Strategi utama kerajaan Malaysia dalam mengukuhkan integrasi etnik meliputi pelaksanaan Rukun Negara, dasar-dasar pembangunan nasional, pendidikan kebangsaan, kebudayaan kebangsaan, Wawasan 2020, 1Malaysia, PLKN, serta peranan masyarakat dan NGO melalui Rukun Tetangga, Rondaan Sukarela, Rumah Terbuka, dan difusi budaya."
Proses integrasi nasional dipandang sebagai faktor utama dalam membentuk penyatuan negara bangsa. Dokumen tersebut membahas definisi integrasi nasional dan bagaimana proses integrasi dapat menciptakan identitas nasional melalui integrasi wilayah, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, sosial dan politik."
Cabaran cabaran dalam mengeratkan hubungan etnikCik BaCo
油
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar hubungan etnik di Malaysia dan cabaran-cabaran dalam memperkukuhkannya. Terdapat tiga konsep utama yaitu masyarakat, budaya, dan perpaduan. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa cabaran seperti persepsi bahwa politik telah merusak hubungan etnik dan adanya kelompok yang tidak melihat pentingnya hubungan antaretnik.
Tiga faktor utama pembentukan pluraliti di Malaysia adalah pluraliti pada zaman Kesultanan Melayu Melaka yang menarik pedagang dari berbagai belahan dunia, pluraliti pada zaman penjajahan Britania yang memperkenalkan sistem negara bangsa, dan persaingan kuasa Barat untuk menguasai tanah jajahan.
Stratifikasi sosial di malaysia kump 4-m5cik noorlyda
油
1) Dokumen ini membahas stratifikasi sosial di Malaysia, termasuk pembentukan kelas sosial akibat diskriminasi dan ketidaksetaraan peluang ekonomi dan pendidikan.
2) Peristiwa 13 Mei 1969 dan kebijakan Dasar Ekonomi Baru kemudian dibuat untuk mengatasi konflik sosial dan meningkatkan partisipasi kelompok mayoritas.
3) Teori fungsionalisme, konflik, dan interaksionalisme digunakan untuk menjelaskan p
BAB 2 membahaskan konsep-konsep asas hubungan etnik seperti masyarakat, etnik, budaya, dan proses-proses perpaduan seperti integrasi, akulturasi, asimilasi dan pluraliti. Ia juga menjelaskan istilah-istilah seperti etnisiti, etnosentrisme, ras, rasisme, prejudis dan stereotaip.
Cabaran cabaran dalam mengeratkan hubungan etnikCik BaCo
油
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar hubungan etnik di Malaysia dan cabaran-cabaran dalam memperkukuhkannya. Terdapat tiga konsep utama yaitu masyarakat, budaya, dan perpaduan. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa cabaran seperti persepsi bahwa politik telah merusak hubungan etnik dan adanya kelompok yang tidak melihat pentingnya hubungan antaretnik.
Tiga faktor utama pembentukan pluraliti di Malaysia adalah pluraliti pada zaman Kesultanan Melayu Melaka yang menarik pedagang dari berbagai belahan dunia, pluraliti pada zaman penjajahan Britania yang memperkenalkan sistem negara bangsa, dan persaingan kuasa Barat untuk menguasai tanah jajahan.
Stratifikasi sosial di malaysia kump 4-m5cik noorlyda
油
1) Dokumen ini membahas stratifikasi sosial di Malaysia, termasuk pembentukan kelas sosial akibat diskriminasi dan ketidaksetaraan peluang ekonomi dan pendidikan.
2) Peristiwa 13 Mei 1969 dan kebijakan Dasar Ekonomi Baru kemudian dibuat untuk mengatasi konflik sosial dan meningkatkan partisipasi kelompok mayoritas.
3) Teori fungsionalisme, konflik, dan interaksionalisme digunakan untuk menjelaskan p
BAB 2 membahaskan konsep-konsep asas hubungan etnik seperti masyarakat, etnik, budaya, dan proses-proses perpaduan seperti integrasi, akulturasi, asimilasi dan pluraliti. Ia juga menjelaskan istilah-istilah seperti etnisiti, etnosentrisme, ras, rasisme, prejudis dan stereotaip.
The document discusses what makes internal audit effective in developed countries. Three key factors are: 1) strong governance structures that separate political and management roles; 2) high quality management that takes responsibility for internal controls and sees internal audit as a support; and 3) professional internal audit functions that work closely with management to address key risks. The document contrasts these factors with some transition economies that may have weaker systems, governance, and management quality, suggesting the internal audit model may need to be adapted.
Gagasan Cartesian Dualism yang memisahkan jasad dan akal telah memacu aliran-aliran falsafah seperti naturalisme, materialisme, ateisme, dan reduksionisme yang secara kolektif telah menyebabkan penjajahan manusia ke atas alam sekitar dan mengakibatkan kemusnahan ekosistem. Dokumen ini menjelaskan perlunya mendekolonisasi pemikiran dengan mengintegrasikan manusia dan alam sekitar.
Dokumen tersebut membahas mengenai falsafah dalam kehidupan. Ia menjelaskan pengertian falsafah dari sudut etimologi dan terminologi, tujuan ilmu falsafah, hubungan antara falsafah, agama dan ilmu, serta jenis-jenis ilmu falsafah seperti falsafah teoretikal, praktikal, ekonomi, politik dan cabang-cabang baru falsafah.
Dokumen tersebut membahas tentang pengenalan ilmu falsafah, konsep dan skop falsafah, falsafah pendidikan kebangsaan dan Islam, serta prinsip-prinsip Rukun Negara Malaysia dalam rangka mewujudkan masyarakat yang harmonis."
This document discusses displaced commercial risk in Islamic finance. It defines displaced commercial risk as the risk resulting from volatility in returns generated by assets financed by investment accounts, which can cause Islamic banks to not pay competitive rates compared to conventional banks. The document outlines ways Islamic banks can manage this risk, including using profit equalization reserves and investment risk reserves. It also discusses the impact of displaced commercial risk mitigation on Islamic banks and their customers and the overall economy.
This document discusses risk management in Islamic finance, specifically for Takaful (Islamic insurance) operations. It identifies five main types of risk for Takaful operators: underwriting risks, operational risks, credit risks, liquidity risks, and market risks. For each risk, it provides examples of how the risk can occur in a Takaful context. It then outlines several ways Takaful operators can manage each of these risks, such as establishing standard underwriting procedures, recruiting skilled IT professionals, implementing liquidity ratios, and exploring Shariah-compliant hedging instruments. The document emphasizes that effective risk management is important for Takaful operators to provide protection in accordance with Islamic principles.
This document discusses risk management in Islamic finance, specifically equity investment risk. It defines equity investment risk according to the Islamic Financial Service Board as the risk of participating in a business partnership where the provider of finance shares in business risks. Equity investments in Islamic finance are typically done through mudarabah and musharakah contracts which are profit/loss sharing in nature and can result in total loss of capital. The document outlines some of the key risks of equity investment including partner risk, lack of reliable partner information, credit risk, industry risk, and risks specific to mudarabah and musharakah contracts. It concludes by suggesting some ways to mitigate equity investment risk such as diversification, long-term investing, expert advice,
This document discusses rate of return risk in Islamic finance. It defines rate of return risk as the potential impact of changes in market rates of return on an Islamic bank's net income or equity value. Rate of return risk exists for Islamic banks because they use conventional interest rates as benchmarks, exposing them mismatch risk between asset and liability rates. The document outlines various techniques Islamic banks can use to manage this risk, such as diversifying assets, securitization, and off-balance sheet hedging methods. Managing rate of return risk is important for Islamic bank profitability and competitiveness.
This document discusses Shariah non-compliance risk in Islamic finance. It begins by defining Shariah non-compliance risk as the risk arising from a failure of Islamic banks to comply with Shariah rules and principles as determined by their Shariah boards. This can result in contracts being cancelled and income not being recognized. The document then outlines various measures that can be taken to manage this risk, such as ensuring contracts are structured to fulfill the pillars of a valid Islamic contract. Several examples of potential Shariah non-compliance in contracts like tawarruq, mudharabah and istisna' are also provided.
Operational risk in Islamic finance can arise from a variety of sources. The document identifies six main categories of operational risk: 1) Shariah non-compliance risk, 2) people risk, 3) technology risk, 4) fiduciary risk, 5) legal risk, and 6) reputational risk. It also discusses the nature of operational risks as either internally or externally inflicted, the impacts as direct or indirect, and the degree of expectancy as expected or unexpected losses. Proper identification and management of operational risks are important for Islamic financial institutions.
This document discusses market risk in Islamic finance. It defines market risk as potential financial losses from unexpected movements in market prices like interest rates, foreign exchange rates, and commodity prices. It notes market risk also arises from financing assets for Islamic banks. The document outlines the scope of market risk for Islamic banks, including rate of return risk, commodity price risk, foreign exchange risk, and equity price risk. It then discusses various ways Islamic banks can mitigate market risk, such as netting methods, loss limit policies, and asset securitization. The overall goal is to explain the importance and management of market risk for Islamic financial institutions.
3. PENGENALAN
OBJEKTIF
KANDUNGAN
RUJUKAN
PELAN
PENGAJIAN
PENILAIAN
Pengenalan
Kursus ini menjelaskan konsep kepelbagaian etnik,
masyarakat dan budaya yang wujud di Malaysia serta
pluraliti masyarakat menurut perspektif Islam.
Kursus ini turut membincangkan sejarah
kemerdekaan, penggubalan Perlembagaan
Persekutuan dan penyatuan ummah melalui
peruntukan Perlembagaan Persekutuan secara
perbandingan dengan Piagam Madinah.
Selain daripada itu, kursus ini juga membincangkan
pembangunan politik dan ekonomi, pelan tindakan
dan strategi ke arah mengujudkan masyarakat
berintegrasi, dan strategi survival Melayu dan
bumiputera serta aplikasi nilai Islam dalam
kehidupan masyarakat pelbagai etnik di Malaysia.
3
4. PENGENALAN
OBJEKTIF
KANDUNGAN
RUJUKAN
PELAN
PENGAJIAN
PENILAIAN
Hasil Pembelajaran
Menghuraikan konsep kepelbagaian etnik,
masyarakat dan budaya yang wujud di Malaysia serta
pluraliti masyarakat menurut perspektif Islam.
Menghuraikan sejarah kemerdekaan, penggubalan
Perlembagaan Persekutuan dan penyatuan ummah
melalui peruntukan Perlembagaan Persekutuan
secara perbandingan dengan Piagam Madinah.
Membincangkan pembangunan politik dan ekonomi
dalam konteks hubungan etnik di Malaysia.
Mengaplikasikan nilai Islam dalam kehidupan
masyarakat pelbagai etnik di Malaysia
Menganalisis pelan tindakan dan strategi ke arah
mengujudkan masyarakat berintegrasi serta survival
Melayu dan bumiputera di Malaysia.
4
5. PENGENALAN
OBJEKTIF
KANDUNGAN
RUJUKAN
PELAN
PENGAJIAN
PENILAIAN
Kepentingan Hubungan Etnik Yang Harmonis
Akan membawa kestabilan politik & ekonomi.
Perlu usaha berterusan untuk memupuk dan
mengekalkan hubungan etnik yang harmonis.
Pengajaran daripada peristiwa 13 Mei 1969:
Rusuhan kaum tidak menguntungkan sesiapa.
Langkah konkrit perlu diambil bagi mengeratkan
perpaduan nasional & keharmonian antara kaum.
Perpaduan nasional tidak akan tercapai sekiranya
sebilangan besar rakyat miskin.
Rakyat harus bertoleransi & saling hormat
menghormati.
5
6. PENGENALAN
OBJEKTIF
KANDUNGAN
RUJUKAN
PELAN
PENGAJIAN
PENILAIAN
Usaha Kerajaan Untuk Memupuk Perpaduan Nasional
Selain daripada itu, kerjasama dan sumbangan
daripada sektor swasta, sektor komuniti dan semua
parti politik sama penting bagi melengkapkan usaha
kerajaan.
Hubungan etnik di Malaysia bukan setakat hubungan
antara kumpulan etnik, malahan meliputi kumpulan
kelas sosial yang berbeza (antara para pekerja,
pelbagai tingkat sosial).
6
7. PENGENALAN
OBJEKTIF
KANDUNGAN
RUJUKAN
PELAN
PENGAJIAN
PENILAIAN
Hubung Kait Antara Ekonomi Dan Etnisiti
Pertumbuhan ekonomi dan kestabilan politik - teras
keharmonian hubungan etnik.
Wujudnya identifikasi kegiatan dalam sesuatu sektor
ekonomi dengan sesuatu kaum.
Membawa kepada persepsi yang menjadi streotaip
berikut;
Melayu - petani dan nelayan
Cina - perniagaan dan perlombongan
India - buruh di estet
Peribumi di Sabah dan Sarawak - di kawasan pedalaman
yang mundur, etnik Cina kuasai ekonomi
7
8. PENGENALAN
OBJEKTIF
KANDUNGAN
RUJUKAN
PELAN
PENGAJIAN
PENILAIAN
Hubung Kait Antara Ekonomi Dan Etnisiti
Joseph Stiglitz, bekas
Ketua Ahli Ekonomi Bank
Dunia menyatakan bahawa
ketika Malaysia dilanda
kegawatan ekonomi (1997-
98), penyelesaian ekonomi
sahaja tidak mencukupi
kerana wujudnya perkaitan
yang rapat dengan etnisiti. JOSEPH STIGLITZ
8
9. PENGENALAN
OBJEKTIF
KANDUNGAN
RUJUKAN
PELAN
PENGAJIAN
PENILAIAN
Hubung Kait Antara Ekonomi Dan Etnisiti
Hubungan harmonis yang tergugat akan
menyebabkan survival Malaysia turut tergugat
meskipun ekonomi dan politik dalam keadaan baik.
Oleh itu, penyelesaian harus mengambil kira kesan
ke atas hubungan etnik.
Hubungan timbal balik etnisiti-ekonomi - suatu ciri
penting sistem sosial Malaysia.
9
10. PENGENALAN
OBJEKTIF
KANDUNGAN
RUJUKAN
PELAN
PENGAJIAN
PENILAIAN
Kepentingan Modul Hubungan Etnik
Hubungan etnik merupakan satu ciri penting yang
mencorakkan sistem sosial di Malaysia.
Meskipun tahap perpaduan nasional sesuatu yang
sukar untuk diukur, namun dunia melihat Malaysia
sebagai sebuah negara yang berjaya mewujudkan
hubungan etnik yang harmonis.
Prestasi baik Malaysia ini telah membolehkan negara
dipilih sebagai pengerusi Pertubuhan Persidangan
Islam (OIC) dan Pergerakan Negara-negara Berkecuali
(NAM).
10
11. PENGENALAN
OBJEKTIF
KANDUNGAN
RUJUKAN
PELAN
PENGAJIAN
PENILAIAN
Kepentingan Modul Hubungan Etnik
Apakah formula kejayaan Malaysia dalam
mewujudkan hubungan etnik yang harmonis? -
jawapannya ada di dalam modul ini.
Modul ini juga diharapkan dapat secara berterusan
menghidupkan semangat setia kawan sesama rakyat
Malaysia.
Pelajar IPT menjadi tumpuan - bakal anggota
masyarakat berilmu yang akan meneruskan usaha
serta menentukan arah perpaduan negara di masa
hadapan.
11
12. PENGENALAN
OBJEKTIF
KANDUNGAN
RUJUKAN
PELAN
PENGAJIAN
PENILAIAN
Kandungan Modul Hubungan Etnik
Bahagian 1 - Konsep dan teori.
Bahagian 2 - Latar belakang politik dan ekonomi.
Bahagian 3 - Beberapa aspek penting yang berkait
secara langsung dengan hubungan etnik.
Kandungan modul ini diharapkan dapat memberikan
kefahaman yang lebih mantap mengenai hubungan
etnik di Malaysia.
12
14. PENGENALAN
OBJEKTIF
KANDUNGAN
RUJUKAN
PELAN
PENGAJIAN
PENILAIAN
Pelan Pengajian
MINGGU TAJUK KANDUNGAN
1 Taklimat Kursus
2 BAB 1 Malaysia: Kesepaduan dan Kepelbagaian
Konsep Masyarakat dan Bidaya
3 BAB 1 Konsep Kesepaduan dan Kepelbagaian Etnik di
Malaysia
Konsep Masyarakat Majmuk Menurut Islam
4 BAB 2 Pluraliti Masyarakat Alam Melayu Dalam Sejarah
5 BAB 3 Perlembagaan Persekutuan Tiang Seri Hubungan
Etnik
Perlembagaan Malaysia Sebagai Kontrak Sosial
6 BAB 3 Kerjasama antara Etnik dalam Menuju Kemerdekaan
Piagam Madinah dan Hubungan Etnik
7 BAB 4 Konsep Pembangunan Politik dan Negara Bangsa
Latar Belakang Politik Malaysia
Persepakatan Politik dalam Konteks Hubungan Etnik
8 Cuti Semester
14
15. PENGENALAN
OBJEKTIF
KANDUNGAN
RUJUKAN
PELAN
PENGAJIAN
PENILAIAN
Pelan Pengajian
MINGGU TAJUK KANDUNGAN
9 BAB 5 Konsep Modenisasi Dalam Pembangunan Ekonomi
Pembangunan Ekonomi Malaysia Sebelum dan Selepas
Merdeka
10 BAB 5 Dasar dan Isu Berkaitan Ekonomi
Pendekatan Islam Dalam Pembangunan Ekonomi
11 BAB 6 Pelan Tindakan dan Strategi Ke Arah Integrasi
12 BAB 7 Strategi Survival Melayu Dan Bumiputera
13 BAB 8 Islam dan Keharmonian Etnik
Asas Hubungan Etnik
14 BAB 8 Prinsip Islam Berkaitan Nilai Kemanusiaan
Aplikasi Hubungan Sosial
15 Minggu Ulangkaji
15
16. PENGENALAN
OBJEKTIF
KANDUNGAN
RUJUKAN
PELAN
PENGAJIAN
PENILAIAN
Bahan Rujukan
Shamsul Amri Baharuddin (ed.) 2007, Modul
Hubungan Etnik, Kementerian Pengajian Tinggi
Malaysia.
Wan Mohd Nor Wan Daud. 2001. Pembangunan di
Malaysia. Kuala Lumpur. ISTAC
Abdul Aziz Bari. 2000. Perlembagaan Malaysia: Asas-
Asas Dan Masalah. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka.
Syed Mohamad Naquib Al-Alttas.1971. Islam dan
Sejarah Kebudayaan Melayu. Bangi: UKM
16