Dokumen ini membahas konflik komunikasi organisasi di Aceh dan Papua, dengan sejarah yang menunjukkan ketegangan antara aspirasi kemerdekaan daerah dan kewajiban untuk tetap dalam NKRI. Di Aceh, gerakan GAM bertujuan untuk kemerdekaan sering kali dipicu oleh kekecewaan keadaan sosial-ekonomi dan penanganan militer yang brutal, sementara di Papua, konflik berakar dari ketidakadilan sosial, eksploitasi sumber daya alam, dan kurangnya representasi politik bagi orang asli Papua. Pemerintah di kedua daerah memiliki pendekatan yang berbeda dalam menangani konflik dan mengatur otonomi, dengan tantangan utama tetap pada pemenuhan hak masyarakat lokal dan penyelesaian ketegangan yang berkelanjutan.