HFMEA atau FMEA di Puskesmas merupakan salah satu alat manajemen risiko yang cukup lengkap dan mudah digunakan, termasuk untuk mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien di fasiltas layanan kesehatan.
Catatan: diperlukan diklat khusus untuk melatih kemampuan staf melakukan FMEA.
Manajemen risiko dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas bertujuan untuk mengidentifikasi, menilai, dan menangani berbagai risiko yang dapat mempengaruhi pasien, karyawan, dan organisasi untuk mencapai tujuan keselamatan pasien dan kualitas layanan yang optimal. Rencana manajemen risiko mencakup proses identifikasi risiko, prioritisasi, pelaporan insiden, investigasi, dan mitigasi risiko secara berkelanjutan.
Keselamatan pasien merupakan prinsip dasar pelayanan kesehatan yang penting untuk mencegah kejadian tidak diinginkan pada pasien. Dokumen ini membahas berbagai aspek keselamatan pasien mulai dari beban global akibat kejadian tidak aman sampai dengan pentingnya pelaporan insiden untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Permenkes no. 27 tahun 2017 ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...Adelina Hutauruk
油
Peraturan ini mengatur tentang pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Pedoman ini mencakup prinsip-prinsip pencegahan infeksi, penggunaan antimikroba yang bijak, penerapan bundles, serta pengaturan tentang komite pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan. Peraturan ini bertujuan menjamin mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien serta tenaga kesehat
Dokumen tersebut menampilkan 6 indikator sasaran keselamatan pasien di sebuah rumah sakit beserta capaian dan targetnya setiap bulan. Indikator tersebut meliputi ketepatan identifikasi pasien, komunikasi medis yang efektif, keamanan obat berbahaya, kepastian prosedur bedah, pencegahan infeksi, dan pencegahan jatuhnya pasien. Secara umum capaian masih di bawah target pada bulan Juli dan Agustus, namun semakin men
Dokumen tersebut membahas program keselamatan pasien di puskesmas dalam rangka akreditasi, meliputi strategi pembentukan tim, sosialisasi, penyusunan dokumen standar, dan mekanisme monitoring evaluasi. Dokumen tersebut juga menjelaskan beberapa tujuan keselamatan pasien dan rencana pembagian tugas tim penggerak program.
Dokumen tersebut membahas standar akreditasi puskesmas khususnya bab 3, 6, 9 dan 5 yang terkait dengan peningkatan mutu pelayanan puskesmas. Dibahas mengenai standar terkait upaya peningkatan mutu pelayanan puskesmas, peningkatan mutu dan kinerja puskesmas, sasaran kinerja UKM, peningkatan mutu dan keselamatan pasien, serta program peningkatan mutu puskesmas termasuk pengukuran indikator mutu, manaj
Form hasil capaian indikator ukp september 2021Retno Sf
油
Laporan meninjau capaian target berbagai layanan kesehatan Puskesmas Tanjung Bintang pada bulan September 2021. Sebagian besar target belum tercapai karena dampak pandemi Covid-19 seperti keterbatasan kunjungan pasien dan kendala pelaksanaan program. Dinas Kesehatan merencanakan tindak lanjut melalui advokasi, sosialisasi, dan peningkatan kualitas pelayanan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Bagaimana melakukan analisis akar masalah (RCA / root cause analysis) di Puskesmas? Penggunaan alat-alat bantu RCA seperti 5 Why, FMEA, Fishbone, Pareto, dan lain sebagainya untuk mempermudah staf.
Presentasi ini tidak bisa hadir solo, selayaknya ditemani oleh pelatihan penggunaan alat bantu terkait.
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) _BimTek "Standar AKREDITASI RU...Kanaidi ken
油
Dokumen tersebut membahas standar akreditasi rumah sakit terkait program peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP). PMKP meliputi pengelolaan program, pemilihan indikator mutu, pengumpulan dan analisis data, pencapaian perbaikan, serta pelaporan hasil. Tujuannya adalah meningkatkan mutu pelayanan dan menjamin keselamatan pasien di seluruh unit rumah sakit.
Laporan ICRA Komite PPIRS RSUD Kota Padang Panjang tahun 2016 mengidentifikasi berbagai risiko infeksi silang di rumah sakit terkait proses pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap, termasuk risiko terkait kebersihan tangan, isolasi pasien, penanganan peralatan tajam, dan prosedur invasif. Laporan ini memberikan daftar risiko rinci beserta dampaknya bagi pasien, petugas, dan pengunjung untuk meningkatkan penceg
Program kerja tahunan rumah sakit bertujuan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan mengoptimalkan layanan medis, mengembangkan sumber daya manusia, dan meningkatkan fasilitas serta keselamatan pasien dan pegawai melalui berbagai program seperti akreditasi, pelatihan, dan peningkatan sarana prasarana selama tahun 2013.
Hasil Analisis Indikator Mutu Klinis UKP Puskesmas.docxAuliaNi7
油
Hasil Indikator Mutu Klinis Puskesmas Binong selama 4 bulan berturut-turut menunjukkan capaian yang baik dengan semua indikator mencapai target. Pelayanan kesehatan di Puskesmas Binong terus berjalan dengan baik sesuai standar yang ditetapkan.
Rekomendasi KPK untuk JKN - Primer
A. MONITORING EVALUASI
1. Membangun perangkat yang digunakan oleh FKTP agar indikator kinerja yang ditetapkan oleh Kemenkes dapat diukur secara periodik
2. Menyusun database kinerja FKTP sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dan menyerahkannya kepada Kemenkes untuk dijadikan bahan pendukung untuk pelaksanaan monev dan penetapan kebijakan JKN di masa yang akan datang.
3. BPJSK menetapkan indikator kinerja bagi BPJS di daerah dalam memonitoring FKTP di wilayahnya. Indikator kinerja bagi BPJSK di daerah untuk segera memasang aplikasi P-care di seluruh FKTP termasuk memonitoring penggunaannya.
B. MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN KOMPETENSI PETUGAS KESEHATAN DI DAERAH
1. Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan pelatihan kepada Dinkes dan petugas puskesmas yang melibatkan semua pemangku kepentingan
2. Menjadikan kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis yang dilakukan sebagai indikator kinerja tiap kantor cabang
3. Menyediakan ruang konsultasi dengan FKTP dan Dinkes setempat
4. Melakukan pengukuran terhadap tingkat pemahaman FKTP dan kepuasan FKTP ke BPJS Kesehatan
C. MENCIPTAKAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN YANG LEBIH HANDAL
1. Memastikan bahwa mekanisme kontrol yang dibangun BPJS di tingkat FKTP berjalan
2. BPJS di tiap daerah membangun saluran pengaduan masyarakat terkait pelayanan di FKTP dan mensosialisasikannya
Rapat bulanan komite mutu dan manajemen risiko RSPAD Gatot Soebroto membahas temuan hasil telusur di beberapa instalasi, meliputi IGD, ICU, hemodialisa, radiologi dan laboratorium. Rapat menetapkan tindak lanjut dan waktu penyelesaian masing-masing temuan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah tentang enam sasaran keselamatan pasien rumah sakit yaitu ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, prosedur dan pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko pasien jatuh."
Dokumen tersebut membahas tentang standar dan instrumen akreditasi puskesmas yang menjadi tanggung jawab surveior, mencakup pembagian tugas surveior berdasarkan standar, kriteria, dan elemen penilaian serta profil penyampaian materi.
1. Register risiko UKP Puskesmas Rawat Inap Tanjung Sari mengidentifikasi berbagai risiko yang mungkin terjadi di setiap unit pelayanan seperti laboratorium, farmasi, gigi dan mulut, KIA, KIE, pemeriksaan umum, rekam medis, IGD, dan rawat inap. Risiko tersebut dapat berdampak pada pasien atau petugas.
2. Untuk meminimalkan risiko, dilakukan upaya pencegahan dan penanganan jika terjadi kej
Dokumen tersebut membahas tentang siklus manajemen puskesmas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Pada tahap perencanaan, puskesmas menganalisis data kinerja, sumber daya, dan status kesehatan masyarakat untuk merumuskan rencana lima tahunan dan tahunan meliputi rencana usulan kegiatan dan rencana pelaksanaan kegiatan."
Form hasil capaian indikator ukp september 2021Retno Sf
油
Laporan meninjau capaian target berbagai layanan kesehatan Puskesmas Tanjung Bintang pada bulan September 2021. Sebagian besar target belum tercapai karena dampak pandemi Covid-19 seperti keterbatasan kunjungan pasien dan kendala pelaksanaan program. Dinas Kesehatan merencanakan tindak lanjut melalui advokasi, sosialisasi, dan peningkatan kualitas pelayanan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Bagaimana melakukan analisis akar masalah (RCA / root cause analysis) di Puskesmas? Penggunaan alat-alat bantu RCA seperti 5 Why, FMEA, Fishbone, Pareto, dan lain sebagainya untuk mempermudah staf.
Presentasi ini tidak bisa hadir solo, selayaknya ditemani oleh pelatihan penggunaan alat bantu terkait.
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) _BimTek "Standar AKREDITASI RU...Kanaidi ken
油
Dokumen tersebut membahas standar akreditasi rumah sakit terkait program peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP). PMKP meliputi pengelolaan program, pemilihan indikator mutu, pengumpulan dan analisis data, pencapaian perbaikan, serta pelaporan hasil. Tujuannya adalah meningkatkan mutu pelayanan dan menjamin keselamatan pasien di seluruh unit rumah sakit.
Laporan ICRA Komite PPIRS RSUD Kota Padang Panjang tahun 2016 mengidentifikasi berbagai risiko infeksi silang di rumah sakit terkait proses pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap, termasuk risiko terkait kebersihan tangan, isolasi pasien, penanganan peralatan tajam, dan prosedur invasif. Laporan ini memberikan daftar risiko rinci beserta dampaknya bagi pasien, petugas, dan pengunjung untuk meningkatkan penceg
Program kerja tahunan rumah sakit bertujuan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan mengoptimalkan layanan medis, mengembangkan sumber daya manusia, dan meningkatkan fasilitas serta keselamatan pasien dan pegawai melalui berbagai program seperti akreditasi, pelatihan, dan peningkatan sarana prasarana selama tahun 2013.
Hasil Analisis Indikator Mutu Klinis UKP Puskesmas.docxAuliaNi7
油
Hasil Indikator Mutu Klinis Puskesmas Binong selama 4 bulan berturut-turut menunjukkan capaian yang baik dengan semua indikator mencapai target. Pelayanan kesehatan di Puskesmas Binong terus berjalan dengan baik sesuai standar yang ditetapkan.
Rekomendasi KPK untuk JKN - Primer
A. MONITORING EVALUASI
1. Membangun perangkat yang digunakan oleh FKTP agar indikator kinerja yang ditetapkan oleh Kemenkes dapat diukur secara periodik
2. Menyusun database kinerja FKTP sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dan menyerahkannya kepada Kemenkes untuk dijadikan bahan pendukung untuk pelaksanaan monev dan penetapan kebijakan JKN di masa yang akan datang.
3. BPJSK menetapkan indikator kinerja bagi BPJS di daerah dalam memonitoring FKTP di wilayahnya. Indikator kinerja bagi BPJSK di daerah untuk segera memasang aplikasi P-care di seluruh FKTP termasuk memonitoring penggunaannya.
B. MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN KOMPETENSI PETUGAS KESEHATAN DI DAERAH
1. Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan pelatihan kepada Dinkes dan petugas puskesmas yang melibatkan semua pemangku kepentingan
2. Menjadikan kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis yang dilakukan sebagai indikator kinerja tiap kantor cabang
3. Menyediakan ruang konsultasi dengan FKTP dan Dinkes setempat
4. Melakukan pengukuran terhadap tingkat pemahaman FKTP dan kepuasan FKTP ke BPJS Kesehatan
C. MENCIPTAKAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN YANG LEBIH HANDAL
1. Memastikan bahwa mekanisme kontrol yang dibangun BPJS di tingkat FKTP berjalan
2. BPJS di tiap daerah membangun saluran pengaduan masyarakat terkait pelayanan di FKTP dan mensosialisasikannya
Rapat bulanan komite mutu dan manajemen risiko RSPAD Gatot Soebroto membahas temuan hasil telusur di beberapa instalasi, meliputi IGD, ICU, hemodialisa, radiologi dan laboratorium. Rapat menetapkan tindak lanjut dan waktu penyelesaian masing-masing temuan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah tentang enam sasaran keselamatan pasien rumah sakit yaitu ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, prosedur dan pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko pasien jatuh."
Dokumen tersebut membahas tentang standar dan instrumen akreditasi puskesmas yang menjadi tanggung jawab surveior, mencakup pembagian tugas surveior berdasarkan standar, kriteria, dan elemen penilaian serta profil penyampaian materi.
1. Register risiko UKP Puskesmas Rawat Inap Tanjung Sari mengidentifikasi berbagai risiko yang mungkin terjadi di setiap unit pelayanan seperti laboratorium, farmasi, gigi dan mulut, KIA, KIE, pemeriksaan umum, rekam medis, IGD, dan rawat inap. Risiko tersebut dapat berdampak pada pasien atau petugas.
2. Untuk meminimalkan risiko, dilakukan upaya pencegahan dan penanganan jika terjadi kej
Dokumen tersebut membahas tentang siklus manajemen puskesmas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Pada tahap perencanaan, puskesmas menganalisis data kinerja, sumber daya, dan status kesehatan masyarakat untuk merumuskan rencana lima tahunan dan tahunan meliputi rencana usulan kegiatan dan rencana pelaksanaan kegiatan."
Alat-alat manajemen risiko yang dijelaskan dalam dokumen tersebut adalah severity assessment, root cause analysis, dan failure mode and effect analysis. Severity assessment digunakan untuk menentukan tingkat keparahan risiko berdasarkan dampak dan probabilitasnya. Root cause analysis bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab akar masalah. Failure mode and effect analysis dilakukan untuk menganalisis kegagalan dan efeknya pada suatu proses guna meminimalkan risiko.
Alat-alat manajemen risiko yang dijelaskan dalam dokumen tersebut adalah severity assessment, root cause analysis, dan failure mode and effect analysis. Severity assessment digunakan untuk menentukan tingkat keparahan risiko berdasarkan dampak dan kemungkinan terjadinya. Root cause analysis bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab akar masalah. Sedangkan failure mode and effect analysis mempelajari kegagalan proses secara rinci untuk mengurangi risiko.
Six Sigma adalah metode manajemen kualitas yang berfokus pada pengendalian proses produksi untuk mengurangi cacat. Metode ini menggunakan pendekatan statistik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan penyebab masalah melalui lima tahapan (DMAIC): mendefinisikan masalah, mengukur, menganalisis, meningkatkan, dan mengendalikan proses. Penerapan Six Sigma oleh Motorola berhasil mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas produk
1. Beberapa alat manajemen risiko yang disebutkan dalam dokumen tersebut adalah severity assessment, root cause analysis, failure mode and effect analysis, dan risk register.
2. Proses manajemen risiko mencakup identifikasi, analisis, evaluasi, dan pengendalian risiko untuk meminimalkan dampak negatifnya.
3. Analisis risiko dilakukan untuk menilai keparahan dan kemungkinan terjadinya suatu risiko sehingga dapat ditentukan tindakan yang tepat untuk men
Dr. Sri Hastuti akan memberikan analisis risiko dengan metode FMEA pada RSUD Cilegon pada 17-18 Juli 2023. Beliau memiliki pengalaman luas sebagai konsultan manajemen kesehatan dan pernah menjabat berbagai posisi senior di beberapa rumah sakit.
Ini adalah materi penyuluhan stunting oleh named dan nakes, ditujukan bagi masyarakat, khususnya para orang tua untuk mampu mengenal stunting, mengetahui bagaimana menemukan kondisi stunting, memahami penyebab dan pencegahannya, serta penanggulangan situasi stunting pada anak. Presentasi ini didesain untuk wilayah kabupaten Sragen. Untuk wilayah lain, bisa menyunting terlebih dahulu data yang ada.
This presentation is about investigating the causes of anemia in children. It explores the symptoms, diagnosis, and treatment of anemia in children, and is presented by Dr. I Putu Cahya Legawa. The presentation covers various topics, including the causes of anemia in children, such as iron deficiency anemia and sickle cell anemia, the signs and symptoms of anemia, diagnostic tests for anemia, and treatment options for anemia. The goal of the presentation is to provide a comprehensive overview of anemia in children and to help ensure that every child has the opportunity to grow up healthy and strong.
This presentation is about understanding child stunting, its causes, effects, prevention, and treatment. The presentation provides a guide for parents to prevent and treat stunting, with information from dr. I Putu Cahya Legawa. It gives an overview of stunting, its causes, including malnutrition, poor sanitation, and lack of access to healthcare, and its effects, such as delayed development, chronic disease, and impaired cognitive abilities. The presentation also discusses ways to prevent and treat stunting, including a healthy diet, proper hygiene, and access to medical care.
Developing Infection Prevention and Control Policies in PrimaryI Putu Cahya Legawa
油
Infection Prevention and Control (IPC) is a critical aspect of primary healthcare that ensures the safety of patients, healthcare workers, and the community. The development of an IPC policy in primary care settings is essential to establish a systematic approach to minimizing the risks of infection and the spread of antimicrobial resistance (AMR). Such policies should be grounded in evidence-based practices and tailored to the unique needs of primary care facilities. They must address core components including guidelines, education, surveillance, and multimodal strategies.
The recent emphasis on IPC policy development has been accelerated by global health challenges such as the COVID-19 pandemic, which highlighted the importance of robust IPC measures in healthcare settings. A comprehensive IPC policy in primary care should incorporate WHO's recommended multimodal approach, ensuring the integration of standard and transmission-based precautions, administrative controls, and environmental and engineering controls. It should also prioritize ongoing education and training for healthcare workers, fostering a culture of safety and resilience against emerging health threats.
Basic Life Support Training for Public and Healthcare ProfessionalI Putu Cahya Legawa
油
This presentation is about Basic Life Support Training and is titled "Learn How to Save a Life in an Emergency" by Dr. I Putu Cahya Legawa.
The presentation covers the following topics:
CPR Process: The CPR process involves chest compressions and rescue breaths and is a vital first aid skill that can save lives in emergency situations.
Using an AED: An AED is a life-saving device that can restore a normal heart rhythm in a person experiencing a cardiac arrest. It is important to know how to operate the device and common mistakes to avoid.
Choking: Choking occurs when a foreign object blocks the airway, preventing the person from breathing normally. It is important to know the signs, first aid techniques, and prevention strategies.
Bleeding and Wounds: Bleeding and wounds can occur due to a variety of reasons and can range from minor cuts to life-threatening injuries. It is important to know the different types of bleeding, first aid techniques, and prevention strategies.
The presentation concludes by emphasizing the importance of CPR, choking first aid, and bleeding and wound management as critical skills that can help save lives in emergency situations.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan mengenai proses penuaan dan perawatan lansia. Beberapa perubahan fisiologis utama pada penuaan dijelaskan seperti perubahan pada jantung, paru-paru, tulang, sendi, kulit, dan organ-organ lain. Berbagai kondisi kesehatan yang umum terjadi pada lansia diuraikan, seperti penyakit jantung, kanker, demensia, gangguan keseimbangan dan mobilitas, serta mas
Materi ini ditujukan bagi penyuluhan kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi remaja, terutama pada kesempatan penyuluhan posyandu remaja. Ulasan terbatas seputar perubahan fisik dan psikis pada masa remaja (pubertas), perubahan perilaku seksual, ancaman penyakit menular seksual pada perilaku seks yang tidak sehat, serta kehamilan pada usia dini.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Puskesmas menjadi standar yang harus terpenuhi untuk menghindari kejadian infeksi terkait pelayanan kesehatan serta menjamin keselamatan pasien, pengunjung dan staf Puskesmas. Standar-standar PPI yang beragam sering membuat bingung, dan staf yang baru belajar PPI kurang mengetahui di mana bisa memperoleh standar-standar tersebut, sementara akan dinilai dalam proses perbaikan mutu dan akreditasi Puskesmas. Pengantar ini bertujuan memberikan wawasan dasar terhadap penerapan PPI di Puskesmas.
PTM atau penyakit tidak menular merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Faktor risiko seperti tembakau, alkohol, dan diet tidak sehat berkontribusi pada peningkatan kasus PTM. PTM memiliki dampak sosial dan ekonomi yang besar karena meningkatkan beban biaya rumah tangga dan menghambat upaya pengentasan kemiskinan.
Dokumen ini membahas pentingnya pelayanan bedah yang aman di fasilitas kesehatan. Ia menjelaskan bahwa bedah telah menjadi komponen penting dalam pelayanan kesehatan selama lebih dari satu abad. Dokumen ini juga menyarankan penggunaan daftar tilik dan proses verifikasi pasien, lokasi, dan prosedur sebelum bedah untuk mencegah kesalahan. Terakhir, dokumen ini menjelaskan cara menerapkan ped
Pasien jatuh dapat menyebabkan cedera dan kejadian yang tidak dikehendaki (KTD) atau adverse events di layanan kesehatan. Salah satu sasaran keselamatan pasien adalah mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh. Ini termasuk melakukan identifikasi potensi risiko, dan melakukan mitigasi risiko jatuh pada pasien.
Komunikasi efektif diperlukan untuk menjamin komunikasi antar profesional pemberi asuhan di Puskesmas atau fasilitas layanan kesehatan dapat berjalan dengan cepat, tepat, informatif, dan tidak bermakna ganda. Hal ini juga meningkatan mutu dan keselamatan pasien selama pelayanan. Puskesmas menyusun standar terhadap tatacara komunikasi antar PPA selama asuhan pasien berjalan.
Dokumen ini membahas meningkatkan keamanan obat-obat yang harus diwaspadai dengan memberikan panduan jenis pelabelan dan proses penyusunan daftar obat kewaspadaan tinggi di fasilitas pelayanan, serta contoh bagan alur prosesnya. Tujuannya adalah untuk mencegah kesalahan penggunaan obat dan meningkatkan keselamatan pasien.
Keselamatan pasien memiliki salah satu sasaran yang sangat penting, yaitu identifikasi pasien dengan benar; sehingga tidak terjadi kasus salah pasien pada pelayanan kesehatan, termasuk yang dilakukan di Puskesmas.
Identifikasi pasien memerlukan standar yang khusus, staf yang terlatih untuk melakukan evaluasi, dan melaporkannya ke dalam indikator nasional mutu Puskesmas.
Dokumen tersebut membahas tentang persetujuan tindakan medis, termasuk definisi persetujuan yang terinformasikan dan sukarela, faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas seseorang untuk memberikan persetujuan, dan pertimbangan-pertimbangan etis dalam situasi darurat atau ketika seseorang kehilangan kapasitas.
Plan--Study/Check-Act (PDSA/PDCA) merupakan salah satu modetode paling sederhana untuk mengatasi masalah dalam penerapan suatu program, layanan, atau proses baru di bidang kesehatan. Mempelajari bagaimana PDSA bekerja dapat memberikan kita pandangan bagaimana mengatasi masalah-masalah tersebut.
Surveilans pengendalian dan pencegahan infeksi di puskesmasI Putu Cahya Legawa
油
Bagaimana tim PPI merencanakan dan mengerjakan surveilans terkait HAIs di lingkungan pelayanan Puskesmas?
Presentasi ini memberikan gambaran ringkas mengenai bagaimana menyusun langkah-langkah survei PPI di faskes primer.
Dokumen tersebut membahas pelaksanaan program vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Imogiri 1, Bantul, DI Yogyakarta yang dilakukan secara terkoordinasi dengan basis data vaksinasi masyarakat untuk menentukan sasaran dan jadwal vaksinasi, sehingga pelayanan menjadi lebih efisien dan mudah diakses masyarakat.
Vaksin mRNA-1273 dari Moderna efektif mencegah COVID-19 dengan dua suntikan jarak 28 hari untuk orang dewasa. Vaksin ini mengandung mRNA dan lipid, tanpa telur, pengawet, atau logam. Efek sampingnya seperti nyeri, demam, dan kelelahan umumnya ringan, meskipun miokarditis jarang terjadi.
2. Pendahuluan
Kegagalan bisa terjadi di mana saja.
Kegiatan apa pun memiliki potensi kegagalan.
FMEA atau HFMEA adalah sebuah proses proaktif untuk
mengantisipasi masalah-masalah potensial sebelum mereka
terjadi.
3. Istilah
Failure mode: mode kegagalan yang merupakan cara sebuah
sistem atau komponennya gagal mencapai tujuan atau fungsi
yang dikehendaki.
Failure effect: dampak kegagalan yang menggambarkan
dampak mode kegagalan pada operasi, fungsi, atau status
sistem atau komponen.
4. Istilah
Failure cause: penyebab kegagalan yang menjawab bagaimana
atau mengapa hal tersebut mengarah pada mode kegagalan.
Umumnya berupa faktor-faktor kontributor terhadap kegagalan.
Failure control: merujuk pada metode kendali yang berhubungan
dengan standar praktik guna mendeteksi hingga mengendalikan
penyebab kegagalan.
5. Tujuan
Menemukan risiko potensial.
Memprioritaskan risiko.
Mengeliminasi risiko serius sebelum berdampak pada
seseorang.
6. DFMEA fokus pada
menganalisis dan
meningkatkan reliabilitas dan
keselamatan/keamanan
desain produk baru (interaksi,
antarmuka, fitur).
1
PFMEA fokus pada analisis
proses (i) menghasilkan
produk baru di atas atau (ii)
proses layanan jika
dihasilkan bukan berupa
produk, namun jasa.
2
HFMEA merupakan
sebutan FMEA yang
diterapkan dalam dunia
kesehatan.
3
7. 5 Langkah
1. Menetapkan lingkup dan topik FMEA
2. Membentuk tim kecil yang terdiri dari pelbagai ahli yang terlibat
dalam lingkup dan topik FMEA.
3. Membuat bagan proses/alur dari lingkup topik yang dibahas
secara detail.
4. Analisis ancaman/bahaya/hazard dan membuat matriks tingkat
risiko.
5. Membuat rekomendasi tindakan dan pencegahan.
8. 10 Langkah
Tentukan sistem atau
proses yang akan
dianalisis.
Identifikasi mode
kegagalan yang
potensial untuk produk
atau proses tersebut.
Tentukan efek-efek
potensial dari mode
kegagalan pada
sistem atau
pasien/pelanggan.
Perkirakan keparahan
bagi tiap-tiap mode
kegagalan
berdasarkan efeknya.
Tentukan penyebab
potensial dari masing-
masing mode
kegagalan.
Perkirakan
kemungkinan
terjadinya bagi tiap-
tiap mode kegagalan
dan penyebabnya.
Tentukan kendali
seputar mode
kegagalan tersebut
dan akar masalahnya.
Perkirakan tingkat
deteksi bagi tiap-tiap
mode kegagalan,
penyebab, dan
efeknya.
Hitung RPN (Angka
Prioritas Risiko) bagi
tiap-tiap mode
kegagalan.
Ambil langkah
perbaikan untuk
mengurangi/
mengalihkan atau
menghilangkan risiko.
Identifikasi Risiko
Analisis Risiko
Evaluasi Risiko dan Kendali Risiko
11. Tahap 0 Menentukan Kaidah Dasar
= 情 情 倹$
Angka Keparahan Risiko
(Risk Priority Number)
Seberapa
berat
dampak
kegagalan
pada
sistem?
Seberapa
mungkin
kejadian
bisa
terjadi?
Seberapa
mungkin
kegagalan
terdeteksi?
12. Tahap 0 Menentukan Kaidah Dasar
Nilai Peringkat Istilah Kualitatif Definisi
1 Tanpa potensi dan tanpa cedera Situasi atau insiden yang tidak memiliki potensi cedera
2 Potensi cedera Situasi atau insiden yang memiliki potensi mencederai
3 Nyaris cedera Insiden yang nyaris mencederai pasien
4 Tidak cedera Insiden yang tidak mencederai pasien tapi memiliki potensi
5 Sangat ringan Insiden menghasilkan cedera sangat ringan (mis. luka lecet)
6 Ringan Insiden menghasilkan cedera ringan (mis. luka robek dangkal)
7 Sedang Insiden menghasilkan cedera sedang dan dapat pulih kembali
8 Berat Insiden menghasilkan cedera dengan potensi cacat permanen
9 Kritis Insiden menghasilkan kondisi kritis atau mengancam nyawa
10 Bencana Insiden menghasilkan kematian atau kehilangan pasien, atau
menghasilkan kerugian material luar biasa bagi kedua pihak
13. Tahap 0 Menentukan Kaidah Dasar
Nilai
Peringkat Istilah Kualitatif Nilai Kualitatif
1 Kemungkinan kecil terjadi Belum tentu terjadi dalam lima tahun sekali
2 Kadang dapat terjadi Terjadi tidak lebih dari sepuluh kali dalam lima tahun terakhir
3 Beberapa kali terjadi Terjadi lebih dari sepuluh kali dalam lima tahun terakhir
4 Cukup sering terjadi Terjadi lebih dari sepuluh kali dalam satu tahun terakhir
5 Sering terjadi Terjadi lebih dari lima kali dalam enam bulan terakhir.
14. Tahap 0 Menentukan Kaidah Dasar
Nilai Peringkat Istilah Kualitatif Nilai Kualitatif
1 Pasti 100%
2 Nyaris pasti 90% - 99%
3 Sangat tinggi 80% - 89%
4 Tinggi 70% - 79%
5 Sedang 40% - 69%
6 Rendah 30% - 39%
7 Sangat rendah 20% - 29%
8 Ragu terdeteksi 10% - 19%
9 Nyaris tidak mungkin terdeteksi 1% - 10%
10 Tidak mungkin terdeteksi 0%
15. Tahap 1 - Persiapan I: Kumpulkan dan
buat dokumen-dokumen kunci
Investigasi dari kegagalan di masa lalu buat RCA dari
kegagalan di masa lalu.
Buat juga:
Diagram blok/batas
Diagram parameter
Diagram alir proses
Matriks sifat/karakteristik
Desain FMEA
Proses FMEA
16. Tahap 1 - Persiapan II
Bentuk dan kumpulkan tim dari pelbagai bidang/profesi.
17. Tahap 1 - Persiapan III: Identifikasi
batasan FMEA
Konsep, sistem, desain, proses, atau layanan?
Batas-batas.
Detail.
Gunakan diagram alir sederhana untuk menentukan batasan.
18. Judul FMEA Sistem Subsistem Komponen Desain/proses
Tim Nomor Pembuat
Tanggal
FMEA
Tanggal revisi
Nomor
halaman
19. Diagram dan Sistem
Diagram alir proses (PFMEA) atau diagram blok sistem (DFMEA)
bisa digunakan sebagai dasar.
Sistem: Batasan proses atau produk yang akan dianalisis.
Subsistem: Bagian dari proses atau produk yang akan dianalisis,
jika proses maka bisa jadi langkah-langkah utama dalam proses
tersebut (atau proses yang lebih kecil lagi).
Komponen: Hal-hal yang diperlukan (material/regulasi/dokumen)
atau dikerjakan (prosedur) untuk terwujudnya subsistem.
21. Tahap 2 Mengidentifikasi Mode
Kegagalan
Miliki cetak biru produk/proses yang akan dianalisis.
Lihat langsung purwarupa produk atau proses di lapangan untuk
memperkirakan bagaimana mereka bisa gagal.
Semakin banyak yang memberikan masukan tentang potensi
mode kegagalan, akan semakin banyak mode kegagalan yang
dapat disaring.
24. Tahap 5
Menentukan
Sebab Potensial
Mempelajari dari kegagalan di masa
lalu, atau melakukan simulasi melalui
brainstorming mengenai akar masalah
yang potensial menyebabkan
kegagalan yang dianalisis.
26. Tahap 7 Menentukan kendali yang ada
saat ini
Kendali atau kontrol adalah apa yang ada dalam proses yang
bisa digunakan untuk mencegah atau mendeteksi mode
kegagalan yang sedang dianalisis. Sebagai contoh:
Tindakan kontrol alat hemalizer sebelum digunakan.
Tindakan mengecek label nama saat identifikasi pasien.
Tindakan mengecek kontrol warna di vial vaksin.
Memeriksa bahan bakar bagi generator listrik secara berkala
Memeriksa NORUM oleh dua orang
27. Tahap 8
Perkirakan
Pendeteksiannya
Deteksi merupakan cerminan terhadap
kemampuan dan keefektifan strategi
proses kendali untuk mengidentifikasi
mode kegagalan begitu terjadi.
29. Tahap 10
Mengambil Langkah
Perbaikan
Ambil langkah penting dalam melakukan reduksi,
mitigasi, atau eliminasi risiko mode kegagalan.
Tentu tetap diingat, beberapa risiko dapat diterima
sesuai dengan kesepakatan bersama atau menurut
regulasi yang menjadi pedoman.
31. Catatan Akhir
FMEA dapat membantu menganalisis produk atau proses
layanan kesehatan dan melihat di mana layanan tersebut
berisiko gagal, bagaimana bisa gagal, dan apa yang dapat
dilakukan untuk mencegah kegagalan tersebut.
FMEA memerlukan kerja sama pelbagai unsur dan tidak bisa
dikerjakan sendiri.
FMEA merupakan proses berkelanjutan, dan dokumen FMEA
bisa mengalami revisi berulang kali dan dimanfaatkan oleh
pelbagai tim baru yang berbeda.