIA
                          2010
ABSTRAK


        Pneumonia terkait Ventilator (Ventilator Associated Pneumonia / VAP) didefinisikan
sebagai pneumonia nosokomial pada pasien pada didukung dengan ventilasi mekanik /
menggunakan ventilator (dengan tabung endotrakeal / ET tube atau trakeostomi) selama lebih
dari 48 jam. Estimasi insiden adalah sebesar 3% per hari selama 5 hari pertama, 2% per hari
selama 6-10 hari, dan 1% per hari setelah 10 hari. Hal ini kemungkinan lebih disebabkan
karena pemasangan tabung ET daripada kondisi pasen itu sendiri. Deem dan Miriam (2010)
dalam jurnalnya menjelaskan inovasi baru pada desain cuff ET yang diharapkan mampu
menurunkan insidensi VAP pada pasien yang terintubasi dan menggunakan ventilator untuk
alat bantu pernapasannya. Makalah ini membahas inovasi tersebut dan keefektifannya dalam
pencegahan VAP.
BAB I
                                   LATAR BELAKANG




       Pneumonia terkait Ventilator (Ventilator Associated Pneumonia / VAP) didefinisikan
sebagai pneumonia nosokomial pada pasien pada didukung dengan ventilasi mekanik /
menggunakan ventilator (dengan tabung endotrakeal / ET tube atau trakeostomi) selama lebih
dari 48 jam. Ventilator Associated Pneumonia merupakan komplikasi di sebanyak 28% dari
pasien yang menerima ventilasi mekanik. Insiden VAP meningkat seiring dengan
peningkatan durasi penggunaan ventilasi mekanik. Estimasi insiden adalah sebesar 3% per
hari selama 5 hari pertama, 2% per hari selama 6-10 hari, dan 1% per hari setelah 10 hari.
       Tingkat kematian kasar untuk VAP adalah 27-76%. Pseudomonas atau Acinetobacter
pneumonia dikaitkan dengan peningkatan tingkat kematian dibandingkan dengan organisme
lain. Studi secara konsisten menunjukkan bahwa penundaan dalam memulai terapi antibiotik
yang sesuai dan dosis yang tepat dapat meningkatkan risiko kematian.
       Peninjauan sistematis dan meta-analisis oleh Melsen et al tidak menemukan bukti
kematian disebabkan VAP pada pasien dengan trauma atau sindrom gangguan pernapasan
akut. Pemusatan data pada 17.347 pasien menunjukkan bahwa di antara pasien trauma, risiko
relatif diperkirakan adalah 1,09 (95% confidence interval [CI], 0,87-1,37), dan di antara
pasien dengan sindrom gangguan pernapasan akut, risiko relatif adalah 0,86 (95% CI, 0,72-
1,04). Melsen et al menemukan bukti untuk kematian yang timbul dari VAP antara
subkelompok pasien lain, tetapi risiko ini tidak dapat dihitung karena heterogenitas dalam
hasil studi. Hasil juga terkait dengan waktu terjadinya VAP. Awal-onset pneumonia terjadi
dalam 4 hari pertama rawat inap, sedangkan akhir-onset VAP terjadi 5 hari atau lebih setelah
masuk. Akhir-onset pneumonia biasanya dikaitkan dengan organisme Multi Drugs Resistance
(MDR).
       Dengan fakta-fakta tersebut, sudah seharusnya dibutuhkan teknologi baru pada sistem
ventilator dan juga ET tube yang mungkin bisa menurunkan risiko terjadinya VAP pada
pasien-pasien yang benar-benar membutuhkan pemasangan ventilasi mekanik karena
kegagalan pernapasan. Tujuan dari makalah ini adalah membahas sebuah penemuan berupa
desain baru tabung endotrakheal atau ET tube yang diharapkan mampu mencegah terjadinya
VAP. Pada akhirnya, diharapkan dengan teknologi ini perkembangan pemberian asuhan
keperawatan pada pasien-pasien kritis di Intensive Care Unit (ICU) dapat terus ditingkatkan.
BAB II
                                           KAJIAN LITERATUR




       Pneumonia           nosokomial          merupakan            komplikasi          yang           umum       di
pasien dengan sakit kritis. Sebuah penelitian yang dilakukan di unit perawatan ICU rumah
sakit                di               Eropa                  dan                    melibatkan                 lebih
dari       10.000         pasien      pneumonia,       telah          diidentifikasi         bahwa        kejadian
infeksi nosokomial yang paling umum, dengan keseluruhan prevalensi sebesar 10 %.
Ventilasi             Mekanik              atau              ventilator                secara            konsisten
diidentifikasi        sebagai         faktor       resiko           terbesar         untuk         pengembangan
dari         pneumonia               nosokomial.             Bahkan,                ventilator          associated
pneumonia                 (VAP)            menyumbang                   80-90%                  dari          kasus
pneumonia           nosokomial        di       pasien-pasien         ICU.        Hasil       pengamatan          ini
mungkin                   karena            faktor                  yang               terkait             dengan
intubasi         translaryngeal         ketimbang            dari          faktor        kerentanan           pasien
dari keparahan penyakit. Insiden terjadinya VAP memiliki kisaran yang luas antara 5%
sampai           67%,              tergantung         dari            jumlah             populasi             pasien
dan kriteria diagnostik pasien.
       Insiden VAP meningkat seiring dengan peningkatan durasi penggunaan ventilasi
mekanik. Estimasi insiden adalah sebesar 3% per hari selama 5 hari pertama, 2% per hari
selama 6-10 hari, dan 1% per hari setelah 10 hari.
       Tingkat kematian kasar untuk VAP adalah 27-76%. Pseudomonas atau Acinetobacter
pneumonia dikaitkan dengan peningkatan tingkat kematian dibandingkan dengan organisme
lain. Studi secara konsisten menunjukkan bahwa penundaan dalam memulai terapi antibiotik
yang sesuai dan dosis yang tepat dapat meningkatkan risiko kematian.
       Peninjauan sistematis dan meta-analisis oleh Melsen et al tidak menemukan bukti
kematian disebabkan VAP pada pasien dengan trauma atau sindrom gangguan pernapasan
akut. Pemusatan data pada 17.347 pasien menunjukkan bahwa di antara pasien trauma, risiko
relatif diperkirakan adalah 1,09 (95% confidence interval [CI], 0,87-1,37), dan di antara
pasien dengan sindrom gangguan pernapasan akut, risiko relatif adalah 0,86 (95% CI, 0,72-
1,04). Melsen et al menemukan bukti untuk kematian yang timbul dari VAP antara
subkelompok pasien lain, tetapi risiko ini tidak dapat dihitung karena heterogenitas dalam
hasil studi. Hasil juga terkait dengan waktu terjadinya VAP. Awal-onset pneumonia terjadi
dalam 4 hari pertama rawat inap, sedangkan akhir-onset VAP terjadi 5 hari atau lebih setelah
masuk. Akhir-onset pneumonia biasanya dikaitkan dengan organisme Multi Drugs Resistance
(MDR).
        Pneumonia terkait Ventilator (Ventilator Associated Pneumonia / VAP) didefinisikan
sebagai pneumonia nosokomial pada pasien pada didukung dengan ventilasi mekanik /
menggunakan ventilator (dengan tabung endotrakeal / ET tube atau trakeostomi) selama lebih
dari 48 jam. Selama bertahun-tahun, VAP telah didiagnosa oleh kriteria klinis yang
diterbitkan oleh Johanson et al pada tahun 1972, yang meliputi penampilan leukositosis baru
atau progresif paru menyusup, demam dan sekresi tracheobronchial bernanah, namun kriteria
ini tidak spesifik.
        Pada pasien ventilasi mekanik, demam dapat disebabkan oleh reaksi obat, infeksi
paru, transfusi darah, atau peradangan paru. Infiltrat paru mungkin karena perdarahan paru,
aspirasi kimia, efusi pleura, gagal jantung kongestif, atau tumor. Baik demam dan infiltrat
paru terjadi di fibroproliferation dari sindrom gangguan pernapasan akut akhir, atelektasis,
dan emboli paru, serta VAP. Budaya aspirasi trakea tidak sangat berguna dalam
menyebabkan VAP.
        Ventilator Associated Pneumonia dapat secara akurat didiagnosa oleh salah satu dari
beberapa kriteria standar: pemeriksaan histopatologi jaringan paru yang diperoleh dengan
biopsi paru terbuka, kavitasi cepat dari paru menyusup tanpa adanya kanker atau TBC, kultur
cairan pleura positif, spesies yang sama dengan antibiogram sama terisolasi dari darah dan
sekresi pernafasan tanpa sumber lain yang dapat diidentifikasi bakteremia, dan pemeriksaan
histopatologi jaringan paru pada autopsi (4). Namun, kriteria ini didasarkan pada prosedur
invasif untuk memperoleh jaringan paru-paru atau pada manifestasi tidak umum atau
komplikasi VAP. Mengingat sifat invasif biopsi paru-paru dan jarang terjadinya manifestasi
lain yang digunakan sebagai kriteria standar, pendekatan lain diperlukan untuk diagnosis
definitif VAP.
        Ventilator Associated Pneumonia hasil dari invasi pada saluran pernafasan bawah
dan parenkim paru oleh mikroorganisme. Intubasi kompromi integritas dari orofaring dan
trakea dan memungkinkan sekresi oral dan lambung untuk masuk ke saluran udara lebih
rendah.
        Baru-baru ini, upaya-upaya difokuskan pada upaya memodifikasi komposisi dan
desain cuff    ETT untuk mencegah pembentukan microaspiration seperti dilaporkan oleh
Deem dan Miriam (2010). Beberapa studi telah menemukan bahwa tabung trakea yang
memiliki cuff dari poliuretan atau silikon mencegah kebocoran sekitar cuff, dibandingkan
dengan cuff konvensional yang terbuat dari polyvinylchloride, baik in vitro dan in vivo.
Sebuah uji coba secara acak pada pasien dalam jumlah kecil yang menjalani bedah jantung
ditemukan bahwa intubasi trakea dengan tabung poliuretan dikaitkan dengan penurunan
kejadian pnemonia pasca operasi awal, dibandingkan dengan intubasi dengan tabung polivinil
klorida-tradisional (23% vs 42%).
       Hasil pendahuluan dari studi yang membandingkan insidensi VAP sebelum dan
sesudah pemasangan tabung poliuretan ditemukan bahwa tingkat VAP berkurang dari 5,5 /
1.000 menjadi 2,8 / 1.000 hari pemasangan ventilator. Penelitian acak lain yang
membandingkan antara tabung poliuretan dan tabung konvensional pada pasien ICU medis
dan bedah menemukan penurunan signifikan dalam kejadian VAP antara pasien yang
menggunakan tabung khusus (22% vs 8%) . Baik dari percobaan acak di atas terdeteksi
perbedaan dalam durasi ventilasi mekanis, lama tinggal di ICU, atau mortalitas antara
kelompok. Data tentang efektivitas biaya untuk perangkat ini belum dilaporkan. Jadi, perlu
lebih banyak data sebelum       tabung ET poliuretan dapat direkomendasikan sebagai
pencegahan VAP luas. Gambar di bawah menunjukkan perbandingan antara tabung ET
poliuretan (tabung kiri) dengan tabung ET konvensional (tabung kanan).




       Pada gambar A terlihat bahwa cairan sama-sama berada di atas cuff yang sudah
mengembang dari kedua tabung ET, tetapi lima belas menit kemudian dapat dilihat bahwa
cairan pada tabung ET poliuretan tetap berada di atas cuff yang mengembang sedangkan pada
tabung ET konvensional, cairan turun ke bawah cuff . Hal inilah yang dapat menyebabkan
terjadinya VAP karena saat tabung ET dibersihkan dengan suction cairan di bawah cuff tidak
dapat disedot sehingga menyebabkan pertumbuhan bakteri pada tabung ET yang nantinya
dapat berkontribusi munculnya infeksi paru.
       Selain pengembangan teknologi tabung ET yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam
upaya untuk membatasi kolonisasi bakteri pada lumen ETT, peneliti telah mempelajari
tabung ET yang dilapisi atau diresapi dengan perak, perak sulfiadiazine, dan perak
sulfadiazin ditambah chlorhexidine. Karena kekhawatiran tentang reaksi hipersensitivitas ke
perangkat yang memakai zat chlorhexidine, agen ini menjadi tidak disukai sebagai pelapis
sulfadiazin.
       Pelapisan tabung ET dengan perak telah ditunjukkan mampu untuk mencegah
kolonisasi bakteri pada lumen ETT dalam penelitian laboratorium dan penelitian pada pasien
yang              mengalamai                 intubasi                 jangka            pendek.
Lumen ETT yang dilapisi perak adalah yang terbaik sebagai antibakteri dari hasil-hasil
penelitian yang sudah dilakukan. Studi pra-klinis dan percobaan klinis dalam skala kecil telah
mendokumentasikan adanya penurunan kolonisasi bakteri pada tabung internal ET yang
dilapisi dengan perak. Selanjutnya, uji coba secara acak dalam skala besar pada 2.003 pasien
untuk intubasi trakea baik dengan tabung ET konvensional dibandingkan dengan tabung ET
yang dilapisi dengan perak, didapatkan hasil bahwa insiden VAP lebih rendah pada
kelompok pasien yang selama 24 jam menggunakan tabung ET yang berlapis perak (4,8% vs
7,5%,bP 0,03).
       Lebih     penting,   dan    seperti    yang      diharapkan,     insiden   VAP    relatif
rendah dalam penelitian itu, tidak ada faktor lain selain pengaruh tabung ET berlapis perak di
hasil klinis yang lain yang bermakna, seperti durasi pemasangan ventilasi mekanik, atau lama
rawat di ICU, atau lama rawat di rumah sakit. Tetapi, ada kecenderungan mengkhawatirkan
terhadap peningkatan mortalitas pada pasien yang terpasang tabung ET berlapis perak (30,9%
vs 27,3%, P 0,08). Mengingat hal ini dan adanya data tentang kurangnya keefektifan biaya
karena penggunaan perangkat ini membutuhkan biaya yang relatif mahal, tabung ET berlapis
perak tidak dapat direkomendasikan sebagai intervensi preventif                VAP-standar, dan
diperlukan penyelidikan lebih lanjut.
BAB III
                           KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


       Pasien yang mengalami kegagalan napas harus mendapatkan intervensi berupa
intubasi tabung ET yang disambungkan dengan ventilator. Hanya saja pemasangan ET dalam
waktu yang lama ternyata terbukti meningkatkan risiko terjadinya Ventilator Associated
Pneumonia (VAP) yang dapat menyebabkan kematian. Beberapa inovasi desain tabung ET
telah dilaporkan dalam berbagai jurnal seperti desain baru cuff ET yang terbuat dari
poliuretan. Desain ini ternyata mampu mencegah kebocoran pada cuff ET sehingga tidak
terjadi penumpukan cairan atau secret dimana penumpukan ini dapat memunculkan
pertumbuhan bakteri yang menyebabkan VAP. Sayangnya data keefektifan biaya akibat
penggunaan desain baru cuff ini tidak ditunjukkan.
       Penggunaan desain cuff ET baru ini diharapkan nantinya dapat meningkatkan kualitas
penanganan pasien kritis termasuk kualitas asuhan keperawatan pada pasien yang dirawat di
ICU, karena perawat kritis berada 24 jam di samping pasien dan sering melakukan intevensi
yang berkaitan dengan perawatan tabung ET.
DAFTAR PUSTAKA



Amanullah, Shakeel, 2010, Ventilator-Associated Pneumonia, Medscape e-medicine,
     http://emedicine.medscape.com/, didownload tanggal 24 Oktober 2010

Amitai,      Allon,    2009,    Ventilator    Management,      Medscape      e-medicine,
       http://emedicine.medscape.com/, didownload tanggal 24 Oktober 2010

Burton, John H., 2010, Verification of Endotracheal Tube Placement, http://www.acep.org/,
       didownload tanggal 24 Oktober 2010

C.       Dugdale,        David,       2009,        Hospital-acquired        pneumonia,
      http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/, didownload tanggal 24 Oktober 2010

Chua, W L, 2002, A Defective Endotracheal Tube, Singapore Med J 2002 Vol 43(9) : 476-
      478, http://www.sma.org.sg/smj/4309/4309cr1.pdf, didownload tanggal 24 Oktober
      2010

Ivun, 2010, Home Ventilator Guide, http://www.ventusers.org/edu/HomeVentGuide,
      didownload tanggal 24 Oktober 2010

Mayhall, C. Glen, 2001, Ventilator-Associated Pneumonia or Not? Contemporary Diagnosis,
      http://www.cdc.gov/ncidod/eid/vol7no2/, didownload tanggal 24 Oktober 2010

NN ,2010, Ventilator-Associated Pneumonia: Resources for Patients and Healthcare
     Providers, http://www.cdc.gov/ncidod/dhqp/, didownload tanggal 24 Oktober 2010

T Wratney, Angela, 2006, AARC Clinical Practice Guideline Removal of the Endotracheal
      Tube           —            2007          Revision           &          Update,
      http://www.rcjournal.com/cpgs/pdf/removal_of_endotracheal_tube.pdf, didownload
      tanggal 24 Oktober 2010

Tarczy-Hornoch,            Peter,         2008,       Mechanical         Ventilators,
       http://depts.washington.edu/nicuweb/NICU-WEB/, didownload tanggal 24 Oktober
       2010

More Related Content

What's hot (18)

Kanker paru
Kanker paruKanker paru
Kanker paru
su darto
Ìý
Tugas Kanker Paru (Ca. Lung)
Tugas Kanker Paru (Ca. Lung)Tugas Kanker Paru (Ca. Lung)
Tugas Kanker Paru (Ca. Lung)
dewisetiyana52
Ìý
Tumor paru
Tumor paruTumor paru
Tumor paru
M Ikromi
Ìý
Karsinoma paru
Karsinoma paruKarsinoma paru
Karsinoma paru
nuna can
Ìý
Kanker paru paru
Kanker paru paruKanker paru paru
Kanker paru paru
NY O
Ìý
Kanker paru pit 2014
Kanker paru pit 2014Kanker paru pit 2014
Kanker paru pit 2014
fadlyrambe
Ìý
Bab i
Bab iBab i
Bab i
Teguh Pribadi
Ìý
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat KankerAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
pjj_kemenkes
Ìý
Faktor faktor empisema
Faktor faktor empisemaFaktor faktor empisema
Faktor faktor empisema
ssuser4c22ca
Ìý
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan Emfisema
Amee Hidayat
Ìý
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat trauma dada
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat trauma dadaAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat trauma dada
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat trauma dada
pjj_kemenkes
Ìý
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
pjj_kemenkes
Ìý
Askep
Askep Askep
Askep
DwikiHarianto2
Ìý
Makalah peridarditis
Makalah peridarditisMakalah peridarditis
Makalah peridarditis
Operator Warnet Vast Raha
Ìý
Referat catamenial pneumothorax
Referat catamenial pneumothoraxReferat catamenial pneumothorax
Referat catamenial pneumothorax
geelieman1990
Ìý
Kanker paru
Kanker paruKanker paru
Kanker paru
su darto
Ìý
Tugas Kanker Paru (Ca. Lung)
Tugas Kanker Paru (Ca. Lung)Tugas Kanker Paru (Ca. Lung)
Tugas Kanker Paru (Ca. Lung)
dewisetiyana52
Ìý
Tumor paru
Tumor paruTumor paru
Tumor paru
M Ikromi
Ìý
Karsinoma paru
Karsinoma paruKarsinoma paru
Karsinoma paru
nuna can
Ìý
Kanker paru paru
Kanker paru paruKanker paru paru
Kanker paru paru
NY O
Ìý
Kanker paru pit 2014
Kanker paru pit 2014Kanker paru pit 2014
Kanker paru pit 2014
fadlyrambe
Ìý
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat KankerAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kanker
pjj_kemenkes
Ìý
Faktor faktor empisema
Faktor faktor empisemaFaktor faktor empisema
Faktor faktor empisema
ssuser4c22ca
Ìý
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan Emfisema
Amee Hidayat
Ìý
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat trauma dada
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat trauma dadaAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat trauma dada
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat trauma dada
pjj_kemenkes
Ìý
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
pjj_kemenkes
Ìý
Referat catamenial pneumothorax
Referat catamenial pneumothoraxReferat catamenial pneumothorax
Referat catamenial pneumothorax
geelieman1990
Ìý

Viewers also liked (7)

Mencegah VAP ( Ventilator Associated Pneumonia )
Mencegah VAP ( Ventilator Associated Pneumonia )Mencegah VAP ( Ventilator Associated Pneumonia )
Mencegah VAP ( Ventilator Associated Pneumonia )
Bambang Fadhil
Ìý
192446707 indikasi-pasien-masuk-icu
192446707 indikasi-pasien-masuk-icu192446707 indikasi-pasien-masuk-icu
192446707 indikasi-pasien-masuk-icu
the yulia
Ìý
2. pengertian dasar perencanaan & pengendalian kualitas
2. pengertian dasar perencanaan & pengendalian kualitas2. pengertian dasar perencanaan & pengendalian kualitas
2. pengertian dasar perencanaan & pengendalian kualitas
Diery Sipayung
Ìý
10 Pengendalian Mutu
10 Pengendalian Mutu10 Pengendalian Mutu
10 Pengendalian Mutu
Afianto Faisol
Ìý
Pelatihan Quality Control
Pelatihan Quality Control Pelatihan Quality Control
Pelatihan Quality Control
ferinurgianto
Ìý
Pedoman quality control
Pedoman quality controlPedoman quality control
Pedoman quality control
Joni Iswanto
Ìý
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sari
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sariSMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sari
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sari
sekolah maya
Ìý
Mencegah VAP ( Ventilator Associated Pneumonia )
Mencegah VAP ( Ventilator Associated Pneumonia )Mencegah VAP ( Ventilator Associated Pneumonia )
Mencegah VAP ( Ventilator Associated Pneumonia )
Bambang Fadhil
Ìý
192446707 indikasi-pasien-masuk-icu
192446707 indikasi-pasien-masuk-icu192446707 indikasi-pasien-masuk-icu
192446707 indikasi-pasien-masuk-icu
the yulia
Ìý
2. pengertian dasar perencanaan & pengendalian kualitas
2. pengertian dasar perencanaan & pengendalian kualitas2. pengertian dasar perencanaan & pengendalian kualitas
2. pengertian dasar perencanaan & pengendalian kualitas
Diery Sipayung
Ìý
10 Pengendalian Mutu
10 Pengendalian Mutu10 Pengendalian Mutu
10 Pengendalian Mutu
Afianto Faisol
Ìý
Pelatihan Quality Control
Pelatihan Quality Control Pelatihan Quality Control
Pelatihan Quality Control
ferinurgianto
Ìý
Pedoman quality control
Pedoman quality controlPedoman quality control
Pedoman quality control
Joni Iswanto
Ìý
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sari
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sariSMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sari
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sari
sekolah maya
Ìý

Similar to Vap (20)

VAP dkk......pptx dapat dibaca sebagai beberapa sumber
VAP dkk......pptx dapat dibaca sebagai beberapa sumberVAP dkk......pptx dapat dibaca sebagai beberapa sumber
VAP dkk......pptx dapat dibaca sebagai beberapa sumber
RomanSetiawan
Ìý
WORD Referat.docx
WORD Referat.docxWORD Referat.docx
WORD Referat.docx
NurulAisyahPaldar
Ìý
factor resiko bronkopneumonia after bornkoskopi fix.pptx
factor resiko bronkopneumonia after bornkoskopi fix.pptxfactor resiko bronkopneumonia after bornkoskopi fix.pptx
factor resiko bronkopneumonia after bornkoskopi fix.pptx
dethachaniago
Ìý
VAP di icu edit new.docx
VAP di icu  edit new.docxVAP di icu  edit new.docx
VAP di icu edit new.docx
KMAgusTriWismantara1
Ìý
Empiema
EmpiemaEmpiema
Empiema
AkbarSyarial
Ìý
Edi
EdiEdi
Edi
Operator Warnet Vast Raha
Ìý
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
ErdinataKusuma1
Ìý
06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus
06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus
06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus
taufiqh2
Ìý
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpn
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpnBab ii-tinjauan-pustaka-brpn
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpn
Nurleli Kurniati
Ìý
PPT md.pptx
PPT  md.pptxPPT  md.pptx
PPT md.pptx
ssuser888cf0
Ìý
Pelaporan HAIs_Kemenkes_OK untuk RUMAH SAKIT.pdf
Pelaporan HAIs_Kemenkes_OK untuk RUMAH SAKIT.pdfPelaporan HAIs_Kemenkes_OK untuk RUMAH SAKIT.pdf
Pelaporan HAIs_Kemenkes_OK untuk RUMAH SAKIT.pdf
NobyAhliAstronom
Ìý
Lung Ultrasound and Procalcitonin, improving antibiotics management
Lung Ultrasound and Procalcitonin,  improving antibiotics managementLung Ultrasound and Procalcitonin,  improving antibiotics management
Lung Ultrasound and Procalcitonin, improving antibiotics management
AdeliaGhosali1
Ìý
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
Yabniel Lit Jingga
Ìý
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumoniaAsuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
khairil10
Ìý
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpn
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpnBab ii-tinjauan-pustaka-brpn
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpn
Vic Scremo
Ìý
Pengaruh Penggunaan Pipa Endotrakea dengan Drainase Sekret Subglotis
Pengaruh Penggunaan Pipa Endotrakea dengan Drainase Sekret SubglotisPengaruh Penggunaan Pipa Endotrakea dengan Drainase Sekret Subglotis
Pengaruh Penggunaan Pipa Endotrakea dengan Drainase Sekret Subglotis
Dimas W. Rangga
Ìý
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitis
firman002
Ìý
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitis
firman002
Ìý
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitis
firman002
Ìý
VAP dkk......pptx dapat dibaca sebagai beberapa sumber
VAP dkk......pptx dapat dibaca sebagai beberapa sumberVAP dkk......pptx dapat dibaca sebagai beberapa sumber
VAP dkk......pptx dapat dibaca sebagai beberapa sumber
RomanSetiawan
Ìý
factor resiko bronkopneumonia after bornkoskopi fix.pptx
factor resiko bronkopneumonia after bornkoskopi fix.pptxfactor resiko bronkopneumonia after bornkoskopi fix.pptx
factor resiko bronkopneumonia after bornkoskopi fix.pptx
dethachaniago
Ìý
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
ErdinataKusuma1
Ìý
06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus
06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus
06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus
taufiqh2
Ìý
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpn
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpnBab ii-tinjauan-pustaka-brpn
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpn
Nurleli Kurniati
Ìý
Pelaporan HAIs_Kemenkes_OK untuk RUMAH SAKIT.pdf
Pelaporan HAIs_Kemenkes_OK untuk RUMAH SAKIT.pdfPelaporan HAIs_Kemenkes_OK untuk RUMAH SAKIT.pdf
Pelaporan HAIs_Kemenkes_OK untuk RUMAH SAKIT.pdf
NobyAhliAstronom
Ìý
Lung Ultrasound and Procalcitonin, improving antibiotics management
Lung Ultrasound and Procalcitonin,  improving antibiotics managementLung Ultrasound and Procalcitonin,  improving antibiotics management
Lung Ultrasound and Procalcitonin, improving antibiotics management
AdeliaGhosali1
Ìý
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumoniaAsuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
khairil10
Ìý
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpn
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpnBab ii-tinjauan-pustaka-brpn
Bab ii-tinjauan-pustaka-brpn
Vic Scremo
Ìý
Pengaruh Penggunaan Pipa Endotrakea dengan Drainase Sekret Subglotis
Pengaruh Penggunaan Pipa Endotrakea dengan Drainase Sekret SubglotisPengaruh Penggunaan Pipa Endotrakea dengan Drainase Sekret Subglotis
Pengaruh Penggunaan Pipa Endotrakea dengan Drainase Sekret Subglotis
Dimas W. Rangga
Ìý
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitis
firman002
Ìý
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitis
firman002
Ìý
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitis
firman002
Ìý

Recently uploaded (20)

RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
Wahid Husein
Ìý
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus GestasionalKonsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.pptRencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Wahid Husein
Ìý
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusiaPertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
TugasHSE
Ìý
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdfmateri buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
dkmalhidayahbogor
Ìý
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAPDokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan KedokteranBeban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
ElizabethFang1
Ìý
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensiBimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
ReviYulia
Ìý
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Wahid Husein
Ìý
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
ssuserf5305e
Ìý
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
junita92
Ìý
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptxPPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
rinjani13
Ìý
Aspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusia
Aspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusiaAspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusia
Aspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusia
AlterGlenKakisina
Ìý
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdfpenyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
NuyungLuvlivi
Ìý
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Wahid Husein
Ìý
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus GestasionalAsuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
JulimuhamadKartiko
Ìý
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
TANGKI4D
Ìý
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptxLaporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
idman3
Ìý
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptxppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ekamaya6
Ìý
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
Wahid Husein
Ìý
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus GestasionalKonsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.pptRencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Wahid Husein
Ìý
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusiaPertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
TugasHSE
Ìý
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdfmateri buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
dkmalhidayahbogor
Ìý
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAPDokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan KedokteranBeban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
ElizabethFang1
Ìý
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensiBimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
ReviYulia
Ìý
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Wahid Husein
Ìý
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
ssuserf5305e
Ìý
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
junita92
Ìý
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptxPPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
rinjani13
Ìý
Aspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusia
Aspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusiaAspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusia
Aspek Fisikokimia Obat pada tubuh manusia
AlterGlenKakisina
Ìý
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdfpenyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
NuyungLuvlivi
Ìý
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Wahid Husein
Ìý
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus GestasionalAsuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
JulimuhamadKartiko
Ìý
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
TANGKI4D
Ìý
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptxLaporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
idman3
Ìý
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptxppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ekamaya6
Ìý

Vap

  • 1. MATA AJAR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN UJIAN TENGAH SEMESTER STUDI ANALISIS PERKEMBANGAN TEKNOLOGI : KEMAMPUAN DESAIN BARU TABUNG ET UNTUK MENCEGAH VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA PENGAJAR : Rr TUTIK SRI HARYATI DISUSUN OLEH : WAHYU ROCHDIAT M 0906573774 PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2010
  • 2. ABSTRAK Pneumonia terkait Ventilator (Ventilator Associated Pneumonia / VAP) didefinisikan sebagai pneumonia nosokomial pada pasien pada didukung dengan ventilasi mekanik / menggunakan ventilator (dengan tabung endotrakeal / ET tube atau trakeostomi) selama lebih dari 48 jam. Estimasi insiden adalah sebesar 3% per hari selama 5 hari pertama, 2% per hari selama 6-10 hari, dan 1% per hari setelah 10 hari. Hal ini kemungkinan lebih disebabkan karena pemasangan tabung ET daripada kondisi pasen itu sendiri. Deem dan Miriam (2010) dalam jurnalnya menjelaskan inovasi baru pada desain cuff ET yang diharapkan mampu menurunkan insidensi VAP pada pasien yang terintubasi dan menggunakan ventilator untuk alat bantu pernapasannya. Makalah ini membahas inovasi tersebut dan keefektifannya dalam pencegahan VAP.
  • 3. BAB I LATAR BELAKANG Pneumonia terkait Ventilator (Ventilator Associated Pneumonia / VAP) didefinisikan sebagai pneumonia nosokomial pada pasien pada didukung dengan ventilasi mekanik / menggunakan ventilator (dengan tabung endotrakeal / ET tube atau trakeostomi) selama lebih dari 48 jam. Ventilator Associated Pneumonia merupakan komplikasi di sebanyak 28% dari pasien yang menerima ventilasi mekanik. Insiden VAP meningkat seiring dengan peningkatan durasi penggunaan ventilasi mekanik. Estimasi insiden adalah sebesar 3% per hari selama 5 hari pertama, 2% per hari selama 6-10 hari, dan 1% per hari setelah 10 hari. Tingkat kematian kasar untuk VAP adalah 27-76%. Pseudomonas atau Acinetobacter pneumonia dikaitkan dengan peningkatan tingkat kematian dibandingkan dengan organisme lain. Studi secara konsisten menunjukkan bahwa penundaan dalam memulai terapi antibiotik yang sesuai dan dosis yang tepat dapat meningkatkan risiko kematian. Peninjauan sistematis dan meta-analisis oleh Melsen et al tidak menemukan bukti kematian disebabkan VAP pada pasien dengan trauma atau sindrom gangguan pernapasan akut. Pemusatan data pada 17.347 pasien menunjukkan bahwa di antara pasien trauma, risiko relatif diperkirakan adalah 1,09 (95% confidence interval [CI], 0,87-1,37), dan di antara pasien dengan sindrom gangguan pernapasan akut, risiko relatif adalah 0,86 (95% CI, 0,72- 1,04). Melsen et al menemukan bukti untuk kematian yang timbul dari VAP antara subkelompok pasien lain, tetapi risiko ini tidak dapat dihitung karena heterogenitas dalam hasil studi. Hasil juga terkait dengan waktu terjadinya VAP. Awal-onset pneumonia terjadi dalam 4 hari pertama rawat inap, sedangkan akhir-onset VAP terjadi 5 hari atau lebih setelah masuk. Akhir-onset pneumonia biasanya dikaitkan dengan organisme Multi Drugs Resistance (MDR). Dengan fakta-fakta tersebut, sudah seharusnya dibutuhkan teknologi baru pada sistem ventilator dan juga ET tube yang mungkin bisa menurunkan risiko terjadinya VAP pada pasien-pasien yang benar-benar membutuhkan pemasangan ventilasi mekanik karena kegagalan pernapasan. Tujuan dari makalah ini adalah membahas sebuah penemuan berupa desain baru tabung endotrakheal atau ET tube yang diharapkan mampu mencegah terjadinya VAP. Pada akhirnya, diharapkan dengan teknologi ini perkembangan pemberian asuhan keperawatan pada pasien-pasien kritis di Intensive Care Unit (ICU) dapat terus ditingkatkan.
  • 4. BAB II KAJIAN LITERATUR Pneumonia nosokomial merupakan komplikasi yang umum di pasien dengan sakit kritis. Sebuah penelitian yang dilakukan di unit perawatan ICU rumah sakit di Eropa dan melibatkan lebih dari 10.000 pasien pneumonia, telah diidentifikasi bahwa kejadian infeksi nosokomial yang paling umum, dengan keseluruhan prevalensi sebesar 10 %. Ventilasi Mekanik atau ventilator secara konsisten diidentifikasi sebagai faktor resiko terbesar untuk pengembangan dari pneumonia nosokomial. Bahkan, ventilator associated pneumonia (VAP) menyumbang 80-90% dari kasus pneumonia nosokomial di pasien-pasien ICU. Hasil pengamatan ini mungkin karena faktor yang terkait dengan intubasi translaryngeal ketimbang dari faktor kerentanan pasien dari keparahan penyakit. Insiden terjadinya VAP memiliki kisaran yang luas antara 5% sampai 67%, tergantung dari jumlah populasi pasien dan kriteria diagnostik pasien. Insiden VAP meningkat seiring dengan peningkatan durasi penggunaan ventilasi mekanik. Estimasi insiden adalah sebesar 3% per hari selama 5 hari pertama, 2% per hari selama 6-10 hari, dan 1% per hari setelah 10 hari. Tingkat kematian kasar untuk VAP adalah 27-76%. Pseudomonas atau Acinetobacter pneumonia dikaitkan dengan peningkatan tingkat kematian dibandingkan dengan organisme lain. Studi secara konsisten menunjukkan bahwa penundaan dalam memulai terapi antibiotik yang sesuai dan dosis yang tepat dapat meningkatkan risiko kematian. Peninjauan sistematis dan meta-analisis oleh Melsen et al tidak menemukan bukti kematian disebabkan VAP pada pasien dengan trauma atau sindrom gangguan pernapasan akut. Pemusatan data pada 17.347 pasien menunjukkan bahwa di antara pasien trauma, risiko relatif diperkirakan adalah 1,09 (95% confidence interval [CI], 0,87-1,37), dan di antara pasien dengan sindrom gangguan pernapasan akut, risiko relatif adalah 0,86 (95% CI, 0,72- 1,04). Melsen et al menemukan bukti untuk kematian yang timbul dari VAP antara subkelompok pasien lain, tetapi risiko ini tidak dapat dihitung karena heterogenitas dalam hasil studi. Hasil juga terkait dengan waktu terjadinya VAP. Awal-onset pneumonia terjadi
  • 5. dalam 4 hari pertama rawat inap, sedangkan akhir-onset VAP terjadi 5 hari atau lebih setelah masuk. Akhir-onset pneumonia biasanya dikaitkan dengan organisme Multi Drugs Resistance (MDR). Pneumonia terkait Ventilator (Ventilator Associated Pneumonia / VAP) didefinisikan sebagai pneumonia nosokomial pada pasien pada didukung dengan ventilasi mekanik / menggunakan ventilator (dengan tabung endotrakeal / ET tube atau trakeostomi) selama lebih dari 48 jam. Selama bertahun-tahun, VAP telah didiagnosa oleh kriteria klinis yang diterbitkan oleh Johanson et al pada tahun 1972, yang meliputi penampilan leukositosis baru atau progresif paru menyusup, demam dan sekresi tracheobronchial bernanah, namun kriteria ini tidak spesifik. Pada pasien ventilasi mekanik, demam dapat disebabkan oleh reaksi obat, infeksi paru, transfusi darah, atau peradangan paru. Infiltrat paru mungkin karena perdarahan paru, aspirasi kimia, efusi pleura, gagal jantung kongestif, atau tumor. Baik demam dan infiltrat paru terjadi di fibroproliferation dari sindrom gangguan pernapasan akut akhir, atelektasis, dan emboli paru, serta VAP. Budaya aspirasi trakea tidak sangat berguna dalam menyebabkan VAP. Ventilator Associated Pneumonia dapat secara akurat didiagnosa oleh salah satu dari beberapa kriteria standar: pemeriksaan histopatologi jaringan paru yang diperoleh dengan biopsi paru terbuka, kavitasi cepat dari paru menyusup tanpa adanya kanker atau TBC, kultur cairan pleura positif, spesies yang sama dengan antibiogram sama terisolasi dari darah dan sekresi pernafasan tanpa sumber lain yang dapat diidentifikasi bakteremia, dan pemeriksaan histopatologi jaringan paru pada autopsi (4). Namun, kriteria ini didasarkan pada prosedur invasif untuk memperoleh jaringan paru-paru atau pada manifestasi tidak umum atau komplikasi VAP. Mengingat sifat invasif biopsi paru-paru dan jarang terjadinya manifestasi lain yang digunakan sebagai kriteria standar, pendekatan lain diperlukan untuk diagnosis definitif VAP. Ventilator Associated Pneumonia hasil dari invasi pada saluran pernafasan bawah dan parenkim paru oleh mikroorganisme. Intubasi kompromi integritas dari orofaring dan trakea dan memungkinkan sekresi oral dan lambung untuk masuk ke saluran udara lebih rendah. Baru-baru ini, upaya-upaya difokuskan pada upaya memodifikasi komposisi dan desain cuff ETT untuk mencegah pembentukan microaspiration seperti dilaporkan oleh Deem dan Miriam (2010). Beberapa studi telah menemukan bahwa tabung trakea yang memiliki cuff dari poliuretan atau silikon mencegah kebocoran sekitar cuff, dibandingkan
  • 6. dengan cuff konvensional yang terbuat dari polyvinylchloride, baik in vitro dan in vivo. Sebuah uji coba secara acak pada pasien dalam jumlah kecil yang menjalani bedah jantung ditemukan bahwa intubasi trakea dengan tabung poliuretan dikaitkan dengan penurunan kejadian pnemonia pasca operasi awal, dibandingkan dengan intubasi dengan tabung polivinil klorida-tradisional (23% vs 42%). Hasil pendahuluan dari studi yang membandingkan insidensi VAP sebelum dan sesudah pemasangan tabung poliuretan ditemukan bahwa tingkat VAP berkurang dari 5,5 / 1.000 menjadi 2,8 / 1.000 hari pemasangan ventilator. Penelitian acak lain yang membandingkan antara tabung poliuretan dan tabung konvensional pada pasien ICU medis dan bedah menemukan penurunan signifikan dalam kejadian VAP antara pasien yang menggunakan tabung khusus (22% vs 8%) . Baik dari percobaan acak di atas terdeteksi perbedaan dalam durasi ventilasi mekanis, lama tinggal di ICU, atau mortalitas antara kelompok. Data tentang efektivitas biaya untuk perangkat ini belum dilaporkan. Jadi, perlu lebih banyak data sebelum tabung ET poliuretan dapat direkomendasikan sebagai pencegahan VAP luas. Gambar di bawah menunjukkan perbandingan antara tabung ET poliuretan (tabung kiri) dengan tabung ET konvensional (tabung kanan). Pada gambar A terlihat bahwa cairan sama-sama berada di atas cuff yang sudah mengembang dari kedua tabung ET, tetapi lima belas menit kemudian dapat dilihat bahwa cairan pada tabung ET poliuretan tetap berada di atas cuff yang mengembang sedangkan pada tabung ET konvensional, cairan turun ke bawah cuff . Hal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya VAP karena saat tabung ET dibersihkan dengan suction cairan di bawah cuff tidak dapat disedot sehingga menyebabkan pertumbuhan bakteri pada tabung ET yang nantinya dapat berkontribusi munculnya infeksi paru. Selain pengembangan teknologi tabung ET yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam upaya untuk membatasi kolonisasi bakteri pada lumen ETT, peneliti telah mempelajari tabung ET yang dilapisi atau diresapi dengan perak, perak sulfiadiazine, dan perak sulfadiazin ditambah chlorhexidine. Karena kekhawatiran tentang reaksi hipersensitivitas ke
  • 7. perangkat yang memakai zat chlorhexidine, agen ini menjadi tidak disukai sebagai pelapis sulfadiazin. Pelapisan tabung ET dengan perak telah ditunjukkan mampu untuk mencegah kolonisasi bakteri pada lumen ETT dalam penelitian laboratorium dan penelitian pada pasien yang mengalamai intubasi jangka pendek. Lumen ETT yang dilapisi perak adalah yang terbaik sebagai antibakteri dari hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan. Studi pra-klinis dan percobaan klinis dalam skala kecil telah mendokumentasikan adanya penurunan kolonisasi bakteri pada tabung internal ET yang dilapisi dengan perak. Selanjutnya, uji coba secara acak dalam skala besar pada 2.003 pasien untuk intubasi trakea baik dengan tabung ET konvensional dibandingkan dengan tabung ET yang dilapisi dengan perak, didapatkan hasil bahwa insiden VAP lebih rendah pada kelompok pasien yang selama 24 jam menggunakan tabung ET yang berlapis perak (4,8% vs 7,5%,bP 0,03). Lebih penting, dan seperti yang diharapkan, insiden VAP relatif rendah dalam penelitian itu, tidak ada faktor lain selain pengaruh tabung ET berlapis perak di hasil klinis yang lain yang bermakna, seperti durasi pemasangan ventilasi mekanik, atau lama rawat di ICU, atau lama rawat di rumah sakit. Tetapi, ada kecenderungan mengkhawatirkan terhadap peningkatan mortalitas pada pasien yang terpasang tabung ET berlapis perak (30,9% vs 27,3%, P 0,08). Mengingat hal ini dan adanya data tentang kurangnya keefektifan biaya karena penggunaan perangkat ini membutuhkan biaya yang relatif mahal, tabung ET berlapis perak tidak dapat direkomendasikan sebagai intervensi preventif VAP-standar, dan diperlukan penyelidikan lebih lanjut.
  • 8. BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pasien yang mengalami kegagalan napas harus mendapatkan intervensi berupa intubasi tabung ET yang disambungkan dengan ventilator. Hanya saja pemasangan ET dalam waktu yang lama ternyata terbukti meningkatkan risiko terjadinya Ventilator Associated Pneumonia (VAP) yang dapat menyebabkan kematian. Beberapa inovasi desain tabung ET telah dilaporkan dalam berbagai jurnal seperti desain baru cuff ET yang terbuat dari poliuretan. Desain ini ternyata mampu mencegah kebocoran pada cuff ET sehingga tidak terjadi penumpukan cairan atau secret dimana penumpukan ini dapat memunculkan pertumbuhan bakteri yang menyebabkan VAP. Sayangnya data keefektifan biaya akibat penggunaan desain baru cuff ini tidak ditunjukkan. Penggunaan desain cuff ET baru ini diharapkan nantinya dapat meningkatkan kualitas penanganan pasien kritis termasuk kualitas asuhan keperawatan pada pasien yang dirawat di ICU, karena perawat kritis berada 24 jam di samping pasien dan sering melakukan intevensi yang berkaitan dengan perawatan tabung ET.
  • 9. DAFTAR PUSTAKA Amanullah, Shakeel, 2010, Ventilator-Associated Pneumonia, Medscape e-medicine, http://emedicine.medscape.com/, didownload tanggal 24 Oktober 2010 Amitai, Allon, 2009, Ventilator Management, Medscape e-medicine, http://emedicine.medscape.com/, didownload tanggal 24 Oktober 2010 Burton, John H., 2010, Verification of Endotracheal Tube Placement, http://www.acep.org/, didownload tanggal 24 Oktober 2010 C. Dugdale, David, 2009, Hospital-acquired pneumonia, http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/, didownload tanggal 24 Oktober 2010 Chua, W L, 2002, A Defective Endotracheal Tube, Singapore Med J 2002 Vol 43(9) : 476- 478, http://www.sma.org.sg/smj/4309/4309cr1.pdf, didownload tanggal 24 Oktober 2010 Ivun, 2010, Home Ventilator Guide, http://www.ventusers.org/edu/HomeVentGuide, didownload tanggal 24 Oktober 2010 Mayhall, C. Glen, 2001, Ventilator-Associated Pneumonia or Not? Contemporary Diagnosis, http://www.cdc.gov/ncidod/eid/vol7no2/, didownload tanggal 24 Oktober 2010 NN ,2010, Ventilator-Associated Pneumonia: Resources for Patients and Healthcare Providers, http://www.cdc.gov/ncidod/dhqp/, didownload tanggal 24 Oktober 2010 T Wratney, Angela, 2006, AARC Clinical Practice Guideline Removal of the Endotracheal Tube — 2007 Revision & Update, http://www.rcjournal.com/cpgs/pdf/removal_of_endotracheal_tube.pdf, didownload tanggal 24 Oktober 2010 Tarczy-Hornoch, Peter, 2008, Mechanical Ventilators, http://depts.washington.edu/nicuweb/NICU-WEB/, didownload tanggal 24 Oktober 2010