MAKP dengan Metode Modifikasi Tim Primer Nursing diterapkan di Ruang Cempaka RSU Kertha Usada untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan melalui ronde keperawatan, supervisi, sentralisasi obat, dan discharge planning. Namun, beberapa aspek pelaksanaannya belum optimal sehingga perlu ditingkatkan.
Dokumen tersebut membahas tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPM RS) yang mencakup dasar hukum, latar belakang, pengertian, manfaat, jenis pelayanan, indikator, dan peranan Dinas Kesehatan dalam penyusunan dan pencapaian SPM RS.
Penghitungan tenaga berdasar tingkat ketergantungan pasienpjj_kemenkes
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit/puskesmas. Terdapat penjelasan mengenai tujuan pembelajaran umum dan khusus, langkah-langkah perencanaan tenaga keperawatan, dan beberapa rumus untuk menghitung kebutuhan tenaga perawat berdasarkan jam perawatan, jumlah pasien, dan tingkat ketergantungan pasien.
Bagaimana melakukan analisis akar masalah (RCA / root cause analysis) di Puskesmas? Penggunaan alat-alat bantu RCA seperti 5 Why, FMEA, Fishbone, Pareto, dan lain sebagainya untuk mempermudah staf.
Presentasi ini tidak bisa hadir solo, selayaknya ditemani oleh pelatihan penggunaan alat bantu terkait.
Dokumen ini memberikan petunjuk pelaksanaan pembayaran kapitasi berbasis kinerja pada fasilitas kesehatan tingkat pertama. Pembayaran dinilai berdasarkan tiga indikator yaitu angka kontak, rasio rujukan rawat jalan non spesialis, dan rasio peserta prolanis terkendali. Capaian indikator dievaluasi setiap tahun untuk menyesuaikan besaran kapitasi.
(4) lead term & tata cara koding icd 10Imelda Wijaya
Ìý
Koding ICD-10 melibatkan proses translasi diagnosis, prosedur, dan pelayanan ke dalam kode numerik dan alfanumerik untuk pelaporan statistik dan pembayaran klaim asuransi. Hal ini memerlukan pengetahuan tentang terminologi medis dan bahasa Inggris yang memadai. Proses koding melibatkan analisis dokumen medis, mengidentifikasi diagnosis utama, dan menggunakan Volume 1 dan 3 ICD-10 untuk menentukan kode yang tepat. Pedoman koding m
Sistem informasi kesehatan merupakan pengelolaan informasi secara sistematis di seluruh tingkat pemerintahan untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Sistem informasi saat ini belum terintegrasi antar program dan terbatasnya sumber daya. Tujuan pengembangan sistem informasi kesehatan terintegrasi adalah meningkatkan standar perangkat lunak sesuai pemerintah daerah, mengintegrasikan jaringan, serta menganalisis data secara elektronis untuk
Kode INA-CBGS digunakan dalam sistem pembayaran klaim BPJS rumah sakit. Terdiri dari 1.079 kelompok tarif rawat inap dan rawat jalan menggunakan ICD-10 untuk diagnosis dan ICD-9-CM untuk prosedur. Struktur kode terdiri atas kode CMG (case main groups), kode kelompok kasus, kode tipe kasus, dan tingkat keparahan. Terdapat 29 CMG penyakit dan 6 CMG khusus.
Sistem informasi kesehatan adalah integrasi antara perangkat, prosedur, dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi kesehatan secara sistematis guna mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh. Sistem ini memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di semua tingkatan pelayanan kesehatan.
1. Dokumen membahas tentang asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronik. Termasuk definisi, etiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik, dan rencana keperawatan untuk menangani risiko penurunan fungsi jantung, gangguan integritas kulit, dan perubahan nutrisi.
Analisis risiko kejadian tidak diharapkan, nyaris cerdera, maupun sentinel bisa dilakukan dengan RCA (root cause analysis), maupun HFMEA (healthcare failure mode & effect analysis). Semuanya berfungsi untuk menemukan sumber masalah, dan kemudian merumuskan suatu penanggulangan yang bisa digunakan untuk mencegah kejadian tersebut terjadi atau terulang kembali.
RCA dan HFMEA merupakan sebagian dari alat kontrol bagi peningkatan mutu rumah sakit dalam sasaran keselamatan pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan kesehatan yang meliputi definisi, jenis, faktor penentu keberhasilan manajemen, bentuk pelayanan rumah sakit, dan masalah serta solusi pelayanan kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem indeks rekam medis, termasuk jenis-jenis indeks yang digunakan seperti indeks pasien, diagnosis, operasi, dokter, dan kematian. Indeks digunakan untuk memudahkan pencarian informasi identitas pasien, diagnosis, dan tindakan medis serta mengelola data pasien dan rumah sakit.
Dokumen tersebut membahas tentang nutrisi dan pengukuran antropometri. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi nutrisi menurut beberapa ahli, jenis-jenis nutrisi, dan cara melakukan pengukuran antropometri seperti berat badan dan tinggi badan untuk menentukan status gizi seseorang.
Laporan ini membahas manajemen keperawatan di ruang 4 tengah RSU Grandmed Lubuk Pakam. Tujuannya adalah meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pasien di ruangan tersebut melalui penerapan konsep dan langkah manajemen yang tepat. Mahasiswa diajak untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan tindakan perbaikan, dan mengevaluasi hasilnya guna mendukung tercapainya visi dan misi rumah sakit.
Sistem informasi kesehatan merupakan pengelolaan informasi secara sistematis di seluruh tingkat pemerintahan untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Sistem informasi saat ini belum terintegrasi antar program dan terbatasnya sumber daya. Tujuan pengembangan sistem informasi kesehatan terintegrasi adalah meningkatkan standar perangkat lunak sesuai pemerintah daerah, mengintegrasikan jaringan, serta menganalisis data secara elektronis untuk
Kode INA-CBGS digunakan dalam sistem pembayaran klaim BPJS rumah sakit. Terdiri dari 1.079 kelompok tarif rawat inap dan rawat jalan menggunakan ICD-10 untuk diagnosis dan ICD-9-CM untuk prosedur. Struktur kode terdiri atas kode CMG (case main groups), kode kelompok kasus, kode tipe kasus, dan tingkat keparahan. Terdapat 29 CMG penyakit dan 6 CMG khusus.
Sistem informasi kesehatan adalah integrasi antara perangkat, prosedur, dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi kesehatan secara sistematis guna mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh. Sistem ini memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di semua tingkatan pelayanan kesehatan.
1. Dokumen membahas tentang asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronik. Termasuk definisi, etiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik, dan rencana keperawatan untuk menangani risiko penurunan fungsi jantung, gangguan integritas kulit, dan perubahan nutrisi.
Analisis risiko kejadian tidak diharapkan, nyaris cerdera, maupun sentinel bisa dilakukan dengan RCA (root cause analysis), maupun HFMEA (healthcare failure mode & effect analysis). Semuanya berfungsi untuk menemukan sumber masalah, dan kemudian merumuskan suatu penanggulangan yang bisa digunakan untuk mencegah kejadian tersebut terjadi atau terulang kembali.
RCA dan HFMEA merupakan sebagian dari alat kontrol bagi peningkatan mutu rumah sakit dalam sasaran keselamatan pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan kesehatan yang meliputi definisi, jenis, faktor penentu keberhasilan manajemen, bentuk pelayanan rumah sakit, dan masalah serta solusi pelayanan kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem indeks rekam medis, termasuk jenis-jenis indeks yang digunakan seperti indeks pasien, diagnosis, operasi, dokter, dan kematian. Indeks digunakan untuk memudahkan pencarian informasi identitas pasien, diagnosis, dan tindakan medis serta mengelola data pasien dan rumah sakit.
Dokumen tersebut membahas tentang nutrisi dan pengukuran antropometri. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi nutrisi menurut beberapa ahli, jenis-jenis nutrisi, dan cara melakukan pengukuran antropometri seperti berat badan dan tinggi badan untuk menentukan status gizi seseorang.
Laporan ini membahas manajemen keperawatan di ruang 4 tengah RSU Grandmed Lubuk Pakam. Tujuannya adalah meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pasien di ruangan tersebut melalui penerapan konsep dan langkah manajemen yang tepat. Mahasiswa diajak untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan tindakan perbaikan, dan mengevaluasi hasilnya guna mendukung tercapainya visi dan misi rumah sakit.
Makalah Sistem Pengembangan Kinerja Klinik Perawatmeida olivia
Ìý
A. Latar Belakang
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, yang berdasarkan pada profesionalisme, IPTEK, aspek legal dan berlandaskan etika untuk mendukung sitem pelayanan kesehatan secara komprehensif, Departemen Kesehatan Indonesia mengeluarkan kebijakan tentang Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK). Sistem pengembangan manajemen kinerja klinis (SPMKK) adalah suatu Micro system dari macro system organisasi pelayanan kesehatan dan proses manajerial untuk meningkatkan kemampuan klinis perawat dan bidan di rumah sakit dan puskesmas.
Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK) ini telah diperkenalkan di beberapa kabupaten di Indonesia karena telah mendapat dukungan pimpinan institusi maka SPMKK di terapkan. Oleh sebab itu, SPMKK perlu dipertahankan dan di kembangkan ke seluruh unit pelayanan kesehatan terutama dalam bidang keperawatan. Maka dari itu, dalam makalah ini kami akan menjelaskan dan menguraikan tentang kebijakan SPMKK, agar kita dapat menjadi perawat yang profesional.
Model praktek keperawatan dapat diimplementasikan dalam berbagai sistem, seperti private duty nursing, metode aplikasi klien, fungsional nursing, case management, dan ProACT. Setiap sistem memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu dalam menyediakan pelayanan keperawatan yang berfokus pada kebutuhan pasien secara menyeluruh atau efisiensi.
Nursing case manajement adalah bentuk pemberian asuhan keperawatan dan manajemen sumber daya terkait yang memungkinkan manajemen strategis biaya dan mutu oleh perawat untuk episode penyakit pasien hingga perawatan lanjut. Patient focus adalah pengorganisasian asuhan keperawatan dimana perawat memberikan asuhan menyeluruh kepada satu pasien.
Laporan ini memberikan ringkasan hasil pengkajian penerapan manajemen keperawatan di Rumah Sakit Batara Guru Kabupaten Luwu. Pengkajian menunjukkan bahwa penerapan beberapa pilar nilai profesional pelayanan keperawatan seperti manajemen pendekatan, hubungan profesional, dan penyediaan perawatan pasien masih kurang optimal. Masalah prioritas yang diidentifikasi adalah kurangnya pemahaman tentang penerapan metode penugasan asuhan keper
Dokumen tersebut membahas tentang Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) dan Pendekatan Modifikasi Keperawatan Primer. MPKP adalah sistem yang memungkinkan perawat memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Pendekatan modifikasi keperawatan primer menetapkan satu perawat primer untuk 4-6 pasien dan bertanggung jawab selama 24 jam.
2. ï‚¡ Keperawatan merupakan bentuk pelayanan
profesional yg merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan
ï‚¡ Management keperawatan dapat me
asuhan keperawatan yang memuaskan klien
dan me kinerja perawat sebagai tenaga
profesional dengan kemampuan managerial
yang handal
BAB I
PENDAHULUAN LATAR
BELAKANG
3. ï‚¡ Kualitas pelayanan keperawatan saat ini adalah
MAKP ( Metode Asuhan Keperawatan
Profesional )model yang saat ini sedang trend di
indonesia adalah MAKP dengan Metode
ModifikasiTim Primer Nursing
Kami mencoba menerapkan model Praktek
Keperawatan Profesional dengan metode
pemberian asuhan Keperawatan ModifikasiTim
Primer ,dimana pelaksanaannya melibatkan
semua pasien di Ruang Cempaka Rsu Kertha
Usada
4. TUJUAN UMUM :
ï‚¡ Diharapkan mahasiswa mampu
menerapkan konsep dan prinsip-
prinsip kepemimpinan serta
manajemen keperawatan dengan
menggunakan Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP)
dengan metode pemberian asuhan
keperawatan Modifikasi tim
primer.
TUJUAN
5. TUJUAN KHUSUS :
• Melakukan pengkajian situasi ruangan di Ruang Cempaka RSU
Kertha Usada dengan metode pendekatan 5M (Man, Material,
Method, Money, dan Market).
• Melakukan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT.
• Menentukan rumusan masalah dan program inovasi yang dapat
diterapkan di ruang Cempaka RSU Kertha usada
• Menyusun rencana strategis dan operasional ruangan, renstra u/
mjalankan prog inovasi yd ditemukan berdasarkan hasil
pengkajian Model praktek Keperawatan Profesional, antara lain:
(1) timbang terima, (2) ronde keperawatan, (3) supervisi
keperawatan, (4) dokumentasi keperawatan, (5) sentralisasi
obat, (6) discharge planning.
• Melaksanakan rencana strategis dan operasional ruangan
berdasarkan hasil pengkajian MPKP
• Mengevaluasi pelaks renstra dan opr ruangan b/ hsl pengk
TUJUAN
6. MANFAAT
Bagi Pasien :
Tercapainya kepuasan klien tentang pelayanan
keperawatan.
Bagi Perawat
• Tercapainya tingkat kepuasan kerja optimal.
• Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan
pasien dan keluarganya.
• Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin perawat
Bagi Rumah Sakit
• Terciptanya inovasi baru dlm pengelolaan ruang rwt inap
• Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan keperawatan
• Mengetahui msl yg ada khususnya di ruang Cempaka
7. TEMPAT DAN WAKTU
Tempat : di ruang Ruang cempaka rsu kertha usada
Waktu : selama 3 MINGGU ( 9 hari )tanggal 18 APRIL – 05 MEI 2018
8. Gambaran Umum Badan Rumah Sakit kertha usada
 Visi : Menjadikan rumah sakit umum Kertha Usada
sebagai rumah sakit pilihan dengan pelayanan yang
bermutu serta mengutamakan kaeselamatan pasien di
wilayah Bali Utara.
Misi, :
Melakukan pengelolaan Rumah Sakit secara efektif dan efesien
Menyediakan pelayanan yang bermutu dan mengutamakan
keselamatan pasien serta terjangkau oleh masyarakat
Mewujudkan keunggulan rumah sakit dalam bidang
kegawatdaruratn dan penanganan trauma
Mengadakan upaya berkelanjutan dalam peningkatan SDM dalam
pemberian pelayanan kesehatan
Mengikuti program terkini dalam bidang kesehatan
Mendukung program pemerintah dalam bidang kesehatan.
9. ï‚¡ Ruang Cempaka merupakan ruang perawatan kelas
yang dibagi menjadi dua kelas yaitu, kelas I dan kelas
VIP B dengan kapasitas 15 tempat tidur. Ruang
perawatan kelas I (14 kamar) dengan kapasitas 2
tempat tidur. Ruang perawatan kelasVIP B dengan
kapasitas 1 kamar ( 1 tempat tidur)
• Gambaran Umum Ruang Cempaka
11. ï‚¡ Perhitungan jumlah tenaga perawat di ruangan cempaka
menurut depkes 2011 memerlukan perawat sebanyak 15
orang yang berarti jumlah perawat di ruang Cempaka
kurang lagi 3 orang.
ï‚¡ Berdasarkan kualifikasi dan kompetensi, tenaga di ruang
Cempaka sebanyak satu orang Pendidikan S1
Keperawatan, sebanyak 4 orang berpendidikan DIII
Keperawatan, sebanyak 8 orang.
M1 (MEN)
12.  Ruang Cempaka telah memiliki sarana dan prasarana untuk pasien
dan tenaga kesehatan yang sudah dirasakan cukup.
 Fasilitas alat-alat medik/keperawatan di Ruang Cempaka sudah sesuai
dengan standar baik secara kualitas dan kuantitas
M2 (MATERIAL)
13.  Model MAKP sudah diterapkan di ruang Cempaka Namun dalam
pelaksanaannya masih bersifat modifikasi karena kualitas SDM yang belum
memadai.
 Timbang terima sudah dilakukan di Cempaka
 Ronde keperawatan belum pernah dilaksanakan
 Sentralisasi obat sudah dilakukan namun belum optimal
 Supervisi di ruang kenanga belum optimal
 Discharge planning sudah dilakukan tapi belum optimal
 SAK dan SOP ini sudah cukup dimanfaatkan oleh tenaga keperawatan .
 Pendokumentasian di ruang Cempaka sudah sesuai berdasarkan SOP
M3(METHODE)
14.  Dana untuk pengelolaan ruangan secara keseluruhan berasal dari
pemilik karna Rs Milik pribadi
 Sumber pendapatan Ruangan dari pasien rawat inap yg dirawat
diruang cempaka
 Berdasarkan cara pembayaran ,ruang Cempaka melayani pasien
Umum,Asuransi dan Bpjs.
M4 (MONEY)
15.  Rata-rata BOR di Ruang Cempaka berkisar 85 -90 %
 BOR ideal menurut Depkes RI yaitu antara 60-85%.
 BOR yang sesuai dengan nilai ideal, maka beban kerja petugas di
ruangan tidak akan mengalami peningkatan sehingga tidak terjadi
penurunan kinerja perawat dan kepuasan perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan
 Hal ini berdampak positif terhadap kepuasan pasien sebagai
pengguna jasa pelayanan kesehatan serta berpengaruh baik pada
mutu pelayanan dan citra rumah sakit.
M5 (MARKET)
16. PRIORITAS MASALAH
1 Ronde keperawatan belum pernah dilakukan di ruangan.
3. Discharge planning sdh dilaksanakan tapi belum optimal
4. Supervisi belum dilakukan scr optimal
.
5. sentralisasi obat Sudah dilakukannya .namun belum optimal
17. Ketua : Dewa Nym Adi Negara
Wakil Ketua : Nyoman Ariada
Sekretaris : Putu NoviWidiani
Bendahara : Luh Pas Susanawati
18. ï‚¡ Mendiskusikan format pengkajian dan
pendokumentasian sesuai dengan kasus
yang ada di Ruang Cempaka
ï‚¡ Mengatur kebutuhan tenaga perawat setiap
shift
ï‚¡ Melaksanakan supervisi
ï‚¡ Melaksanakan sentralisasi obat
ï‚¡ Melaksanakan ronde keperawatan
ï‚¡ Melaksanakan Timbang terima sesuai
standar
ï‚¡ Melaksanakan discharge planning
19. 1. Menyiapkan leaflet untuk dibawa oleh pasien saat pulang
2. Menyiapkan Lembar balik untuk penerimaan pasien baru
3. Menyiapkan pemisahan antara antara obat oral dengan
obat injeksi disentralisasi obat
20. MAKP Perawat Primer (Primary Nursing)
Penanggung jawab : Dewa nym Adi Negara ,S.Kep
Tujuan : Mahasiswa mendapatkan
pengalaman belajar dalam penerapan
MAKP Model Keperawatan Perawat
Primer.
Ronde Keperawatan
Penanggung jawab : Putu Suastini
Tujuan : Mengatasi masalah pasien yang
belum dapat diselesaikan dengan
rencana tindakan yang sudah
dilaksanakan
21. Discharge Planning
Penanggung jawab : Eka Febriantika
Tujuan : Memberikan informasi yang tepat
tentang perawatan dan pengobatan yang
harus dilanjutkan di rumah dan waktu
untuk melakukan kontrol kembali.
Centralisasi obat
Penanggung jawab : Etik Sulistyowati
Tujuan : Menggunakan obat secara bijaksana
,menghindarkan pemborosan,sehingga
kebutuhan asuhan keperawatan pasien
terpenuhi