Dokumen tersebut membahas konsep investigasi KLB/wabah pada manusia dan hewan, termasuk definisi, kriteria, tujuan, alasan dilakukan, dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB/wabah."
Ketiga jenis studi epidemiologi memiliki perbedaan dalam desain, tujuan, dan cara pemilihan subjek. Studi cross sectional mempelajari hubungan penyakit dan paparan pada populasi pada satu waktu, studi kohort mengikuti kelompok terpapar dan tidak terpapar untuk melihat insidensi penyakit, sedangkan studi case control membandingkan kelompok kasus dan kontrol untuk mempelajari faktor risiko penyakit.
Dokumen tersebut membahas mengenai populasi, sampling, dan besar sampel dalam penelitian. Populasi didefinisikan sebagai seluruh subyek penelitian, sedangkan sampling adalah proses pemilihan sebagian kecil populasi untuk dijadikan sampel penelitian. Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus statistik untuk meminimalkan kesalahan dan mewakili populasi secara utuh.
[Ringkasan]
1. Penelitian epidemiologi dibedakan menjadi penelitian observasi dan uji eksperimental. Penelitian epidemiologi membandingkan kelompok sakit dengan kelompok sehat untuk mengidentifikasi faktor risiko penyakit.
2. Metode penelitian epidemiologi meliputi studi retrospektif, kohort, potong lintang, dan prospektif untuk mengontrol variabel dan mengidentifikasi hubungan sebab akibat. Studi observasi memberikan wawasan tentang
Surveilans merupakan proses sistematis pengumpulan, analisis, dan diseminasi informasi kesehatan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program kesehatan. Tujuannya antara lain mengidentifikasi masalah kesehatan, mengumpulkan data faktor risiko, serta memantau dampak program kesehatan. Sumber data surveilans meliputi laporan kematian, rumah sakit, laboratorium, dan catatan kesehatan masyarakat. Jenis surveilans melip
Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018Muh Saleh
油
Disain dan Lokasi
Survei potong lintang menggunakan kerangka sampel Blok
Sensus (BS) Susenas bulan Maret 2018 dari BPSPopulasi adalah rumah tangga mencakup seluruh provinsi dan
kabupaten/kota (34 Provinsi, 416 kabupaten dan 98 kota) di
Indonesia
Sumber : Bahan Paparan Litbangkes Kemenkes RI
Komunikasi risiko merupakan bagian penting dalam proses meminimalkan risiko dengan bertukar informasi secara terus menerus antara berbagai pihak. Tujuannya adalah meningkatkan peran masyarakat dalam menanggulangi risiko melalui berbagai strategi seperti pendidikan kesehatan, bina suasana, dan penanganan masa krisis sesuai dengan tingkat bahaya dan kekuatiran masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi, yang merupakan upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit dengan memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubu. Dokumen ini menjelaskan pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit berbahaya seperti polio, campak, difteri, dan lainnya serta menyoroti tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kejadian luar biasa (KLB), penyelidikan KLB, penanggulangan KLB, kriteria KLB, jenis penyakit yang menimbulkan KLB, penggolongan KLB berdasarkan sumbernya, dan peran serta kompetensi perawat dalam penanggulangan KLB.
Dokumen tersebut membahas tentang uji statistik yang dapat digunakan berdasarkan tipe data dan tujuan uji, meliputi:
1. Uji deskriptif dan normalitas untuk mengetahui distribusi data
2. Uji komparabilitas antara dua atau lebih kelompok baik berpasangan maupun tidak berpasangan
3. Uji hubungan antara dua variabel
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang appendisitis. Appendisitis adalah peradangan pada appendix vermiformis yang dapat menyebabkan nyeri perut dan komplikasi seperti peritonitis. Diagnosa appendisitis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan penunjang seperti USG atau CT scan. Penatalaksanaannya adalah appendiktomi untuk kasus akut dan komplikasinya, sedangkan kasus kronis dapat ditangani secara elektif.
Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1NajMah Usman
油
kita akan mempelajari tentang Perhitungan sampel dalam penelitian epidemiologi
Seringkali didalam melakukan sebuah penelitian, sumber daya yang tersedia baik itu berupa tenaga, waktu maupun dana sangatlah terbatas. Hal ini, tidak memungkinkan peneliti untuk menganalisa semua unit yang ada di dalam populasi. Oleh karena itu, perlunya dilakukan sampling dengan hanya mengambil sebagian sampel dari keseluruhan unit populasi yang ada. Sehingga, proses penelitian yang dilakukan akan lebih efektif dan efisien terutama dalam hal biaya penelitian yang harus dikeluarkan.
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo 鐃Jakarta
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018Muh Saleh
油
Disain dan Lokasi
Survei potong lintang menggunakan kerangka sampel Blok
Sensus (BS) Susenas bulan Maret 2018 dari BPSPopulasi adalah rumah tangga mencakup seluruh provinsi dan
kabupaten/kota (34 Provinsi, 416 kabupaten dan 98 kota) di
Indonesia
Sumber : Bahan Paparan Litbangkes Kemenkes RI
Komunikasi risiko merupakan bagian penting dalam proses meminimalkan risiko dengan bertukar informasi secara terus menerus antara berbagai pihak. Tujuannya adalah meningkatkan peran masyarakat dalam menanggulangi risiko melalui berbagai strategi seperti pendidikan kesehatan, bina suasana, dan penanganan masa krisis sesuai dengan tingkat bahaya dan kekuatiran masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi, yang merupakan upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit dengan memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubu. Dokumen ini menjelaskan pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit berbahaya seperti polio, campak, difteri, dan lainnya serta menyoroti tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kejadian luar biasa (KLB), penyelidikan KLB, penanggulangan KLB, kriteria KLB, jenis penyakit yang menimbulkan KLB, penggolongan KLB berdasarkan sumbernya, dan peran serta kompetensi perawat dalam penanggulangan KLB.
Dokumen tersebut membahas tentang uji statistik yang dapat digunakan berdasarkan tipe data dan tujuan uji, meliputi:
1. Uji deskriptif dan normalitas untuk mengetahui distribusi data
2. Uji komparabilitas antara dua atau lebih kelompok baik berpasangan maupun tidak berpasangan
3. Uji hubungan antara dua variabel
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang appendisitis. Appendisitis adalah peradangan pada appendix vermiformis yang dapat menyebabkan nyeri perut dan komplikasi seperti peritonitis. Diagnosa appendisitis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan penunjang seperti USG atau CT scan. Penatalaksanaannya adalah appendiktomi untuk kasus akut dan komplikasinya, sedangkan kasus kronis dapat ditangani secara elektif.
Bab vii perhitungan sampel dalam epidemiologi 1NajMah Usman
油
kita akan mempelajari tentang Perhitungan sampel dalam penelitian epidemiologi
Seringkali didalam melakukan sebuah penelitian, sumber daya yang tersedia baik itu berupa tenaga, waktu maupun dana sangatlah terbatas. Hal ini, tidak memungkinkan peneliti untuk menganalisa semua unit yang ada di dalam populasi. Oleh karena itu, perlunya dilakukan sampling dengan hanya mengambil sebagian sampel dari keseluruhan unit populasi yang ada. Sehingga, proses penelitian yang dilakukan akan lebih efektif dan efisien terutama dalam hal biaya penelitian yang harus dikeluarkan.
http://rajagrafindoonline.com/kesehatan/buku-epidemiologi-untuk-mahasiswa-kesehatan-masyarakat-pengarang-najmah-skm-mph
Najmah, 2015, Epidemiologi untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Penerbit: Raja Grafindo 鐃Jakarta
Dokumen tersebut membahas tentang data distribusi kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan berdasarkan jenis penyakit di provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015. Dokumen ini menjelaskan definisi KLB, karakteristik penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, serta penyakit-penyakit apa saja yang berpotensi menjadi wabah atau KLB.
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiresna adtya
油
Dokumen tersebut membahas tentang data distribusi kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan berdasarkan jenis penyakit di provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015. Dokumen ini menjelaskan definisi KLB, karakteristik penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, serta penyakit-penyakit apa saja yang berpotensi menjadi wabah atau KLB.
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversinandang1404
油
Dokumen tersebut membahas tentang data distribusi kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan berdasarkan jenis penyakit di provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015. Dokumen ini menjelaskan definisi KLB, karakteristik penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, serta penyakit-penyakit apa saja yang berpotensi menjadi wabah atau KLB.
Data k lb_wabah_prov_sumsel_2015-dikonversi[1]Ajrinaaputri
油
Berdasarkan dokumen tersebut, dokumen tersebut membahas tentang data distribusi KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit menular dan keracunan berdasarkan jenis penyakit di provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015. Dokumen ini menjelaskan definisi KLB, karakteristik penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, faktor yang mempengaruhi timbulnya KLB, dan jenis penyakit yang berpotensi menimbulkan wab
Berdasarkan dokumen tersebut, dokumen tersebut membahas tentang data distribusi KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit menular dan keracunan berdasarkan jenis penyakit di provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015. Dokumen ini menjelaskan definisi KLB, karakteristik penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, faktor yang mempengaruhi timbulnya KLB, dan jenis penyakit yang berpotensi menimbulkan wab
DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...Resna Adtya
油
Berdasarkan dokumen tersebut, dokumen tersebut membahas tentang data distribusi KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit menular dan keracunan berdasarkan jenis penyakit di provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015. Dokumen ini menjelaskan definisi KLB, karakteristik penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, faktor yang mempengaruhi timbulnya KLB, dan jenis penyakit yang berpotensi menimbulkan wab
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiliapurnm
油
Berdasarkan dokumen tersebut, dokumen tersebut membahas tentang data distribusi KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit menular dan keracunan berdasarkan jenis penyakit di provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015. Dokumen ini menjelaskan definisi KLB, karakteristik penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, faktor yang mempengaruhi timbulnya KLB, dan jenis penyakit yang berpotensi menimbulkan wab
7121 format baru modul kurikulum komunikasi ilmiahrickygunawan84
油
Modul ini membahas tentang komunikasi ilmiah dalam pelatihan epidemiologi frontline. Terdiri atas empat materi pokok yaitu pengertian komunikasi ilmiah, laporan surveilans sederhana, bahan presentasi laporan, dan teknik presentasi. Modul ini menjelaskan proses dan jenis komunikasi ilmiah serta cara membuat dan mempresentasikan laporan surveilans sederhana."
Modul ini membahas epidemiologi kusta di Indonesia. Kusta masih menjadi masalah kesehatan publik di beberapa provinsi. Peta dan tabel menunjukkan distribusi kasus kusta yang tinggi di provinsi seperti Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Papua. Secara global, jumlah kasus baru menurun tetapi beberapa negara seperti India dan Nepal menunjukkan peningkatan deteksi kasus. Modul ini memberikan informasi dasar tentang situasi kusta di Indonesia dan dunia.
Sistem pelatihan jarak jauh menjelaskan konsep, manfaat, mekanisme, dan penyelenggaraannya. Pelatihan jarak jauh dilakukan secara online atau non-online dengan memanfaatkan berbagai teknologi untuk memfasilitasi proses pembelajaran secara mandiri atau terbimbing. Sistem ini bertujuan untuk memaksimalkan akses dan kualitas pembelajaran.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang penilaian awal atau initial assessment pada pasien kegawatdaruratan
2. Initial assessment meliputi penilaian ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure) dan penilaian tambahan seperti riwayat medis pasien
3. Diberikan contoh kasus untuk dilakukan initial assessment secara virtual dan penjelasan tahapan yang harus dilakukan dalam initial assessment
Sistem Informasi dan Pelaporan Program P2 Kusta (SIPK) merupakan aplikasi berbasis Microsoft Excel yang digunakan untuk mencatat dan melaporkan data program P2 Kusta secara mudah dan valid. Aplikasi ini membantu pengelola program P2 Kusta dalam menginput data dari seluruh puskesmas, menghitung data secara rinci, dan menampilkan grafik capaian program. SIPK telah mengalami perkembangan dan memiliki perbedaan dari versi sebelumnya
Dokumen tersebut berisi 13 pertanyaan tentang data kasus kusta, layanan untuk pasien kusta, diskriminasi yang dihadapi oleh pasien kusta, serta keikutsertaan pasien kusta dalam program pengendalian kusta di suatu daerah. Beberapa pertanyaan kunci adalah jumlah kasus baru dan penderita impor, jumlah fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan kusta, jumlah kasus diskriminasi yang dilaporkan, serta keikutsert
11c g. form 11c sampai g rekap laporan kemoprofilaksis kusta (lampiran pencat...rickygunawan84
油
Dokumen ini berisi laporan kemoprofilaksis kusta dengan pendekatan blanket di suatu puskesmas. Terdapat data jumlah penduduk yang diberi dan tidak diberi rifampisin berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, serta jumlah suspek kusta dan TB. Diakhiri dengan petunjuk pengisian laporan terkait data jumlah penduduk, pemberian obat, dan hasil diagnosis.
11b. form 11b kemoprofilaksis pendekatan blanket (lampiran pencatatan 11b)rickygunawan84
油
Dokumen ini berisi daftar penduduk yang menerima kemoprofilaksis kusta dengan rifampisin di suatu desa/kelurahan. Terdapat informasi umur, jenis kelamin, alamat, dan status diagnosis penduduk. Juga dicantumkan dosis yang diberikan dan alasan jika tidak diberi rifampisin.
11a. form 11a kemoprofilaksis pendekatan kontak (lampiran pencatatan 11a)rickygunawan84
油
Dokumen tersebut berisi format untuk mencatat identitas pasien kusta baru, daftar kontak erat pasien, dan daftar pemberian kemoprofilaksis kusta kepada kontak melalui pemberian obat rifampisin. Dokumen ini digunakan untuk melacak dan mencegah penyebaran penyakit kusta.
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Wahid Husein
油
Situasi rabies di dunia
Situasi rabies di Indonesia
Program rabies di Indonesia
Apa yang dilakukan ECTAD Indonesia
Tantangan utama
Rekomendasi ke depan
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...Wahid Husein
油
Strategi penanggulangan rabies secara terintegrasi
Peraturan mengenai pengendalian rabies
Pengendalian rabies pada saat Pandemi COVID19
Kasus rabies pada hewan
Hasil vaksinasi rabies
Kendala yang dihadapi
1. POKOK BAHASAN 1: KONSEP INVESTIGASI KLB /WABAH
Konsep Investigasi KLB /Wabah
Definisi KLB/ wabah pada manusia dan hewan
Kriteria kerja KLB/ wabah pada manusia dan hewan
Tujuan investigasi KLB/ wabah
Alasan dilakukannya Investigasi KLB/ wabah
Penyakit yang berpotensi KLB/ wabah
2. DEFINISI KLB/ WABAH
WABAH
kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Kejadian wabah harus ditentukan/dideklarasikan oleh
Menteri Kesehatan yang kemudian harus diikuti oleh
penanggulangan wabah sesuai dengan ketentuan yang
ada dan dilakukan secara terpadu (UU Nomor 4 Tahun
1984).
Kejadian Luar Biasa (KLB)
Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan
yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
Disamping penyakit menular, penyakit yang juga dapat
menimbulkan KLB adalah penyakit tidak menular dan
keracunan serta keadaan tertentu yang rentan terjadinya KLB
yaitu keadaan bencana dan kedaruratan. (Permenkes
No.1501 Tahun 2010).
3. PENETAPAN KLB
Pada sektor kesehatan manusia, penetapan KLB dilakukan oleh:
Kadinkes Kab/Kota, Kadinkes Prov, atau Menteri Kesehatan dapat menetapkan daerah dalam keadaan KLB.
Kadinkes Kab/Kota atau Kadinkes Prov. menetapkan suatu daerah dalam keadaan KLB di wilayah kerjanya
masing-masing dengan menerbitkan laporan KLB.
Dalam hal Kadinkes Kab./Kota tidak menetapkan suatu daerah di wilayahnya dalam keadaan KLB, Kadinkes
Prov. dapat menetapkan daerah tersebut dalam keadaan KLB.
Dalam hal Kadinkes Prov. atau Kadinkes Kab./kota tidak menetapkan suatu daerah di wilayahnya dalam keadaan
KLB, Menteri menetapkan daerah tersebut dalam keadaan KLB.
4. WABAH PADA SEKTOR KESEHATAN HEWAN
Pada sektor kesehatan hewan tidak mengenal istilah KLB, melainkan hanya wabah.
Menurut Peraturan Menteri Pertanian RI No. 61/Permentan/PK.320/12/2015 tentang Pemberantasan
Penyakit Hewan, wabah adalah kejadian luar biasa yang dapat berupa timbulnya suatu penyakit hewan
menular baru di suatu wilayah atau kenaikan kasus penyakit hewan menular mendadak yang dikategorikan
sebagai bencana non-alam.
Penetapan daerah wabah ditentukan oleh Menteri berdasarkan rekomendasi pejabat Otoritas Veteriner
nasional.
Otoritas Veteriner setempat dapat melakukan tindakan pemberantasan meskipun bupati/walikota atau
gubernur belum melaporkan indikasi terjadinya wabah kepada Menteri untuk dinyatakan sebagai wabah.
Jika wabah sudah dapat dikendalikan, perubahan status menjadi daerah tertular atau daerah bebas juga
dilakukan oleh Menteri berdasarkan rekomendasi dari pejabat Otoritas Veteriner nasional.
5. PENCABUTAN STATUS KLB
Pencabutan status KLB dilakukan oleh Menteri Kesehatan, Gubernur, Kadinkes Provinsi,
Bupati/walikota dan Kadinkes Kab/Kota apabila dalam 2 kali masa inkubasi terpanjang penyakit KLB di
wilayah tersebut tidak ditemukan lagi insiden serupa.
6. PENYEBAB KLB
Menurut Huang and Manuel Bayona, 2004:
Individu yang rentan masuk ke dalam
area endemis suatu infeksi penyakit
Penyakit infeksius baru masuk ke
dalam populasi yang rentan.
Penyakit infeksi yang sudah ada
terjadi di daerah dengan endemisitas
rendah dan menginfeksi orang yang
rentan sebagai hasil dari interaksi
sosial yang tidak biasa.
Kerentanan dan respon individu/host
dimodifikasi secara natural oleh obat
(perawatan penyakit kanker),
malnutrisi, atau penyakit, seperti
HIV/AIDS.
7. PERBEDAAN KLB DAN WABAH
No. Parameter KLB Wabah
1. Cakupan Suatu wilayah tertentu
(kabupaten/kota)
Terjadi pada beberapa
kabupaten/kota atau provinsi
2. Pihak yang menetapkan Bupati, Kadinkes Kab/Kota,
Guberur, Kadinkes Prov, atau Menteri
Menteri
3. Jenis penyakit Penyakit menular, penyakit tidak
menular, keracunan, bencana dan
kedaruratan
Penyakit menular
4. Sektor Kesehatan manusia Kesehatan manusia dan kesehatan
hewan
8. KRITERIA KERJA KLB/WABAH PADA MANUSIA DAN HEWAN
Pada manusia Peraturan Menteri Kesehatan No. 1501 Tahun 2010:
Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut
menurut jenis penyakitnya.
Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari
atau minggu menurut jenis penyakitnya.
Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.
Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50%
(lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun
waktu yang sama.
Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
9. KRITERIA KERJA KLB/WABAH PADA MANUSIA DAN HEWAN
Pada sector hewan tidak ada kriteria khusus yang diatur dalam peraturan atau keputusan menteri
pertanian terkait KLB pada hewan. Prinsip yang terpenting dalam menentukan wabah pada hewan
adalah jumlah kasusnya meningkat dari bulan sebelumnya.
10. TUJUAN INVESTIGASI KLB/WABAH
mengidentifikasi cara penanggulangan
penularan suatu penyakit agar penyakit
tersebut tidak meluas dan menimbulkan
kematian yang lebih banyak
mengidentifikasi agen
penyebab terjadinya
KLB/wabah,
mencari sumber infeksi dan
cara penularan
berdasarkan deskripsi
orang, tempat, dan waktu,
serta
memformulasikan
rekomendasi untuk
mencegah penyebaran
KLB/wabah.
menemukan faktor risiko
Huang, 2004
11. ALASAN DILAKUKAN INVESTIGASI KLB/WABAH
Keresahan
masyarakat
Kepentingan
Umum dan
Ekonomi
Pertimbangan
Program
kesempatan
mengadakan
penelitian dan
pelatihan
penanggulangan
dan pencegahan
12. PENYAKIT YANG BERPOTENSI KLB/WABAH
diatur masing-masing pada
Peraturan Menteri Kesehatan dan
Keputusan Menteri Pertanian.
Keduanya telah menetapkan ada
17 penyakit, berikut adalah
rinciannya:
Pada Manusia (Permenkes Nomor 1501 Tahun
2010)
Pada Hewan (Kepmentan
Nomor 4026 Tahun 2013)
Avian Influenza (H5N1) Avian Influenza (H5N1)
Rabies Rabies
Antraks Antraks
Leptospirosis Leptosporiosis
Swine Influenza (H1N1) Swine Influenza (H1N1)
Campak Salmonellosis
Polio Bovine TB
Difteri Toxoplasmosis
DBD Brucellosis (B.abortus)
Kolera Brucellosis (B.suis)
Pes Nipah
Pertusis Para TB
Hepatitis Campylobacteriosis
Meningitis Cysticercosis
Yellow Fever Q Fever
Chikungunya BSE (ditulis kepanjangan)
Malaria RVF (ditulis kepanjangan)
Editor's Notes
#7: Penyakit infeksius baru masuk ke dalam populasi yang rentan. Contohnya adalah kontaminasi makanan oleh bakteri, virus, atau bahan beracun.
Penyakit infeksi yang sudah ada terjadi di daerah dengan endemisitas rendah dan menginfeksi orang yang rentan sebagai hasil dari interaksi sosial yang tidak biasa. Contohnya adalah saat pengungsi berimigrasi ke suatu tempat.
Kerentanan dan respon individu/host dimodifikasi secara natural oleh obat (perawatan penyakit kanker), malnutrisi, atau penyakit, seperti HIV/AIDS.
#12: Untuk melakukan penanggulangan dan pencegahan
Alasan utama pengendalian KLB/wabah adalah untuk mencegah penyebaran dan terjadinya kasus tambahan.
油
Adanya kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan
Beberapa penyakit infeksi pertama kali ditemukan melalui investigasi KLB/wabah. Hal ini juga dapat dilakukan untuk mengetahui sifat agen demi mencegah KLB/wabah dengan sumber yang mirip. Selain itu, investigasi KLB/wabah juga dapat menjadi sarana yang tepat untuk melatih kemampuan staf kesehatan untuk menganalisis situasi. Melakukan investigasi KLB/wabah dengan skala kecil dapat membantu staf kesehatan memperoleh pengalaman dan kepercayaan diri untuk menangani kasus dengan skala besar.
油
Pertimbangan Program
Dengan melakukan investigasi KLB/wabah, informasi yang diperoleh dapat memberikan kewaspadaan dini terhadap mekanisme transmisi penyakit. Hal ini dapat memberikan pertimbangan terhadap program untuk mencegah tersebarnya infeksi.
油
Kepentingan Umum dan Ekonomi
Investigasi KLB/wabah yang dilakukan segera akan memberikan keuntungan secara ekonomi dengan menekan biaya perawatan dan fasilitas kesehatan untuk pasien yang terkena infeksi. Selain itu, penurunan angka kesakitan dan kematian hewan juga berkaitan dengan ekonomi suatu daerah tertentu.
油
Keresahan masyarakat
Suatu penyakit yang meresahkan masyarakat, terutama penyakit-penyakit baru yang belum dikenal masyarakat